Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Masalah Utama
Defisit Perawatan Diri
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003) faktor predisposisi deficit perawatan diri
adalah:
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri
3) Kemampuan Psikologis menurun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri. Masalah psikologi tersebut contohnya harga diri rendah : klien tidak
mempunyai motivasi untuk merawat diri, body image: gambaran individu
terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkngan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
gangguan kognitif atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Faktor-
faktor yang mempengaruhi :
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik, individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan.
5) Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit, kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
3. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berhias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.
4. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai
berikut :
a. Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien
juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih
pakaian, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut cara yang diterima
masyarakat, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban
atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk
toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet
atau kamar kecil.
5. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Keterangan:
a. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih melakukan perawatan diri
b. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor
kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stresso (Direja, 2011)
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart & Sundeen,
2000), yaitu :
a. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan. Kategorinya adalah: Klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan
diri secara mandiri.
b. Mekanisme Koping Mal Adaptif
Mekanisme koping yang menghambat, fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategori nya adalah:
Tidak mau merawat diri.
6. Akibat
a. Dampak fisik
Banyak gangguan pemeliharaan kesehatan. Gangguan pemelihaaan kesehatan ini
bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa terjadinya infeksi kulit (scabies, panu,
kurap) dan juga gangguan yang lain seperti gastritis kronis (karena kegagalan
dalam makan), penyebaran penyakit orofecal ( karena hiegene bab/bak
sembarangan) dan lain-lain. gangguan fisik yang seering terjadi adalah: gangguan
integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga
dan gangguan fisik pada kuku
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan
kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012)
C. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin
b. Obat anti depresi : Amitripilin
c. Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam, Clobozam
d. Obat anti insomnia : Phneobarbital
2. Keperawatan
Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat
merawat diri sendiri adalah :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
1) Bina hubungan saling percaya.
2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
3) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
1) Bantu klien merawat diri
2) Ajarkan ketrampilan secara bertahap
3) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
1) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
2) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
3) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar
mandi yang dekat dan tertutup.
D. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
F. Diagnosa perawatan
Defisit Perawatan Diri
G. Tidakan keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri.
Tujuan:
1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Pasien mampu melakukan makan/minum secara mandiri
Tindakan keperawatan
1. Membantu klien dalam perawatan kebersihan diri
Untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat melakukan
tahapan tindakan yang meliputi:
a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b. Menyiapkan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d. Membimbing klien dalam kebersihan diri
2. Membantu pasien berdandan/berhias
a. Untuk pasien laki-laki membantu meliputi :
Berpakaian
Menyisir rambut
Bercukur
b. Untuk pasien wanita, membantu meliputi :
Berpakaian
Menyisir rambut
Berhias
3. Mengajarkan pasien makan / minum secara mandiri
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan / minum
b. Menjelaskan cara makan / minum yang tertib
c. Menjelaskan cara merapikan peralatan makan / minum setelah makan
4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic
Course). Yogyakarta: EGC.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan: Edisi
Keempat. Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, Rizky, & Hanik. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
STRATEGI PELAKSANAAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien terlihat kotor, rambut sebahu dan tidak tertata rapi. Pakaian yang digunakan
klien tidak terpasang dengan benar dan terlihat banyak robekan. Kuku jari tangan
terlihat hitam dan panjang. pakaian kotor, tidak bercukur, BAB/BAK di sembarang
tempat.
2. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
b. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
d. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
e. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
Fase Orientasi :
“Selamat pagi ibu. Bagaimana perasaan ibu hari ini? Baik, sudah dijalankan jadwal
kegiatannya?”
“Kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik”
“Kira-kira 20 menit ya ibu. Dimana kita duduk? Baik disana ya ibu!”
Fase Kerja :
“Dimana biasanya ibu berak dan kencing? Benar ibu, berak atau kencing yang baik
itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran
pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat ya”
“Sekarang, coba ibu jelaskan kepada saya bagaimana cara ibu cebok?”
“Cara cebok yang bersih setelah ibu berak yaitu dengan menyiramkan air dari arah
depan ke belakang. Jangan terbalik ya bu. Cara seperti ini berguna untuk mencegah
masuknya kotoran/tinja yang ada di anus kebagian kemaluan kita”
“Setelah ibu selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai
tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika D membersihkan tinja/air kencing
seperti ini, berarti ibu ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada
pada kotoran/ air kencing”
“Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus, lalu cuci
tangan dengan menggunakan sabun.”
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing
yang baik?”
“Coba ibu jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik. Bagus bu. Untuk
selanjutnya ibu bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi.”
“Besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauh mana D bisa melakukan jadwal
kegiatannya.”
Fase Orientasi :
“Selamat pagi pak. Sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana Bapak ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua
hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke ibu ya?”
“Berapa lama ada waktu Bapak/Ibu?”
Fase Kerja:
“Sekarang anggap saya adalah ibu, coba bapak praktikkan cara memotivasi ibu untuk
mandi, berdandan, buang air, dan makan”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian kepada ibu”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi ibu minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadwal?”
“Bagus sekali, ternyata bapak sudah mengerti cara merawat ibu”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada ibu?”
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berlatih cara merawat ibu?”
“Setelah ini coba bapak lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak
membesuk ibu”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak datang kembali kesini dan kita akan
mencoba lagi cara merawat ibu di rumah”
“Jam berapa bapak bisa kemari? Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya
pak.”
Fase Orientasi:
“Selamat pagi pak, hari ini ibu sudah boleh pulang. Oleh karena itu, perlu di
bicarakan jadwal ibu selama dirumah.”
“Bagaimana bapak/ibu. Selama bapak dan ibu membesuk apakah sudah terus dilatih
cara merawat ibu?”
“Sekarang mari kita bicarakan jadwal dirumah tersebut disini saja ?”
“Berapa lama bapak punya waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
Fase Kerja :
“Pak, ini jadwal kegiatan ibu dirumah sakit, coba perhatikan apakah dapat
dilaksanakan di rumah. Jadwal yang telah dibuat selama ibu di rumah sakit, tolong
dilanjutkan di rumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obat”
“Hal-hal yang perlu di perhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
istri bapak selama dirumah sakit. Kalau misalnya ibu menolak terus menerus untuk
makan, minum dan mandi serta menolak atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain, segera lapor bawa istri bapak ke rumah sakit.”
Fase Terminasi:
“Bagaimana bapak apakah ada yang belum jelas? Ini jadwal harian ibu untuk di bawa
pulang.”
“Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.
Silakan selesaikan administrasinya!”