Anda di halaman 1dari 1

Pernahkan Sobat Esensia membayangkan bagaimana jika emosi manusia memiliki wujud sebagai

makhluk yang hidup dalam pikiran dan mengendalikan setiap perilakunya? Pixar Animation telah
mewujudkan hal tersebut kedalam sebuah film yang berjudul Inside Out.

Film animasi yang di produksi oleh Pixar ini bercerita mengenai berbagai emosi yang mengontrol
otak Riley, seorang anak kecil berusia 11 tahun yang baru saja pindah ke San Fransisco. Otak Riley
digambarkan sebagai ‘kantor’ tempat lima emosi dasar manusia, Joy (senang), Sadness (kesedihan),
Fear (takut), Disgust (jijik), dan Anger (marah) bekerja. Setiap perasaan yang dimiliki oleh Riley diatur
dengan suatu konsol kontrol, kemudian dikumpulkan dan disimpan kedalam sebuah bola ingatan.
Setiap ingatan yang berbentuk bola tersebut disimpan ke pusat ingatan (headquarters).

Semua terasa bahagia dengan emosi yang dimiliki oleh Riley saat ini. Hal itu dikarenakan jalan pikiran
Riley lebih banyak dikendalikan oleh Joy. Kemudian Joy menjadi lebih protektif dan sebisa mungkin
mencegah emosi lainnya untuk mengendalikan pikiran Riley. Konflik mulai muncul ketika Sadness
menyentuh bola ingatan dan merubahnya menjadi kenangan yang menyedihkan, kemudian Joy
mencoba untuk memperbaiki keadaan agar bola ingatan yang sedih tersebut tidak sampai ke pusat
ingatan (headquarters). Namun, sayangnya yang terjadi malah kekacauan. Selama kepergian Joy dan
Sadness, emosi Riley hanya dikendalikan oleh tiga perasaan, fear (ketakutan), disgust (rasa jijik) dan
anger (kemarahan). Akibatnya Riley hanya bisa merasakan ketakutan, kemarahan dan rasa jijik.
Hingga akhirnya Riley memilih untuk kabur dari rumah, suatu tindakan yang belum pernah ia lakukan
sebelumnya.

Semua berubah ketika ayah Riley mendapat pekerjaan baru dan berpindah dari Minessota ke San
Fransisco. Rumah baru yang diharapkan oleh Riley dan pikirannya tidak sesuai harapan. Kemudian
Riley kesulitan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya, namun Joy ingin Riley selalu
bahagia dan tidak memperbolehkan Sadness untuk mengontrol otak Riley. Namun, dengan tidak
meperbolehkan Riley merasakan kesedihan, Joy perlahan ‘membunuh’ kepribadian Riley dan
‘kantor’ tempat para emosi bekerja pun hancur perlahan.

Semua terasa lebih kacau lagi ketika Sadness (emosi kesedihan) sudah menguasai. Sadness
menyentuh bola ingatan dan merubahnya menjadi kenangan yang menyedihkan, kemudian Joy
mencoba untuk memperbaiki keadaan agar bola kristal ‘ingatan’ yang sedih tersebut tidak sampai ke
pusat ingatan (headquarters). Namun, sayangnya yang terjadi malah kekacauan.

Inside Out (2015) memberi pengertian bahwa betapa pentingnya kesesuaian emosi untuk kesehatan
mental yang optimal. Hal tersebut menjadi krusial dalam pembentukan kepribadian dan kesehatan
mental manusia, terutama remaja.

Pesan yang ingin disampaikan dalam film ini adalah biarkan emosi dalam diri manusia mengalir
begitu saja agar tercipta sebuah keseimbangan. Seseorang tidak bisa terus menerus bahagia dan
hanya mengingat kebahagiaan yang pernah ia dapatkan. Kadang kala seseorang perlu merasakan
dan mengingat emosi lain, seperti kemarahan, ketakutan dan kesedihan yang pernah ia alami.

Anda mungkin juga menyukai