Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI PENDINGINAN RUANGAN UNTUK GEDUNG

BERTINGKAT

Mohamad Muslim, Suroso


Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Nasional, Jl. Sawo Manila No. 61 Pejaten,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520

ABSTRAK
EVALUASI PENDINGINAN RUANGAN UNTUK GEDUNG BERTINGKAT.
Perencanaan suatu ruangan secara benar dan tepat sangat diperlukan dalam tahap pemasangan AC ( Air
Conditioner ) karena sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengguna ruangan itu sendiri. Pemasangan AC yang
tidak direncanakan secara tepat akan mengakibatkan permasalahan setelah unit AC itu dioperasikan dan ruangan
sudah terpakai, biasanya penghuni ruangan akan merasa kegerahan atau kepanasan. Tujuan penelitian adalah untuk
membandingkan kapasitas AC yang terpasang dengan hasil evaluasi. Apakah kapasitas AC yang terpasangsudah
sesuai dengan kapasitas beban yang ada di ruangan yang akan dikondisikan udaranya. Penelitian ini dilakukan pada
Mall Taman Anggrek lantai Basement tepatnya di Supermarket Hero dengan data sebagai berikut : timur 176,9 m2 ;
barat : 165,3 m2 ; Utara : 176,9m2 ; Timur : 73,95 m2 . Pengukuran luas lantai ruangan : 3477 m2 ; pengukuran luas
kaca ruangan hanya bagian selatan dengan luas : 96,35 m2 ; Pengukuran suhu ruangan 240c ; pengukuran luas
dinding koridor hanya pada bagian timur (31 m2) dan barat : 46 m2 . Pengukuran luas lantai koridor : 234 m2.
pengukuran luas kaca koridor hanya pada bagian timur 31 m2 dan bagian barat : 46 m2 ; pengukuran luas partisi :
15 m2 ; temperature partisi 290C. Peralatan yang digunakan antara lain : sling temperature, tang ampere, meteran.,
flowfan, analiser. Parameter yang diukur meliputi suhu ruangan, luas ruangan, kecepatan angina dari unit AHU,
tekanan mesin pendingin, dan ampere dari mesin dan alat-alat yang ada diruangan. Hasil penelitian menunjukan
kapasitas yang terpasang lebih besar dari kapasitas perhitungan sebesar 20% dari kapasitas yang terpasang.
Kelebihan ini untuk menjaga beban lebih dari penghuni yang direncanakan dan kebocoran-kebocoran pada unit
ducting akibat penggunaan yang sudah lama.

Kata kunci : evaluasi, pendinginan, gedung.


I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang dalam segala aspek, baik itu aspek
ekonomi, budaya, maupun industri, dengan adanya perkembangan tersebut maka bermunculan
pembangunan-pembangunan baik diperkotaan maupun dipedesaan, sehingga menimbulkan kepadatan.
Pembangunan di daerah perkotaan sangat cepat terutama pembagunan gedung-gedung bertingkat.
Mall dan apartement termasuk gedung-gedung bertingkat yang banyak dibangun. Untuk
mengantisipasi kepadatan penduduk yang semakin bertambah. Untuk kota Jakarta dengan letak
geografisnya di daerah tropis dengan temperature yang relative tinggi, kenyamanan tinggal menjadi salah
satu fakor yang sangat menentukan tingkat hunian suatu mall dan apartement.
Untuk mengatasi kendala diatas, diperlukan suatu system pengkoordinasian udara yang
baik. Pengkondisian udara adalah proses mendinginkan udara sehingga dapat dicapai keadaan dimana
temperatur dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan yang diinginkan. Dengan adanya system tersebut
kestabilan temperatur dan kelembaban ruangan dapat terus dipertahankan.
System perkondisian udara menurut pemakaian terbagi atas dua yaitu :
1. Pengkondisian udara untuk kenyamanan seperti pada mall, kantor, gedung bioskop dan sebagainya.
2. Pengkondisian udara untuk industri pabrik, farmasi, tekstil dan laijn-lain

Pada tugas akhir uni akan dilakukan evaluasi terhadap sistem pengkondisian udara suatu
gedung, dengan cara menghitung beban pendinginan suatu ruangan(supermarket).
Jenis beban yang akan dihitung yaitu :

1. Beban Sensibel
Beban ini dihasilkan oleh obyek yang berada didalam ruangan atau yang berasal dari luar
gedung kemudian masuk kedalam ruangan yang menyebabkan perubahan suhu.

2. Beban Laten
Beban ini menyebabkan terjadinya perubahan fase dari suatu materi tanpa menyebabkan
perubahan suhu. Beban ini biasanya terbawa oleh uap air yang menyebabkan naiknya kelembaban
udara dalam ruangan.
Melalui evaluasi pengkondisian udara suatu gedung ini diharapkan dapat diperoleh suatu
informasi dan rekomendasi hasil perhitungan system pengkondisian udara dari suatu gedung.

1.2 Permasalahan
Indonesia adalah salah satu Negara yang sedang berkembang, oleh karena itu banyak
terdapat gedung-gedung bertingkat, seperti mall dan apartement misalnya, apalagi Jakarta adalah daerah
yang beriklim tropis, oleh karena itu dibutuhkan alat pendingin udara atau AC ( Air Conditioner ) Untuk
mengatasi kendala diatas, diperlukan suatu system pengkoordinasian udara yang baik. Pengkondisian udara
adalah proses mendinginkan udara sehingga dapat dicapai keadaan dimana temperatur dan kelembaban
udara ruangan sesuai dengan yang diinginkan. Dengan adanya system tersebut kestabilan temperatur dan
kelembaban ruangan dapat terus dipertahankan.

1.3 Tujuan penelitian


Tujuan penelitian adalah evaluasi system pengkondisian udara suatu gedung yang
meliputi :
1. Penggunaan system pengkondisian udara suatu gedung
2. Perhitungan beban laten dan beban sensible
3. membandingkan harga beban pendinginan hasil perhitungan dengan kondisi yang terpasang

1.4 Metode penyelesaian masalah


Metode penyelesaian masalah yang dilakukan dalam tugas akhir ini disusun sebagai berikut
:
a. Studi awal dengan mengumpulkan literature
b. Pengambilan data dari ruangan yang akan dikondisikan (supermarket)
c. Pengolahan dan perhitungan data
d. Evaluasi hasil perhitungan
e. Kesimpulan hasil evaluasi
III. TATA KERJA

3.1 Langkah Penyelesaian Masalah


Dalam evaluasi perhitungan beban pendinginan suatu ruangan langkah-langkah penyelesaian
masalah ditahapkan seperti diberikan pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Diagram Alir Langkah Pemecahan Masalah

3.2 Prosedur Pengambilan Data


3.2.1 Alat yang digunakan dalam pengambilan data
• Sling temperatur
• Flowfan
• Meteran
• Analin

Prosedur pengambilan data dan hasil dari data tersebut adalah :


Pengukuran temperatur kamar : 240C
Pengukuran luas dinding masing-masing :
• Timur : 176.9 m2
• Barat : 165.3 m2
• Utara : 176.9 m2
• Selatan : 73.95 m2

Pengukuran luas kaca ruangan hanya pada bagian selatan dengan luas ; 96,35 m2
Pengukuran luas lantai : 3477 m2
Pengukuran temperatur : 260C
Pengukuran luas dinding koridor pada bagian :
• Timur : 90 m2
• Barat : 75 m2|
Pengukuran luas kaca hanya pada bagian
• Timur : 31 m2
• Barat : 46 m2
Pengukuran luas lantai koridor : 234 m2
Pengukuran luas partisi : 15 m2
Temperatur partisi : 29 m2

3.3 Kondisi Perencanaan


3.3.1 Kondisi Udara Luar
Suhu udara diperoleh dari pengukuran dengan data-data diberikan pada lampiran 2-6 dengan keterangan
masing-masing :
• Temperatur bola kering,, tdb : 320C
• Temperatur bola kering, twb : 270C
• Perubahan temperatur udara luar: 80C
Dari diagram psikometrik, diketahui :
• Kelembaban relative, RH : 69%
• Rasio kelembaban,wo : 0.0206 kJ/kg udara kering
• Entalphi : 48 kJ/kg
• Temperatur bola basah : 270C
• Temperatur bola kering : 260C
• Kelembaban relative : 50%

3.3.2 Menentukan Beban Puncak


Beban puncak pada suatu gedung, tidak hanya dihitung dari satu sisi saja, akan tetapi
merupakan penjumlahan dari seluruh bidang yang menerima panas, pada saat menerima panas
terbesar.
Untuk kota Jakarta, panas terbesar terjadi pada bulan September antara jam 12.00 hingga
jam 18.00. Dalam perancangan ini akan ditentukan beban maksimal pada jam 12.00, 14.00,
16.00, 18.00 yang kemudian akan dipilih saat gedung menerima panas terbesar.
3.4 Perhitungan beban pendinginan
3.3.1 Perhitungan beban luar kamar
3.3.1.1 Atap
• Bahan atap : 101,6 mm h.w concrete 50,8 mm insulation
• Konduktifitas bahan, U = 0,511 v (m2)
• Lm = 0 (horizontal)
• K = 0,5 (warna atap terang)
• F = 0,75 (system pendingin menggunakan ducting diantara langit-langit dan atap)
• To = temperatur desain bola kering – mean daily range

Perhitungan Atap
Pada jam 12.00
CLTD = 210C
CLTD corr = { [ CLTD LM] .K + [25,5 – Tr] + [To – 29,4]} . f
= { [ 21 + 10 ] . 0,5 + [25,5 – 24] + [28 – 29,4]}.0.75
= 7,95
Q = U X A . CLTD corr
= 0.511 . 3477 X 7.95
14125,4 W

Hasil perhitungan suhu dan panas diberikan pada table


Luas atap (A) = 3477

JAM CLTD (0c) CLTD corr (0C) Q (w)

12.00 21 7.95 14125.14


14.00 19 7.2 12792.6
16.00 16 6.08 10802.6
18.00 13 4.95 8794.9

3.3.1.2 Dinding
• Bahan dinding = 101,6 mm common brick + 50,8 insulation
• Konduktifitas panas bahan = 0,630w/ (m2. 0C)
Group dinding = B
K = 0,65 (warna dinding terang)
Tr = 240C
To = 32 – 1/2 - 8 = 280C

A. bagian timur
LM = -0.5
K = keofisien warna dinding untuk warna terang, K = 0.65
A = 176,9m2
Perhitungan pada jam 12.00
CLTD = 150C
CLTD corr = { (CLTD + LM ) – K + (25,5 – TR) + To – 29,4)}
= { ( 15 + (-0.5} . 0.65 + (25.5 – 24) + (28 – 29.4)}
= 9.50C
Q = U.A. CLTD corr
= 0.630 . 176,9 . 9.5
= 1062,1 W

Hasil perhitungan suhu dan panas dinding sebelah timur diberikan pada table :

JAM CLTD (0c) CLTD corr (0C) Q (w)

12.00 15 9,5 1062,1


14.00 14 8,9 989,7
16.00 13 8,23 917,21
18.00 10 6,3 699,9

B. Bagian Utara
Lm = -1,6
K = 0,65 (koefisien dinding warna terang)
A = 165,3 m2
Perhitungan pada jam 12.00
CLTD = 70C
CLTDcorr = {(CLTD + (LM) . K + (25,5 – Tr) + (To – 29,4) }
= { 7+(-16). 0,65 + (25,5-24) + (28 – 29,4)
= 375,9 W
Q = U.A. CLTD corr
= 0.630 . 165,3 . 3.61
= 375,9 W

Hasil perhitungan suhu dan panas dinding sebelah utara diberikan pada table :

JAM CLTD (0c) CLTD corr (0C) Q (w)

12.00 7 3,61 375,9


14.00 6 2,96 308,25

16.00 5 2,31 240,56

18.00 5 2,31 240,56

C. Bagian Timur
Lm = --0,5
K = 0-0,65 (koefisien dinding warna terang)
A = 176,9 m2
Perhitungan pada jam 12.00
CLTD = 110C
CLTDcorr = {(CLTD + (LM) . K + (25,5 – Tr) + (To – 29,4) }
= { 11 +(-0,5). 0,65 + (25,5-24) + (28 – 29,4)
= 6,930 W
Q = U.A. CLTD corr
= 0.630 . 176,9 . 6,93
= 772,33 W

Hasil perhitungan suhu dan panas dinding sebelah timur diberikan pada table :

JAM CLTD (0c) CLTD corr (0C) Q (w)

12.00 11 6,93 772,33

14.00 8 4,98 555,01


16.00 8 4,98 555,01

18.00 8 4,98 555,01

D. Bagian Selatan
Lm = -1,6
K = 0,65 (koefisien dinding warna terang)
A = 73,95 m2
Perhitungan pada jam 12.00
CLTD = 110C
CLTDcorr = {(CLTD + (LM) . K + (25,5 – Tr) + (To – 29,4) }
= { 11 +(-1,6). 0,65 + (25,5-24) + (28 – 29,4)
= 6,210 W
Q = U.A. CLTD corr
= 0.630 . 73,95 . 6,21
= 289,31 W
Hasil perhitungan suhu dan panas dinding sebelah selatan diberikan pada table :

JAM CLTD (0c) CLTD corr (0C) Q (w)

12.00 11 6,21 289,31

14.00 9 4,91 22,8


16.00 7 3,61 168,2

18.00 6 2,96 137,9


IV. Kesimpulan

Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi beban pendinginan suatu ruangan dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :

1. Hasil evaluasi menunjukan bahwa hasil perhitungan lebih kecil dari kondisi
pendinginan yang terpasang yaitu sebesar 20 %
2. Beban puncak pada suatu supermarket terjadi pada jam 10.00, dalam hal ini
karena biasanya pengunjung akan lebih banyak pada saat jam tersebut dan panas dari luar juga
lebih besar

DAFTAR PUSTAKA

1. ARISMUNANDAR, WIRANTO, DAN HEIZO SAITO. Penyegar Udara.


Jakarta: PT. Pradnya Paramitha, 1991.
2. MC GRAW HILL, Carrier Company, hand book of Air Conditioning
System design new york
3. STOECKER, WILBERT F ., JONES REFRIGRASI dan pengkondisian
Udara , Erlangga, Jakarta, 1982

Anda mungkin juga menyukai