Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH (eWOM)

TERHADAP MINAT BELI FOLLOWERS INSTAGRAM PADA


MUJIGAE
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Psychology
Industrial Relationship

Oleh:
Afni Rizqi Anti
1810631020096

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
"Pengaruh Electronic Word of Mouth (eWOM)". Saya berterima kasih pada Ibu
Novian Ekawaty, SE., MM. selaku dosen mata kuliah Leadership yang telah
memberikan tugas ini.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan tugas akhir yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga tugas akhir ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Karawang, Mei 2020

Afni Rizqi Anti


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan pertumbuhan penduduk tidak dapat dipisahkan pada era
globalisasi saat ini. Pertumbuhan penduduk yang cepat membuat kebutuhan
pangan meningkat. Berdasarkan proyeksi resmi tahunan pada tahun 2019
Indonesia menduduki peringkat ke-4 dengan jumlah penduduk terbanyak di
dunia (wikipedia.org, 2020). Jumlah penduduk yang tinggi menjadikan para
pengusaha baik dari lokal maupun mancanegara berlomba-lomba untuk
membuat bisnis yang menghasilkan profit yang sangat besar, terutama dalam
sektor produk makanan.
Kementrian Perindutrian mencatat, sepanjang tahun 2018, industri
makanan dan minuman mampu tumbuh sebesar 7,91% atau melampaui
pertumbuhan ekonomi nasional di angka 5,17%. Bahkan, pertumbuhan
produksi industri manufaktur besar dan sedang di triwulan IV-2018 naik
sebesar 3,90% (y-on-y) terhadap triwulan IV-2017, salah satunya disebabkan
oleh meningkatnya produksi industri minuman yang mencapai 23,44%.
Selanjutnya, industri makanan menjadi salah satu faktor yang menopang
peningkatan nilai investasi nasional, yang pada tahun 2018 menyumbang
hingga Rp56,60 triliun. Realisasi total nilai investasi di sektor industri
manufaktur sepanjang tahun lalu mencapai Rp222,3 triliun (kemenperin.go.id,
2019).
Semakin bertambahnya penduduk di Indonesia, tidak menutup
kemungkinan bahwa jumlah pengguna internet akan terus bertambah pula.

Gambar 1.1 Pengguna Internet Seluruh Dunia

Sumber: https://kominfo.go.id/
Menurut lembaga riset pasar eMarketer, populasi netter Tanah Air mencapai
83,7 juta orang pada 2014. Angka yang berlaku untuk setiap orang yang
mengakses internet setidaknya satu kali setiap bulan itu mendudukkan
Indonesia di peringkat ke-6 terbesar di dunia dalam hal jumlah pengguna
internet. Pada 2017, eMarketer memperkirakan netter Indonesia bakal
mencapai 112 juta orang, mengalahkan Jepang di peringkat ke-5 yang
pertumbuhan jumlah pengguna internetnya lebih lamban. Secara keseluruhan,
jumlah pengguna internet di seluruh dunia diproyeksikan bakal mencapai 3
miliar orang pada tahun 2015. Tiga tahun setelahnya, pada 2018, diperkirakan
sebanyak 3,6 miliar manusia di bumi bakal mengakses internet setidaknya
sekali tiap satu bulan.
Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah
pengguna internet terus bertambah setiap tahunnya. Hal ini menimbulkan
peluang bagi pelaku bisnis untuk mengembangkan berbagai macam jenis
bisnis di internet dan sekaligus melakukan transaksi jual beli di internet.
Ribuan bahkan jutaan orang diseluruh dunia mencari dan membeli barang
yang mereka inginkan dan butuhkan dengan melakukan pencarian di internet.
Fenomena Korean Wave (K-Wave) atau yang dikenal dengan nama
Hallyu, mulai masuk ke berbagai negara di Asia dan meluas seiring
berkembangnya kecanggihan teknologi dan akses internet yang semakin
mudah di era globalisasi ini. Menurut data dari Korea Tourism Organization
(KTO), pada tahun 2008, jumlah pengunjung asal Indonesia yang berkunjung
ke Korea Selatan tercatat sebanyak 80.000 dan semakin meningkat setiap
tahunnya. Bahkan, pada tahun 2017, data tersebut sudah mencapai 230.000
pengunjung. Hal ini menunjukka betapa besarnya antusiasme masyarakat
Indonesia pada Korea Selatan, khususnya setelah masuknya Korean Wave ke
Nusantara.
Di Indonesia sendiri, Korean Wave sudah mulai dikenal sejak awal tahun
2000-an setelah sebelumnya industri entertainment dan televisi Indonesia
dihiasi oleh tayangan-tayangan dari Jepang (ex: One Litre Of Tears (2005))
dan Taiwan (ex: Meteor Garden (2001)). Kemunculan Korean Wave pertama
kali ditandai dengan kehadiran drama-dramanya yang berhasil memikat
penonton Indonesia. Jewel in the Palace (2003) merupakan salah satu drama
yang paling terkenal di Indonesia.
Banyaknya adegan drama Korea yang menampilkan makanan mereka,
mulai dari jajanan pinggir jalan, makanan rumah, hingga berbagai jenis
restoran yang menyajikan makanan khas mereka tentunya membuat penonton
drama-drama tersebut tertarik dengan makanannya. Korea Selatan sendiri
dikenal kaya dengan kulinernya. Jajanan pasarnya yang unik dan menarik
hingga budaya makanan rumah mereka yang memiliki banyak jenis lauk (side
dish) tersebut sukses membuat banyaknya pebisnis kuliner untuk memulai
bisnis makanan Korea di Indonesia.
Hal ini akhirnya terlihat dari semakin mudahnya restoran Korea yang
ditemukan semenjak masuknya Korean Wave ke tanah air. Jika dulu restoran
makanan Korea susah untuk ditemui, kini banyak restoran Korea yang terletak
di berbagai lokasi, yang menjadi favorit penggemar budaya Korea contohnya
Mujigae. Mujigae adalah restoran yang menyajikan makanan khas dari Korea
Selatan atau yang biasa kita kenal adalah negeri Ginseng yang sedang popular
di Indonesia khususnya bagi penggemar makanan Korea. Mujigae juga
merupakan restoran Korea pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi
halal MUI pada 13 Februari 2017.
Sosial media adalah salah satu tools yang digunakan dalam online
marketing. Dari beberapa social media yang ada, salah satu social media yang
sedang popular di Indonesia adalah Instagram. Menurut Global Web Index
(www.globalwebindex.net), jumlah pengguna Instagram di Indonesia
mencapai 22 juta di tahun 2016. Tren ini sejalan dengan survey JakPat yang
menyimpulkan bahwa Instagram kini lebih popular dibandingkan Twitter di
Indonesia, apalagi di kalangan anak muda (JakPat, 2016).
Melihat perkembangan teknologi dan internet di Indonesia serta peluang
yang besar dalam melakukan promosi. Mujigae menggunakan media sosial
Instagram sebagai sarana publikasi dan promosi. Melalui akun media sosial
Instagram yaitu @mujigaeresto, mereka menjadikan akun media sosial
tersebut sebagai tools dari online marketing. Aktivitas yang dilakukan adalah
seperti melakukan respost dari posting konsumen, ataupun informasi promosi,
dan informasi produk dan layanan yang ditawarkan. Adanya peningkatan
jumlah followers Instagram Mujigae secara drastis, mendorong peneliti
melakukan survey awal dengan cara disebarkan melalui direct message di
Instagram Mujigae. Untuk mengetahui alasan followers mengikuti akun
Instagram Mujigae. Hasilnya diketahui bahwa followers mengikuti Instagram
Mujigae dikarenakan rekomendasi dari teman melalui kolom comment dan
melihat review dari orang lain di Instagram yang merupakan salah satu bentuk
electronic word of mouth (eWOM). Electronic word of mouth (eWOM)
adalah komunikasi elektronik antar masyarakat yang berhubungan dengan
keunggulan atau pengalaman membeli atau menggunakan produk atau jasa.
Hal tersebut menjadi perhatian Mujigae, dengan adanya electronic word
of mouth yang dilakukan konsumen melalui media sosial, hal tersebut akan
mendorong terjadinya percakapan yang nantinya konsumen melakukan ulasan
dan memberi komentar terhadap produk Mujigae yang akan membuat jaringan
pemasaran mengenai Mujigae semakin luas. Sehingga Mujigae memiliki
kesempatan untuk mendapatkan pelanggan baru. Komentar-komentar dalam
media sosial mengenai Mujigae akan menjadi sebuah informasi yang akan
berguna bagi Mujigae sebagai media pemasaran tanpa biaya pemasaran yang
besar.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum
konsumen melakukan pembelian suatu produk atau jasa, konsumen akan
mencari informasi mengenai produk atau jasa tersebut yang akhirnya akan
menciptakan suatu minat beli. Minat beli adalah kecenderungan sikap
konsumen yang tertarik kemudia mengambil tindakan yang berhubungan
dengan pembelian melalui berbagai tahapan dan tingkat kemungkinan sampai
dengan kemampuan untuk membeli produk, jasa atau merek tertentu.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan maka perlu untuk meneliti
lebih jauh mengenai electronic word of mouth (eWOM) dan dampaknya atas
minat beli pada followers Instagram Mujigae.
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini antara lain:
a) Bagaimana tanggapan followers Instagram mengenai electronic word of
mouth di sosial media Mujigae,
b) Bagaimana minat beli pada followers sosial media Instagram Mujigae,
c) Seberapa besar pengaruh electronic word of mouth di sosial media
terhadap minat beli followers Instagram pada Mujigae.
Tujuan yang ingin diraih dalam penelitian ini antara lain:
a) Untuk mengetahui tanggapan followers Instagram mengenai electronic
word of mouth di sosial media Mujigae,
b) Untuk mengetahui minat beli pada followers sosial media Instagram
Mujigae,
c) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh electronic word of mouth di
sosial media terhadap minat beli followers Instagram pada Mujigae.

Anda mungkin juga menyukai