MOTIVASI BERIBADAH
(Kajian Tafsir Maudhui)
KATA PENGANTAR
yang senantiasa memberi rahmat, hidayah dan kasih sayang kepada hamba-Nya,
sehingga dengan izin-Nya pula tugas mulia telah terselesaikan berupa skripsi yang
yang mulia, baginda besar Muhammad Saw, yang telah memberi jalan cerah
studi dalam Ilmu Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry di Banda
Aceh. Namun dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari berbagai
hambatan, rintangan, serta kesulitan yang terus datang silih berganti, tetapi berkat
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan sempurna.
Dr. H. Hisyami bin Yazid, Lc, M.Ag, dan pembimbing II, Safrilsyah, M.Si, yang
telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan buah pikiran untuk membimbing
dan memberi arahan atau masukan sejak dari awal sampai selesainya penulisan
ini.
i
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Rektor IAIN Ar-Raniry
Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, MA merupakan orang tua yang selalu memberi
menggapai sebuah cita-cita. Begitu pula ucapan terima kasih kepada Dekan
Fakultas Ushuluddin Dr. H. Syamsul Rijal Sys, M.Ag yang senatiasa memberi
keushuluddinan,
Dan ucapan terima kasih seterusnya kepada ketua jurusan Tafsir Hadits
Dr. Abdul Wahid, M.Ag dan pembimbing Akademik Samsul Bahri, S.Ag, M.Ag
yang selalu siap membantu dan memberi jalan keluar dalam setiap kesulitan yang
kami hadapi.
seluruh dosen khususnya Dosen Fakultas Ushuluddin yang tak pernah mengenal
lelah dan bosan, panas terik atau hujan badai tetap ikhlas memberi sebuah
nantinya.
Dan ucapan rasa terima kasih kepada seluruh teman-teman yang selalu
siap memberi dukungan dan motivasi baik secara moril ataupun materil sehingga
Ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. H. Abu Bakar Adam dan kepada
Umi Hj. Rosnawati, S.Pd yang selalu mencurahkan kasih sayang dan perhatian
baik jasmani ataupun rohani, dan sanggup menerima setiap kekurangan dan
ii
Yang teristimewa, Kata ta’zim dan kehormatan kepada yang mulia Ayah
dan Mak; Ilyas Yusuf dan Hanidah yang selalu menjadi motivator dalam setiap
ruang dan waktu, kasih sayang dan belaian cintanya meski jauh tetap terasa dalam
relung hati sanubari, yang terus tercurah dalam bentuk doa yang terpanjat. Tak
pernah bosan atau jemu untuk selalu memberi yang terbaik untuk anak-anaknya,
tanpa mengenal penat dan lelah walau nyawa menjadi taruhan. Ayah dan Mak
engkau adalah orang yang paling baik dan bijaksana yang pernah aku kenal di
dunia ini.
semua lapisan untuk memberi yang terbaik guna skripsi ini bermamfaat dalam
Wassalam,
Pasie Raja, 15 Juli 2013
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
iv
D. Motivasi Beribadah .............................................................. 47
1. Definisi Motivasi Beribadah ............................................. 47
2. Macam-Macam Motivasi Beribadah Dalam Al-Quran .. 48
v
DAFTAR SINGKATAN
NO SINGKATAN TERJEMAHAN
1 Swt Subhanahu Wa Ta’ala
2 Saw Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
3 ra Radhiallahu ‘Anhu
4 as ‘Alaihissalam
5 QS Al-Quran Surah
6 H Hijriah
7 M Masehi
8 jld Jilid
9 hal Halaman
10 no Nomor
11 terj. Terjemahan
12 cet Cetakan
13 ed Edisi
14 t.th Tanpa Tahun
15 t.tp Tanpa Tempat Penerbit
16 vol Volume
17 juz Juzuk
18 ± Lebih Kurang
19 s/d Sampai Dengan
20 dkk Dan Kawan-Kawan
21 hal Halaman
vi
METODE AL-QURAN MEMBANGUN
MOTIVASI BERIBADAH
(Kajian Tafsir Maudhui)
ABSTRAK
vii
BAB SATU
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekuasaan yang hakiki dan paling agung adalah milik Allah swt.
Penciptaan mahkluk, kejadian langit dan bumi serta isi diantara keduanya
merupakan bukti bahwa Allah itu Maha Kuasa. 1 Namun demikian terdapat pula
berbagai kejadian, hikmah dan mukjizat yang menjadi petunjuk bagi setiap
hamba-Nya, sehingga tiada satupun yang ada dalam realitas luput dari
manusia dengan Allah, dan hubungan muamalah dengan sesama manusia serta
lingkungannya.
Al-Quran merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah Swt kepada
Nabi Muhammad Saw sebagai mukjizat yang menjadi petunjuk dan pelajaran bagi
kemajuan berpikir manusia. Al-Quran memberi jalan keluar dari berbagai masalah
yang dihadapi oleh setiap manusia baik yang berkaitan dengan masalah kejiwaan,
jasmani, rohani, sosial, ekonomi maupun politik dengan pemecahan yang penuh
bijaksana, karena ia diturunkan oleh yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.
1
M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi: Asma al-Husna Dalam Perspektif Al-
Quran, Cet. I (Jakarta: Lentera Hati, 1998), hal. 246.
1
Untuk menjawab setiap persoalan Al-Quran meletakkan dasar-dasar umum yang
segala petunjuk, membedakan antara hak dan yang bathil serta sebagai mu’jizatul
kubra (mukjizat terbesar) bagi Nabi Muhammad dan seluruh umatnya.3 Melalui
martabat manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Para pakar ilmu Al-
Quran telah menjelaskan bahwa secara umum kandungan Al-Quran terdiri dari
4
beberapa aspek, yaitu sebagai berikut: Pertama Berkaitan dengan ajaran
keharmonisan.
berbagai masalah, salah satu aspek inti dalam Al-Quran yang mempunyai peran
penting bagi kehidupan umat adalah berkaitan tentang motivasi, karena tanpa
motivasi maka manusia tak akan mampu melaksanakan suatu hal apapun baik
2
Manna’ Al-Qathtan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Cet. II (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2007), hal. 11-12.
3
Kahar Masyur, Pokok-Pokok Ulumul Quran, Cet. I (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal.
11.
4
Ahmad Mukhrij Aji, Memaknai Peringatan Nuzulul Quran, www.radarbogor.com, 07
September 2009.
2
Pada prinsipnya ibadah merupakan sari ajaran Islam yang berarti
penyerahan diri secara sempurna kepada Allah dengan penuh keikhlasan. Dengan
hal ibadah kepada Allah, hanya saja metode yang pasti menurut Al-Quran belum
ceramah dan nasehat, seorang guru menggunakan jalan hukuman dan ancaman,
orang lain.
kepada-Nya, hal itu tercermin dalam firman Allah dalam QS.Al-Dzariyat:56, yang
berbunyi:
kepada-Ku”( QS.Al-Dzariyat:56)
mendiami dunia ini dan kemudian mengalami kematian tanpa adanya pertanggung
3
kepada-Nya, karena tidak ada alasan bagi manusia untuk mengabaikan kewajiban
menciptakan kamu dan orang-orang yang terdahulu daripada kamu, supaya kamu
Hal senada juga terdapat dalam beberapa ayat lain yang menganjurkan kita
takabur dari pada beribadah dan berdoa kepada-Ku, akan masuk neraka
Dari ayat di atas sangat jelaslah bahwa Allah sangat menganjurkan kita
untuk beribadah, tiada alasan bagi manusia untuk menghindari dari perintah Allah
5
Ahmad Thib Raya & Siti Musda Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam
(Bogor: Kencana, 2003), hal. 140.
4
bagaimana cara dan langkah untuk menumbuhkan motivasi dalam melaksanakan
masyarakat selama ini, apakah telah sesuai dengan cara yang dianjurkan atau yang
digunakan Al-Quran. Karena dalam realita banyak kita lihat masyarakat tidak
sesuatu hal yang tidak bermanfaat dan sia-sia. Sehingga menimbulkan kejenuhan
yang akhirnya akan terpikir pada hal-hal yang anarkis, buruk dan bisa merugikan
orang lain. Padahal masih banyak jalan dan langkah yang harus ditempuh untuk
meraih suatu hal yang berguna baik untuk dirinya ataupun orang lain.
Hanya saja masyarakat selama ini belum mampu menciptakan suatu hal
yang lebih bermanfaat tanpa ada motivasi yang mendasarinya. Maka dari itu
penulis merasa sangat penting pengkajian lebih dalam tentang penelitian ini
jelas bagaimana sebenarnya metode dalam membangun motivasi yang benar dan
dibutuhkan dalam semua aspek, baik yang berkaitan dengan kegiatan duniawi
maupun dalam hal berta’abud kepada Allah Swt. Metode yang digunakan Al-
Quran merupakan metode yang pasti dan benar tanpa ada kekurangan dan
5
kesalahan sedikitpun karena ia berasal dari sisi yang Maha Benar lagi Maha
Bijaksana.
B. Rumusan Masalah
pembahasan lebih terfokus dan tidak melebar. Diantara pembahasan yang ingin
dikaji adalah menafsirkan dan meneliti serta menganalisa makna ayat-ayat Al-
beribadah?
dalam Al-Quran?
C. Tujuan Penelitian
Di bagian ini, ada beberapa tujuan pokok yang mendasari penulis dalam
membangun motivasi.
6
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang terdapat dalam skripsi ini yang perlu
sumbangan ilmu dan masukan untuk bisa menambah wawasan dan ilmu
2. Bagi Masyarakat
sumbangan dan masukan serta informasi yang pasti kepada seluruh lapisan
agama.
penulisan ini bisa menjadi tonggak ukur bagi penulis dalam menjunjung salah satu
7
E. Penjelasan Istilah
Penelitian ini memiliki beberapa kata kunci yang perlu penulis jelaskan
terlebih dahulu, agar nantinya pembaca dapat memahami secara garis besar
1. Metode
tersusun secara berpola dan sistematis yang dilakukan dengan mengikuti langkah-
2. Al-Quran
Saw dengan perantaraan malaikat Jibril sebagai kitab suci umat Islam yang ditulis
secara mutawatir untuk pedoman dan petunjuk serta mendapat pahala bagi orang
yang membacanya. 6
3. Motivasi
Motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal
4. Ibadah
Ibadah dalam bahasa Arab memiliki arti kehinaan dan ketundukan.
Adapun pengertian ibadah menurut istilah syar’i adalah nama yang merangkum
6
Kahar Masyur, Pokok-Pokok Ulumul Quran, Cet. I (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 2.
7
Winardi, Manajemen Prilaku Organisasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1992), hal.
123.
8
segala sesuatu yang diridhai Allah dan yang dicintai-Nya, baik berupa perkataan
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
dan literatur yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini yang kemudian
2. Sumber Data
tafsir Al-Quran yaitu kitab Tafsir Al-Misbah, Tafsir Ibnu Katsir dan
Tafsir Al-Azhar.
buku yang diperoleh dari karya para tokoh, karya ilmiah, artikel,
penelitian.
8
Abu Ammar & Abu Fatiah Al-Adnani, Mizanul Muslim (Solo: Cordova Mediatama,
2009), hal. 388.
9
4. Analisis Data
a. Metode Deskriptif
data, akan tetapi akan meliputi analisa dan interprestasi tentang arti data
G. Sistematika Pembahasan
Sesuai dengan masalah yang diteliti dalam penyusunan skripsi ini terbagi
kedalam empat bab dan untuk memudahkan bagi pembaca dalam menelusuri isi
uraian selanjutnya, penulis memandang perlu adanya uraian singkat sebagai garis
dalam penulisan skripsi ini yang diisi dengan pembahasan mengenai latar
9
Chairani, Penafsiran Ilmiah Al-Quran Terhadap Ayat Kejadian Manusia, Cet. I
(Banda Aceh:IAIN Ar-Raniry, 2004), hal. 9.
10
penjelasan istilah, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Dalam bab ini
menjelaskan gambaran singkat masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya.
Bab kedua memuat tentang makna dari metode Al-Quran dan gambaran
umum tentang teori motivasi dan ibadah serta sekilas membahas tentang jenis
yang telah diuraikan dan dikemukakan beberapa saran yang dapat bermafaat bagi
pembaca.
11
BAB DUA
METODE AL-QURAN
DALAM MOTIVASI BERIBADAH
A. Metode Al-Quran
Al-Quran adalah mukjizat Islam yang abadi dimana semakin maju ilmu
kegelapan hidup menuju cahaya Ilahi, dan membimbing mereka ke jalan yang
lurus. Manusia yang berpegang teguh pada tuntunan Al-Quran akan memperoleh
kebahagiaan dan selalu dalam lindungan Allah Swt, namun sebaliknya, mereka
yang ingkar dan menjauhkan diri dari Al-Quran ingatlah azab Allah sangat
dahsyat. Oleh karena itu kita harus mengerti apa maksud dan tujuan yang
dimaksud Al-Quran, bila tidak, salah satu langkah untuk mencari makna yang
sebenarnya perlu merujuk kepada hadits Nabi dan pendapat ulama, bukan
memahami secara tekstual saja hingga terjerumus kepada kecelaan akal dan hawa
nafsu.
Di zaman sekarang sudah tidak sulit lagi dalam memahami makna Al-
Quran, karena telah banyak ulama-ulama mengeluarkan karya hebat dalam bentuk
tafsir, tetapi yang sangat sulit bagi masyarakat sekarang adalah bagaimana mereka
mengamalkannya, maka dari itu perlu sebuah metode praktis dalam mengamalkan
12
1. Definisi Metode Al-Quran
Pengertian metode secara etimologi berasal dari dua kata, yaitu meta
dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara” 1.
Dalam bahasa Arab dikenal dengan thariqah yang berarti jalan, cara atau
dengan beragam variasi tergantung dari pemahaman mereka, agar lebih jelas
rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang
penjelasan kebenaran.
1
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Cet. I (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 61.
2
Shahih Abd. Al-Aziz, al-Tarbiyah al-Haditsah maddatu, Mabadi‟uba, tathiqatuha al-
Amaliyah, (Kairo: Dar al-M‟arif, 1119 H), hal.196.
13
Menurut Ostle metode adalah pengajaran terhadap sesuatu untuk
dicapai.
sama dalam satu disiplin dan praktek. Menurut Max Siporin metode adalah
kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk
cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai sebuah tujuan. 4 Al-Abrasy
tertentu.5
3
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, hal. 155.
4
Hasan Langgulung, Pendidikan Dan Peradaban Islam , (Jakarta: ustaka Al-Husna, 1985),
hal. 79.
5
Muhammad Athiyah, al-Abrasy, Ruh aal-Tarbiyat wa al-Ta;lim, (Kairo: Isa al-babi al-
nalabi, tt), hal.257.
14
Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode merupakan cara atau
jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapkan.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat kita pahami bahwa metode Al-
Quran adalah sebuah langkah atau cara yang digunakan oleh Al-Quran dalam
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pemilihan metode dari Al-
ibadah kepada Allah guna untuk memperoleh tujuan kebenaran yang hakiki,
dimana tujuan disini merupakan tujuan yang sudah pasti, yaitu menjadi
manusia yang berta‟abud kepada Allah dengan sesungguh hati, bukan hanya
sebatas kata dan separuh hati, sehingga dengan menggunakan metode Al-
kepada Allah serta membendung hal-hal yang dapat menjadi murkanya Allah
kepada kita.
tafsir, itu hanya tergantung sisi dan sudut pandang yang mereka gunakan.
15
a. Pandangan Ahli Pendidikan Islam
Sebelum jauh mengkaji tentang metode yang digunakan Al-Quran,
kita terlebih dahulu melihat pendapat para ahli pendidikan Islam yang
1) Al-Ghazali
Menurut Al-Ghazali metode yang digunakan untuk
terlebih dahulu.6
6
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, hal. 23.
16
Dari paparan yang dikemukakan Al-Ghazali diatas, dengan
menumbuhkan motivasi itu dimulai dari orang tua dan rumah tangga
(takut).8
7
Adullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Uulad Fi al-Islam, jilid I, Dar al-Salam, hal.157.
8
Abd. al-Rahman al-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:
Diponegoro, 1989), hal. 304.
17
4) Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani
pemahaman.9
dan begitu lebih praktis lagi, sehingga metode yang ditawarkan Al-
sekarang ini.
b. Motivasi Al-Quran
ibadah kepada Allah Swt. maka dari itu perlu metode yang tepat dalam
9
Omar Mohammd al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Langgulung,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 589.
18
dalam setiap jiwa untuk selalu dekat dengan Allah Swt. meski waktu
jiwa dan hati dekat dengan Allah maka perbuatanpun akan terjaga dari
melakukan sesuatu kemungkaran hidup ini tanpa diawasi oleh Allah yang
Maha Mengawasi.
Maka dari itu Al-Quran memberi jalan bagi kita dalam membendung
keikhlasan yang sesungguh kepada Allah Swt, dengan cara yang diberikan
berbunyi:
19
Ayat tersebut menggambarkan bahwa Al-Quran memiliki metode yang
Dari ayat tersebut secara garis besar metode yang digunakan Al-Quran
ibadah itu terbagi atas tiga bagian, yaitu Al-Hikmah, Al-Mauizhah Hasanah,
dan Al-Mujadalah.
pertimbangan situasi dan kondsi. Oleh karena itu, jenis metode ini perlu
bagi diri sendiri atau orang lain dalam hal beribadah kepada Allah Swt.
1) Al-Hikmah
20
adalah mencegah hal-hal yang dapat merusak dan menghalangi jalannya
istilah hikmatul lijam, karena lijam bermakna cambuk atau kekang kuda
dirinya dari hal-hal yang kurang bernilai, atau menurut Ahmad bin
hina.11
memiliki pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu, maka bila
10
Ibnu Mandzur, Lisanul Arab, jilid 12, (Beirut: Dar Fikr, 1990), hal. 141.
11
Ahmad bin Muhammad al-Muqri‟ al-Fayumi, al-Misbahul Munir, tp. tth, hal. 120.
21
dalam hal beribadah meliputi hikmah jiwa, hikmah hati, dan hikmah
diayun.
lebih berpotensi pada hati, karena bila hati telah dianugerahi cahaya
hikmah oleh Allah, maka hati tersebut akan bersinar laksana cermin
tersebut diantaranya:
22
b) Kesungguhan dalam melaksanakan ibadah baik itu dalam
mendapat ridha-Nya.
akal dan pikiran, yang ditanamkan oleh Allah dalam akalnya sehingga
23
e) Berpikir tentang akhirat, hari kiamat dan hari penghisaban.
2) Mau’idhah Hasanah
dengan cara yang lemah lembut agar mereka mau melakukan suatu
kebaikan”.14
12
Ibnu Mandzur, Lisanul Arab, jilid VI, (Beirut: Dar Fikr, 1990), hal. 466.
13
Hasanuddin, SH., Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 37.
14
Abdul Hamid al-Bilali, Fiqh al-Dakwah fi Ingkar al-Munkar, (Kuwait: Dar al-Dakwah,
1989), hal. 260.
24
Mau‟idhah Hasanah dapat pula diartikan sebagai ungkapan yang
3) Mujadalah
huruf jim, yang mengikuti wazan “faa-„ala” kata ini dapat bermakna
tajam”17 beliau juga menambahkan lafadz ini musytaq dari lafadz al-
15
Ahmad Warson al-Munawir, Kamus al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),
hal.175.
16
Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2000), hal. 553.
17
Ali al-Jarisyah, al-hiwar wa al-Munadzarah, (al-Munawarah: Dar al-Wifa, 1989), hal.
19.
25
Secara istilah terdapat beberapa pendapat dalam mengemukakan
diantara keduanya.18
untuk menjalankan ibadah sehingga akan hidup dalam iman yang kuat
akhirat.
18
World Assembly of Muslim Youth (WAMY), Fi Ushulil Hiwar, (Mesir: Maktabah
Wahbah Cairo), Terj. Abdus Salam, Muhil Dhafir, Etika Diskusi, Cet. II (Jakarta:Era Inter Media,
2001), hal.21.
19
Sayyid Muhammad Thanthawi, Adab al-Khiwar fi Islam, (Mesir: Dar al-Nahddhah),
Terj. Zuhaeri Misrawi, Zamroni Kamal, cet. I, (Jakarta: Azam, 2001), pada kata pengantar.
20
Al-Raghib al-Afsan, Mu‟jam al-Faadh Al-Quran, (Beirut: Dar al-Fikr, tth), hal. 610.
26
B. Motivasi
penegakan syariat Allah di bumi, juga mewujudkan sistem yang sejalan dengan
Oleh karena itu, manusia hidup di dunia ini telah mengemban sebuah
amanah besar yang harus dijaga dengan hati-hati dan penuh kesabaran. Untuk
melaksanakannya, manusia telah banyak digoda oleh syahwat dan hawa nafsu
Namun demikian semua itu bisa terkendali bila manusia telah memiliki
motivasi yang kuat dalam menjaga amanah dengan semata-mata sebagai ibadah
dan mengharap ridha Allah. Maka dari itulah motivasi merupakan salah satu
faktor akurat yang menjadi pendukung terlaksananya sebuah kegiatan dengan baik
dan sempurna.
1. Definisi Motivasi
“Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; dan usaha yang dapat
27
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat
Dorongan tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat dan
motivasi sering diartikan sebagai motif yaitu suatu tujuan jiwa yang
suatu kegiatan dalam pencapaian tujuan tertentu24. Lain halnya menurut Gray
motivasi merupakan sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi
tertentu.
dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga
21
Pusat Bahasa, KBBI, Jakarta: 2008, hal. 973.
22
Mustaqim, Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Rineka Cipta, 1990), hal.72.
23
Moh. As‟Ad, Psikologi Industri, (Yokyakarta: Liberty, 1998),
24
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Bandung: PT.Citra Aditya, 1992)
28
states). Tingkah laku yang didorong oleh keadaaan tersebut (motivated
behavior) dan tujuan-tujuan dari tingkah laku tersebut (goals or ends of such
dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi
mencapai tujuan.25 Selain dari itu, masih banyak sekali ahli-ahli psikologi
Maka dari itu dapat kita simpulkan bahwa Motivasi adalah energi aktif
perubahan pada diri individu yang nampak pada gejala jiwa perasaan dan juga
terpuaskan.
2. Macam-Macam Motivasi
theory), teori motivasi dengan pendekatan proses (process theory) dan teori
baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik)
25
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1987),
26
Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, (Yokyakarta: Kanisius,
1995), hal. 41.
29
Maka jelaslah motivasi memiliki dua variasi yang pertama Motivasi
Ekstrinsik yaitu motivasi yang didapat dari luar, baik dari lingkungan sekitar,
dorongan dari orang lain, pengaruh kultur sosial dan hal-hal lain yang berasal
dari luar, dan yang kedua Motivasi Intrinsik yaitu motivasi yang berasal dari
diri sendiri, jenis ini berupa hasrat untuk melakukan sesuatu, keinginan, dan
hal-hal yang tumbuh dari jiwa seseorang tanpa dorongan dan pengaruh dari
luar.27
telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik,
faktor, ataupun teori motivasi menurut para ahli terlebih dahulu, yang
nantinya akan kita kaitkan dengan metode yang digunakan Al-Quran dalam
a. Motivasi Intrinsik
menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
27
Mustaqim, Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Rineka Cipta, 1990), hal.
72.
30
Dengan demikian motivasi intrinsik dapat pula dikatakan sebagai
berdasarkan pada suatu dorongan dalam diri dan secara mutlak terkait
intrinsik adalah: “jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri
individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain”
1) Adanya Kebutuhan
hikmah dari apa yang kita laksanakan tersebut. seperti firman Allah
“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk
31
Menurut Yaumil Agoes menambahkan sedikit, bahwa dalam
2) Adanya Cita-Cita
sikap cita-cita dan rasa ingin tahu seseorang misalnya ada pada
cita-cita yang tinggi dan sering mereka memberi respon dalam bentuk
28
Yaumil Agoes, Peranan Keluarga Dalam Pembinaan SDM, (Jakarta:Pustaka Antara,
1993), hal. 21.
29
Zakiah Daradjad, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), hal.144.
32
Dari pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa perlu pemberian
akan terasa terpanggil untuk beribadah secara efektif dan efisien agar
kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu”.30
30
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Persada,
1990), hal. 85.
33
4) Minat
Proses tersebut itu akan berjalan kalau disertai dengan minat. Namun
b. Motivasi Ekstrinsik
yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
motif yang aktif dan fungsinya karena adanya perangsang dari luar”.32
dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
motivasi ekstrinsik itu aktif jika dirangsang dari luar dan mempunyai
tempat yang pertama dan utama dalam segala proses kehidupan. Ada
31
Chalijah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994),
hal. 42.
32
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Persada,
1990), hal. 88.
34
beberapa cara untuk menumbuhkan dan membangkitkan motivasi
adalah:
1) Pemberian Hadiah
alat yang bersifat positif dan fungsinya sebagai alat represif positif.
yang dijanjikan Allah kepada manusia, baik itu hadiah yang akan
2) Kompetensi
35
Namun demikian Al-Quran juga menjelaskan tentang hal ini,
yang dikupas secara panjang lebar yang lebih dikenal dengan sebuah
3) Hukuman
melakukan hal-hal yang baik dan sesuai dengan tata aturan yang
Maka jelaslah bagi kita dalam menempuh jalan ini perlu berhati-
36
kemungkaran. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
ditetapkan.
tersebut. Sehingga akan muncul waktu yang tersisa selalu terisi dengan
kepada Allah, baik itu motivasi yang dibangun dari dasar diri
melalui pemberian motivasi oleh orang lain maka kegiatan ibadah yang
optimal.
37
C. Ibadah
Manusia bukan hanya sebatas mahkluk ciptaan Allah yang hanya hidup,
makan dan tidur seperti mahkluk-mahkluk lain tanpa ada pertanggung jawaban di
depan Tuhannya. Manusia adalah jenis mahkluk sempurna yang diciptakan Tuhan
yang diberi akal untuk berpikir kebesaran-Nya, diberi hati untuk merenungi kasih
raga yang hebat untuk mampu menundukkan hewan, tumbuhan, dan dunia beserta
isinya, semua itu dengan tujuan satu yaitu agar memudahkan manusia beribadah
kepada Tuhannya.
1. Definisi Ibadah
Ibadah dalam dalam bahasa Arab memiliki arti kehinaan dan ketundukan.
Ibadah ialah penghambaan diri kepada Allah ta‟ala dengan mentaati segala
disampaikan oleh Rasulullah Saw inilah hakekat agama Islam, karena Islam
maknanya ialah penyerahan diri kepada Allah semata, yang disertai dengan
kepatuhan mutlak kepada-Nya, dengan penuh rasa rendah diri dan cinta. Ibadah
berarti juga segala perkataan dan perbuatan, baik lahir maupun batin, yang
dicintai dan diridhai oleh Allah. Dan suatu amal akan diterima oleh Allah
sebagai ibadah apabila diniatkan dengan ikhlas karena Allah semata; dan
38
Adapun pengertian ibadah menurut istilah syar‟i adalah nama yang
merangkum segala sesuatu yang diridhai Allah dan yang dicintai-Nya, baik
Namun demikian jika kita melihat definisi diatas maka jelaslah bahwa
ibadah seorang mukmin itu mesti dibangun atas tiga dasar utama, yaitu: Rasa
segala hal yang datang dari Allah. Hal ini menuntut seorang hamba untuk
mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segala sesuatu dari yang lain.
33
Abu Ammar & Abu Fatiah Al-Adnani, Mizanul Muslim, (Solo: Cordova Mediatama,
2009), hal. 388.
34
Ibid. hal. 388.
39
mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi dari sesuatu yang lain, ini
cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya yang disebut dengan
dengan apa yang ia benci. Dan pada tingkatan yang terakir disebut dengan
35
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Mujadilah [58]: 22.
40
“Ada tiga perkara yang bila terkumpul pada diri seseorang niscaya ia
akan mengalami kelezatan iman, yaitu apabila Allah dan Rasul-Nya lebih
ia cintai dari apapun, seseorang yang mencintai orang lain semata-mata
karena Allah (karena keimanan dan amal shaleh kepada Allah), dan benci
kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran
sebagaimana ia tidak suka apabila dilemparkan kedalam neraka.36
Yaitu adanya rasa takut yang sangat kepada Allah, sehingga tiada
sesuatu apapun yang lebih ditakutkan kecuali takut kepada Allah, murka-
Nya dan azab-Nya. Rasa takut yang menyebabkan seseorang tunduk, patuh
dan taat kepada sesuatu yang ia takuti adalah bagian dari ibadah yang
hanya boleh ditujukan kepada Allah. Rasa takut ini merupakan bagian
yang harus ada, agar iman dan ibadah seorang hamba menjadi benar dan
“Sesungguhnya (pembawa berita) yang demikian itu ialah Syaitan yang
(bertujuan) menakut-nakutkan (kamu terhadap) pengikut-pengikutnya
(kaum kafir musyrik). oleh karena itu, janganlah kamu takut kepada
mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika betul kamu orang-orang yang
beriman”37.
berupa ridha dan kasih sayang-Nya, pahala dan syurga-nya tanpa rasa
agung ini seseorang hamba akan giat beribadah kepada Allah untuk
36
HR. Bukhari; Kitab Al-Iman no. 16 Muslim Kitab Al-Iman no. 43.
37
Lihat juga QS. Al-Baqarah [2]:40 QS. Al-Maidah [5]: 44.
41
melaksanakan amal shaleh dan menjauhi larangan-Nya. Rasa harap ini ada
melakukan amal kebajikan untuk diterima, diridhai dan dibalas oleh Allah
dengan pahala dari sisi-Nya. Dan jenis yang kedua merupakan rasa harap
[39]: 53).
menyembah Allah azza wa jalla yang telah menciptakan dan memberi nikmat
yang tak terhingga kepada setiap mahkluknya yang bernyawa, namun tak bisa
kita pungkiri bahwa tujuan hidup ini hanyalah untuk beribadah kepada-Nya,
hanya saja kita perlu mengetahui aspek dan cara-cara yang mesti kita tempuh
dilaksanakan oleh seorang Muslim dalam mendekatkan diri kepada Allah, yang
semua itu bila kita asumsikan bisa dibagi dua macam yaitu ibadah dalam
38
Yusuf Al-Qaradhawi, Ibadah Dalam Islam, (Jakarta: Akbar, 2005), hal. 57.
42
a. Mencakupi keseluruhan agama dan kehidupan, yaitu meliputi seluruh
seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Juga hal-hal yang diluar kewajiban
seperti zikir, doa, istighfar, tasbih, tahlil, takbir dan tahmid. Dalam
manusia baik yang tampak maupun yang tidak tampak seperti: Islam,
Iman, Ihsan, Doa, Khauf (rasa takut), Raja‟ (rasa harap), Tawakkal,
Istighatsah.
adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil,
takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah (hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah (perbuatan).
Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan
43
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, “Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku
tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya
Allah Dia-lah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat
kokoh.” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56-58)
Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin
dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah
Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan
kepada Allah, maka barang siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia
adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa
diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan
benar dan diterima oleh Allah kecuali dengan adanya dua syarat:
a. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
39
HR. Muslim (no. 1718 (18)) dan Ahmad (VI/146; 180; 256), dari hadits „Aisyah, ra.
44
Syarat yang pertama merupakan konsekwensi dari syahadat laa ilaaha
illallaah, karena mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh
sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih
Ibnu Taimiyah mengatakan, “Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak
beribadah kecuali hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan
“Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka
kita beribadah kepada Allah, dan melarang kita dari hal-hal baru atau bid‟ah.
45
40
Serta Nabi Saw menyebutkan bahwa semua bid‟ah itu sesat. adapun hikmah
Az-Zumar:2)
orang yang membuat tata cara ibadah sendiri dari dirinya, berarti ia
telah menambah ajaran agama dan menuduh bahwa agama ini tidak
d. Dan sekiranya boleh bagi setiap orang untuk beribadah dengan tata
40
Lihat al-„Ubudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Tahqiq „Ali Hasan „Ali
„Abdul Hamid (hal. 221-222).
41
QS. Al-Maidah: 3.
46
D. Motivasi Beribadah
Dalam hidup ini kita bukanlah dicipta hanya sekedar untuk makan,
semata, tetapi perlu kita ketahui bahwa kita hidup nantinya perlu pertanggung
jawaban atas apa yang telah dianugerahi oleh Allah kepada kita selama hidup di
dunia ini.
Maka sudah seyogyanya kita sadar dan bangkit dari kelalalian permainan
dunia yang semakin dikejar akan terasa semakin jauh meninggalkan kita, seolah-
olah dunia terus menuntut kepada kita untuk terus mengikutinya tanpa pernah
diatas, maka jelaslah bagi kita tentang hal-hal yang patut kita laksanakan dalam
Allah semata.
Dalam hal itu perlu kita paparkan sedikit tentang makna dari motivasi
beribadah itu sendiri, karena ini merupakan sebuah fenomena yang telah hilang
dalam sebuah makna yang memiliki pengertian yang satu, namun demikian jika
kita lihat pengertian dari masing kata tersebut memiliki keterkaitan erat dalam
47
Motivasi adalah: “Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara
sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; dan
usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak
dicintai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang tampak atau yang
tidak, dengan penuh rasa cinta, kepasrahan dan ketundukan yang sempurna serta
Maka dapat dipahami bahwa motivasi beribadah adalah “energi aktif yang
dengan diri pribadi terlebih dahulu, dimana konsep ini bertalian erat dengan
dorongan yang akan memberi motivasi bagi diri sendiri tanpa ada pengaruh dari
luar sedikitpun, walaupun dalam keadaan apapun dan dimanapun, konsep ini akan
lebih praktis bila telah ada dalam diri seorang hamba, bila dikaitkan dengan teori
motivasi, Al-Quran menjelaskan bahwa konsep ini lebih condong kepada motivasi
48
yang bersifat instrinsik, dalam hal ini mencakup: Perasaaan tanggung jawab, Rasa
Mengingat Bayangan Atas Nikmat, Doa, Rasa Harap (Raja‟), Rasa Cinta,
kepribadian diri sendiri juga memberi konsep yang bertalian dengan dorongan
dari luar, dimana konsep ini membutuhkan objek lain yang akan memberi
manusia tak akan mampu hidup sendiri tanpa ada orang lain, maka disini objek
yang menjadi pendorong adalah orang lain, hanya saja Al-Quran memberi motode
bagi objek dalam penyampaian bagi manusia agar tumbuhnya motivasi yang
tinggi untuk dapat beribadah kepada Allah dengan sebenarnya dan dengan
sepenuh hati, adapun metode yang kedua ini bisa disebut dengan motivasi bersifat
ekstrinsik yaitu dorongan dari luar yang meliputi ancaman, hukuman, janji-janji
baik atau buruk, nasehat, dialog, dan hal-hal lain yang berasal dari luar individu
manusia.
49
BAB TIGA
MOTIVASI BERIBADAH PERSPEKTIF AL-QURAN
berfirman kepada seluruh para malaikat akan menciptakan seorang manusia yang
nantinya dijadikan khalifah dan pengurus dunia ini1, namun para malaikat tidak
sebelumnya sehingga mereka mengakui dan sujud didepannya kecuali iblis yang
sombong. Iblis menduga bahwa substansi dirinya lebih baik dari manusia, karena
dia diciptakan dari api sedangkan manusia diciptakan dari tanah. Api yang
menjadi bahan dasar penciptaan iblis lebih baik naturnya dari bahan dasar
penciptaan manusia, Allah Swt berfirman dalam Al-Quran surah Shad [38]:76):
Iblis berkata: "Aku lebih baik dari padanya, karena Engkau ciptakan aku dari
api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". Menurut Ihkwan al-Shafa, iblis
melihat aspek fisik manusia tanpa melihat aspek ruhaniyahnya. 2 Hal itu terungkap
1
QS. Al-Baqarah [2]:30)
2
Abd al-Lathif Muhammad, al-Insan fi Fikr Ikhwan al-Shafa‟, (Cairo:Maktabah al-Anjalu
al-Mishriyat, t.th), hal. 159.
50
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS. Al-Ahzab [33]:72).
zalim, namun tugas kekhalifahan merupakan sebuah amanah yang begitu besar
yang tak satupun mahkluk Allah mampu memikulnya, tetapi karena derajat
manusia itu telah diangkat oleh Allah dibandingkan dengan mahkluk ciptaan
lainnya, maka hal itulah yang menjadi manusia lebih mulia dari mahkluk-mahkluk
lain, firman Allah yang artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-
anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan . Kami beri mereka
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al-Isra
[17]:70)
Maka jelaslah bagi kita sebagai seorang hamba yang hina, ternyata Allah
telah mengangkat derajat kita menjadi orang yang mulia diantara mahkluk-
mahkluk-Nya yang lain, sungguh ini suatu kehormatan bagi kita disisi Allah,
sehingga dengan adanya firman Tuhan yang Maha tinggi menjadi pedoman bagi
kita agar kita tidak merasa rendah didepan manusia yang lain, tapi seyokyanya
Maka dapat dipahami bahwa amanah inilah yang menjadi konsep utama
manusia diciptakan dan merupakan inti kodrat manusia yang diberi sejak awal
51
mahkluk-mahkluk lain. Amanah dalam arti etimologi bermakna titipan,
kepercayaan, janji dan kesaksian.3 Maka dengan adanya amanah yang menjadi
Ibnu Abbas ra, “yang dimaksud dengan amanah adalah ketaatan yang
ditawarkan kepada mereka sebelum ditawar kepada Adam, akan tetapi mereka
amanah kepada langit dan bumi serta gunung-gunung, tetapi mereka tidak
Rabb-ku apa isinya” Allah berfirman: “jika engkau berbuat baik engkau akan
diberi balasan, dan jika engkau berbuat buruk engkau akan disiksa” lalu Adam
menerimanya, itulah firman Allah: “dan dipikullah amanat itu oleh manusia,
Makna amanah secara umum mencakup semua beban agama,5 yang harus
dilaksanakan oleh manusia seutuhnya, salah satu beban tersebut adalah beribadah
kepada Allah Swt dengan sesungguh hati. Maka dari itu perlu kita melihat redaksi
ibadah pada setiap jiwa manusia. Hal ini tercermin dalam Al-Quran surah Adz-
3
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, al-Ruh, hal. 77
4
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, terj. M. Abdul Ghoffar, Abu Ihsan, jilid 6, (Jakarta:
Pustaka Imam Syafi‟i, 2000), hal. 121.
5
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, hal. 332.
52
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.
sebenarnya, yang merupakan janji antara manusia dan Tuhan yang telah
diikrarkan di alam arwah, yang semua itu menjadi pondasi pokok bagi kita untuk
Ini merupakan motivasi dan tujuan akhir manusia yang sebenarnya hanya
untuk Allah, yaitu setiap langkah dan detak jantung dalam kehidupan selalu
berpusat kepada Allah, tanpa ada ketergantungan pada lainnya, namun disisi lain
bila kita tilik dalam kehidupan manusia lebih termotivasi dengan keinginan masuk
syurga atau terhindar dari api neraka, sehingga setiap langkah yang dilakukan alat
Meski demikian, ini merupakan salah satu aspek motivasi dari Al-Quran
kepada Allah Swt, karena ayat Al-Quran tidak menyebutkan secara langsung kata
Adapun janji merupakan salah satu aspek pendorong yang paling ampuh
untuk dapat menumbuhkan motivasi beribadah kepada Allah Swt, janji yang
disampaikan Allah berupa balasan terhadap apa yang kita lakukan baik berupa
53
Dengan mengingat adanya janji dari Allah Swt berupa kenikmatan
ataupun janji berupa ancaman dan hukuman yang diperoleh baik disaat di dunia
ataupun di alam akhirat kelak, maka menjadi faktor yang mendorong tumbuhnya
motivasi bagi jiwa manusia untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang)
kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan
(demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah
menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali
tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi
keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-
Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit
dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah;
dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al-Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat
dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa
saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di
sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.
Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.(QS. Al-Muzammil [73]:20).
54
Ayat ini mengambarkan sebuah prinsip praktis dalam Al-Quran, dimana
Allah memberi kita kemudahan tanpa memberatkan kita, Prinsip ini merupakan
prinsip yang sangat akurat bagi seseorang dalam melihat serta meninjau sesuatu
yang hendak dilaksanakan, karena bila sesuatu tersebut mudah dan dipermudah,
maka kemungkinan besar objek tujuan akan lebih mudah terserap dan tertarik atas
apa yang ditetapkan. Maka dari itulah sesuatu yang ditetapkan sudah seharusnya
supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap
apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga). (QS. An-Najm [53]:31)
dan beramal shaleh. Namun bagi mereka yang ingkar Allah telah menyebutkan
55
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-
Nahl [16]:97).
(QS.An-Najm [53]:41).
Supaya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan
Atau agar kamu (tidak) mengatakan: "Sesungguhnya jikalau kitab ini diturunkan
kepada kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk dari mereka." Sesungguhnya
telah datang kepada kamu keterangan yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan
rahmat. Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-
ayat Allah dan berpaling daripadanya? Kelak Kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan siksa yang
buruk, disebabkan mereka selalu berpaling. (QS. Al-An‟Am [6]:157).
56
Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah
dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan. (QS.
As-Sajdah [32]:10).
Demikianlah balasan terhadap musuh-musuh Allah, (yaitu) neraka; mereka
(Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan
kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah
memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS. An-Nur
[24]:38).
57
Masukklah kamu ke dalamnya (rasakanlah panas apinya); maka baik kamu
bersabar atau tidak, sama saja bagimu; kamu diberi balasan terhadap apa yang
Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah,
padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama
di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum
penaklukan (Mekah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang
menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada
masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan. QS. Al-Hadid [57]:10).
Melihat beberapa ayat yang telah penulis paparkan diatas, marilah kita
hayati dan kita renungkan kembali bahwa sebenarnya kita ini hanyalah mahkluk
yang sangat lemah dan tiada apa-apanya dibandingkan dengan kekuasaan Allah
yang Maha Tinggi, karena tiada suatupun yang bermakna bila tanpa pertolongan
dari-Nya. semoga dengan adanya ayat-ayat tersebut dapatlah ini menjadi pokok
dan pondasi bagi kita untuk selalu patuh dan tunduk kepada perintah Allah dan
dapat menjadi motivasi bagi kita agar selalu berada dalam keadaan beriman dan
beribadah kepada-Nya dan semoga kita menjadi hamba-hamba yang selalu dalam
Ridha-Nya.
dan hasanah di akhirat. Seperti firman Allah SWT. dalam surah Al-Baqarah ayat
58
Dan di antara mereka ada yang berdoa: ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan periharalah kami dari siksa api neraka.
dalam jangka waktu yang singkat. Mengharapkan upah segera dalam bekerja,
mengharapkan balasan segera setelah beramal saleh. Dalam setiap aktivitas kita,
tentunya ada harapan jangka pendek dan jangka panjang. Sejatinya setiap manusia
Dalam beribadah, tentunya juga memiliki target jangka pendek dan jangka
panjang. Perasaan berat saat mengupayakan diri mendekatkan diri kepada Allah
dengan segala target dan usaha yang harus dillakukan, terkadang kita hanya
beribadah kepada Allah akibatnya sepanjang usia yang Allah Swt. berikan, tidak
yang paling dahulu (masuk surga). Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah.
terdahulu. Dan segolongan sedikit dari orang-orang generasi terakhir”. (QS. Al-
Waqi‟ah: 10-14)
kuat dan keras untuk meningkatkan kualitas hidup. Orang-orang yang bersegera
59
untuk melakukan amal saleh, jumlahnya memang sedikit. Kita tidak boleh
amal saleh tersebut. Teguhkanllah diri kita bahwa amal saleh ini adalah sesuatu
yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Renungkanlah beberapa terjemahan ayat
berikut: “dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit”. (QS. Hud:
40). “bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit
sekali dari hamba-hamba Ku yang besryukur (berterima kasih)”. (QS. Saba: 34)
Dan masih banyak lagi ayat yang menjelaskan tentang “kelompok yang
sedikit”, dibalik berat dan banyaknya tantangan untuk melakasanakan niat di atas,
sangat sedikit orang yang siap berkorban untuk menggapai niat mulia tersebut.
Menyadari realita tersebut maka kita harus memiliki sifat yang sabar, teguh, tidak
mudah putus asa. Apa yang akan kita raih itu sesungguhnya merupakan sesuatu
yang besar dan berat perjuangannya, dan tidak semua manusia siap
melaksanakan ibadah kepada Allah, baik itu muncul dari golongan manusia
ataupun jin. Ada saja yang membuat kita ragu untuk meneruskan, terlebih ketika
kita berpikir tentang masa depan yang belum kita ketahui. Rasa was-was inilah
yang mampu mengendorkan semangat kita, semoga kita sabar dan teguh
60
B. Penafsiran Ulama Tentang Ayat-Ayat Motivasi
mengabdi kepada-Ku”
Ayat diatas memberi gambaran yang jelas bagi kita, seperti yang
disampaikan oleh Quraish Shihab dalam karya yang berjudul Tafsir Al-Mibah,
yang dikutip dari Syeikh Muhammad Abduh dimana beliau menjelaskan bahwa
ibadah bukan hanya sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia merupakan sebuah
bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa
juga merupakan dampak dari keyakinan bahwa keyakinan itu tertuju pada yang
Menurut Quraish Shihab ibadah itu ada dua bagian, yaitu ibadah murni
(ibadah mahdhah) dan ibadah tidak murni (ghairu mahdhah), ibadah mahdhah
yaitu ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya,
seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, sedangkan ibadah ghairu mahdhah
merupakan ibadah dalam bentuk segala aktivitas manusia lahir dan batin yang
Lain halnya menurut Thabathaba‟I seperti yang dikutip dalam Tafsir al-
Misbah, dimana menurut ulama ini tujuan dari ayat diatas memiliki makna bahwa
sesuatu yang digunakan oleh yang bertujuan itu (Allah) adalah untuk
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 13, (Jakarta:Lentera Hati, 2005), hal. 356.
61
menyempurnakan yang belum sempurna bagi-Nya, atau menanggulangi
kebutuhan kekurangan-Nya.
Pendapat ini dengan tegas dibantah oleh Quraish Shihab bahwa itu
merupakan hal yang mustahil bagi Allah, karena Dia tidak memiliki kebutuhan,
kekurangan yang perlu ditanggulangi. Namun disisi lain, suatu perbuatan yang
tidak memiliki tujuan adalah perbuatan sia-sia yang perlu dihindari, maka perlu
adalah kehadiran dihadapan Allah Swt dengan kerendahan hati dan penghambaan
maqam Tuhannya.
Sayyid Quthub mengomentari ayat diatas secara panjang lebar, antara lain
ditegaskan bahwa ayat diatas meskipun singkat namun mengundang hakikat dan
makna agung. Manusia tidak akan berhasil dalam kehidupan tanpa menyadari
maknanya dan meyakininya baik kehidupan pribadi atau kolektif. Ayat ini
menurut beliau membuka sekian banyak sisi dan aneka sudut dari makna dan
tujuan. Sisi pertama, bahwa pada hakikatnya ada tujuan tertentu dari wujud
manusia dan jin, ini merupakan suatu tugas, siapa yang melaksanakannya berarti
ia telah mewujudkan tujuan wujudnya, dan siapa saja yang mengabaikannya maka
7
Ibid, hal. 357
62
dia telah membatalkan hakikat wujudnya, dan menjadikan dia seorang yang tidak
memiliki tugas atau pekerjaan, hidupnya kosong tidak bertujuan dan berakir
dengan dengan kehampaan. Tugas tersebut adalah ibadah kepada Allah, yakni
penghambaan diri kepada-Nya, disini ada hamba dan disana ada Allah, disini ada
hamba yang menyembah dan mengabdi disana ada Tuhan yang disembah, juga
menambahkan sisi lain yang menonjol dari hakikat besar dan agung itu ditinjau
dari makna ibadah, dimana ibadah bukanlah hanya terbatas pada pelaksanaan
tuntunan ritual, karena jin dan manusia tidak menghabiskan waktu mereka dalam
tersebut, Allah mewajibkan aneka kegiatan lain yang menyita sebagian besar
kepada jin tetapi kita dapat mengetahui batas-batas yang diwajibkan kepada
bumi, juga mewujudkan sistem yang sejalan dengan undang-undang dan hukum
63
Dengan demikian dapat dipahami bahwa jangkauan ibadah disini lebih
luas maknanya dari pada ibadah yang berbentuk ritual. Tugas kekhalifahan
termasuk dalam ibadah, karena hukum ibadah mencakup dua hal pokok, yaitu:
insan, kemantapan perasaan bahwa ada hamba dan ada Tuhan, hamba
sebagai yang patuh dan Allah yang wajib dipatuhi tidak ada sekutu
bagi-Nya, tidak ada wujud ini kecuali satu, selain dari-Nya adalah
b. Mengarah kepada Allah dalam setiap gerak pada nurani, pada setiap
mengarah kepada Allah secara tulus ikhlas, melepaskan diri dari segala
perasaan yang lain dan dari segala makna yang selain makna
[51]:56 Allah menciptakan manusia dan jin dengan tujuan beribadah kepada-Nya,
sedikitpun kepada ciptaan-Nya, dan tidak memberi atau mengambil manfaat atas
apa yang telah Allah ciptakan, beribadah atau tidaknya mahkluk atau ciptaan-Nya,
Maha Tinggi atas segala sesuatu. Tetapi hamba yang sangat butuh pertolongan
64
Seperti HR. Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa
untuk beribadah kepada-Ku, Aku akan memenuhi hatimu dengan kekayaan, dan
Aku akan menutupi kefakiranmu, dan jika kamu tidak melakukannya, maka Aku
akan mengisi hatimu dengan kesengsaraan dan Aku tidak akan menutupi
kefakiranmu”8
Dalam tafsir Al-Azhar karya Prof. Dr. Hamka, menyebutkan bahwa ayat
ini memberi peringatan kepada manusia bahwa sadar atau tidak dia pasti
mematuhi kehendak Tuhan. Maka jalan yang lebih baik bagi manusia adalah
Apabila manusia mengenal kepada budi luhur, maka ia akan mengenal apa
yang disebut terima kasih, bayangkan saja segala yang telah dianugerahi Allah
bagi menjamin hidup di dunia, mulai dari kita masih tertutup mata sampai
sekarang ini, itu semua tidaklah dapat dihitung dan dinilai betapa besar nikmat
dan karunia Allah kepada kita. Semua itu belumlah sebanding dengan amal yang
sangat sedikit baru kita laksanakan, atas berkat rahmat dan kasih saying-Nya kita
8
Tafsir Ibnu Katsir, Labaabut Tafsir Min Ibnu Katsir, terj. M. Abdul Ghoffar, Abu Ihsan,
jilid 6, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i, 2000), hal, 18-19.
9
Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juzuk XXVII, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988), hal.
37-42.
65
2. QS. Al-Ahzab [33]:72
yang terkandung dalam ayat ini merupakan satu ilustrasi yang ditawarkan Allah
yang bukan bersifat paksaan, tentunya siapa saja yang ditawarkan Allah dirinya
itu memiliki potensi untuk melakukannya. Namun tawaran yang diberikan Allah
merupakan beban yang sangat berat, sehingga langit, bumi dan gunung
keagamaan tertentu, seperti rukun Islam, puasa dan mandi junub, seperti pendapat
Malik meriwayatkan bahwa Zaid bin Aslam mengatakan bahwa amanat itu ada
tiga, yaitu shalat, puasa dan mandi junub.11 Ada juga yang memperluas sehingga
sehingga mencakup semua beban agama. Selain itu ada yang memahami dalam
arti „akal‟ karena dengan akal mahkluk atau manusia memikul tanggung jawab. 12
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), hal. 332.
11
Tafsir Ibnu Katsir, Labaabut Tafsir Min Ibnu Katsir, terj. M. Abdul Ghoffar, Abu Ihsan,
jilid 5, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i, 2000), hal, 122.
12
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, hal. 332.
66
Penawaran amanah ada juga dipahami oleh banyak ulama dalam arti kiasan, ada
yang memahami mahkluk yang disebut diatas seperti langit, bumi dan gunung
benar ditawarkan amanah tersebut, dan ada juga yang memahaminya bahwa yang
ditawarkan bukan langit, bumi, atau gunung, tetapi yang ditawarkan adalah
penghuni langit, penghuni bumi dan penghuni gunung, sedangkan kata “insan”
ada ulama yang memahami khusus kepada Adam, dan ada juga pendapat bahwa
yaitu apa yang diserahkan kepada seseorang untuk dipelihara dan ditunaikan
sebaik mungkin, serta menghindari segala bentuk penyia-nyiaan baik itu secara
hakikatnya adalah suatu yang dititipkan kepada orang lain untuk dipelihara dan
suatu saat dikembalikan kepada pemiliknya, ini berarti ada sesuatu yang dititipkan
Allah kepada manusia dan harus dikembalikan kepada-Nya. Selanjutnya ulama ini
menjaga atau merusak amanah yang diberikan ataupun menjaga dan memelihara
dengan sebaik-baiknya, tentu akan memikul salah satu dari tiga sifat yang
disebutkan diatas.13
13
Ibid, hal 334.
67
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip pendapat Al-„Aufi, ia berkata dari
Ibnu Abbas ra, “yang dimaksud dengan amanah adalah ketaatan yang
ditawarkan kepada mereka sebelum ditawar kepada Adam, akan tetapi mereka
tidak menyanggupinya, lalu Allah berfirman kepada Adam: “Aku memberikan
amanah kepada langit dan bumi serta gunung-gunung, tetapi mereka tidak
menyanggupinya, apakah kamu sanggup menerimanya?” Adam menjawab: “ya
Rabb-ku apa isinya” Allah berfirman: “jika engkau berbuat baik engkau akan
diberi balasan, dan jika engkau berbuat buruk engkau akan disiksa” lalu Adam
menerimanya, itulah firman Allah: “dan dipikullah amanat itu oleh manusia,
sesungguhnya manusia itu amat dhalim dan amat bodoh.”14
Melihat ayat diatas, muncul sebuah pertanyaan: “mengapa Allah yang
yang berat dan penting, yang justru telah ditolak oleh mahkluk-mahkluk besar dan
kuat seperti langit dan bumi ataupun gunung-gunung, padahal Allah telah
mengetahui bahwa manusia itu mahkluk kecil dan lemah, dan menerima amanah
seseorang yang tidak waras suatu tugas yang bersifat umum yang sebelumnya
suatu yang buruk dan mengandung kecaman terhadap pelakunya, dan juga karena
potensi untuk menunaikannya dengan baik, itu karena Allah tidak menyerahkan
amanah itu bila Ia tidak mengetahui ketiadaan potensi itu, tidak ubah seperti
14
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, hal. 121.
15
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), hal. 334.
68
seorang yang akan tercela jika menyerahkan sebilah pisau kepada anak kecil atau
bijaksana baru akan menyerahkan hal tersebut atau menugaskan siapa yang
Sayyid Quthub menulis bahwa langit, bumi dan gunung yang dipilih Allah
merupakan mahkluk yang sangat besar, manusia hidup di dalam dan di sekitarnya,
sehingga terlihat manusia itu sangat kecil. Mahkluk-mahkluk ini mengenal Allah
tanpa upaya dari mereka, kesemuanya taat secara otomatis tanpa berfikir atau
perantara, mereka berjalan sesuai sesuai dengan hukum yang ditetapkan Allah
secara teratur tanpa berhenti walau sesaatpun, dan tanpa menyadari atau
upaya dan kesungguhan, taat kepada Allah berdasarkan kehendak dan dorongan
dirinya seta dengan melawan nafsu yang mengajak kepada penyimpangan dan
16
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), hal. 332.
69
Manusia memilih suatu jalan mengetahui arah dan tujuannya, ini
merupakan amanah besar yang dipikul oleh mahkluk kecil badannya, lemah
menyandang resiko yang besar, dengan menerima maka ia telah memikul satu
beban tanggung jawab yang besar, dan karena itu pula ia mendapat lakap
Memang jika ia berhasil memikul dan bangkit melaksanakan apa yang dituntut
amanat tersebut, maka sungguh dia telah mencapai maqam yang mulia, suatu
tersebut, dimana dalam tawaran Allah kepada langit dan bumi serta gunung
tentang tanggung jawab amanah yang hendak diberikan kepada mereka, namun
dan bodoh”. Mereka disebut dhalim karena menyia-nyiakan amanat itu, tidak
menjunjung tinggi tawaran Allah yang telah mereka terima, mereka menjadi
terhitung bodoh karena tidak tahu harga diri, sampai ada yang mau menyekutukan
yang lain dengan Allah, dan sampai ada yang mau menjadi orang munafik, dan
17
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, hal. 335.
70
juga mereka tidak menyadari bahwa hidup manusia itupun merupakan amanah
Allah, seperti yang termaktub dalam Al-Quran bahwa tujuan penciptaan manusia
adalah untuk beribadah kepada Allah Swt, mereka terkadang lupa sehingga
hidupnya sia-sia.18
bahwa amanah yang terkandung dalam ayat ini adalah semata-mata adalah
yang mendalam, diantaranya seperti yang tersebut dalam QS. Al-Hasyr [59]:21
pastilah akan kamu lihat gunung itu tunduk hingga menjadi hancur karena
takutnya kepada Allah, namun jika kita bawa sebuah mushaf ke sebuah gunung
atau bukit, lalu kita letakkan disana, maka gunung itu tidak akan runtuh sedikitpun
karena itu.
kita terhadap amanah yang diletakkan Tuhan keatas pundak manusia, sekiranya
langit bertubuh seperti manusia, begitu pula bumi ataupun gunung akan beratlah
mereka menerima amanat itu karena sangat mulia, tetapi manusia yang kecil
majaz atau sindiran, sedangkan langit, bumi dan gunung merasa berat
18
Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXII, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988), hal.111.
19
Ibid, hal.112.
71
Dengan ketegasan hidup yang memiliki tanggung jawab dan amanah,
semoga kita termasuk dalam jiwa orang-orang beriman yang memegang teguh
amanah, tidak menjadi orang yang goyang pendirian, jiwa kecil tidak menjadi
munafik ataupun musyrik, meski banyak godaan hawa nafsu atau dorongan
telah membuat sekutu untuk menghancurkannya, tetapi mereka akan rapuh dan
hancur disebabkan hati dan jiwa telah terpatri kokoh dalam ketauhidan kepada
Allah Swt.
langkah dan gerak gerik beliau merupakan pelajaran berharga bagi kita sebagai
umatnya. Maka tidak heran bila kita membaca literatur umat-umat dahulu yang
yang tidak pernah bimbang dan tak sedikitpun goyang dalam menegakkannya.
Rasul tetapi tidak mampu memberi jalan terang malah jauh tersesat dalam jurang
sepatutnya kita melihat dalil-dalil hadits tentang hal tersebut, bukan hanya
berpegang atas dasar logika semata sehingga bersandar pada hadits dhaif bahkan
palsu. Tetapi kita mesti mencoba menelusuri dan menggali kembali kebenaran
yang dipaparkan oleh ahli-ahli modern sehingga tidak terjadi praktek bid‟ah yang
72
Dalam penyiaran Islam, Rasulullah memiliki beberapa pendekatan dalam
kedhaliman kaum jahiliyah seperti dalam hal penyembahan berhala dan diganti
bagi mereka terutama dalam beribadah kepada Allah Swt dengan sebenarnya.
menjadi kaum yang berbudi dan berahklak mulia, sehingga dalam waktu dua
periode ± 23 tahun mereka mampu menerima ajaran Rasul dengan mantap dan
kokoh. Maka pendekatan inilah yang menjadi pelajaran berharga bagi kita sebagai
ini agar terus berkibar panji-panji Islam hingga seluruh pelosok dunia. Pendekatan
tersebut yaitu:
1. Pendekatan Personal
Pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu Rasul
langsung bertatap muka dengan sahabat dan orang sekitar dalam memberi
materi dan pelajaran agama, sehingga apa yang disampaikan Rasul langsung
Allah melalui Jibril disaat beliau berada di Jabal Nur dalam gua Hira‟
73
2. Pendekatan Pendidikan
Diantara metode yang digunakan Rasulullah dalam menumbuhkan
lewat pendidikan yang dilakukan perkelompok atau komunitas, hal itu sering
3. Pendekatan Diskusi
Pendekatan diskusi merupakan salah satu dari bentuk yang paling
4. Pendekatan Penawaran
Salah satu falsafah pendekatan penawaran yang dilakukan Nabi adalah
ajakan untuk beriman kepada Allah tanpa menyekutui-Nya dengan yang lain.
Cara ini dilakukan Nabi Saw dengan memakai metode yang tepat tanpa
bahkan ia akan melakukannya dengan niat ikhlas yang timbul dari hati yang
paling dalam.
5. Pendekatan Misi
Maksud dari pendekatan ini adalah pengiriman utusan yang telah
dianggap mampu oleh Nabi kepada tempat-tempat yang masih jauh dalam
ketauhidan Allah Swt, meskipun pendekan model ini saat dirintis di Mekkah
74
D. Analisis Penulis
Dalam banyak ayat Al-Quran telah disinggung oleh Allah Swt tentang
motivasi” karena teks Al-Quran bersifat global atau universal yang mencakup hal-
hal umum lainnya. Tetapi perlu kita ketahui dari beberapa ayat yang telah
dipaparkan diatas telah mencakup beberapa hal yang menjadi faktor tumbuhnya
motivasi pada seseorang, baik itu yang bersifat internal ataupun eksternal.
ayat motivasi tersebut ditinjau dari pengertian definisi saja, tetapi melihat
bagaimana dan metode apa saja yang digunakan dalam Al-Quran dalam
menumbuhkan motivasi tersebut. seperti contoh dalam QS. Yunus ayat 108-109,
QS. Isra ayat 70, Allah akan mengangkat derajat anak-anak Adam dari seluruh
ciptaan-Nya yang lain. Ini merupakan salah satu bentuk motivasi yang bersifat
ekstrinsik yang terakum dalam pemberian hadiah atau bagian dari mau‟idhah.
Ataupun berupa janji-janji baik yang disampaikan oleh Allah maupun hukuman
Oleh karena itu melihat beragam macam redaksi ayat yang di sampaikan
Allah lewat kalam suci, penulis melihat semua itu telah terakum dalam dalam QS.
75
“Ajaklah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Ayat ini merupakan ayat yang telah mencakup dari berbagai macam faktor
untuk menumbuhkan motivisi beribadah pada diri manusia yang dilihat dari
Hasanah.
Allah. Hal ini bertalian erat dengan kewajiban kita untuk merealisasikan kembali
perjanjian hamba dengan Allah yang telah terikrar sejak awal mula diciptakan.
1. Al-Hikmah
Ajaran Islam sungguh sangat humanis, karena ia merupakan ajaran yang
sesuai dengan fitrah manusia, dan pada dasarnya manusia akan cenderung dan
perjanjian tauhid.
76
Firman Allah dalam QS. Al-„Araf [7]:172 yang berbunyi: “Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
Melihat konteks ayat ini maka dapat kita pahami bahwa salah satu bentuk
hakikat fitrahnya yakni mengakui serta menjunjung tinggi ikrar yang telah
dengan penuh hikmah dan kearifan untuk menghindari dari segala bentuk
konflik ataupun hal yang tak diinginkan, karena dalam melaksanakan ini
bukanlah hal yang mudah, kesulitan disebab oleh banyak faktor diantaranya
77
c. Tipe pengikut dini, yaitu masyarakat sederhana yang kadang-kadang
dahulu tentang mereka, karena metode hikmah ini akan mampu menetapkan
sekaligus dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain, meskipun keadaan
yang selama ini mereka jalani merupakan kehidupan yang salah dan mereka
tahu bahwa keadaan yang asing itu sebenarnya sesuatu kebenaran yang nyata,
kesempurnaan.
78
Salah satu hal yang menjadi contoh seperti diturunnya Al-Quran tidak
secara sekaligus, melainkan surat demi surat, ayat-demi ayat dan kadang-
dengan cara demikian lebih disenangi oleh jiwa dan lebih bisa meresapi
2. Mau’idhah
Mau‟idhah Hasanah merupakan salah satu metode dalam Al-Quran yang
nasehat atau bimbingan dengan cara yang lemah lembut agar mereka mau
a. Nasehat
Islam merupakan agama yang saling menasehati, seperti riwayat
20
Abdul Hamid al-Bilali, Fiqh al-Dakwah fi Ingkr al-Munkar, (Kuwait: Dar al-Dakwah,
1989), hal.260.
79
Karena Rasul telah mengungkapkan secara tegas kewajiban muslim
untuk saling menasehati muslim lainnya bila telah berada dalam jalur
oleh setiap individu bukan hanya sebatas bergantung pada ulama dan
fenomenal sulit kita jumpai karena manusia telah jauh larut dalam
kembali mengingat realita yang telah jauh merosot dan menyimpang dari
ajaran-ajaran kebenaran.
langkah mulia dalam membangun kembali jalan yang benar guna untuk
metode yang pertama sekali dilakukan oleh Nabi kita Muhammad Saw
Firman Allah:
80
“Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu)
Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu
Nuh:8)
yang negatif dimana metode ini seringkali tidak menjadi metode yang
lunak bagi sebagian kecil manusia, seperti yang telah Allah sebutkan
81
dengan kemauan hawa nafsu sendiri, hal itu telah ditegaskan dalam Al-
amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.” (QS. An-Nahl [16]:25)
menyiarkan agama ini bagi masyarakat perlu dakwah dan seruan yang
dalam tentang kekuatan dan kekuasaan Allah yang dapat kita laksanakan
secara lisan dan langsung di depan masyarakat. Karena metode ini adalah
tauhid dan mengajak beriman kepada Allah, dan ternyata metode ini
adalah metode yang sangat ampuh bagi kita dalam mencontoh cara Nabi
82
menakjubkan, tergantung atas situsi dan kondisi objek yang dituju. Jenis
tersebut diantaranya:
1) Qaulan Baligha
Qaulan Baligha merupakan ungkapan Al-Quran yang
21
QS. An-Nisa: 61.
83
cara yang berbekas dan mengesankan agar mereka tercegah dari niat
jahatnya22
dengan sifat dusta, khianat dan ingkar janji maka bila hati tersebut
2) Qaulan Layyinan
Qaulan Layyinan secara harfiyah bemakna komunikasi
kalamnya, hal ini tercantum dalam surah Thaha ayat 43-44 yang
berbunyi:
“Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah
takut".
22
Tafsir Ibnu Katsir, juz 5. hal.281.
23
Kamus Munawir, hal.107.
24
Munafik merupakan sebutan bagi orang-orang yang mengaku mengikuti ajaran agama
tetapi kenyataannya mereka ingkar
84
Ungkapan Qaula Layyinan merupakan perintah Allah yang
sadar. 25
dengan ungkapan sejuk dan lemah lembut, tidak kasar atau dengan
ucapan keras dan lantang, karena hak tersebut bila ungkapan tersebut
yang perlu sekali kita perhatikan dalam melihat orang yang hendak
3) Qaulan Ma’rufan
Qaulan Ma‟rufan dapat diterjemahkan sebagai ungkapan
25
Tafsir Jalalain.
85
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari sedekah
Baqarah [2]:263)
kesulitan pada orang lemah, jika kita tidak dapat membantu secara
4) Qaulan Maisura
Qaulan Maisura adalah perkataan yang ringan, kalimat
dipahami secara spontan tanpa harus berpikir dua kali. Firman Allah:
26
Jalaluddin Rahmad, Etika Komunikasi Perspektif Religi, Makalah Seminar, (Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 18 Mei 1996).
86
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat
5) Qaulan Karima
Qaulan karima adalah perkataan yang mulia, santun, penuh
87
bisa juga berbuat khilaf dan kesalahan. Sementara kondisi fisik
b. Tabsyir Wa Tandzir
1) Tabsyir
manusia yang mampu dilihat dan ditatap hanya bagian luar saja yaitu
kulit, dan dengan kulit itu pula manusia sombong, angkuh dan ada
dengan “kabar gembira atau berita pahala”, hanya saja bentuk kabar
27
Ahmad Wason Munawir, Kamus Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hal. 85.
28
M. Qurish Shihab, Wawasan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996), hal. 279.
29
Abdul Baqi Muhammad Fuad, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfadz Al-Quran al-Karim,
(Cairo: Dar Al-Kutub al-Misyriyah, tt), hal. 120.
88
tentang turunnya Al-Quran, dan kabar gembira tentang syurga dan
b) Memberikan harapan
30
Said bin Ali al-Qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press,
1994), hal. 362.
89
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-
laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl [16]:97)
tentram melaksanakannya.
90
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik.” (QS: An-Nur [24]:55)
Nya.
91
92
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada
cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-
pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka
daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu
adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (QS.
Al-Baqarah [2]:257)
93
2) Tandzir
Kata tandzir atau indzar secara bahasa berasal dari kata na-
dza-ra yang menurut Ahmad bin Faris adalah suatu kata yang
c. Qashash
Secara epistimologi lafadz qashash merupakan bentuk jamak dari
kata qishah lafadz ini merupakan bentuk masdar dari kata qassa ya
31
Ahmad bin Faris bin Zakaria, Mu‟zam al-Muqayis fi al-Lughah, (Beirut: Dar al-Fikr,
1994), hal. 1021.
32
Ali Mustafa Yakub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1997), hal. 49.
33
Ibnu Mandzur, Lisanul Arab. 12/148.
94
kini dan masa yang akan datang.34 Allah berfirman dalam Al-Quran
“Sesungguhnya ini ialah kisah-kisah yang benar; dan tiadalah Tuhan
Dari ayat diatas jelas bagi kita bahwa kisah-kisah yang termaktub
dalam Al-Quran merupakan peristiwa nyata yang tak perlu diragukan lagi
sangatlah penting untuk menjadi cermin bagi kita dalam hidup didunia
merupakan salah satu bentuk dari peradaban masa lalu, sehingga bisa
hikmah dibalik semua itu dan berusaha untuk menjauhi dan tidak
34
Mustafa Muhammad Sulaiman, al-Qishash fi al-Karim, (Mesir: Mathbah al-Amanah,
1994), hal. 4.
95
3. Mujadalah
Al-Quran melalui ayat-ayatnya menaruh perhatian besar pada
yang kuat.
Dalam hal ini yang perlu digaris bawahi bahwa antara debat dan
lafadz “qaala” (dia telah berkata), “yaquulu” (dia sedang / akan berkata),
96
hal ini telah diungkapkan oleh Al-Quran secara berulang-ulang lebih dari
1.700.35
a. Al-Hiwar
Islam merupakan agama saling menasehati, sebuah agama tidak
mampu berdiri kokoh atau tersebar suatu pola kecuali dengan sebuah
atas suatu ajaran, bahwa Islam merupakan sebuah agama risalah untuk
yang telah ditetapkan yaitu sebagai penerus risalah Islam yang telah
arif dan bijaksana karena dengan cara ini akan mampu memicu dan
35
Dapat dilihat pada Al-Mu‟jam Al-Mufahras dan ayat-ayat yang mempergunakan lafadz
Al-Khiwar. (Disamping menggunkan lafadz yang berakar kata al-qawl, terdapat pula lafadz “Haa-
jjaka, Tuhaa-jjuna, Haa-jjajtum” yang berarti membantah: QS. Ali Imran ayat 61, 65, 66 ).
97
Ibarat dua insan yang dipisahkan oleh sebuah sungai yang luas
ataupun jurang yang dalam, dan apabila mereka ingin bertemu maka
b. As-Ilah Wa Ajwibah
Kata As-„Ilah merupakan jamak dari kata As-Saw-al yang berarti
suatu yang paling bagus atau yang paling baik, dalam bentuk mengajukan
jawaban itu harus sesuai dengan dengan pertanyaan dengan bunyi kaedah
36
Ahmad Warson, Munawir, hal. 636.
37
Al-Zarkasyi, Al-Burhan fi „Ulumul Quran, Juz II, (Kairo: Dar al-Ihya al-Kutub al-
Arabiyyah, 1376 H), hal. 83.
38
op.cit,. (Beirut:Dar al-Kutb al-Ilmiyyah, 1988), cet. I. hal. 50
98
menanyakan kepada Rasulullah tentang bulan, mengapa pada mulanya ia
99
BAB EMPAT
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Quran memiliki banyak ragam metode dalam hal menumbuhkan
motivasi bagi manusia dalam hal ibadah khususnya. Hal ini dapat penulis
bandingkan dengan teori-teori yang dikeluarkan para ahli psikologi dalam hal
menumbuhkan motivasi. Walaupun sebagian yang telah disebutkan para ahli juga
disebutkakan dalam Al-Quran, tetapi banyak hal yang belum kita temukan di
beberapa buku atau rujukan tentang psikologi yang menjelaskan hal-hal yang
Tuhan yang terpancarkan dalam Al-Quran memiliki banyak sekali ilmu yang
undangan hidup manusia, salah satu isi yang terkandung dalam Al-Quran
yang paling penting adalah motivasi pada diri pribadi untuk melakukan
100
ibadah sesuai dengan kodrat, hakikat, dan motto hidup di dunia yaitu untuk
memberi solusi dan harapan agar dapat menjadi hamba yang selalu ingat
kepada-Nya.
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
petunjuk”.
5. Adapun Ayat ini merupakan ayat yang telah mencakup dari berbagai
manusia atau orang lain yang dilihat dari metode yang disampaiakan, yaitu
101
B. Saran-Saran
Tinggi.
mengintrofeksi diri, apakah selama ini motto atau tujuan hidup telah kita
persoalan duniawian.
102
remaja muslim telah terdekadensi moral yang sangat drastis diera modern
ini.
5. Bagi Perguruan tinggi; Pembahasan ini selain salah satu aktualisasi Tri
yang terakir dalam bentuk penelitian, juga merupakan salah satu karya
yang sangat penting untuk menjadi rujukan dan pedoman khusunya dalam
insan yang beriman, taat dan patuh atas setiap perintah Allah Swt,
damai dan tentram, bila semua kita telah benar-benar beriman tidak ada
103
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Al-Karim
Abdul Hamid al-Bilali. Fiqh al-Dakwah fi Ingkar al-Munkar. Kuwait: Dar al-
Dakwah. 1989.
Abu Ammar & Abu Fatihah Al-Adnani. Mizanul Muslim. Solo: Cordova
Mediatama. 2009.
1997.
Ahmad Thib Raya & Siti Musda Mulia. Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam
Islam. Bogor: Kencana. 2003.
104
Chalijah Hasan. Deminsi-Deminsi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al-Ikhlas.
1994
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/02/07/semangat-itu/
Ibnu Katsir. Labaabut Tafsir Min Ibnu Katsir. Terj. M. Abdul Ghoffar, Abu Ihsan.
Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i. 2000.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah. al-Ruh.
Manna’ al-Qathtan. Pengantar Studi Ilmu Al-Quran. Cet. II, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar. 2007.
1995.
105
Sayyid Muhammad Thanthawi. Adab al-Khiwar fi Islam. Mesir: Dar al-
Nahddhah. Terj. Zuhaeri Misrawi, Zamroni Kamal. Cet. I. Jakarta: Azam,
2001, pada kata pengantar.
Persada. 1990.
Winardi. Manajemen Prilaku Organisasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 1992.
106