Dosen Pengampu :
apt. Muhammad Dzakwan, M.Si
Di susun oleh :
3. DESKRIPSI BAHAN
a) Disodium EDTA
Disodium edetat berbentuk bubuk kristal putih, tidak berbau dengan rasa
sedikit asam.(Rowe). Kelarutan larut dalam air ( FI 5). Digunakan sebagai agen
chelating dalam berbagai macam sediaan farmasi, termasuk obat kumur, preparat
opthalmic dan topikal anatara 0,005 dan 0,1% b/v. Disodium edetat membentuk
kompleks stabil yang larut dalam air (chelates) dengan ion alkali dan logam berat.
Garam edetat lebih stabil daripada asam edetat. Namun disodium edetat dihidrat
kehilangan air kristalisasi ketika dipanaskan hingga 120ºC. Larutan berair dari
natrium edetat dapat disterilkan dengan autoklaf dan harus disimpan dalam wadah
bebas alkali. (Rowe)
b) Benzalkonium Chloride
Kelarutan larut dalam air (100mg/ml) dengan pemanasan dan diperoleh larutan
yang jernih dan tidak berwarna larut dalam etanol, DMSO (≥33 mg / ml) pada 25 °
C, alkohol isopropil panas, metil asetat, etil asetat dan metanol. Praktis tidak larut
dalam kloroform, dan eter (SCBT).Stability stable in ordinary light, stabil pada
tempeatur sampai 120 ºC. (Pubchem) Digunakan sebagai agen stabilitas.
d) Sodium citrate
Sodium sitrat dihidrat tidak berbau, tidak berwarna, kristal monoklinik, atau
bubuk kristal putih dengan pendingin, rasa garam dan sedikit kering di udara lembab
dan di udara kering. Larut dalam 1,5 bagaian air dan dalam 0,6 bagian air mendidih
praktis tidak larut dalam etanol (95%). Digunakan sebagai agen alkalin, agen
buffering. (Rowe)
4. METODE PEMBUATAN
Metode pembuatan sediaan verapamil injection yaitu dengan metode non aseptik
(Nasteril). Cara yang dilakukan yaitu dengan mencampurkan bahan obat dan bahan
tambahan yang dilarutkan ke dalam zat pembawa dan dibuat larutan injeksi. Kemudian
dilakukan penyaringan hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam
filtrat larutan. Masukkan ke dalam wadah, dan dilakukan sterilisasi dengan cara yang
cocok. Pada proses ini sterilisasi yang dilakukan yaitu sterilisasi akhir.
5. PROSEDUR PEMBUATAN
Prosedur pembuatan sediaan injeksi verapamil HCl yaitu sebagai berikut:
1. Pembuatan dan Penanganan Air Untuk Injeksi
Pembuatan air untuk injeksi (Water for Injection=WFI), dibuat dengan cara destilasi
(penyulingan) bertingkat dari bahan baku air murni (purified water).
Pembuatan purified water:
Pembuatan water for injection:
Penyaringan
Seleksi
Pengemasan
Perhitungan bahan
Jumlah tablet yang dibuat : 250 vial
Bobot sediaan yang dibuat : 4 mL
Verapamil HCl 10 mg x 250 = 2500 mg
Natrium Hidroklorida 28 mg x 250 = 7000 mg
Na2EDTA 2 mg x 250 = 500 mg
N-acetyl-L-cysteine 4 mg x 250 = 1000 mg
Benzalkonium Chloride 0,8 mg x 250 = 200 mg
Natrium sitrat 20 mg x 250 = 5000 mg
Water for Injection 4 mL x 250 = 1000 mL
Perhitungan bahan
Jumlah tablet yang dibuat : 2.500 vial
Bobot sediaan yang dibuat : 4 mL
Verapamil HCl 10 mg x 2.500 = 25.000 mg
Natrium Hidroklorida 28 mg x 2.500 = 70.000 mg
Na2EDTA 2 mg x 2.500 = 5.000 mg
N-acetyl-L-cysteine 4 mg x 2.500 = 10.000 mg
Benzalkonium Chloride 0,8 mg x 2.500 = 2.000 mg
Natrium sitrat 20 mg x 2.500 = 50.000 mg
Water for Injection 4 mL x 2.500 = 10.000 mL
Evaluasi/Karakterisasi Menyeluruh
a) Uji Pirogen
o Secara kualitatif: Rabbit test
Berdasarkan respon demam pada kelinci. Digunakan kelinci karena kelinci
menunjukkan respon terhadap pirogen sesuai dengan keadaan manusia.
Kenaikan suhu diukur melalui rektal.
o Secara kuantitatif: LAL test
Cara uji in vitro dengan menggunakan sifat membentuk gel dari lisat amebasit
dari limulus polifemus. Uji ini 5-10 kali lebih sensitif dari Rabbit test.
Kondisi LAL-test:
a. pH larutan 6-7
b. suhu 37oC
c. kontrol negatif: aquadest (pelarut)
d. kontrol positif (pirogen/endotoksin)
e. keuntungan: cepat, mudah, praktis
b) Uji Sterilitas
Ada beberapa metode:
o Direct Inoculation of Culture Medium
Meliputi pengujian langsung dari sampel dalam media pertumbuhan. Menurut
British Farmakope:
Media tioglikolat cair yang mengandung glukosa dan Na Tioglikolat cocok
untuk pembiakan aerob. Suhu inkubasi 30-35oC.
Soya bean casein digest medium: media ini membantu pertumbuhan bakteri
anaerob dan fungsi. Suhu inkubasi 30-35oC, sedang fungi 20-25oC.
o Membran Filtrasi
Teknik yang banyak direkomendasikan farmakope, meliputi filtrasi cairan
melalui membran steril. Filter lalu ditanam dalam media. Masa inkubasi 7-14
hari karena mungkin organisme perlu adaptasi dulu.
o Introduction od concentrate culture medium
Medium yang pekat langsung dimasukkan dalam wadah sampel yang akan
ditumbuhkan. Tidak banyak digunakan, hanya dipakai bila ada kecurigaan akan
adanya bakteri.
c) Uji Fisika
o Sediaan obat harus jernih. Jernih maksudnya tidak ada partikel yang tidak larut
dalam sediaan tersebut. Jadi, meskipun sediaan berearna, tetap terlihat jernih
(tidak keruh).
o Tidak berwarna. Maksudnya sediaan larutan bisa saja berwarna, namun warna
larutan sama dengan warna zat aktifnya sehingga tidak ada campuran warna
lain dalam sediaan itu.
o Bebas dari partikel asing. Partikel asing; partikel yang bukan penyusun obat.
Sumber partikel bisa berasal dari: air, bahan kimia, personil yang bekerja, seratr
dari alat/pakaian personil, alat-alat, lingkungan, pengemas (gelas, plastik).
8. PRODUKSI MASAL/SKALA PRODUKSI
Perhitungan bahan
Jumlah tablet yang dibuat : 250.000 vial
Bobot sediaan yang dibuat : 4 mL
Verapamil HCl 10 mg x 250.000 = 2.500.000 mg
Natrium Hidroklorida 28 mg x 250.000 = 7.000.000 mg
Na2EDTA 2 mg x 250.000 = 500.000 mg
N-acetyl-L-cysteine 4 mg x 250.000 = 1.000.000 mg
Benzalkonium Chloride 0,8 mg x 250.000 = 200.000 mg
Natrium sitrat 20 mg x 250.000 = 5.000.000 mg
Water for Injection 4 mL x 250.000 = 1.000.000 mL
Tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa proses yang dilakukan dalam batas
parameter yang ditetapkan dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat
terulang untuk menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu
yang ditetapkan sebelumnya (Petunjuk operasional penerapan CPOB, 2012). Validasi
proses produksi terdiri dari tiga yakni:
1. Validasi Prospektif
Validasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan produksi rutin dari produk yang akan
dipasarkan. Bets hasil Validasi Prospektif (minimum 3 bets berturut-turut) hanya
dapat diluluskan untuk dijual berdasarkan hasil serangkaian uji Pengawasan Mutu
yang intensif, pengkajian kondisi pembuatan, hasil Uji Stabilitas dan persetujuan dari
Pemastian Mutu
2. Validasi Retrospektif
Validasi dari suatu proses untuk suatu produk yang telah dipasarkan berdasarkan
akumulasi data produksi, pengujian dan pengendalian bets. Validasi Retrospektif
mencakup analisis tren dengan menggunakan control chart dari data riwayat
pembuatan dan pengendalian mutu (misal hasil uji kadar, uji disolusi, pH dan bobot
jenis). Data dievaluasi dari 10 – 30 bets produk yang dibuat dengan menggunakan
proses pembuatan yang sama, untuk menunjukkan proses pembuatan terkendali dan
handal. Kehandalan proses (performance capability index/Ppk) hendaklah mencapai
minimal 1,33. Penentuan Ppk dapat diterima sebagai salah satu metode statistik untuk
menganalisis pengendalian proses. Apabila terjadi ketidakkonsistenan hasil dari 10 -
30 bets hendaklah dilakukan validasi ulang terhadap proses pembuatan produk
tersebut.
3. Validasi konkuren
Orphan drugs (produk yang hanya diproduksi dalam jumlah terbatas, misal hanya satu
bets dalam satu tahun) dapat dilakukan validasi konkuren tanpa validasi prospektif
terlebih dahulu, dengan persetujuan Badan POM. Validasi dilaksanakan sesuai
dengan Protokol yang disetujui. Bets hasil validasi dapat diluluskan untuk dijual
berdasarkan serangkaian hasil uji Pengawasan Mutu, pengkajian kondisi pembuatan,
dan persetujuan dari Pemastian Mutu.
Penerapan SOP
Dokumentasi dan Monitoring
9. PENGEMASAN
Kemasan Primer
Kemasan Sekunder
Parameter Pengujian Bahan Pengemas
a. Uji Kebocoran
Uji kebocoran dilakukan untuk mengetahui kebocoran pada vial. Uji kebocoran
untuk memastikan bahwa vial yang digunakan tidak mengalami kebocoran
sehingga tidak dapat menyebabkan kerusakan pada sediaan. Pengujian ini
dilakukan dengan metode vakuum.
b. Penampilan
Melihat penampilan secara fisik dari kemasan sekunder, tersier dan quarter dari
sediaan.
c. Kelengkapan
Dilihat tentang pengemasan produk yang sudah dikemas hendaklah diperiksa
untuk memastikan bahwa obat tersebut sesuai dengan persyaratan pada proses
induk. Hanya produk dengan batch yang sama yang dapat disusun dalam 1 plat.
Apabila dalam 1 box masih terdapat sisa ( tidak penuh maka dilakukan penandaan
dan tidak boleh di campur dengan produk dengan nomor batch lain.
d. Penandaan
Memeriksa dan mengechek kembali nomor batch, lot dan kesesuaian barang
dengan isi sesuai dengan yang tertera pada label kemasan, Ed dan nomor-nomor
ijin lainnya.
pH.
Larutan diperiksa pH-nya, maka bila dibanding - kan dengan air suling perbedaannya
tidak lebih dari 2,0 satuan pH.
Zat pereduksi.
20,0 ml larutan paling banyak boleh mereduksi 1,50 ml larutan Kalium permanganat
0,01 N. Cara : 20,0 ml larutan ditambah 20,0 ml 0,01 N larutan Kalium permanganat,
didiamkan selama 15 menit pada temperatur kamar, kemudian ditambah 0,1 gram
Kalium Iodida dan 2,0 ml asam sulfat encer, dan dititrasi dengan larutan thiosulfat
0,01 N. Kemudian ditentukan Kalium permanganat yang diperlukan.
Logam berat.
2 gram karet tutup vial yang sudah diotoklaf tadi dicuci dengan 30 ml air bebas logam
berat,kemudian dikocok dengan 20 ml air bebas logam be - rat. Diambil dari larutan
ini 2 ml dan ditambahkan beberapa tetes larutan dithizone. Larutan tidak boleh
memberikan reaksi positif terhadap larutan dithizone ( tidak boleh merubah v/arna
larutan dithizone ).
11. PPIC
IPC PENCAMPURAN BAHAN
UJI ORGANOLEPTIS
UJI pH
Osmolaritas larutan secara teoritis dinyatakan dalam osmol per liter (Osmol
per L) larutan dan banyak digunakan secara luas dalam praktek klinis karena
osmol dinyatakan dalam osmol sebagai fungsi volume.
Sterilisasi alat dapat dilakukan dengan metode sterilisasi cara panas dimana tiap siklus
sterilisasi panas hendaklah dicatat pada suatu lembar pencatat waktu/suhu dengan skala yang
cukup besar atau dengan alat perekam yang mempunyai akurasi dan presisi yang dapat
diandalkan dan alat tervalidasi validasi. Alat yang digunakan bisa berupa autoklaf yang sudah
tervalidasi dan dilakukan diruang area kelas C.
Dilakukan tahap akhir yaitu dengan sterilisasi akhir sediaan ampul dengan Uji
Kebocoran dengan menggunakan Autoklaf pada suhu 121 OC selama 15 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Ms. Siya D. Sinai, K., Dr. Shilpa, B., Dr. Ajeet M. G., Mr. Pankaj, G. (2015).
Biopharmaceutical Classification System: A Brief Account. Department of
Pharmaceutics, P.E.S’s Rajaram and Tarabai Bandekar College of Pharmacy,
Farmagudi, Ponda- Goa, India.
Ronaldo, S. N., Felipe S. S., Alan T, R., E´ der T. G. C. (2009). Thermal Behavior of
Verapamil Hydrochloride and Its Association with Excipients. Departamento de Quı
´mica e Fı´sica Molecular, Instituto de Quı´mica de Sa˜o Carlos, USP, Av. do
Trabalhador Sa˜o-Carlense, 400, Caixa Postal 780, Sao Carlos, SP CEP 13560-970,
Brazil.
Sahoo, J., Murthy, P. N., Biswal , S., Manik. (2009). Formulation of Sustained-Release
Dosage Form of Verapamil Hydrochloride by Solid Dispersion Technique Using
Eudragit RLPO or Kollidon®SR. Department of Pharmaceutical Technology, Royal
College of Pharmacy and Health Sciences, Andhapasara Road, Berhampur 76002,
Orissa, India.
Sawicki, W., Lunio, R. (2010). Tableting of Floating Pellets with Verapamil Hydrochloride:
Influence of Type of Tablet Press. Department of Pharmaceutical Technology, Medical
University of Gdansk, Gen. J. Hallera 107, 80-416 GdaÒsk, Poland.
Vogelpoel, H., et al. (2004). Biowaiver Monographs for Immediate Release Solid Oral
Dosage Forms Based on Biopharmaceutics Classification System (BCS) Literature
Data: Verapamil Hydrochloride, Propranolol Hydrochloride, and Atenolol. RIVM—
National Institute for Public Health and the Environment, Center for Quality of
Chemical-Pharmaceutical Products, 3720 BA Bilthoven, The Netherlands.