Anda di halaman 1dari 13

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091

VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

HUBUNGAN IMPLEMENTASI MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL


(MAKP) TIM – PRIMER DENGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN
DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. BEN MBOI RUTENG
Yohanes Dion1, Hyronimus A. Fernandez2, Rafael Paun3
1
Program Studi Ners Universitas Citra Bangsa
2,3
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana

ABSTRAK
Perubahan bidang kesehatan di Indonesia saat ini terjadi begitu pesat, persaingan bebas
terjadi di semua tatanan kesehatan terutama rumah sakit. Pepelayanan keperawatan merupakan
bagian dari sistem kesehatan di sebuah rumah sakit. Pepelayanan keperawatan merupakan
kegiatan yang selalu ada yaitu selama 24 jam di rumah sakit, sehingga baik buruknya sebuah
rumah sakit sangat dipengaruhi oleh kualitas pepelayanan keperawatan. Untuk mempertahankan
eksistensinya dalam persaingan bebas ini adalah dengan cara meningkatkan kepuasan pelanggan
(pasien dan keluarga). Kepuasan pasien tersebut bisa dicapai diantaranya dengan meningkatkan
kualitas pepelayanan keperawatan melalui penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan implementasi MAKP
Tim-Primer dengan mutu pelayanan keperawatan di RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan
data kuantitatif dan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukan bahwa
implementasi MAKP Tim – Primer disebagian besar ruangan rawat inap berada pada kategori
baik yaitu sebanyak 81 (86,2 %); mayoritas responden menyatakan bahwa mutu pelayanan
perawatan di ruang rawat inap RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng baik yaitu sebanyak 68 orang (72
%). Berdasarkan hasil uji statistik disimpulkan bahwa ada hubungan antara Implementasi MAKP
Tim – Primer dengan Mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Dr. Ben Mboi
Ruteng (α = 0,019). Hasil tersebut menunjukan bahwa ada hubungan antara Implementasi
MAKP Tim-Primer dengan Mutu Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Ruteng.
Beberapa saran yang berhubungan dengan implementasi MAKP Tim – Primer dan usaha
mempertahankan kualitas pepelayanan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Dr. Ben Mboi
Ruteng yaitu sebagai berikut: 1). Sebaiknya menerapkan MAKP Tim, sebab MAKP Tim sangat
sesuai jika dilihat dari latar belakang pendidikan perawat yang umumnya D III Keperawatan; 2).
Tingkatkan komitmen institusi RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng dalam melaksanakan asuhan
keperawatan; 3). Meningkatkan kualifikasi pendidikan perawat khususnya Kepala Ruangan dan
Perawat Primer dengan memberikan kesempatan untuk studi lanjut dibidang keperawatan ke
jenjang Ners; 4). Pertahankan kualitas pepelayanan kepada pasien yang dirawat.

Kata Kunci: MAKP, Mutu Pelayanan Keperawatan

ABSTRACT
Changes in the health sector in Indonesia are now happening so fast, free competition
occurs in all settings, incuding and especially in hospital service. Nursing service is part of the
health system in a hospital. Nursing service is provided for 24 hours in the hospital, so that the
merits of a hospital is strongly influenced by the quality of nursing service. To maintain its

89
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

existence in this free competition a hospital needs to improve customer satisfaction (patients and
families). The patient satisfaction can be achieved among others by improving the quality of
service through the implementation of the Professional Nursing Care Model (PNCM/MAKP).
The purpose of this study was to analyze the relationship between the implementation of MAKP
Team - Primary and the quality of nursing care at Dr. Ben Mboi Hospital in Ruteng. The study
design used in this research is descriptive analysis using quantitative data and cross-sectional
approach. The results showed that the implementation of PNCM/MAKP Team - Primary
hospitalization in most rooms are in good category as many as 81 (86.2%); the majority of
respondents said that the quality of care in inpatient ward of the. Ben Mboi Ruteng is good as
many as 68 people (72%). Based on the statistical test it is concluded that there is a relationship
between Implementation PNCM/MAKP Team - Primer with Quality nursing care in inpatient
ward of Dr. Ben Mboi Hospital Ruteng (α = 0.019). These results show that there is a
relationship between Implementation PNCM (MAKP) Team-Primer with Nursing Service
Quality in inpatient wards of Dr. Ben Mboi Hospital Ruteng. Some suggestions related to the
implementation of PNCM (MAKP) Team - Primary and efforts to maintain the quality of nursing
service in inpatient ward of Dr. Ben Mboi Hospital Ruteng are as follows: 1). PNCM Team
should be implemented because PNCM team is very appropriate when viewed from educational
background as most of the nurses working in Dr. Ben Mboi Hospital are generally D III (Third
Degree Diploma) in Nursing; 2). Institutional commitment should be increased in implementing
nursing care; 3). Improvement of educational qualifications of primary nurses and head of
should be encouraged by providing opportunities for further to the level of nurses (S.Kep., Ns.);
4). Quality of service to hospitalized patients should be maintained.

Keywords: FGM, Quality Care Nursing

PENDAHULUAN Menurut Azrul Azwar (2007), mutu


pelayanan kesehatan adalah derajat
Perubahan yang terjadi dalam bidang dipenuhinya kebutuhan masyarakat atau
kesehatan di Indonesia saat ini terjadi begitu perorangan terhadap asuhan kesehatan yang
pesat, persaingan bebas terjadi di semua sesuai dengan standar profesi yang baik
tatanan kesehatan terutama rumah sakit. dengan pemanfaatan sumber daya secara
Pelayanan keperawatan merupakan bagian wajar, efisien, efektif dalam keterbatasan
dari sistem kesehatan di sebuah rumah sakit. kemampuan pemerintah dan masyarakat,
Pelayanan keperawatan merupakan kegiatan serta diselenggarakan secara aman dan
yang selalu ada yaitu selama 24 jam di memuaskan pelanggan sesuai dengan norma
rumah sakit, sehingga baik buruknya sebuah dan etika yang baik. Kualitas pelayanan
rumah sakit sangat dipengaruhi oleh kualitas kesehatan di Rumah Sakit dipengaruhi oleh
pelayanan keperawatan. Untuk beberapa faktor seperti kualitas sarana fisik,
mempertahankan eksistensinya dalam jenis tenaga yang tersedia, obat, alat
persaingan bebas ini adalah dengan cara kesehatan dan proses pemberian pelayanan
meningkatkan kepuasan pelanggan (pasien (1)
.
dan keluarga). Kepuasan pasien tersebut bisa Model Asuhan Keperawatan
dicapai diantaranya dengan meningkatkan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem
kualitas pelayanan keperawatan. (struktur, proses dan nilai-nilai) yang
memungkinkan perawat profesional

90
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

mengatur pemberian asuhan keperawatan tidur rawat inap, lebih banyak dibanding
termasuk lingkungan untuk menopang beberapa rumah sakit milik Pemerintah
pemberian asuhan tersebut (2). MAKP telah Kabupaten di Nusa Tenggara Timur yang
dilaksanakan dibeberapa negara, termasuk tersedia rata-rata 61 tempat tidur rawat inap.
rumah sakit di Indonesia sebagai suatu Berdasarkan data yang diakses dari
upaya manajemen rumah sakit untuk http://www.buk.depkes.go.id (2014), nilai
meningkatkan asuhan keperawatan melalui Bed Occupancy Ratio (BOR) RSU Ruteng
beberapa kegiatan yang menunjang kegiatan adalah 77% ( ideal 60 – 85 %), Turn Over
keperawatan profesional yang sistematik. Interval (TOI) 1 hari (ideal 1 -3 hari, Gross
Penerapan MAKP menjadi salah satu daya Death Rate (GDR) 37%, Net Death Rate
ungkit pelayanan yang berkualitas. Metode (NDR) 22%, Average Length of Stay
ini sangat menekankan kualitas kinerja (ALOS) 3 hari .
tenaga keperawatan yang berfokus pada RSUD Dr. Ben Mboy Ruteng masih
profesionalisme keperawatan antara lain memiliki masalah pada konteks mutu
melalui penerapan standar asuhan pelayanannya. Terlebih khusus pada saat
keperawatan. sebelum diterapkannya MAKP Tim –
Model Asuhan Keperawatan Primer seperti yang diterapkan sekarang ini.
Profesional (MAKP) yang diterapkan di Hal ini ditandai dengan adanya keluhan dari
hampir semua Rumah Sakit di Propinsi Nusa keluarga pasien tentang cara dan sikap
Tenggara Timur (NTT) termasuk pelayanan petugas rumah sakit (Harian
didalamnya RSUD Dr. Ben Mboy Ruteng Timor Express, 8 Desember 2009). Selain
adalah metode penugasan Tim. Akan tetapi itu, timbul keluhan dari berbagai pihak,
dalam pelaksanaanya selalu menggunakan seperti yang diberitakan majalah Flores Pos
pendekatan fungsional. Metode penugasan Kamis 28 Juli 2011 dengan judul “Tidak
fungsional adalah metode penugasan yang Adil di RSUD Dr. Ben Mboy Ruteng”,
tidak profesional, karena perawat tidak majalah online Floresa.co (08 Januari 2015)
memberikan asuhan keperawatan secara dengan judul “12 Jam RSUD Dr. Ben Mboy
utuh. Dengan metode fungsional, perawat Ruteng Telantarkan Pasien”, “Keluarga
tidak mengetahui, tidak memahami dan Pasien Kecam Pernyataan Direktur RSUD
tidak menguasai masalah-masalah yang Dr. Ben Mboy Ruteng”, “Anggota DPRD:
terjadi dengan kliennya (3). Sejak Tahun RSUD Dr. Ben Mboy Ruteng Harus Benahi
2006, MAKP sudah mulai diterapkan di Pelayanan” (Floresa.co / 09 Januari 2015).
ruangan ICU RSUD Dr. Ben Mboy Ruteng Hal ini sesuai dengan yang dikatakan dalam
dan pada Bulan Maret Tahun 2015, pihak sumber Depkes (1993) dimana keluhan
manajemen RSUD Dr. Ben Mboy Ruteng masyarakat bisa berarti ada masalah kualitas
mulai menerapkan MAKP Modifikasi Tim – pelayanan dalam suatu organisasi. Sesuai
Primer di semua ruangan rawat inap. dengan data tersebut diatas, khususnya yang
Rumah Sakit Umum (RSU) Ruteng berhubungan dengan penerapan MAKP dan
adalah Rumah Sakit Pemerintah Tipe C. keluhan akan pelayanan, bisa disimpulkan
Rumah sakit ini mampu memberikan bahwa sebelum diterapkannya MAKP Tim –
pelayanan kedokteran spesialis terbatas Primer, RSUD Dr. Ben Mboy Ruteng
dengan dilayani oleh 77 orang perawat di banyak mendapat keluhan terkait dengan
ruang rawat inap dan menampung pelayanan pelayanannya kepada masyarakat.
rujukan dari berbagai puskesmas di Rumah sakit merupakan sarana
Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur kesehatan yang menyelenggarakan
dan Manggarai Barat. Memiliki 94 tempat pelayanan kesehatan secara merata dengan
91
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

mengutamakan penyembuhan penyakit dan keramahan dan kelengkapan peralatan


pemulihan kesehatan yang dilaksanakan rumah sakit.
secara serasi dan terpadu dengan upaya Berdasarkan latar belakang persoalan
peningkatan kesehatan dan pencegahan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
penyakit dalam suatu tatanan rujukan serta tentang “Hubungan Implementasi MAKP
dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga Modifikasi Tim - Primer Dengan Kualitas
kesehatan dan penelitian. Sebagai penyedia Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat
pelayanan kesehatan, rumah sakit bersaing Inap RSUD Dr. Ben Mboy Ruteng”.
dalam memberikan pelayanan kesehatan Pemilihan RSUD Dr. Ben Mboy Ruteng
yang bermutu, rumah sakit yang mampu sebagai lokasi penelitian disebabkan oleh
bertahan dalam persaingan adalah rumah karena Rumah Sakit ini adalah satu-satunya
sakit yang berorientasi pada kepuasan Rumah Sakit Pemerintah Tipe C yang
pelanggan (customer satisfaction). melayani masyarakat di tiga Kabupaten
Pelayanan keperawatan merupakan (Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur,
bagian integral dari pelayanan kesehatan di Manggarai Barat). Banyaknya keluhan
rumah sakit yang mempunyai peranan besar pasien sebelum penerapan MAKP
terhadap pencapaian efisiensi, mutu dan Modifikasi Tim – Primer yang berhubungan
citra rumah sakit di mata masyarakat. dengan pelayanan di RSUD Dr. Ben Mboy
Perawat merupakan salah satu tenaga Ruteng mengindikasikan bahwa ada hal-hal
profesional yang jumlahnya terbanyak di yang harus dibenah, termasuk dalam hal ini
rumah sakit, sehingga perlu upaya adalah mutu pelayanan keperawatan.
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit Dengan ditemukanya jawaban dalam
melalui upaya peningkatan pelayanan penelitian ini, maka pihak manajemen bisa
keperawatan. MAKP memungkinkan mendapatkan masukan tentang dampak dari
pelayanan keperawatan yang menyeluruh; penerapan MAKP Tim – Primer tersebut
mendukung pelaksanaan proses terhadap kualitas pelayanan keperawatan di
keperawatan; dan memungkinkan RSUD Dr. Ben Mboy Ruteng.
komunikasi antar tim dan pelanggan. Jenis Banyaknya keluhan tentang mutu
MAKP yang diterapkan sangat bergantung pelayanan di RSUD Dr. Ben Mboy Ruteng
dari visi misi rumah sakit, dapat menerangkan bahwa masih ada kekurangan
diterapkanya proses keperawatan, pada konteks mutu pelayanannya. Terlebih
memperhatikan kepuasan perawat dan khusus pada saat sebelum diterapkannya
pasien serta komunikasi dan kolaborasi yang MAKP Tim – Primer seperti yang
jelas antar petugas kesehatan. Dengan diterapkan sekarang ini. Hal ini sesuai
diterapkanya MAKP sesuai dengan keadaan dengan yang dikatakan dalam sumber
rumah sakit, maka diharapkan kinerja Depkes (1993) dimana keluhan masyarakat
perawat juga semakin meningkat. Kinerja bisa berarti ada masalah kualitas pelayanan
perawat bentuknya berupa kecepatan, dalam suatu organisasi (4). Nursalam (2011)
kemudahan dan kenyamanan termasuk menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor
bagaimana perawat dalam memberikan jasa yang mempengaruhi perubahan dan
pelayanan keperawatan agar waktu pemilihan MAKP yang salahsatunya adalah
penyembuhan menjadi relatif cepat, karena adanya upaya untuk meningkatkan
kemudahan dalam memenuhi kebutuhan kualitas pelayanan keperawatan (2). Kualitas
pasien dan kenyamanan yang diberikan amat diperlukan untuk: Meningkatkan
dengan memperhatikan kebersihan, asuhan keperawatan kepada
pasien/konsumen; Menghasilkan
92
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

keuntungan (pendapatan) institusi; mutu pelayanan keperawatan dengan


Mempertahankan eksistensi institusi; menggunakan lima poin dimensi mutu.
Meningkatkan kepuasan kerja; Pengamatan dan wawancara dilakukan
Meningkatkan kepercayaan oleh peneliti dan dua orang surveyor untuk
konsumen/pelanggan; Menjalankan kegiatan mengidentifikasi secara mendalam tentang
sesuai dengan aturan / standar. manajemen MAKP Tim-Primer yang
Masalah utama yang menjadi dasar diterapkan dan bagaimana penerapanya di
dari penelitian ini adalah banyaknnya ruang rawat inap RSUD Dr. Ben Mboi
keluhan masyarakat yang terkait dengan Ruteng dengan cara wawancara kepada
pelayanan yang diberikan oleh pihak Rumah kepala ruangan serta mengobservasi struktur
Sakit termasuk didalamnya adalah organisasi yang terpasang di ruangan
pelayanan keperawatan. Hal tersebut akan keperawatan, mengobservasi dokumen yang
berpengaruh terhadap mutu pelayanan, oleh terkait dengan pemberian asuhan
karena itu keputusan untuk dilakukan keperawatan (askep). Hal ini dibutuhkan
pembenahan dengan memilih dan untuk menambah kajian dalam membahas
menerapkan MAKP harus dilakukan oleh tentang MAKP yang diterapkan.
pihak manajemen RSUD Dr. Ben Mboy Sampel dalam penelitian ini adalah
Ruteng. Pemilihan MAKP Primer-Tim semua pasien yang dirawat di ruang rawat
seyogyanya bisa meningkatkan kualitas inap bedah RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng.
pelayanan keperawatan, hal ini dipandang Teknik sampling yang digunakan adalah
lebih efektif dan efisien karena sudah Total Sampling artinya semua pasien yang
banyak diterapkan pada beberapa Rumah memenuhi kriteria inklusi akan dijadikan
Sakit berskala besar di Indonesia dan di sampel. Jumlah populasi yang dijadikan
beberapa negara Eropa dan Amerika. MAKP sampel dalam penelitian ini adalah 94 orang
Tim – Primer yang sudah coba diterapkan pasien yang dirawat. Penelitian ini dilakukan
RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng sejak bulan di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Ben Mboi
Maret 2015, maka masalah yang menjadi Ruteng pada Tanggal 12 – 25 Juni 2015.
fokus utama dalam penelitian ini adalah Kuesioner dan check-list yang
implementasi MAKP Tim - Primer dan mutu digunakan berisi tentang persepsi pasien
layanan keperawatan di RSUD Dr. Ben terhadap asuhan keperawatan dan mutu
Mboy Ruteng serta hubungan antara pelayanan keperawatan di ruang rawat inap
keduannya. RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng sudah pernah
digunakan oleh Ida Ayu Dwidyaniti Wira
METODE PENELITIAN (Mahasiswa Program Pasca Sarjana
Udayana) dalam Tesis yang bersangkutan.
Desain penelitian yang digunakan
Pada penelitian ini, peneliti hanya
dalam penelitian ini adalah deskriptif
menggunakan dan tidak melakukan uji
analitik dengan menggunakan data
validitas dan realibilitas terhadap instrumen
kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
yang digunakan.
pendekatan cross sectional dimana data
Analisis data yang dilakukan dalam
yang dikumpulkan sekaligus pada suatu saat
penelitian ini adalah analisis kuantitatif yang
atau sekali pengambilan data (point time
dimaksudkan untuk mengolah dan
approach) (5). Variabel yang dinilai adalah
mengorganisasikan data, serta menemukan
implementasi MAKP berupa penilaian /
hasil yang dapat dibaca dan dapat
persepsi pasien terhadap produk asuhan
diinterpretasikan. Analisis kuantitatif yang
keperawatan yang diterima oleh pasien dan
dilakukan adalah dengan uji chi square.
93
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel 2, diketahui


bahwa jumlah responden laki – laki dan
1. Karakteristik Responden perempuan yaitu masing-masing
sebanyak 45 orang laki-laki (48 %) dan
Usia Responden
49 orang perempuan (52 % ).
Usia yang dimaksudkan disini
adalah usia responden yang dihitung Pendidikan Responden
mulai dari lahir sampai dengan ulang
Tabel 3 Distribusi responden
tahunnya yang terakhir. Pada
berdasarkan pendidikan responden di
pengelompokan umur kali ini, peneliti
Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Ben Mboi
memakai interval pembagian usia
Ruteng pada Bulan Juni 2015
menurut Depkes (2009), yaitu sebagai
berikut:
Pendidikan Jumla Persentas
Tabel 1 Distribusi responden
Responden h e (%)
berdasarkan usia di Ruang Rawat Inap
SD 34 36 %
RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng pada
SMP 16 17 %
Bulan Juni 2015
SMA/SPG/SG 27 29 %
Usia Jumlah Persentase O
(Tahun) (%) PT 17 18 %
12 - 25 7 8% Total 94 100 %
26 - 45 61 65 %
46 - 65 21 22 %
Berdasarkan tabel 3 di atas,
≥ 65 5 5%
diketahui bahwa jumlah responden
Total 94 100 terbanyak berpendidikan Sekolah Dasar
yaitu 34 orang (36%), dan yang paling
Berdasarkan tabel 1 diatas, sedikit berpendidikan Sekolah Mengah
diketahui bahwa sebagian besar Pertama berjumlah 16 orang (17 %).
responden berusia antara 26 – 45 tahun
sebanyak 61 orang (65 %), dan yang Pekerjaan Responden
paling sedikit adalah responden berusia Tabel 4 Distribusi responden
≥ 65 tahun berjumlah 5 orang (5 %). berdasarkan status pekerjaan di Ruang
Rawat Inap RSUD Dr. Ben Mboi
Jenis Kelamin Responden Ruteng pada Bulan Juni 2015
Tabel 2 Distribusi responden Pekerjaan Jumlah Persentase
berdasarkan jenis kelamin di Ruang Responden (%)
Rawat Inap RSUD Dr. Ben Mboi IRT 13 14 %
Ruteng pada Bulan Juni 2015 PNS 17 18 %
Jenis Jumlah Persentase Wiraswasta 12 13 %
Kelamin (%) Swasta 8 8%
Pelajar Dan 3 3%
Laki - laki 45 48 %
Mahasiswa
Perempuan 49 52 %
Petani 41 44 %
Total 94 100
Total 94 100 %

94
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

Berdasarkan tabel 4 diatas, Mutu Layanan Keperawatan di


diketahui bahwa mayoritas responden Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Ben
yakni sebanyak 41 orang (44 %) bekerja Mboi Ruteng
sebagai petani, dan yang paling sedikit
berjumlah 3 orang berstatus mahasiswa Tabel 6 Mutu Layanan Keperawatan di
dan pelajar (3 %). Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Ben Mboi
Ruteng pada Bulan Juni 2015
2. Analisis Univariat Mutu Jumlah Persentase
Implementasi Model Asuhan Layanan (%)
Keperawatan Profesional (MAKP) Keperawatan
Tim – Primer Baik 68 72 %
Berdasarkan hasil penelitian, Tidak Baik 26 28 %
didapatkan data tentang implementasi Total 94 100 %
MAKP Tim – Primer di ruang rawat inap
RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng
Berdasarkan data hasil penelitian
Berdasarkan persepsi pasien di ruang
pada tabel 6 di atas, diketahui bahwa
rawat inap RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng
mayoritas responden menyatakan
terhadap kenyataan yang dialami dan
bahwa mutu layanan perawatan di ruang
dirasakan oleh pasien selama masa
rawat inap RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng
perawatan.
baik yaitu sebanyak 68 orang (72 %),
Tabel 5 Implementasi MAKP Tim -
dan tidak baik sebanyak 26 orang (28
Primer di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
%).
Ben Mboi Ruteng pada Bulan Juni 2015
Implementasi Jumlah Persentase
3. Analisis Bivariat
MAKP Tim - (%)
Tabel 7 Tabulasi silang dan hasil uji
Primer
statistik antara Implementasi MAKP
Cukup Baik 81 86.2 %
Tim – Primer dengan Mutu Layanan
Kurang Baik 13 13.8 % Keperawatan di Ruang Rawat Inap
Total 94 100 % RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng pada
Bulan Juni 2015
Pada tabel 5 di atas, berdasarkan MAKP MUTU Total ρ
persepsi pasien didapatkan data bahwa TIM -
PRIMER
implementasi MAKP Tim – Primer
Baik Kurang
Baik
pada ruangan rawat inap yaitu baik Σ % Σ % Σ %
Cukup 13 100 0 0 1 100 0.019
sebanyak 81 (86,2 %) dan cukup baik Baik 3
sebanyak 13 (13,8 %) yang tersebar di 2 Kurang 56 69.1 25 30.9 8 100
Baik 1
ruangan yaitu ruangan Melati dan Total 69 73.4 25 26.6 9 100
Dahlia. 4

Berdasarkan hasil uji statistik


dengan menggunakan Chi Square
didapatkan hasil α = 0,019.
Disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara implementasi
MAKP Tim – Primer dengan mutu

95
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

layanan keperawatan di ruang rawat yang terkait dengan persepsi pasien


inap RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng terhadap proses asuhan keperawatan.
(nilai ρ = 0,05). Menurut peneliti, pemilihan MAKP
Tim – Primer untuk diterapkan di ruang
PEMBAHASAN rawat inap RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng
merupakan sebuah pilihan yang cocok
1. Model Asuhan Keperawatan untuk diterapkan berkaitan dengan
Profesional Yang Diterapkan peningkatan mutu pelayanan
MAKP adalah deskripsi atau keperawatan, sekalipun masih memiliki
gambaran dari praktik keperawatan yang kendala sehingga dalam implementasinya
nyata dan akurat berdasarkan kepada tidak maksimal. Penerapan MAKP Tim-
filosofi, konsep dan teori keperawatan. Primer sangat berkaitan dengan beberapa
Sistem MAKP adalah suatu kerangka hal yang berhubungan dengan standar
kerja yang mendefinisikan empat unsur pelayanan dan proses keperawatan.
yakni; standar, proses keperawatan, Indikator penilaian akreditasi RS
pendidikan keperawatan dan sistem tentang “Standar Pelayanan Yang
MAKP. Mc Laughin, Thomas, dan Berfokus Pada Pasien”. Menurut
Barterm (1995) dalam Nursalam (2011) pendapat peneliti bahwa beberapa
mengidentifikasi 8 model pemberian indikator penilaian pada instrumen
asuhan keperawatan, tetapi model yang akreditasi RS tersebut sangat sesuai
umum digunakan di Rumah Sakit adalah dengan syarat dan uraian tugas yang
asuhan Keperawatan Total, Keperawatan terdapat pada MAKP Primer sehingga
Tim, dan Keperawatan Primer. Tetapi, kontinuitas asuhan serta proses
setiap unit keperawatan mempunyai koordinasi, komunikasi antar perawat dan
upaya untuk menyelidiki model untuk antar profesi seperti dokter, petugas gizi
mengelola asuhan keperawatan dan lain - lain dapat berjalan dengan
berdasarkan ketenagaan, sarana, dan efektif demi menjaga kontinuitas dan
prasarana, dan kebijakan Rumah Sakit. kualitas pelayanan kepada pasien. Selain
RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng sudah itu dengan diterapkannya MAKP Primer,
mewajibkan setiap ruangan rawat inap maka setiap pasien akan mendapatkan
untuk menerapkan MAKP sejak Bulan semua haknnya selama masa perawatan
Maret Tahun 2015 dan MAKP yang karena 1 orang perawat
dipilih adalah MAKP Tim – Primer (2). bertanggungjawab penuh selama proses
Berdasarkan hasil penelitian, perawatan berlangsung.
didapatkan data bahwa implementasi Berdasarkan hal tersebut maka
MAKP Tim – Primer disebagian besar dianggap penting bagi RSUD Dr. Ben
ruangan rawat inap masih berada pada Mboi Ruteng untuk menempatkan
kategori kurang baik dengan MAKP Tim perawat primer yang berstandar
– Primer yang normatif yaitu sebanyak pendidikan minimal S.Kp/Ners. Namun
81 (86,2 %) yang terdapat pada 4 ruangan berdasarkan data hasil penelitian
rawat inap dan cukup baik dengan didapatkan data bahwa kualifikasi
MAKP Tim – Primer yang normatif pendidikan tenaga keperawatan di semua
sebanyak 13 (13,8%) yang tersebar di 2 ruangan rawat inap RSUD Dr. Ben Mboi
ruangan. Hal yang menjadi fokus Ruteng belum memenuhi persyaratan
penelitian yang terkait dengan MAKP untuk diterapkan MAKP Tim – Primer.
Tim – Primer yang diterapkan adalah hal Ketenagaan di ruang tersebut sebagian
96
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

besar masih D III Keperawatan, ada diterapkannya MAKP Tim – Primer,


sarjana keperawatan dengan jumlah 1 maka dengan metode tim akan
orang dan D IV sebanyak 1 orang. memungkinkan setiap anggota tim bisa
Kurangnya tenaga berpendidikan S1/Ners bekerja sama dengan baik dalam
ini disebabkan karena pendidikan memberikan pelayanan, saling membagi
keperawatan alih jenjang belum ada di pengalaman antar anggota tim dan
Kabupaten Manggarai, selain itu juga adanya kaderisasi kepemimpinan;
biaya studi keperawatan berkelanjutan sedangkan metode primer, akan
mahal dan prosesnya cukup susah. Hal ini meningkatkan kemandirian perawat
menunjukan bahwa semua perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
primer di ruang rawat inap RSUD Dr. kepada pasien. Proses pembelajaran ini
Ben Mboi Ruteng mempunyai latar akan berdampak pada proses pemberian
belakang D III Keperawatan, semestinya asuhan keperawatan yang akan menjadi
pada penerapan MAKP tingkat pertama lebih efektif dan efisien. Menurut
diperlukan perawat primer dengan latar peneliti, dengan menerapkan MAKP Tim
belakang pendidikan SKp/Ners yang – Primer, maka kualitas asuhan
mampu menganalisa masalah pasien dan keperawatan akan menjadi baik, waktu
dapat menentukan permasalahan pasien yang digunakan akan lebih efektif dan
baik masalah aktual maupun masalah penggunaannya sesuai dengan kegiatan
potensial. Hal ini sejalan dengan yang dilakukan. Dengan metode
pendapat Sitorus (2000) bahwa model penugasan tim - primer maka semua
MPKP (MAKP) murni tidak bisa perawat terkait akan menerima tugas dan
diterapkan di rumah sakit daerah dengan tanggungjawab yang rinci tentang “siapa
segala keterbatasanya. Dengan model merawat siapa”, “siapa melakukan apa”
modifikasi keperawatan primer di RSUD termasuk dalam pendokumentasian status
Dr. Ben Mboi Ruteng belum bisa dan memiliki alur komunikasi yang jelas
diterapkan jika belum memenuhi standar antara perawat pelaksana dan perawat
pendidikan SKp/Ners untuk perawat primer, dimungkinkan agar perawat
primer yang ditugaskan (6). primer atau anggota kelompok lain bisa
Dengan memilih MAKP Tim – membimbing atau membantu
Primer untuk diterapkan sebenarnya bisa pelaksanaan kegiatan yang sedang
menciptakan proses belajar antar anggota dilakukan oleh sesama perawat sehingga
tim dan meningkatkan tingkat prosesnya akan menjadi lebih cepat. Hal
kemandirian perawat dalam menjalankan ini akan sejalan dengan Standar
asuhan keperawatan di ruangan. Menurut Akreditasi Rumah Sakit (Standar APK
peneliti, hal tersebut di atas harus 2.1) terkait dengan usaha untuk
dijalankan agar kualitas kerja pemberi mempertahankan kontinuitas pelayanan
layanan dapat terjaga dengan baik sesuai selama pasien berada di Rumah Sakit.
dengan standar yang ditentukan. Tenaga Akan tetapi yang menjadi kendala dalam
perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. penerapan MAKP Tim – Primer di
Ben Mboi Ruteng terdiri atas perawat RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng adalah
berstatus PNS dan pegawai swasta kualifikasi pendidikan perawat dan
(Kontrak Daerah) dengan masa kerja pelatihan MAKP yang belum dijalankan
yang sebagian besar kurang dari 10 tahun secara terus – menerus sehingga
dengan standar pendidikan mayoritas pemahaman perawat pelaksana tentang
adalah D III Keperawatan. Dengan MAKP yang diterapkan masih kurang
97
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

dan dampaknya bisa dibuktikan dengan Keperawatan) dapat dilihat bahwa


pelaksanaan tugasnya sebagian besar terdapat 69 orang responden yang
tidak sesuai dengan uraian tugas MAKP menyatakan bahwa perawat tidak
Tim – Primer yang normatif, proses meluangkan waktu khusus untuk
pemberian dan kelengkapan asuhan berkomunikasi dengan pasien terkait
keperawatan yang dilakukan sebagian dengan perawatanya, 41 orang
besar masih sama seperti sebelum menyatakan bahwa perawat tidak
penerapan MAKP Tim – Primer (7). menghibur dan tidak memberikan
dorongan kepada pasien supaya cepat
2. Mutu Layanan Keperawatan di Ruang sembuh dan tidak mendoakan mereka, 27
Rawat Inap RSUD Dr. Ben Mboi orang menyatakan bahwa waktu untuk
Ruteng berkonsultasi keluarga pasien tidak
Mutu pelayanan keperawatan klinik terpenuhi, 29 orang menyatakan bahwa
merupakan komponen penting dalam prosedur penerimaan pasien dilayani
sistem pelayanan kesehatan yang masih lambat dan berbelit-belit, 16 orang
berorientasi kepada klien. Mutu sendiri menyatakan bahwa perawat tidak
merupakan kemampuan dari suatu mengingatkan keamanan akan
produk atau pelayanan dalam memenuhi menyimpan barang berharga pasien dan
kebutuhan-kebutuhan pelanggan (8). keluarganya dan masih ada beberapa poin
Berkaitan dengan pelayanan lain yang mengarah pada
keperawatan, mutu mempunyai arti ketidaknyamanan pada ruang rawat inap
caring yang merupakan fokus atau inti kelas III.
dari keperawatan, mutu bersifat relatif Penilaian terhadap kualitas sangat
untuk setiap klien, bersifat dinamis dan tergantung pada responden yang
selalu berubah dari waktu ke waktu, bersangkutan. Menurut Carr and Hill
berupa kepuasan yang harus dicapai (1992), derajat kepuasan seseorang
sesuai dengan standar operasional, dipengaruhi oleh latar belakangnya,
merupakan pengawasan dimana kedudukan sosial, tingkat ekonomi,
diperlukan dalam lingkungan yang pendidikan, budaya, umur dan jenis
kompetitif dan merupakan tantangan kelamin 10. Menurut pendapat peneliti,
yang harus diterima dan dipenuhi oleh hasil penelitian tersebut diatas
keperawatan (9). Tanggung jawab mutu menunjukan bahwa mutu pelayanan
dalam keperawatan mencakup tiga keperawatan di ruang rawat inap RSUD
komponen yaitu hasil dari asuhan Dr. Ben Mboi Ruteng tergolong baik.
keperawatan, penampilan kinerja karena pemberian pelayanan keperawatan
professional perawat dan pembiayaan oleh perawat ruangan sudah sesuai
keperawatan. dengan standar permintaan pelayanan
Hasil penelitian di atas menunjukan yang diinginkan oleh pasien. Setiap
bahwa mayoritas responden menyatakan permintaan pelayanan ini, sesuai dengan
bahwa mutu layanan perawatan di ruang latar belakang pasien.
rawat inap RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng Mengacu pada pandangan Carr and
baik yaitu sebanyak 68 orang (72 %), Hill, peneliti berpendapat bahwa setiap
kurang baik dan tidak baik sebanyak 26 responden memiliki standar permintaan
orang (28 %). Berdasarkan data hasil akan pelayanan keperawatan yang
penelitian pada lampiran (rekapitulasi berbeda dan sangat bergantung pada
jawaban tentang Mutu Pelayanan faktor-faktor tersebut di atas, dan yang
98
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

paling menonjol di RSUD Dr. Ben Mboi 2014) disimpulkan bahwa bahwa persepsi
Ruteng adalah pelayanan di ruang VIP daya tanggap dan persepsi empati ada
dan Kelas I Utama, umumnya tidak hubungan yang kuat dengan kepuasan
memiliki keluhan yang berarti selain pasien. Berkaitan dengan penelitian ini,
ketersediaan waktu khusus untuk dua aspek yang disimpulkan oleh peneliti
berkomunikasi khusus dengan pasien. sebelumnya diatas sudah sesuai dengan
Status mutu pelayanan keperawatan di kekurangan pada aspek pelayanan seperti
ruang rawat inap yang pada umumnya yang dikeluhkan oleh pasien di RSUD
baik, menurut peneliti hal ini disebabkan Dr. Ben Mboi Ruteng. Dengan demikian,
oleh karena kemampuan pengelolah pihak pengelolah rawat inap RSUD Dr.
ruang rawat inap dalam Ben Mboi Ruteng harus meningkatkan
mengkoordinasikan setiap proses pemahaman dan kesadaran perawat akan
pelayanan yang diberikan kepada pasien pentingnya daya tanggap dan empati
serta didukung oleh komitmen yang kepada pasien yang dirawat.
tinggi dari pimpinan RSUD Dr. Ben
Mboi Ruteng akan peningkatan mutu 3. Hubungan Implementasi MAKP Tim –
layanan keperawatan seperti di ruangan Primer Dengan Mutu Layanan
VIP dan ruang utama kelas I. Keperawatan
Peneliti juga berpendapat bahwa Mc Laughin, Thomas, dan Barterm
faktor pekerjaan pasien yang umumnya (1995) mengidentifikasi 8 model
petani, status pendidikan yang sebagian pemberian asuhan keperawatan, tetapi
besar SD tentu akan berpengaruh model yang umum digunakan di Rumah
terhadap permintaan pelayanan Sakit adalah asuhan Keperawatan Total,
keperawatannya. Selain itu, bila masih Keperawatan Tim, dan Keperawatan
terdapat keluhan tentang kenyamanan di Primer. Tetapi, setiap unit keperawatan
ruang rawat inap kelas III, menurut mempunyai upaya untuk menyelidiki
peneliti hal ini sangat wajar karena model untuk mengelola asuhan
jumlah bed yang banyak tidak sebanding keperawatan berdasarkan bersesuaian
dengan luas ruanganya yang umumnya ketenagaan, sarana, dan prasarana, dan
sangat sempit serta tidak memiliki tirai kebijakan Rumah Sakit. Ada 6 unsur
pemisah antara pasien yang satu dengan utama dalam penentuan pemilihan
yang lainya. Banyaknya pasien yang metode pemberian metode asuhan
dirawat dalam sebuah ruangan ditambah keperawatan yaitu: a). Sesuai dengan visi
lagi dengan banyaknya pengunjung dan dan misi institusi; b). Dapat
keluarga yang menjaga pasien serta diterapkannya proses keperawatan dalam
banyaknya penggunaan tempat untuk asuhan keperawatan; c). Efisien dan
menyimpan barang tentu akan efektif penggunaan biaya; d).
menyebabkan timbulnya masalah seperti Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga
kondisi ruangan yang kurang bersih, dan masyarakat; e). Kepuasan kinerja
kondisi tidak nyaman sehingga pasien perawat; f). Terlaksananya komunikasi
tidak bisa beristirahat dengan baik yang adekuat antara perawat dan tim
bahkan berdampak pada masalah lain kesehatan lainnya (11).
seperti kurang menjaga privasi pasien Menurut Mirza Tawi (2008), mutu
selama pelaksanaan tindakan perawatan. pelayanan kesehatan sebenarnya
Penelitian yang dilakukan oleh Ida menunjuk pada penampilan
Ayu Dwidyaniti Wira (Tesis Udayana; (performance) dari pelayaan kesehatan
99
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

yang dikenal dengan keluaran (output) RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng menurut
yaitu hasil akhir kegiatan dari tindakan peneliti disebabkan oleh karena; 1).
dokter dan tenaga profesi lainnya Kemauan ruangan dalam
terhadap pasien, dalam arti perubahan mengimplementasikan MAKP Tim –
derajat kesehatan dan kepuasan baik Primer, sekalipun belum sesuai dengan
positif maupun sebaliknya. Sedangkan standar namun mereka memiliki
baik atau tidaknya keluaran tersebut kemampuan dalam mengelolah ruang
sangat dipengaruhi oleh; 1). Unsur rawat inap dalam mengkoordinasikan
masukan (input) adalah tenaga, dana dan setiap proses pelayanan yang diberikan
sarana fisik, perlengkapan serta peralatan. kepada pasien berupa pemberian asuhan
Secara umum disebutkan bahwa apabila keperawatan; 2). Kesiapan perawat dan
tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas) keberadaan dokter umum di ruangan
tidak sesuai dengan standar yang telah yang selalu merespon secara cepat setiap
ditetapkan (standardofpersonnel and keluhan dan kebutuhan pasien akan
facilities), serta jika dana yang tersedia tindakan medis dan; 3). Latar belakang
tidak sesuai dengan kebutuhan, maka pasien yang sebagian besar petani
sulitlah diharapkan baiknya mutu tradisional, pendidikan yang mayoritas
pelayanan; 2). Unsur lingkungan adalah SD. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
kebijakan, organisasi, manajemen. Secara standar permintaan pelayanannya.
umum disebutkan apabila kebijakan, Oleh karena itu penulis berpendapat
organisasi dan manajemen tersebut tidak bahwa standar mutu yang ditawarkan
sesuai dengan standar dan atau tidak oleh pihak ruang rawat inap yang
bersifat mendukung, maka sulitlah menerapkan MAKP Tim – Primer
diharapkan baiknya mutu pelayanan; 3). memiliki posisi lebih tinggi dari standar
Unsur proses adalah tindakan medis, permintaan layanan oleh responden
keperawatan atau non medis. Secara (pasien) di ruang rawat inap. Hal ini
umum disebutkan apabila tindakan terjadi, disebabkan oleh latar belakang,
tersebut tidak sesuai dengan standar yang pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi
telah ditetapkan (standard of conduct), pasien yang bersangkutan. Hal ini juga
maka sulitlah diharapkan mutu pelayanan diperkuat dengan pendapat Pena (1984)
menjadi baik (12). dalam Mirza Tawi (2008), bahwa unsur
Hasil uji statistik menunjukan proses adalah tindakan medis,
bahwa ada hubungan Implementasi keperawatan atau non medis. Secara
MAKP Tim – Primer dengan Mutu umum disebutkan apabila tindakan
layanan keperawatan di ruang rawat inap tersebut tidak sesuai dengan standar yang
RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng dengan nilai telah ditetapkan (standard of conduct),
α = 0,019. maka sulitlah diharapkan mutu pelayanan
Berdasarkan hasil penelitian menjadi baik (11). Dalam penelitian ini,
tersebut di atas, peneliti berpendapat sekalipun standar penerapan MAKP Tim
bahwa ada kesesuaian antara fakta dan – Primer belum memenuhi standar dan
teori bahwa penerapan MAKP Tim – sebagian besar pasien tidak memahami
Primer dapat meningkatkan mutu layanan standar itu, namun prosesnya seperti
keperawatan di RSUD Dr. Ben Mboi pemberiaan asuhan keperawatan kepada
Ruteng. Terdapat hubungan penerapan pasien sudah memenuhi kebutuhan
MAKP Tim – Primer dengan mutu pasien.
layanan keperawan di ruang rawat inap
100
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

KESIMPULAN Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan


Medik
1. Berdasarkan persepsi pasien yang 5. Sutrisno, H. (2004). Metodologi Riset.
dirawat, Implementasi MAKP Tim – Yogyakarta: Andy
Primer disebagian besar ruangan rawat 6. Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2000).
inap adalah Cukup Baik (86,2%). Leadership Roles and Management
Namun, penerapan MAKP Tim-Primer Function in Nursing : Teory and
yang dilakukan oleh perawat belum Application. Philadelphia: Lippincott
memenuhi standar yang normatif yang 7. Mehroosh, A. Z., Abdullah, M. Y.,
disebabkan oleh syarat tenaga Kepala Syed, T., Saliah, & Mohammad, K.
Ruangan dan Perawat Primer belum (2010). Patients Satisfaction Evaluating
memenuhi kualifikasi pendidikan dan Nursing Care for Patients Hospitalized
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan With Cancer in Tehran Teaching
ruangan. Hospitals, Iran. Journal of Quality
2. Mutu layanan keperawatan di ruang Management in Health Care , 187-191
rawat inap RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng 8. Parasuraman, Zeithaml, A., A, V., &
berdasarkan hasil pengukuran pada Malhotra, A. (2005). SERVEQUAL; A
pasien baik (73,4%).
3. Ada hubungan antara implementasi Multiple Item Scale For Electronic
MAKP Tim – Primer dengan mutu Service Quality. Journal of Service
layanan keperawatan di ruang rawat inap Research Vol; 7 No. X , 14
RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng. 9. RI, Depkes. (2005). Indikator Standar
Pelayanan di Rumah Sakit. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
1. Azwar, A. (2007). Menjaga Mutu 10. Wira, I. A. (2014). Mutu Pelayanan
Pelayanan Kesehatan Aplikasi Prinsip Asuhan Keperawatan Dengan
Lingkaran Pemecahan Masalah. Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas III
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. di RSUD Wangaya Kota Denpasar.
2. Akhmad. (2008). Hubungan antara Denpasar: Universitas Udayana.
persepsi mutu pelayanan Asuhan 11. Alrubaiee, L. (2011). The Mediating
Keperawatan dengan Kepuasan Pasien Effect of Patient Satisfaction in the
Rawat Inap Kelas III RSU Wangaya Patiens Perceptions of Healthcare
Kota Denpasar. Denpasar. Quality - Patient Trus Relationship.
3. Nursalam. (2011). Manajemen International Journal of Marketing
Keperawatan. Jakarta : Salemba Studies Vol; 3 , 1.
Medika. 12. Huber, D. (2000). Leadership and
4. RI, Depkes. (2008). Penerapan Standar Nursing Care Management.
Pelayanan Minimal di Rumah Sakit. Philadelphia: W. B Sounder Company.

101

Anda mungkin juga menyukai