Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

DO
DENGAN MASALAH HARGA DIRI RENDAH

DISUSUN OLEH :
Intan Putrienjelina Waeo
711440118046

PRODI DIPLOMA III JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES MANADO
2020

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan suatu kebutuhan tiap individu yang
sangat penting. Oleh karena itu kesehatan jiwa harus juga diperhatikan.
Selain hal inimerupakan peran petugas kesehatan, tetapi merupakan hal
yang menuntutadanya keselarasan dan kerja sama dari berbagai pihak
selain individu itusendiri, keluarga maupun lingkungan.Dari berbagai
masalah kesehatan jiwa, gangguan konsep diri denganharga diri rendah
banyak mengiringi penyakit-penyakit gangguan jiwa. Bila hal ini terjadi,
terkadang dapat menimbulkan dampak yang buruk pada
diri pasien sendiri maupun orang lain di sekitarnya. 
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadp diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal
diri (Keliat, 1998). Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika
kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan
hubungan interpersonal yang buruk.
B. TUJUAN
a) Tujuan khusus
Tujuan utama dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
individu mata kuliah Keperawatan jiwa 
b) Tujuan umum
Menerapkan teori dan lebih menekankan dalam mempraktekan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, tindakan dan
evaluasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Penyakit

A. Pengertian Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadp diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal
diri (Keliat, 1998). Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika
kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan
hubungan interpersonal yang buruk.
Harga diri meningkat bila diperhatikan/dicintai dan dihargai atau
dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi
sampai rendah. Harga diri tinggi/positif ditandai dengan ansietas yang
rendah, efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu
yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan
mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa
aman sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah melihat
lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman
(Yoseph, 2009).
B. Etiologi Harga Diri Rendah
Gangguan harga diri rendah menurut ( Carpenito, 2007 ) dapat
terjadi secara : Kronis dan situasional. Harga diri rendah kronis adalah
keadaan individu mengalami evaluasi diri negatif yang mengenai diri
sendiri atau kemampuan dalam waktu lama, misalnya kegagalan untuk
memecahkan suatu masalah atau berbagai stress berurutan dapat
mengakibatkan harga diri rendah kronik. Sedangkan harga diri rendah
situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri
dalam berespons terhadap suatu kejadian ( kehilangan, perubahan ).
Harga diri rendah biasanya terjadi karena adanya kritik diri sendiri
dan orang lain, yang menimbulkan penurunan produktifitas yang
berkepanjangan, yang dapat menimbulkan gangguan dalam berhubungan
dengan orang lain dan dapat menimbulkan perasaan ketidakmampuan dari
dalam tubuh, selalu merasa bersalah terhadap orang lain, mudah sekali
tersinggung atau marah yang berlebihan terhadap orang lain, selalu
berperasaan negatif tentang tubuhnya sendiri. Karena itu dapat
menimbulkan ketegangan peran yang dirasakan kepada klien yang
mempunyai gangguan harga diri rendah. Harga diri rendah juga selalu
mempunyai pandangan hidup yang pesimis dan selalu beranggapan
mempunyai keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan
terhadap kemampuan yang dimiliki, dapat menimbulkan penarikan diri
secara sosial, yang dapat menimbulkan kekhawatiran pada klien ( Stuart &
Gail, 2007 ).
Klien yang mempunyai gangguan harga diri rendah akan
mengisolasi diri dari orang lain dan akan muncul perilaku menarik diri,
gangguan sensori persepsi halusinasi bisa juga mengakibatkan adanya
waham ( Stuart & Gail W, 2007 ).
C. Manifestasi Klinis Harga Diri Rendah
Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri rendah
adalah:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produkrivitas.
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.

Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga diri
rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapi, selera makan menurun,tidak berani menatap lawan bicara, lebih
banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.

Tanda dan gejala yang dapat dikaji:


 Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap
tindakan penyakit.Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok
(botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti kanker.
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak
kerumah sakitmenyalahkan dan mengejek diri sendiri.
 Merendahkan martabat. Mis: saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
memang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
 Gangguan hubungan sosial. Mis: menarik diri, klien tidak mau bertemu
orang lain, lebih sukamenyendiri.
 Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan yang suram
mungkin memilih alternatif tindakan.
 Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dgn harapan yg suram
mungkin klien inginmengakhiri kehidupan.
 Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan.
 Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
 Keluhan fisik
 Penolakan terhadap kemampuan personal

Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah kronis juga di


pengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial
dan kultural.

Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun
dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai
oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.

Berdasarkan faktor psikologis , harga diri rendah konis sangat


berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan
peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami
harga diri rendah kronis meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan
teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran
dalam pekerjaan
Faktor sosial: secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi
proses terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat
tinggal didaerah kumuh dan rawan, kultur social yang berubah misal
ukuran keberhasilan individu.
Faktor kultural: tuntutan peran sesuai kebudayaan sering
meningkatkan kejadian harga diri rendah kronis antara lain : wanita sudah
harus menikah jika umur mencapai duapuluhan, perubahan kultur kearah
gaya hidup individualisme.Akumulasi faktor predisposisi ini baru
menimbulkan kasus harga diri rendah kronis setelah adanya faktor
presipitasi. Faktor presipitasi dapat disebabkan dari dalam diri sendiri
ataupun dari luar, antara lain ketegangan peran, konflik peran, peran yang
tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi peran
dan transisi peran sehat-sakit.

D. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah


Berdasarkan hasil riset Malhi (2008, dalam http:www.tqm.com)
menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-
cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam
mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang
rendah. Selanjutnya, hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang
tidak optimal.
Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga
diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian
atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang
dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Hargadiri
rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut
lebih dari kemampuannya. Dalam Purba (2008), ada empat cara dalam
meningkatkan harga diri yaitu:

1. Memberikan kesempatan berhasil

2. Menanamkan gagasan

3. Mendorong aspirasi

4. Membantu membentuk koping

Menurut Fitria (2009), faktor -faktor yang mempengaruhi proses


terjadinya harga diri rendah yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

 Faktor predisposisi Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah


adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain ideal diri yang tidak realistis.
 Faktor presipitasi Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah
biasanya adalah hilannya sebagian tubuh, perubahan
penampilan/bentuk tubuh, mengalami kegagalan serta menurunya
produktivitas.
Sementara menurut Purba, dkk (2008) gangguan harga diri rendah
dapat terjadi secara situasional dan kronik. Gangguan harga diri yang
terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul
secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan,
menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana sehingga harus
masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga menyebabkan
rendahnya harga diri seseorang diakibatkan penyakit fisik, pemasangan
alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak
tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh, serta perlakuan
petugas kesehatan yang kurang mengharagai klien dan
keluarga.Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.
E. Rentang Respon Harga Diri Rendah
Respons harga diri rendah sepanjang sehat-sakit berkisar dari status
aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status kerancuan identitas serta
depersonalisasi yang lebih maladaptive. Kerancuan identitas merupakan
suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi
masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis. Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis dan merasa
asing dengan diri sendiri, hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas
panik dan kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan
memberikan diri sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak
nyata dan asing baginya
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.DO DENGAN


MASALAH HARGA DIRI RENDAH

IDENTITAS

Nama Pasien : Tn.DO

Umur : 25 thn

Alamat : Karombasan utara

Jenis Kelamin : laki-laki

Status Perkawinan : Belum menikah

Orang Yang Berarti : Semua anggota keluarga

Pekerjaan :-

Pendidikan : SMP

Tanggal Pengkajian : 27 Oktober 2020 Jam : 10 : 00

Diagnosa Medik : Harga diri rendah

Penampilan : penampilan kurang rapi

Keluhan utama :

klien mengatakan malu untuk bersosialisasai dengan tetangganya karena masalah


yang dialami keluarganya. Klien mengatakan lebih suka di rumah karena sering di
kucilkan oleh orang lain, klien mengatakan merasa tidak berguna karena putus
sekolah dan tidak bekerja

Alasan masuk RS :

2 bulan lalu sebelum masuk RS, klien sering menyendiri, sulit berkomunikasi, dan
sulit tidur
FAKTOR PREDISPOSISI

Klien pernah mengalami gangguan jiwa sekitar 5 tahun yang lalu dan pernah
rawat jalan di RS , kontrol tidak rutin, pengobatan kurang berhasi. Klien dulu
pernah terlibat pergaulan yang salah dan sempat mengkonsumsi pil estasi/sabu.

STATUS MENTAL

1. Emosi : Klien bisa mengendalikan emosinya


2. Konsep Diri : Klien mengatakan merasa minder dan masih
merasa malu bila berada ditengah-tengah masyarakat. Klien berharap
bisa sepenuhnya diterima di masyarakat, tanpa ada yang melihat masa
lalunya, sehingga bisa melakukan aktivitas seperti biasanya tanpa ada
perasaan khawatir/malu

3. Pola Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang


4. Gaya Komunikasi : klien berbicara dengan lambat tapi bisa dipahami
5. Aktivitas motorik : Lesu
6. Alam perasaan : Putus asa
7. Penampilan : Klien tampak kurang rapih
8. Daya tilik diri : Klien tahu dan sadar saat di wawancara

PERSEPSI DAN HARAPAN

1) Pasien
2) Keluarga
a. Tanyakan persepsi pasien tentang saat ini dan harapan pasien saat ini
Klien saat ini menginginkan bisa kembali normal tidak mempunyai
penyakit apapun
b. Tanyakan apa yang dirasakan pasien saat ini :
Klien mengatakan merasa minder dan masih merasa malu bila berada
ditengah-tengah masyarakat dan keluarganya
c. Tanyakan pada keluarga tentang kondisi pasien dan harapan pasien :
Keluarga pasien mengatakan kondisi pasien selalu menyediri dan
merasa diri tidak berharga
d. Tanyakan apa yang dirasakan keluarga saat ini terkait dengan keadaan
pasien :
Keluarga mengatakan saat ini merasa sedih dan cemas dengan keadaan
pasien

LATAR BELAKANG STATUS SOSIAL BUDAYA

1. Pekerjaan :
Klien tidak bekerja

2. Hubungan Sosial:
Orang yang dekat dengan klien adalah ibu, hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain karna klien merasa malu dengan masalah keluarganya
3. Spritual
Klien mengatakan bahwa dirinya jarang berdoa

RIWAYAT KELUARAGA

1. Genogram
Keterangan:

: Perempuan : Tinggal serumah

: Laki-laki : pasien

: Meninggal

2. Masalah Keluarga dan Krisis : Klien menarik diri dengan lingkungannya


3. Interaksi Dalam Keluarga : interaksi dan komunikasi dengan antar
keluarga kurang baik kecuali dengan ibunya.

PENGKAJIAN FISIK

1. Riwayat Penyakit
klien mengatakan malu untuk bersosialisasai dengan tetangganya karena
masalah yang dialami keluarganya. Klien mengatakan lebih suka di rumah
karena sering di kucilkan oleh orang lain, klien mengatakan merasa tidak
berguna karena putus sekolah dan tidak bekerja
2. Pemeriksaan Fisik :
TD : 130/90mmHg
N : 75x/m
R : 20x/m
S : 36 C
Keadaan fisik :Klien tidak mengeluh sakit apa-apa, tidak ada kelainan fisik
3. Kebiasaan Yang Berhubung dengan Status Kesehatan :
Merokok : Pasien pernah merokok.
Akohol/obat terlarang : Pasien pernah mengkonsumsi alcohol/obat
terlarang.
4. Istirahat dan tidur :
Pasien mengatakan Istirahat dan tidur cukup, Normal ( 7-8 Jam)
5. Nutrisi :
Pola Makan pasien baik/normal 3xsehari (Nasi,Ikan dan sayur+buah).
6. Eliminasi :
7. Pola Eliminasi pasien baik/normal, BAB : 1-2xsehari dengan konsistensi
feses lembek. BAK 5-6xsehari dengan warna urine jernih.
8. Orientasi : pasien berbicara dengan pelan
9. Tingkat Aktivitas : pasien hanya berdiam diri
Energi : tingkat energi pasien stabil
A. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Resiko menarik Harga diri rendah
Klien mengatakan merasa minder dan diri situasional
merasa malu bersosialisasi dengan Perubahan peran
tetangganya karena masalah keluarga sosial

dan klien merasa tidak berguna karena


pengangguran Harga diri rendah
situasional
DO :
 kontak mata kurang
 klien tampak masih malu
berkomunikasi dengan orang
lain
TD : 130/90mmHg
N : 75x/m
R : 20x/m
S : 36 C

B. Pohon Masalah

Resiko menarik
diri

Perubahan
peran sosial

Harga diri
rendah
situasional
DIAGNOSA (D.0087 Hal.194)

Harga diri rendah situasional b/d Perubahan peran sosial

TINDAKAN KEPERAWATAN

Inisial Pasien : Tn. DO

Alamat : Karombasan utara

Nama Mahasiswa : Intan P. Waeo

Intervensi Keperawatan

Tanggal NO Diangnosa Tindakan Keperawatan


Tujuan Intervensi
Keperawatan
27/10/2020 1. Harga diri rendah Setelah dilakukan 1. Monitor verbalisasi yang
situasional b/d
tindakan keperawatan merendahkan diri sendiri
Perubahan peran
sosial selama 3x24jam 2. Motivasi terlibat dalam
diharapkan hubungan verbalisasi positif untuk diri
saling percaya dapat sendiri
dibina dengan KH : 3. Diskusikan persepsi negatif
 Penilaian diri diri
positif meningkat 4. Anjurkan membuka diri
 Perasaan malu terhadap kritik negatif
menurun 5. Latih cara berfikir dan
L.09069 hal.30 berperilaku positif
I.09308 h al.364(hal 211)

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


D HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
X
1 Minggu, 27/10/2020 1. Memonitor verbalisasi yang S : Klien mengatakan me
14.30 merendahkan diri sendiri malu dan tidak berguna
14.40 2. Memotivasi terlibat dalam O :
verbalisasi positif untuk diri  Kontak mata kura
sendiri TD 
: 130/90m
14.55 3. Mendiskusikan persepsi negatif N : 75x/m
R : 20x/m
diri S : 36 C
15.05 4. Menganjurkan membuka diri A : Masalah belum
terhadap kritik negatif Teratasi
15.15 5. Melatih cara berfikir dan P : Lanjutkan
berperilaku positif Intervensi

1 Senin, 28/10/2020 1. Memonitor verbalisasi yang S : Klien mengatakan me


07.30 merendahkan diri sendiri malu dan tidak berguna
07.40 2. Memotivasi terlibat dalam O :
verbalisasi positif untuk diri  Pasien mampu
sendiri berbincang deng
07.50 3. Mendiskusikan persepsi negatif perawat
diri TD  : 130/90m
08.00 4. Menganjurkan membuka diri N : 75x/m
R : 20x/m
terhadap kritik negatif S : 36 C
08.15 5. Melatih cara berfikir dan A : Masalah belum Terat
berperilaku positif P : Lanjutkan Intervensi
1 Rabu, 29/10/2020 1. Memonitor verbalisasi yang S : Klien mengatakan sen
14.30 merendahkan diri sendiri dilibatkan dalam jadwal
14.40 2. Memotivasi terlibat dalam kegiatan harian diruanga
verbalisasi positif untuk diri merasa senang berbinca
sendiri dengan perawat
14.50 3. Mendiskusikan persepsi negatif
O:
diri  Klien dapat
15.00 4. Menganjurkan membuka diri mengungkapkan
terhadap kritik negatif perasaannya
15.10 5. Melatih cara berfikir dan  TD : 130/90m
berperilaku positif N : 75x/m
R : 20x/m
S : 36 C
A : Masalah Teratasi seb
P : Lanjutkan Intervensi

LAMPIRAN

STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

(HARGA DIRI RENDAH)

Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

Pertemuan : Ke 1 (satu)

SP 1/TUK 1 : Tindakan Keperawatan Bina Hubungan Saling Percaya

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien selalu terlihat menyendiri dan tidak mau bergaul.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
3. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
4. Tindakan Keperawatan
1.1 Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal
1.2 Perkenalkan diri dengan sopan
1.3 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
1.4 Jelaskan tujuan pertemuan
1.5 Jujur dan menepati janji
1.6 Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
1.7 Berikan perhatian kepada klien

B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN


1. ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
“Selamat Pagi, Pak. Perkenalkan nama saya Luh Putu Retikawati,
panggil saja saya Iluh. Hari ini saya dinas dari pukul 08.00 sampai
dengan 14.00 WITA. Nama Bapak siapa? Senang dipanggil siapa?”

b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Bapak sekarang? Apa semalam Bapak tidur
nyenyak?”
c. Kontrak
“Bapak, saya bertugas disini untuk merawat Bapak dari hari Senin
sampai Sabtu mulai dari jam 08.00 sampai dengan 14.00 apabila dinas
pagi, dan juga dari jam 14.00-20.00 WITA apabila dinas sore, saya
harap selama saya merawat Bapak, saya dapat memberikan pelayanan
yang terbaik.”

Topik : “Baiklah Bapak, di sini kita akan berbincang-bincang


untuk saling mengenal.”

Waktu : “Bapak mau ngobrol- ngobrol berapa lama ? Bagaimana


kalau 15 menit dari jam 11.00 sampai 11.15?”

Tempat : “Kita akan ngobrol dimana Bapak? Bagaimana kalau kita


ngobrol disini?”

2. FASE KERJA
a. “Bapak, tadi sudah menyebutkan nama Bapak, lalu berapa umur Bapak
sekarang?”
b. “Bapak sudah berapa lama dirawat disini ?”
c. “Bapak berasal dari mana ?”
d. “Bapak bersaudara berapa ?”
e. “Siapa saja yang diajak tinggal dirumah?
f. “Bapak masih ingat tidak kapan dibawa kesini ?”
g. “Siapa yang membawa Bapak kesini ?”
h. “Menurut Bapak, dibawa kesini karena apa ?”
i. “Selama dirawat disini hal apa yang sudah Bapak lakukan ?”
j. “Bagaimana perasaan Bapak saat melakukan kegiatan tersebut?”
k. Boleh saya tahu apa pekerjaan Bapak sebelum disini? Bisa diceritakan
tentang pekerjaannya?”
l. “Wah, kegiatan Bapak bagus sekali”.

3. TERMINASI
a. Mengakhiri kontrak
“Sesuai janji kita tadi, kita sudah mengobrol 15 menit, sekarang sudah
pukul 11.15 WITA, untuk saat ini kita akhiri dulu ya Pak. Tadi Bapak
sudah bagus sekali mau mendengarkan saya dan menjawab dengan
baik.”
b. Evaluasi
(Subyektif) : “Setelah kita ngobrol tadi, bagaimana perasaan Bapak?”

( Obyektif ) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali


melihat perawat.

c. Rencana Tindak Lanjut


“Nah Bapak, sekarang sudah pukul 11.15 WITA, pembicaraan kita
cukupkan saja dulu sampai disini ya. Sekarang Bapak istirahat dulu.
Kalau nanti ada yang mau diceritakan atau ditanyakan kepada saya,
Bapak bisa sampaikan saat kita bertemu lagi.”
d. Kontrak yang akan datang
Topik : “Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi membicarakan
tentang keluarga, kemampuan, serta kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki?”
Waktu : “Jam berapa kita besok bertemu Bapak? Saya besok dinas
sore, bagaimana kalau jam 4 sore setelah makan snack, Bapak?”
Tempat : “Bapak mau ngobrol-ngobrolnya dimana? Bagaimana
kalau disini?”
STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

(HARGA DIRI RENDAH)

Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

Pertemuan : Ke 2 (dua)

SP 2/TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan


kemampuan yang dimiliki

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tampak duduk sendiri di depan nurse station, klien sedang
menunduk.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.

4. Tindakan Keperawatan
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.2 Bersama klien buat daftar tentang aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki
2.3 Berikan pujian yang realistik dan hindarkan memberi penilaian yang
negatif
.
B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1. ORIENTASI
a. Salam terapeutik
“Selamat sore, Pak. Masih ingat dengan saya ?”
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini ?”
c. Kontrak
a. Topik : “Kemarin, kita sudah janji bahwa sekarang jam 4 sore,
kita akan berbicara tentang keluarga serta kemampuan dan
kegiatan yang pernah Bapak lakukan. Apakah Bapak
bersedia?”
b. Waktu : “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? Bagaimana
jika 15 menit, dari jam 4 sampai jam 4 lewat 15 menit ?”
c. Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang di mana? Baiklah,
mari kita duduk di depan ruangan Bapak”

2. FASE KERJA
a. “Bapak, sekarang kita akan berbicara tentang keluarga Bapak ya.
Apakah Bapak bisa menyebutkan anggota keluarga Bapak?”
b. “Nah sekarang kita akan membicarakan tentang kemampuan yang
Bapak miliki. Kalau boleh tahu, apa saja kemampuan yang Bapak
miliki?”
c. “Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Bapak lakukan?
Bagaimana dengan merapikan tempat tidur? Menyapu? Mencuci piring
?”
d. “Wah bagus sekali Bapak bisa menyapu, Bapak harus rutin melakukan
semua itu ya. Pagi setelah bangun tidur harus merapikan tempat tidur,
menyapu dan mencuci piring setelah makan ya!”

3. TERMINASI
a. Mengakhiri kontrak
“Nah Bapak, sudah 15 menit kita mengobrol. Sekarang sudah jam 4
lewat 15 menit, jadi kita cukupkan dulu sampai di sini.”
a. Evaluasi
(Subyektif) : “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita mengobrol-
ngobrol tadi?”
(Obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan kontak
mata sudah mulai bagus.
b. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti ada yang mau diceritakan
atau ditanyakan, Bapak bisa sampaikan saat bertemu lagi dengan
saya.”

c. Kontrak yang akan datang


Topik : “Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk
membicarakan kegiatan mana yang Bapak lakukan
dan jadwal kegiatan harian yang ingin Bapak lakukan
sesuai kemampuan yang Bapak miliki?”

Waktu : “Bagaimana kalau kita bertemu besok pukul 10.00


pagi? Bapak mau mengobrol berapa lama?
Bagaimana jika 15 menit?”
Tempat : “Bapak mau mengobrol di mana? Bagaimana jika di
sini lagi?”

STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

(HARGA DIRI RENDAH)


Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

Pertemuan : Ke 3 (tiga)

SP 3/TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki dan


dapat menetapkan jadwal kegiatan harian sesuai
kemampuan yang dimiliki.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tenang, duduk menyendiri di depan nurse station sambil sesekali
melihat orang yang sedang berbicara di sampingnya.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

3. Tujuan Khusus
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dimilki dan dapat menetapkan
jadwal kegiatan harian sesuai kemampuan yang dimiliki.

4. Tindakan Keperawatan
3.1 Diskusikan kemampuan yang dapat digunakan selama sakit
3.2 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan di rumah
3.3 Meminta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di
rumah sakit
3.4 Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh
3.5 Beri pujian atas keberhasilan klien
3.6 Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih
B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1. ORIENTASI
a. Salam terapeutik
“Selamat siang, Bapak. Masih ingat dengan saya ?”
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini?”
c. Kontrak
Topik : “Kemarin kita berjanji pukul 10 akan membicarakan
kegiatan yang masih bisa Bapak lakukan di rumah sakit.
Apakah Bapak bersedia?”
Waktu : “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? Bagaimana jika 15
menit, dari pukul 10.00 sampai 10.15?”
Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang di mana? Bagaimana
jika di sini?”

2. FASE KERJA
a. “Pada pertemuan sebelumnya, kita telah membahas tentang
kegiatan/kemampuan yang Bapak kerjakan atau miliki. Bapak bisa
menyapu, namun terkadang Bapak tidak mau menyapu, namun bapak
harus terus berlatih agar rutin menyapu”.
b. Nah, selain menyapu apakah ada kegiatan/ kemampuan lain yang
masih dapat dikerjakan di rumah sakit?”
c. “Bagus sekali Bapak, apakah setiap pagi Bapak membersihkan tempat
tidur?”
d. Bapak seharusnya setiap pagi harus mau menyapu, merapikan tempat
tidur dan mencuci piring setelah makan. Apakah Bapak mau?”
e. “Selain itu apakah Bapak suka mengobrol dengan teman atau perawat
di sini?”
f. “Bapak tidak usah malu dan malas untuk berbicara, kalau Bapak suka
mengobrol nanti Bapak pasti banyak punya teman dan tentunya bisa
cepat dapat jodoh”.
g. “Apakah Bapak senang punya banyak teman?”
h. “Bagus sekali kalau Bapak mau mencoba, nanti saya kenalkan dengan
teman saya. Apakah Bapak bersedia?”
3. TERMINASI
a. Mengakhiri kontrak
“Nah Bapak, sudah 15 menit kita mengobrol. Sekarang sudah pukul
10.15, jadi kita cukupkan dulu sampai di sini. Tadi Bapak bagus sekali
mau bercerita tentang kemampuan yang masih dapat lakukan saat ini.
Serta jadwal kegiatan harian yaitu merapikan tempat tidur, menyapu,
dan mencuci piring ya”
b. Evaluasi
(Subyektif) : “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita mengobrol-
ngobrol tadi?”
(Obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan kontak
mata mulai bagus. Klien juga mau berbicara dengan
perawat serta temannya namun masih bicara sedikit.
c. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti ada yang mau diceritakan
atau ditanyakan, Bapak bisa sampaikan saat bertemu lagi dengan
saya.”

d. Kontrak yang akan datang


Topik : ”Bagaimana kalau pada pertemuan berikutnya kita
kembali membicarakan mengenai kegiatan sesuai kondisi
sakit dan kemampuan yang dimiliki?”

Waktu : “Besok saya dinas pagi di ruangan ini. Bagaimana kalau


besok kita ngobrol jam 12 setelah bapak makan siang ya?
Jika Bapak ingin mengobrol lagi, Bapak bisa ngobrol
dengan saya atau teman saya. Nanti teman saya juga akan
kesini. Bapak mau kan berteman juga dengan teman
saya?”

Tempat : ”Untuk pertemuan berikutnya, Bapak mau mengobrol


dimana? Apakah di sini lagi ?”
STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

(HARGA DIRI RENDAH)

Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

Pertemuan : Ke 4 (empat)

SP 4/TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit


dan kemampuan yang dimiliki

A.PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien
Klien tenang, duduk bersama temannya di dapur namun interaksi dengan
teman masih kurang. Klien tampak mendengar temannya berbicara dengan
teman lain, sambil klien sesekali melihat mereka berbicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
3. Tujuan Khusus
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan yang
dimiliki
4. Tindakan Keperawatan
5.1 Berikan kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
5.2 Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN

1. ORIENTASI
a. Salam terapeutik
“Selamat siang, Bapak. Masih ingat dengan saya ?”
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini?”
c. Kontrak
Topik : “Kemarin kita sudah berjanji mengobrol mengenai
kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan yang dimiliki, Bapak
sudah siap bercerita?”
Waktu : “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? Bagaimana jika 15
menit, dari pukul 12.00 sampai 12.15?”
Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang di mana? Bagaimana
jika di sini?”

2. FASE KERJA
a. “Pada pertemuan kali ini, kita akan mengobrol mengenai kegiatan apa
yang bisa Bapak lakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuan yang
Bapak miliki. Apa saja kegiatan yang bisa Bapak lakukan saat bapak
kumat?
b. “Oh bagus sekali Pak, dalam kondisi sakit Bapak bisa menyapu di
dalam kamar”.
c. “Nah, lakukan kegiatan menyapu itu setiap pagi hari sesuai jadwal
yang kita buat kemarin ya Pak”.

3. TERMINASI
a. Mengakhiri kontrak
“Baiklah Bapak, sudah 15 menit kita mengobrol. Sekarang sudah
pukul 12.15, jadi kita cukupkan dulu sampai di sini ngobrolnya. Tadi
Bapak bagus sekali mau bercerita tentang kemampuan yang masih
dapat dilakukan saat ini.”
b. Evaluasi
(Subyektif) : “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita mengobrol-
ngobrol tadi?”
(Obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan kontak
mata bagus. Klien juga sesekali mau bertanya dengan
perawat, namun klien masih terlihat malu.

c. Rencana Tindak Lanjut


“Sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti ada yang mau diceritakan
atau ditanyakan, Bapak bisa sampaikan saat bertemu lagi dengan
saya.”

a. Kontrak yang akan datang


Topik : ”Bagaimana kalau pada pertemuan berikutnya kita
membicarakan penggunaan obat dengan prinsip 6 benar?”

Waktu : “Bagaimana kalau besok jam 10 pagi? Kita ngobrol


selama 15 menit ya Pak, sampai jam 10 lewat 15 menit.
Bapak mau?”

Tempat : ”Untuk pertemuan berikutnya, Bapak mau mengobrol


dimana? Apakah di tempat ini lagi?”

STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

(HARGA DIRI RENDAH)

Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

Pertemuan : Ke 5 (lima)

SP 5/TUK 6 : Klien dapat menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tenang, duduk bersama temannya di meja makan setelah makan
snack. Klien sesekali berbicara dengan temannya sambil tersenyum.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
3. Tujuan Khusus
Klien dapat menggunakan obat dengan prinsip 6 benar

4. Tindakan Keperawatan
4.1 Diskusikan dengan klien dan keluaraga tentang dosis, frekuensi,
manfaat, serta efek samping obat
4.2 Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
4.3 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
4.4 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar

B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN


a. ORIENTASI
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Bapak. Masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini?”
c. Kontrak
a) Topik : “Kemarin kita sudah berjanji hari ini jam 10 kita akan
membicarakan penggunaan obat dengan prinsip 6 benar. Apakah
Bapak bersedia?”
b) Waktu : “Mau berapa lama bercakap-cakapnya? Bagaimana jika 15
menit, dari pukul 10.00 sampai 10.15?”
c) Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang di mana? Bagaimana
jika di sini?”

b. FASE KERJA
a. “Apakah Bapak tau obat apa yang bapak minum? Apa warnanya? Apa
manfaatnya? Kapan aturan minumnya? Serta akibat jika Bapak tidak
minum obat?”
b. “Baiklah, kalau Bapak belum tau, akan saya jelaskan ya.”
c. “Bapak mendapat terapi obat Cycozam tablet 25 mg. Warna obatnya
oranye muda. Fungsinya sebagai obat penenang. Aturan minumnya
setiap pagi dan sore sesudah makan. Pada pagi hari Bapak mendapat
obat 1 tablet dan pada sore hari mendapat obat 2 tablet sesuai resep
dokter. Jika Bapak tidak minum, Bapak bisa kumat lagi dan akan
membuat Bapak lebih lama di sini. Bapak ingin cepat pulang kan?”

c. TERMINASI
b. Mengakhiri kontrak
“Nah Bapak, sudah 15 menit kita mengobrol. Sekarang sudah pukul
10.15, jadi kita cukupkan dulu sampai di sini. Tadi Bapak bagus sekali
sudah bisa menyampaikan jenis obat yang Bapak minum, warna obat,
manfaat, aturan minum obat dan akibat jika tidak minum obat”.
c. Evaluasi
(Subyektif) : “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita mengobrol-
ngobrol tadi?”
(Obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan kontak
mata bagus. Klien juga mau berbicara dengan
perawat serta klien lain namun masih bicara
seperlunya
d. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang Bapak bisa istirahat. Kalau nanti ada yang mau diceritakan
atau ditanyakan, Bapak bisa mencari saya di Nurse Station ya, kita bisa
mengobrol lagi dan menceritakan keluhan yang Bapak alami. Saya
tinggal ya Pak, terimakasih atas waktunya.”

BAB IV
PEMBAHASAN

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadp diri sendiri
atau kemampuan diri. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika
kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan
hubungan interpersonal yang buruk. Harga diri meningkat bila
diperhatikan/dicintai dan dihargai atau dibanggakan.
Setelah dilakukan pengkajian tanggal 27 Oktober 2020 pada
Tn.DO maka didapatkan analisa data pertama yaitu data subyektifnya : 2
bulan lalu sebelum masuk RS, klien sering menyendiri, sulit
berkomunikasi, dan sulit tidur, dan data obyektifnya : pasien tampak
menundukan kepala pada waktu diajak berbicara, kontak mata kurang.
Berdasarkan data-data yang ditunjukan oleh pasien maka penulis
menegakan diagnosa keperawatan harga diri rendah situasional b/d
perubahan peran sosial.
Untuk mencapai kriteria yang maksimal penulis memilih rencana
tindakan keperawatan dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SDKI). Setelah di implementasikan didapati data Klien mengatakan
senang dilibatkan dalam jadwal kegiatan harian diruangan dan merasa
senang berbincang dengan perawat, klien dapat mengungkapkan
perasaannya, TD :130/90mmHg, N: 75x/m, R: 20x/m, S: 36 C

BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan pengkajian dan perawatan pada Tn.DO dengan
harga diri rendah selama 3 X 24 Jam, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
dalam malakukan perawatan jiwa sangat penting sekali membina hubungan saling
percaya dan juga membutuhkan kolaborasi yang baik dengan tenaga medis
(dokter dan perawat), keluarga dan juga lingkungan (tetangga dan masarakat)
terapeutik, agar semua maksud dan tujuan klien dirawat maupun perawat yang
merawat tercapai

B.     SARAN
1. Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi bagi Institusi/Lembaga dalam meningkatkan
Program DIII Keperawatan pada masa yang akan datang, sebagai bahan bacaan
di perpustakaan
2. Klien dan Keluarga
Meningkatkan pengetahuan Klien dan keluarga mengenai cara pencegahan,
perawatan dan pengobatan pada Klien yang mengalami skizofrenia dengan
masalah Keperawatan Harga Diri Rendah.

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Hari / tanggal : Rabu, 28 Oktober 2020

Pokok Bahasan : Peran serta keluarga pada klien dengan HDR


Pukul : 11:00-11:30 WITA

Sasaran : Keluarga Pasien di RSJ Prof. Dr. V.L.


Ratumbuysang Manado

Alokasi waktu : 30 Menit

Tempat : RSJ Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado

1. Tujuan umum
Pada akhir proses penyuluhan peserta penyuluh dapat mengetahui
tentang peran serta keluarga p ada klien dengan harga diri rendah.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberi penyuluhan diharapkan pengunjung di RSJ Prof. Dr.
V.L Ratumbuysang Manado
1) Menjelaskan tentang pengertian harga diri rendah
2) Menjelaskan tentang tanda dan gejala harga diri rendah
3) Menjelaskan tentang penyebab harga diri rendah
4) Menjelaskan tentang cara meningkatkan harga diri rendah
5) Menjelaskan tentang peran keluarga dalam meningkatkan harga
diri rendah
3. Materi
1) Pengertian harga diri rendah
2) Tanda dan gejala harga diri rendah
3) Penyebab harga diri rendah
4) Cara meningkatkan harga diri
5) Peran keluarga dalam meningkatkan harga diri
4. Metode
1) Ceramah
2) Diskusi / tanya jawab
5. Media
1) Laptop
2) Power point

6. Jadwal Pelaksanaan

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. Pembukaan 5  Mengucapkan  Menjawab
menit salam salam dan
 Memperkenalkan mendengarkan
diri
 Menjelaskan
tujuan dari
penyuluhan
 Melakukan
kontrak waktu
 Menyebutkan
materi penyuluhan
yang akan
diberikan
2. Pelaksanaan 15  Menjelaskan  Mendengarkan
menit tentang pengertian dan
harga diri rendah memperhatikan
 Menjelaskan  Bertanya
tentang tanda dan tentang materi
gejala harga diri yang kurang
rendah jelas
 Menjelaskan
tentang penyebab
harga diri rendah
 Menjelaskan
tentang cara
meningkatkan
harga diri
 Menjelaskan
tentang peran
keluarga dalam
meningkatkan
harga diri
3. Evaluasi 5  Menanyakan pada  Menjawab dan
menit keluarga pasien menjelaskan
tentang materi pertanyaan
yang diberikan
dan reinforcement
kepada keluarga
pasien bila dapat
menjawab dan
menjelaskan
Kembali
pertanyaan /
materi
4. Penutup 5  Mengucapkan  Menjawab
menit terima kasih salam
 Mengucap salam

7. Evaluasi
1) Evaluasi struktur
a. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di di RSJ Prof. Dr.
V.L Ratumbuysang Manado
b. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
2) Evaluasi proses
a. Keluarga memperhatikan terhadap materi penyuluhan
b. Keluarga bertanya tentang materi penyuluhan
c. Keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar
3) Evaluasi akhir
a. Keluarga dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tentang
harga diri rendah

Materi Penyuluhan
Harga Diri Randah

1. Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa  
gagal mencapai keinginan. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat
terjadi secara kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
lama. Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.
Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif, membenci diri sendiri dan
menolak diri sendiri (Keliat, 1998).

2. Tanda dan Gejala


a. Perasaan malu pada diri sendiri
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya menyalahkan dan mengejek
diri sendiri.
c. Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
memang bodoh dan tidak tahu apa – apa.
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau bertemu
orang lain, lebih suka menyendiri.
e. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram
mungkin memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram
mungin klien ingin mengakhiri kehidupan.
g. Produktivitas menurun.
h. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
i. Pandangan hidup yang pesimis.
j. Penyalahgunaan obat.
k. Depersonalisasi adalah perasaan tidak realita dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, serta tidak dapat
meredakan dirinya dengan orang lain.

3. Penyebab
a. Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis.
b. Dikucilkan dari teman/ masyarakat.
c. Harapan atau cita-cita yang tidak realistis tidak sesuai dengan kemampuan
diri.
d. Trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubugan kerja,sering mengalami kegagalan dalam
usaha dll.
4. Cara Meningkatkan Harga Diri
a. Ungkapkan pikiran dan perasaan kepada orang lain seperti keluarga, teman
untuk membantu mengatasinya
b. Menggali potensi diri yang dapat dikembangkan untuk mencapai
kesuksesan
c. Buat rencana kegiatan yang realistis untuk mencegah resiko kegagalan
d. Yakinkan diri bahwa kegagalan yang pernah dialami adalah kesuksesan
yang tertunda
e. Lakukan kegiatan yang telah direncanakan dengan tekun
f. Jika mengalami masalah selama melakukan kembali kegiatan, mintalah
bantuan orang lain khususnya keluarga
5. Peran keluarga dalam meningkatkan harga diri
a. Tingkatkan kesadaran diri pasien dengan menjalalin hubungan yang baik,
memberikan dan membimbing melakukan peker-jaan yang sesuai dengan
kemampuan pasien.
b. Menggali kelebihan pasien dengan mendorong pasien mengungkapkan
pikiran dan perasaannnya, mengidentifikasi kemampuan positif yang
dimiliki pasien.
c. Mengevaluasi diri pasien dengan memotivasi pasien menungkapkan upaya
yang biasa dilakukan bila menghadapi masalah, dengarkan setiap keluhan
pasien dan bantu memcari alternative pemecahan yang lebih baik.
d. Bantu pasien menetapkan tujuan yang realistis dengan berdiskusi dengan
pasien tentang berbagai rencana kegiatan yang akan dilakukan, utamakan
pekerjaan yang sesuai dan mampu diselesaikan dengan baik.
e. Buatkan jadual kegiatan harian pasien dan berikan pujian jika dapat
melakukan dengan baik.
f. Bila pasien mengalami kegagalan selama melakukan berbagai pekerjaan
jangan menyalahkan tetapi bimbing untuk melaku-kannya dengan baik.
g. Secara bertahap bantu pasien melakukan kegiatan bersama orang
lain/masyarakat.
h. Fasilitasi dan pantau penggunaan obat.

DAFTAR PUSTAKA

Danz, 2012. SAP Harga Diri Rendah. http://danz1309.blogspot.com/p/askep-


jiwa-hdr.html diunduh tanggal 20 November 2013 jam 08.30.
Herman, 2013. Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah.
http://hermankampus.blogspot.com/2013/04/laporan-pendahuluan-harga-
diri-rendah.html. diunduh tanggal 20 November 2013 jam 08.30.

TAK STIMULASI PERSEPSI: HARGA DIRI RENDAH

Sesi 1   : Identifikasi hal positif pada diri


Tujuan :
1)      Klien mampu melakukan mengidentifikasi pengalaman yang tidak
menyenangkan.
2)      Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada diri
Setting :
1.      Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2.      Ruangan nyaman dan tenang
Alat     :
1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK
2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK
Metode:
1. Diskusi
2. Permainan
Langkah Kegiatan:
1. Persiapan
a. Memilih pasien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah
b. Membuat kontrak dengan pasien sebelum dilakukan pertemuan
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
- Perkenalan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
- Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)

b. Evaluasi/validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bercakap-cakap
tentang hal positif diri sendiri.
2) Menjelaskan tujuan pertemuan pertama yaitu:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Kerja
1) Terapis memperkenalkan diri: nama lengkap dan nama panggilan
serta memakai papan nama
2) Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien
3) Terapis diminta menuliskan pengalaman yang tidak
menyenangkan.
4) Terapis memberi pujian atas peran serta klien.
5) Terapis membagikan kertas kedua
6) Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri,
kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan di rumah
dan di rumah sakit.
7) Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis
secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan giliran.
8) Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien.

4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian  atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1)  Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu hal positif diri yang
dapat diterapkan di rumah sakit dan di rumah.
2) Menyepakati waktu dan tempat .

EVALUASI DAN DOKUMENTASI


1.      Evaluasi Proses : evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap  kerja.
Sesi 1
Stimulasi persepsi: harga diri rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak meyenangkan dan hal positif diri
sendiri
No Nama Menulis pengetahuan yang Menulis hal positif diri
Klien tidak menyenangkan sendiri
1
2
3
4
5
6
7
8
9

2.      Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: Klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi persepsi:
harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak
menyenangkan, mengalami kesulitan dalam menyebutkan hal positif
diri. Anjurkan klien menuliskan kemampuan dan hal positif dirinya dan
tingkatkan reinforcement (pujian).
Sesi 2      : Melatih positif diri
Tujuan :
1.      Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan
2.      Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dipilih
3.      Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dipilih
4.      Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih

Setting :
1.      Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2.   Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3.      Ruangan nyaman dan tenang

Alat     :
1.      Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart
2.      Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3.      Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1
4.      Jadwal kegiatan sehari-hari dan pulpen.

Metode:
1.      Diskusi dan tanya jawab
2.      Bermain peran

Langkah Kegiatan:
1.   Persiapan
a.       Mengingatkan kontrak dengan pasien yang telah mengikuti sesi 1
b.      Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2.  Orientasi
a.  Salam terapeutik
1)   Salam dari terapis kepada klien
2)      Klien dan terapis pakai papan nama
b.      Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien.

c.   Kontrak
1)  Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melatih hal positif pada klien
2)  Menjelaskan aturan permainan yaitu:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

5. Kerja
1) Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan
positif pada sesi 1 dan memilih satu untuk dilatih
2) Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan
ditulis diwhiteboard.
3) Terapis meminta semua klien untuk memilih satu dari daftar
di whiteboard. Kegiatan yang paling banyak dipilih diambil untuk
dilatih
4) Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan/kemampuan yang
dipilih dengan cara berikut:
 Terapis memperagakan
 Klien memperagakan ulang (semua klien mendapatkan giliran)
 Beri pujian sesuai dengan keberhasilan klien.
5) Kegiatan a sampai dengan d, dapat diulang untuk
kemampuan/kegiatan yang berbeda.

6. Terminasi
Evaluasi
1)      Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2)      Terapis memberikan pujian  atas keberhasilan kelompok.
 Tindak lanjut
1)  Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih
pada jadwal kegiatan sehari-hari.

f. Kontrak yang akan datang


1)      Menyepakati TAK yang akan datang, untuk hal positif lain
2)      Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai dilatih.

EVALUASI DAN DOKUMENTASI


1.      Evaluasi Proses : evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap  kerja.
Sesi 2
Stimulasi persepsi: harga diri rendah
Kemampuan melatih kegiatan positif
No Nama Membaca daftar hal Memilih 1 hal Memperagakan
Klien positif positif yang akan hal positif
dilatih
1
2
3
4
5
6
7
8
9

2)      Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien TAK pada catatan proses


keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan keperawatan adalah klien
mengikuti TAK stimulasi persepsi: harga diri rendah. Klien telah melatih
merapikan tempet tidur. Anjurkan dan jadwalkan agar klien melakukannya serta
berikan pujian.
CATATAN HARIAN
PKK KEPERAWATAN JIWA
Hari/Tanggal Jam Kegiatan
Senin,26/10/2020 15:30 Meeting pkk keperawatan jiwa dengan CI

Melakukan pengkajian pada klien


Selasa,27/10/2020 09:00-09:30 Membuat BAB I
Membuat bab III (SP 1)
09:30-10:00
10:00-11:00 Melanjutkan SP 2
Membuat bab II
Rabu,28/10/2020 08:30-10:30 Membuat SAP dan TAK
10:30-11:00
11:20-12:00 Melanjutkan bab III (Askep) dan SP 3
Membuat bab IV dan V
Kamis,29/10/2020 09:00-10:30

10:30-11:00

Jumat , 30 oktober
2020

Anda mungkin juga menyukai