1. SLAUGH : Jaringan yang berwarna kuning atau yang atau putih yang melekat pada
dasar luka
2. ERITEMA : Kemerahan pada kulit
3. JARINGAN NEKROTIK : Kematian jaringan
4. HCT : (Hematocrid) presentase sel darah merah terhadap volume darah total
5. WBC : White Blood Cell / sel darah putih
6. TENDON : Pita jaringan fibrosa yang melekatkan otot pada tulang
7. GANGREN : Nekrosis jaringan yang masif akibat iskemia
8. PUS : Nanah
9. GDA : Gula darah acak
10. dl : Satuan (desiliter)
11. Mg : Satuan (miligram)
12. N : Normal
STEP 4 PERTANYAAN
1. Apa penyebab terjadinya kram di kaki dan tangan?
2. Kenapa terdadapat luka pada punggung kaki dan betis sehingga bau tidak sedap?
3. Apakah penyebab area luka semakin banyak dan terasa cenat-cenut?
4. Mengapa luka tendon terbuka dengan kedalaman luka 10cm?
5. Mengapa luka terdapat pus sehingga menimbulkan bau busuk gangren?
6. Mengapa luka terdapat banyak cairan?
7. Apakah faktor yang menyebabkan terjadi penurunan Hb dan HCT?
8. Apa penyebab eritema sekitar luka sehingga terjadinya jaringan nekrotik?
9. Mengapa pasien tidak mengetahui penyebab luka?
JAWABAN
1. Karena terjadi gangguan pada aliran darah dan fungsi saraf
2. Karena tidak dialiri oleh pasokan oksigen dan zat nutrisi
3. Disebabkan karena oksigen dalam darah yang di alirkan disekitar luka tersumbat oleh
adanya gula yang menyebabkan sel atau jaringan disekitar luka mati karena tidak
mendapat oksigen hal itu yang menyebabkan luka banyak
4. Karena adanya infeksi di sekitar luka yang ditandai kemerahan pada sekitar luka.
5. Terjadi luka bakar atau trauma dimana bagian tubuh menjadi rusak bisa menyebabkan
terputusnya aliran darah pada area tersebut, sehingga menyebabkan jaringan mati
yang meningkatkan resiko infeksi dan membuat jaringan dan melepuh sehingga
mengeluarkan pus
6. Melepuh suatu kondisi dimana tempat luka berisi cairan pada kulit
7. Perdarahan yang berasal dari luka, disebabkan oleh beberapa penyakit, kekurangan
gizi
8. Karena hal ini dapat terjadi pasokan oksigen dan zat nutrisi lain dalam darah untuk
luka tidak terdistribusikan dengan baik, sehingga menyebabkan jaringan kulit mati
disekitar luka
9. Pasien kurangnya pengetahuan dan pendidikan rendah
STEP 5
DM DAN GANGREN STADIUM III
1. DEFINISI
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan dimana hiperglikemi kronik yang
disertai berbagai kelianan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronis pada mata, ginja, syaraf serta pembuluh darah, dan
merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke
tahun, pengobatannya memerlukan waktu yang lama dan penyakit yang diderita
seumur hidup (Maghfuri, 2016)
Diabetes Militus (DM) secara umum adalah suatu keadaan tubuh yang tidak
dapat menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh atau tubuh tidak dapat
memanfaatkan secara optimal. Dalam hal ini terjadi kadar gula dalam darah melebihi
normal.
Luka Gangren adalah proses atau keadaan luka kronis yang ditandai dengan
adanya jaringan mati atau nekrosis. Namun secara mikrobiologi luka gangren adalah
proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi, gangren kaki diabetik adalah luka pada
kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di
pembuluh darah sedang maupun besar di tungkai.
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya
kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan
salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer,
(Andyagreeni, 2010).
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan
morbiditas akibat Diabetes Melitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi serius
akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010).
2. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes melitus adalah:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pankreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler
yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal
dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Melitus tipe II disebut
juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada
orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko
yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
3. Diabetes dengan Ulkus
a. Faktor endogen:
1) Neuropati:
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan
penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi
trauma dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan
peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada dan hilangnya
tonus vaskuler
2) Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor
resiko lain.
3) Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh
darah) pada pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati)
menyebabkan penurunan aliran darah ke tungkai, bila terdapat
thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.
b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi
3. FISIOLOGI
Anatomi Pankreas
5. komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut dan kronik :
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c. sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2. Komplikasi kronik
6. MANIFETASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
c. komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
3. Ulkus Diabetikum
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis,
daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba
pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh
darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Smeltzer dan Bare (2001: 1220).
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Smeltzer dan Bare (2008) adapun pemeriksaan penunjang untuk penderita
diabetes melitus antara lain:
1. pemeriksaan fisik
a. inspeksi: melihat pada daerah kaki bagamana produksi keringatnya
(menurun/tidak), kemudian bulu pada jepol kaki berkurang atau tidak
b. palpasi: akral teraba dingin, kulit pecah-pecah, pucat, kering yang tidak
normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa juga teraba lembek
c. pemerksaan pada neuropatik sangat penting untuk mencegah terjadinya ulkus
2. pemeriksan vaskuler
a. pemeriksaan radiologi yang meliputi: gas subkutan, adanya benda asing,
osteomelietus.
b. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah yang meliputi: GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP (Gula
Darah Puasa)
2. Pemeriksaan urin, dimna urin diperiksa ada atau tidaknya kadungan glukosa
pada urin tersebut. Biasanya pemeriksaan dilakukan menggunakan
cairan benediot (iuduksi) setelah pemeriksaan selesai hasil dapat dilihat dari
perubahan warna yang ada : hijau (), kuning (), merah (), dan merah
bata ().
3. Pemerksaan kultur pus
Bertujuan untuk mengetahi jenis kuman yang terdapat pada luka dan untuk
observasi dilakukan rencana tindakan selanjutnya.
4. Pemeriksaan jantung meliputi EKG sebelum dilakukan tindakan
pembedahan.
8. PENATALKSANAAN
1. Medis
Penatalaksanaan medis pada penderita DM (Diabetes Melitis) meliputi
a. Obat Hiperglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
i. Pemicu sekresi insulin
ii. Penambahan sensivitas terhadap insulin
iii. Penghambat glukoneogenenesis
iv. Penghambat glukosidase alfa
1. Pengobatan untuk ganggren
a. Kering
a) Istirahat ditempat tidur.
b) Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik.
c) Tindakan amputasi untuk mencegah meluasnya ganggren, tapi
dengan indikasi yang sangat jelas.
d) Memperbaikin sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-
obat anti platelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau
pentoxyvilin).
b. Basah
a) stirahat ditempat tidur.
b) Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik.
c) Debidement.
d) Kompres dengan air hangat, jangan dengan air panas atau
dingin.
e) Beri “Topical Antibiotic”.
f) Beri antibiotic yang sesuai kultur atau dengan antibiotic
spectrum luas.
g) Untuk neuropati berikan pydoxine (vit B6) atau neurotropik
lain.
h) Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-
obat anti platelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau
pentoxyvilin).
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
i. Penurunan berat badan yang cepat
ii. Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
iii. Ketoasidosis diabetik
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa
darah.
2. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain
dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus
dengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan
kalium permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat
ortopedi yang secaramekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang
luka amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.Menurut Smeltzer dan Bare
(2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes Melitus adalah
menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa
komponen dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua
unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa
darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan
pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan
dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu
menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
Pendidikan kesehatan perawatan kaki
1. Hiegene kaki:
a. Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara menekan,
jangan digosok
b. Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik dan gesekan
yang berlebih
c. Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong
d. Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit
e. Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit
f. Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki
direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok dengan
handuk atau dikikir jangan dikelupas.
9. ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Tn.S, Laki-laki usia 54 tahun, klien datang di UGD RS.Haji tanggal 24/12/2017 klien
mengeluh ada luka dikaki dan berbau tidak sedap, luka pada kaki kanan terasa nyeri, awalnya
bengkak dan terdapat cairan didalamnya. Sejak 5 hari yang lalu, area luka semakin bengkak
dan terasa cenut-cenut, pasien tidak mengetahui penyebab luka namun sebelumnya sering
merasa kram dikaki dan tangan. Saat pengkajian tanggal 03/01/2018 klien mengatakan luka
pada punggung kaki kanan dan betis, terasa nyeri, pus +, jaringan nekrotik +, slaugh +,
eritema sekitar luka, kedalaman luka 10 cm, bau busuk khas ganggren, tendon terbuka.
PENGKAJIAN
Biodata :
2. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini :
Luka kaki kanan terasa nyeri, awalnya bengkak dan ada cairan.
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
a. Kecelaakan (jenis & waktu) : Tidak pernah
b. Pernah dirawat : Tidak pernah
c. Operasi (jenis & waktu) : Tidak pernah
d. Penyakit :
- Kronis : Tidak ada
- Akut : Tidak ada
e. Terakhir masuki RS : Tidak pernah
2) Alergi (obat, makanan, plester, dll): Klien mengatakan tidak punya alergi.
3) Imunisasi
() BCG () Hepatitis
() DPT
4) Kebiasaan :
jenis Frekuensi Lamanya
Merokok : - - -
Alkohol : - - -
d. Genogram
Keterangan:
: Perempuan : Meninggal
: Laki-laki : Menikah
melakukan ROM
Region :
Depan Belakang
Scale :8
Time : Terus menerus
4. Nutrisi
a. Frekuensi makan : 2x/sehari
b. Berat Badan / Tinggi Badan : 85kg/170cm
c. IMT & BBR :
d. BB dalam 1 bulan terakhir : [ ] tetap
[ ] meningkat:…Kg, alasan…………
[ ] ¾ porsi
b. Batuk : Tidak
c. Sputum : Tidak
d. Nyeri dada : Tidak
e. Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada : Tidak ada
f. Riwayat penyakit : Tidak ada
g. Riwayat merokok : Pasif
7. Eliminasi fekal/bowel
a. Frekuensi : 3x/sehar, Penggunaan pencahar: Tidak
b. Waktu : pagi
c. Warna : kuning
d. Ggn. Eliminasi bowel : Tidak ada
e. Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : Dengan Bantuan
8. Eliminasi urin
a. Frekuensi : 8x/sehari menggunakan pencahar
b. Warna : kuning
c. Ggn. Eliminasi bladder: inkontinensia urin
d. Riwayat dahulu : Tidak ada
e. Penggunaan kateter : Ya
f. Kebutuhan pemenuhan ADL bladder: Dengan Bantuan
g. Keluhan : Tidak ada
9. Sensori, persepsi dan kognitif
a. Ggn. Penglihatan : Tidak
b. Ggn. Pendengaran : Tidak
c. Ggn. Penciuman : Tidak
d. Ggn. Sensasi taktil : Tidak
e. Ggn. Pengecapan : Tidak
f. Riwayat penyakit : Tidak ada
4. Pemeriksaan Fisik :
e. Keadaan Umum :
Kesadaran : [ ] CM [ ] apatis [ ] somnolen [ ]sopor [ ]coma
GCS : 456
f. Kepala :
Kulit : [ ]Normal [ ] Hematoma [ ] Lesi [ ]kotor
[ ] Kebutaan ka/ki
Palpasi : normal
Perkusi : sonor
Auskultasi : [ ] vesikuler ka/ki [ ]whezing [ ] ronkhi
k. Genetalia : bersih
l. Rectum : bersih
m. Ektremitas : atas : kekuatan otot ka/ki : 4/4
ROM ka/ki : aktif
capilary refile :
ROM : aktif
Sosial :
Klien dapat berkomunikasi dengan pasien lain dengan orang yang menjenguknya,
keluarga, perawat, dn tim kesehatan lainnya terbukti klien dapat mengungkapkan
keluhannya.
Spiritual :
Klien beragama islam, sering terlihat berdoa dan sholat walaupun sambil berbaring.
4. Pemeriksaan Penunjang :
a) Hb 7 g/dl (N: 11,4 – 15,1).
b) HCT 23,5% (38,0 – 42,0).
c) WBC 9,07 10^3/ul.
d) GDA : 345 mg/dl
5. Analisa Data
6. Diagnosa Keperawatan
Catatan Perkembangan
Beberapa perubahan perilaku yang diharapkan seperti mengikuti pola makan makan
sehat, meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat diabetes dan obat-obatan pada
keadaan khusus secara aman dan teratur, melakukan pemantauan glukosa darah mandiri dan
memanfaatkan data yang ada, melakukan perawatan kaki secara berkala, memiliki
kemampuan untuk mengenal dan menghadap keadaan sakit akut dengan tepa, mempunyai
keterampilan mengatasi masalah yang sederhana dan mau bergabung dengan kelompok
penyandang diabetes, mengajak keluarga untuk mengerti pengolahan penyandang diabetes,
serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada (Nur Aini, 2016)