Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ahmad Khaerul Akhyar

NIM : F041201074
Kelas : Pengantar Ilmu Sastra B

TENTANG ANALISIS STRUKTUR KARYA SATRA


Struktur karya sastra dapat didefinisikan sebagai didefinisikan sebagai suatu susunan
yang memperlihatkan hubungan antara unsur pembentuk karya sastra. Struktur ini haruslah
bulat, padu, saling berkaitan satu sama lain, dan bersistem. Analisis struktur karya sastra sendiri
merupakan cara yang digunakan untuk mengetahui secara jelass unsur apa saja yang terdapat
dalam sebuah karya sastra.
Struktur karya sastra terbgai atas dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Setiap
unsur ini berbeda tergantung dari jenis karya sastranya. Misalnya unsur intrinsik dan ekstrinsik
puisi berberda dengan drama. Begitupun juga dengan prosa.
Unsur instrinsik dapat diibaratkan sebagai organ dari suatu karya sastra. Artinya, unsur
intrinsik membangun karya sastra dari dalam karya itu sendiri. Sedangkan unsur ekstrinsik
diibaratkan sebagai baju dari karya sastra itu, artinya membangun karya sastra dari luar.
Keterikatan antara unsur-unsur teersebut disebut struktur pembangun karya sastra.
Seperti yang kita ketahui bahwa karya sastra secara umum mempunyai unsur instrinsik
yang terdiri dari tema, amanat, plot/alur, tokoh dan penokohan, latar/settiing, serta sudut
pandang. Setiap unsur ini mempunyai peranan dalam membangun karya sastra, sehingga
penikmat karya sastra dapat mengerti atau memahami apa yang disampaikan oleh pengarang.
Tema merupakan ide yang mendasari terbentuknya suatu karya sastra. Tema juga
berperan sebagai pedoman bagi penulis atau pengarang dalam membuat atau menulis karyanya.
Peran tema yaitu agar karya sastra tetap sesuai dengan konsep yang dibuat pengarang dari awal.
Misalnya tema cinta sejati, perjuangan, pendidikan, dan lain-lain.
Kemudian ada amanat. Amanat sendiri merupakan pesan yang disampaikan oleh
pengarang melalui karya sastra yang dibuatnya. Amanat dapat tertulis langsung dalam sebuah
karya sastra, dan juga dapat tersirat. Contohnya ialah dalam cerita rakyat yang berjudul
‘Legenda Batu Menangis’. Pesan amanatnya adalah agar seorang anak tidak durhaka kepada
ibu karena hukuman Tuhan berlaku bagi mereka yang berbuat demikian.
Selanjutnya adalah plot atau alur. Dapat didefinisikan sebagai urutan jalannya suatu
cerita. Alur terbagi menjadi tiga, yaitu alur maju (progresi), alur mundur (regresi), serta alur
maju mundur atau campuran (flashback). Selain itu, ada juga yang disebut dengan pengaluran,
yaitu cara menampilkan atau menempatkan alur dalam karya.
Kemudian tokoh dan penokohan, merupakan bagaimana pengarang menggambarkan
karakter atau tokoh dalam karya sastra. Dimensi dari penokohan dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu dimensi fisiologis yang meliputi jenis kelamin,usia, ciri wajah, dan lain-lain. Kemudian
ada dimensi sosiologis, contohnya adalah status sosial dari tokoh. Dan yang terakhir adalah
dimensi psikologis yang meliputi keadaan mental, moral, dan lain-lain. Penokohan dapat
dilakukan secara tertulis langsung dan juga secara tersirat.
Kemudian ada latar/setting. Latar/setting merupakan keterangan berupa ruang, waktu,
serta suasana dimana kejadian atau event dalam suatu karya sastra terjadi. Latar terbagi atas
3,yaitu latar tempat misalnya di dalam rumah, di puncak gunung, dam lain sebagainya.
Selanjutnya yaitu latar suasana, misalnya ramai, sedih, bahagia, dan lain-lain. Dan terkahir yaiu
latar waktu, misalnya malam hari, siang har, pagi hari, dan banyak lagi.
Terakhir adalah sudut pandang. Merupakan cara penulis atau pencipta karya
menempatkan dirinya dalam karya sastra. Menurut teorinya, sudut pandang dibagi menjadi
sudut pandang orang pertama yang dibagi lagi menjadi sudut pandang orang pertama tokoh
utama serta sudut pandang orang pertama figuran/sampingan, dan sudut pandang orang ketiga
yang dibedakan menjadi sudut pandang orang ketiga maha tahu serta sudut pandang orang
ketiga pengamat.
Selain itu, ada juga unsur intrinsik yang erkhusus pada puisi, unsur intrinsiknya berupa
kebahasaan misalnya pemilhan kata yang memiliki rima. Kemudian pengujaran/pengucapan,
unsur bunyi, dan unsur peruangan.
Selain unsur intrinsik, karya sastra juga memiliki unsur ekstrinsik yang berfungsi
sebagai penentu keberadaan, serta dapat membantu dalam memahami karya sastra tersebut.
Unsur ini yang membuat suatu karya sastra dapat memiliki nilai dan diterima dalam
masyarakat. Ada beberapa faktor yang membuatnya menjadi demikian, diantaranya faktor
pengarang, agama, sejarah, serta falsafah yang diikuti oleh pengarang.
Dalam menganalisis struktur karya sastra, ada beberapa cara yang dapat dilakukan
diantaranya dengan deskripsi, menafisrkan dan menilai.
Deskripsi merupakan langkah yang tepat untuk mengelola data sehingga dapat
dimengerti dengan jelas. Selain itu, deskripsi juga membantu orang yang tidak mengalami
secara langsung agar dapat tepat dalam mempelajari atau menganalisis suatu hal, misalnya
struktur karya sastra ini.
Kemudian menafsirkan. Dalam menafsirkan, kita akan mencari makna sebuah karya
sastra yang terdiri atas tema, simbol yang terkandung, serta konflik-konflik yang diangkat
dalam karya. Sehingga menafsirkan dapat didefinisikan sebagai langkah untuk mencari
pengertian.
Dan yang terakhir adalah dengan memberikan penilaian. Pada langkah ini, penikmat
karya memberikan kritik guna menentukan bagaimana level dari suatu karya sastra, dengan
cara membandingkannya dengan karya lain.

Anda mungkin juga menyukai