Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu memiliki persediaan di toko maupun di
gudang perusahaan. Persediaan tersebut dapat berupa persediaan bahan baku, barang dalam
proses, atau barang jadi. Persediaan harus dimiliki karena merupakan produk perusahaan yang
harus dijual sebagai sumber pendapatan. Persediaan merupakan salah satu asset perusahaan yang
sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap kemampuan perusahaan untuk
memperoleh pendapatan. Karena itu, persediaan harus dikelola dEngan baik dan dicatat dengan
baik dan dicatat dengan baik agar perusahaan dapat menjual produknya serta memperoleh
pendapatan sehingga tujuan perusahaan tercapai.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan persediaan?
2. Apa saja jenis-jenis persediaan?
3. Apa saja fungsi-fungsi persediaan?
3. Apa saja hal-hal yang perlu dipertimbangkan terkait persediaan?
4. Bagaimana metode Pencatatan Persediaan di PT. Gajah Tunggal Tbk?
1

1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan persediaan
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis persediaan
3. Untuk mengetahui apa saja fungsi-fungsi persediaan
4. Untuk mengetahui apa saja hal-hal yang perlu dipertimbangkan terkait persediaan
5. Untuk mengetahui bagaimana metode Pencatatan Persediaan di PT. Gajah Tunggal Tbk.
2

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI PERSEDIAAN

 Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup
penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri
(manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana
perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan bangunan.
 Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam
operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat
barang yang akan dijual.

Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan,


perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri
memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan
persediaan barang jadi (siap untuk dijual).

Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik
laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan.
Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan
Rugi/Laba maupun neraca.
Dalam perhitungan Rugi/Laba nilai persediaan (awal & akhir) mempengaruhi besarnya
Harga Pokok Penjualan (HPP).

HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan akhir


3

2.2 PERSEDIAAN PERUSAHAAN INDUSTRI

Pengertian persediaan untuk perusahaan industri adalah barang-barang atau bahan yang dibeli
oleh perusahaan dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi atau setengah jadi
atau mungkin menjadi bahan baku bagi perusahaan lain, hal ini tergantung dari jenis dan proses
usaha utama perusahaan. Misalnya: perusahaan industri pemintalan kapas, bahan bakunya adalah
kapas dari petani atau perkebunan, diolah menjadi benang, benang merupakan barang jadi
baginya. Sedangkan perusahaan industri kain bahan bakunya adalah benang yang diolah menjadi
kain sebagai barang jadi, dan perusahaan industri pakaian jadi membutuhkan bahan baku kain
dan seterusnya.

Dengan gambaran diatas maka persediaan untuk perusahaan-perusahaan manufaktur pada


umumnya mempunyai tiga jenis persediaan yaitu:
1. Bahan baku (direct material)
2. Barang dalam proses ( Work in proses)
3. Barang jadi (Finished goods)

2.3 JENIS-JENIS PERSEDIAAN

Jenis-jenis persediaan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:


a. Bahan baku
Barang persediaan milik perusahaan yang akan diolah lagi melalui proses produksi, sehingga
akan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sesuai dengan kegiatan perusahaan. Besarnya
persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat
diandalkannya pihak Pemasok serta tingkat efisiensi penjadwalan pembelian dan kegiatan
produksi.

b. Barang dalam proses


Barang dalam proses adalah barang yang masih memerlukan proses produksi untuk menjadi
barang jadi, sehingga persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi,
4

yaitu waktu yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk keproses produksi sampai dengan saat
penyelesaian barang jadi. Perputaran persediaan bisa ditingkatkan dengan jalan memperpendek
lamanya produksi. Dalam rangka memperpendek waktu produksi salah satu cara adalah dengan
menyempurnakan tekhnik-tekhnik rekayasa, sehingga dengan demikian proses pengolahan bisa
dipercepat. Cara laian adalah dengan membeli bahan-bahan dan bukan membuatnya sendiri.

c. Barang jadi
Barang jadi adalah barang hasil proses produksi dalam bentuk final sehingga dapat segera dijual,
pada persediaan ini besar kecilnya persediaan barang jadi sebenarnya merupakan masalah
koordinasi produksi dan penjualan. Manajer keuangan dapat merangsang peningkatan penjualan
dengan cara mengubah persyaratan kredit atau dengan memberikan kredit untuk resiko yang
kecil (marginal risk). Tetapi tidak peduli apakah barang-barang tercatat sebagai persediaan atau
sebagai piutang dagang, manajer keuangan harus tetap membiayainya. Sebenarnya perusahaan
lebih suka menjualnya (dan tercatat sebagai piutang dagang), karena dengan demikian untuk
menuju realisasi kas tinggal satu langkah saja. Dan laba potensial dapat menutup tambahan
resiko penagihan piutang.

Dari uraian tersebut dapat kita artikan bahwa dalam proses akuntansi persediaan,
persediaan memerlukan adanya penilaian (valuation), karena persediaan merupakan bagian dari
cost yang akan dimatch dengan revenue, dan akan menghasilkan income dan penyajian laporan
arus kas.

Dengan melihat sifat-sifat dasar persediaan dalam hubungannya dengan kegiatan


perusahaan dan tujuan serta konsep dasar akuntansi, maka persediaan merupakan input values.
Metode tersebut merupakan salah astu konsep penilaian terhadap inventory yang akan menjadi
dasar dalam penyajian di neraca.

Penekanan pembahasan tujuan teori akuntansi terhadap inventory, adalah menentukan


alternative pedoman untuk mengevaluasi prosedur yang dapat memberikan penilaian
(pengukuran) yang lebih baik dan memberikan informasi yang lebih baik tentang arus kas
5

perusahaan dikemudian hari. Beberapa dasar pengukuran inventory dari segi kadar interpretasi
dan revaluasi bagi pengambil keputusan investasi.

2.4 TUJUAN PENILAIAN PERSEDIAAN

Tujuan pertama adalah dalam upayanya untuk membandingkan biaya terhadap pendapatan yang
berkaitan, sehingga dihasilkan laba, proses ini merupakan tujuan dasar akuntansi tradisional.
Penekanan pada perhitungan laba bersih yang didasarkan kepada pendapatan pada saat penjualan
memerlukan adanya alokasi biaya ke periode dimana pendapatan dilaporkan yaitu harga pokok
penjualan (cost of goods sold). Sedangkan nilai persediaan yang belum terjual akan dibawa ke
periode berikutnya dalam laporan keuangan perusahaan. Jadi dalam proses pengukuran income
sangat mirip dengan ciri-ciri umum pada penilaian prepaid expense dan aktiva tetap atau disebut
penangguhan expenses, yaitu atas dasar input prices, kemudian untuk menentukan nilai cost of
goods sold dapat juga dilakukan melalui perhitungan (rumus) yang lazim digunakan dalam
persediaan. Namun demikian dalam keadaan tertentu persediaan dinilai berdasarkan output
values (harga jual) untuk memperoleh penilaian laba. Tujuan kedua pengukuran persediaan
lainnya adalah untuk menyajikan nilai barang-barang perusahaan didalam komponen neraca
(laporan keuangan).

Untuk tujuan terakhir dari pengukuran persediaan adalah membantu investor untuk
memprediksi arus kas dikemudian hari, yaitu dipandang dari jumlah persediaan sebagai sumber
yang akan mendukung arus kas dan jumlah persediaan yang akan dijual kemudian hari dan akan
mempengaruhi arus kas keluar.

2.5 SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN

Untuk dapat menetapkan nilai persediaan pada akhir periode dan menetapkan biaya persediaan
selama satu periode, sistem persediaan yang digunakan adalah:

 Sistem Periodik (physical), yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara
phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi pengukuran
6

dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu periode untuk kemudian dikalikan
dengan suatu tingkat harga/biaya. Perusahaan yang menerapkan sistem periodik umumnya
memiliki karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun nilainya relatif kecil. Sebagai
ilustrasi adalah kios majalah di sebuah pusat perkantoran dan pertokoan yang menjual
berbagai jenis majalah, koran, alat tulis, aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis
persediaan beraneka ragam namun nilainya relatif kecil sehingga tidaklah efisien jika harus
mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil namun frekuensi transaksi tinggi. Meskipun
demikian sebenarnya pada saat ini alasan tersebut dapat diabaikan dengan adanya teknologi
komputer yang meMudahkan pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti
di toko retail.
 Sistem Permanen (Perpetual), yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus
menerus yaitu dengan membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun
penjualan. Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai
yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga perusahaan dapat
mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu. Misalnya
persediaan alat rumah tangga elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave).

Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan untuk mencatat
pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodik pembelian persediaan dicatat dengan
mendebit akun pembelian sehingga pada kahir periode akan dilakukan penyesuaian untuk
mencatat harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.

PERBEDAAN JURNAL UMUM (METODE PEREODIK DAN PERPETUAL)

metode preiodik metode perpetual

no keterangan debet kredi keterangan debet kredi


t t

1 pembelian 6,00 persediaan 6,00


0 0
7

kas 6,000 kas 6,000

2 ongkos masuk 300 HPP 300

kas 300 kas 300

3 utang dagang 200 utang dagang 200

      retur pembelian 200           persediaan 200

4 utang dagang 1,50 utang dagang 1,50


0 0

              kas 1,470 kas 1,470

           diskon pembelian 30   HPP 30

5 piutang dagang 7,00 piutang dagang 7,00


0 0

penjualan 7,000         penjualan 7,000

HPP 5,60
0

persediaan 5,600

6 retur penjualan 200 retur penjualan 200

piutang dagang 200         piutang dagang 200


8

persediaan 160

HPP 160

7 kas 1,95 kas 1,95


0 0

diskon penjualan 50 diskon penjualan 50

piutang dagang 2,000 piutang dagang 2,000

8 beban operasional 650 beban oprasional 650

kas 650 kas 650

JURNAL PENYESUAIAN:

metode preiodik metode perpetual

no keterangan debet kredit keterangan debet kredit

Iktisar L/R 2,000 TIDAK PERLU DI


BUAT

Persediaan 2,000

Persediaan 2,360

Iktisar L/R 2,360


9

 
Laporan laba-rugi

METODE PERIODIK METODE PERPETUAL

Penjualan xxx Penjualan xxx

Retur penjualan (xxx Retur penjualan (xxx


) )

Potongan penjualan (xxx Potongan penjualan (xxx


) )

Penjualan bersih xxx Penjualan bersih xxx

Harga Pokok Penjualan Harga Pokok Penjualan (xxx


)

Pers. Barang awal xxx Laba kotor xxx

pembelian xxx

ongkos angkut (xxx


)

potongan pembelian (xxx


)

barang tersedia dijual xxx


10

Pers. Barang  akhir (xxx


)

Harga pokok Penjualan (xxx


)

Laba kotor xxx

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 PENENTUAN KUANTITAS PERSEDIAAN

Untuk menentukan jumlah barang yang masih dikuasai oleh perusahaan pada suatu saat dapat
ditentukan melalui beberapa cara yaitu:
 Stock opname: perhitungan barang pada awal dan akhir periode yang dihitung, cara ini
merupakan ketentuan yang harus dilakukan oleh manajemen untuk menentukan jumlah
persediaan akhir, sebagai salah satu persyaratan memperoleh unqualified opinion.
 Menggunakan metode pencatatan perpetual.
11

 Menggunakan metode gabungan antara metode pencatatan perpetual dengan stock


opname.
 Menggunakan metode penilaian berdasarkan hubungan agregatif, yaitu gross profit
method dan realized inventory method.

Penyajian laporan laba rugi dapat dibuat dalam dua bentuk, yaitu all inclusive concept of
income (AICI) dan current operating concept of income (COCI). Dari kedua metode tersebut
metode penyajian yang banyak mengandung kelemahan untuk penyajian persediaan adalah
AICI, kelemahan-kelemahan tersebut dapat kita lihat sbb:
a. Metode stock opname atau periodic method
Persediaan yang merupakan komponen cost of goods sold (CGS) maka perhitungan kuantitas
persediaan yang dilakukan dengan stock opname tergantung dari kelengkapan data/catatan dan
perhitungan barang. Dengan cara ini perhitungan persediaan yang dibebankan pada CGS ada
kemungkinan overstatement, karena hanya membandingkan dan menghitung jumlah barang yang
dimiliki dikurangi dengan persediaan akhir. Sehingga kalau terjadi adanya barang yang hilang,
rusak, menguap, turun kualitasnya dsb, maka hal ini bila tidak terungkap akan menyebabkan
laporan laba – rugi tidak atau kurang informative. Karena adanya kerugian-kerugian yang
seharusnya diperlukan sebagai kerugian extraordinary item, kemudian dengan perhitungan stock
opname secara berkala tidaklah cukup sebagai dasar pembuatan keputusan yang bersifat
manajerial secara cepat.
b. Metode perpetual
Dalam metode perpetual ini terdapat kelemahan pada saat menentukan nilai dan jumlah barang,
karena dengan metode pencatatan yang kontinyu ini berarti saldo persediaan setiap saat dapat
diketahui, namun perlu diperhatikan bahwa dengan hanya menghitung jumlah barang bedasarkan
catatan akan mengakibatkan nilai persediaan overstatement, karena adanya persediaan yang
rusak dsb. Oleh karena itu yang lebih tepat dalam menentukan jumlah inventory adalah kalau
menggunakan metode gabungan antara metode perpetual dengan stock opname.
c. Metode agregatif
Dalam metode ini kesulitannya sama dengan kesulitan yang dialami metode perpetual, kalau
dalam hal pembahasannya adalah masalah penentuan harga persediaan. Dalam metode ini juga
lebih tepat kalau penentuan jumlah dan nilai persediaan dikombinasi dengan stock opname.
12

3.2 DASAR PENILAIAN PERSEDIAAN

Penilaian persediaan pada prinsipnya ada dua yaitu input values dan output values, sedangkan
kedua konsep tersebut dapat digunakan sesuai dengan siapa pemakainya dan tujuannya. Kalau
untuk pembuatan prediksi arus kas dikemudian hari lebih relevan kalau digunakan output values,
karena akan mencerminkan nilai perusahaan pada saat itu. Sedangkan kalau kondisi nilai
konversi tidak pasti seperti kondisi di Indonesia tahun 1997 lebih relevan kalau digunakan input
values, karena akan memungkinkan interpretasi yang lebih baik sebagai prediksi arus kas
dikemudian hari untuk memperoleh persediaan kembali.

a. Output values
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa persediaan merupakan komponen yang timbul
diberbagai tingkatan proses produksi, yang pada umumnya memerlukan kegiatan bernilai
ekonomis yang cukup besar, maka dengan metode input values lebih tepat. Tetapi dalam keadaan
penentuan crucial event, yaitu menentukan pada saat persediaan diserahkan kepada langganan
(penentuan nilai jual), maka lebih tepat kalau digunakan metode output values, karena
memperhitungkan nilai current persediaan kalau dijual pada saat itu.

Untuk konsep output values ini ada 3 (tiga) konsep yang dapat digunakan yaitu:
 Konsep Discounted Money Receipt: konsep ini menekankan pada, bahwa persediaan dapat
dinilai dengan mendiskontokan arus kas dikemudian hari, dengan syarat:
1. Nilai atau tingkat harga stabil dan ada kepastian yang tinggi.
2. Timing penerimaan kas yang diharapkan cukup memberikan kepastian.
 Current Selling Price: konsep ini menekankan nilai persediaan berdasarkan harga jual (pasar)
sehingga diperlukan harga yang fixed, sehingga untuk konsep ini disyaratkan:
1. Adanya suatu pasar yang terkendali dengan harga yang stabil – tetap.
2. Tidak ada komponen biaya tambahan yang besar (material), misalnya biaya bunga atau
diskonto dalam penerimaan hasil penjualan.
 Net Realizable Values: dalam konsep ini perhitungan biaya yang timbul dari penjualan
seperti diskon penjualan harus diperhitungkan dalam nilai penjualan bersih (Net Realizable
13

Values). Maka konsep ini merupakan konsep current output values dikurangi dengan current
values dari semua biaya tambahan, misalnya biaya penagihan, biaya penjualan.

b. Input Values
Pengukuran persediaan dengan input values merupakan pengukuran resources yang dipakai
untuk memperoleh persediaan pada kondisi saat ini, sehingga untuk persediaan yang tidak perlu
adanya proses produksi interpretasi mengenai nilai persediaan (input values) sangat jelas. Karena
input values disini menggambarkan arus dari pada kas yang telah dikeluarkan sesungguhnya.
Sedangkan kalau input values tersebut dari nilai resources yang dipergunakan dalam proses
produksi, hal ini akan lebih menyulitkan untuk menentukan input valuesnya, karena adanya
proses penilaian resources ke periode yang bersangkutan dan pengalokasian resources ke dalam
masing-masing departemen. Namun konsep ini dapat dikurangi tingkat kesulitan penilaiannya
dengan penerapan prosedur alokasi costnya, yang hasilnya akan langsung menjadi investment
decision model.

Dengan struktur akuntansi tradisional, selisih input dan output values merupakan gross
profit atau gross margin, sehingga semua metode yang menganut konsep input values berarti
adanya penangguhan pengakuan revenues dan net income keperiode kemudian. Penundaan ini
dapat dibenarkan apabila masih ada kegiatan-kegiatan perusahaan yang harus dilakukan untuk
pelaksanaan penjualan atau karena output tidak verifiable.

Konsep input values pada dasarnya dinyatakan dengan historical cost atau dapat juga
dengan current cost atau standard cost. Current cost disini menggunakan konsep net realizable
values dikurangi dengan normal gross margin dari net realizable values.

3.3 BIAYA-BIAYA YANG HARUS DIMASUKAN DALAM PERSEDIAAN

Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan dengan berapa
jumlah persediaan yang harus yang dicatat dalam akun. Pembelian (akuisisi) persediaan, seperti
aktiva lain, umumnya di perhitungkan atas dasar biaya.
14

a. Biaya produk
Biaya produk adalah biaya yang” melekat” pada persediaan dan di catat dalam akun persediaan.
Biaya-biaya ini berhubungan langsung dengan transfer barang ke lokasi bisnis pembeli dan
pengubahan barang tersebut ke kondisi yang siap di jual. Beban seperti itu mencakup ongkos
pengangkutan barang yang dibeli, biaya pembelian langsung lainnya, dan biaya tenaga kerja
serta produksi lainnya yang dikeluarkan dalam memproses barang ketika dijual. Namun karena
adanya kesulitan praktis dalam mengalokasikan biaya dan beban, maka tidak dimasukkan dalam
penilaian persediaan.

b. Biaya periode
Beban penjualan (selling expenses), beban umum serta adminstrasi tidak dianggap berhubungan
langsung dengan produk karena tidak dianggap sebagai bagian dari persediaan. Biaya semacam
itu disebut dengan biaya periode secara konseptual, beban ini merupakan biaya dari produk
seperti halnya harga beli awal dan ongkos pengangkutan.

Biaya bunga yang berhubungan dengan penyiapan persediaan agar siap dijual biasanya di
bebankan pada saat dikeluarkan. Argumen penting untuk pendekatan ini adalah bahwa biaya
bunga merupakan biaya pembiayaan.

c. Biaya manufaktur
Seperti telah dibahas sebelumnya, sebuah bisnis yang membuat barang mengunakan persediaan-
bahan baku,barang dalam proses, barang jadi. Barang dalam proses dan barang jadi meliputi
bahan, tenaga kerja langsung dan biaya overhead manufaktur. Biaya overhead manufaktur
meliputi bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan pos-pos seperti penyusutan ,
pajak,asuransi, pemanas, dan listrik yang dibutuhkan dalam proses manufaktur.

3.4 ASUMSI ARUS BIAYA

Secara konseptual, identifikasi khusus atas pos-pos yang terjual dan pos-pos yang belum terjual
optimal, tetap cara ini sering kali tidak hanya mahal tetapi juga tidak mungkin untuk di terapkan.
Sebagai akibatnya, beberapa Asumsi arus biaya yang bersifat sistematis dapat digunakan.
15

Sebetulnya arus fisik barang aktual dan asumsi biaya sering kali sangat berbeda. Tidak ada
keharusan bahwa asumsi arus biaya yang dipakai terus konsisten dengan pergerakan fisik
barang. Tujuan utama dari pemilihan asumsi arus biaya adalah untuk memilih asumsi yang
paling mencerminkan laba periodik,sesuai kondisi yang berlaku.

a. Indentifikasi Khusus
Digunakan dengan cara mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan dalam pos persediaan.
Biaya barang yang telah terjual dimasukan dalam harga pokok penjualan, sementara biaya
barang yang masih berada di tangan dimasukan pada persedian. Metode ini hanya bisa digunakan
dalam kondisi yang memungkinkan perusahan memisahkan pembelian yang berbeda yag telah
dilakukan secara fisik. Metode ini dapat diterapkan dengan baik dalam situasi yang melibatkan
sejumlah kecil item berharga tinggi dan dapat dibedakan.

Dalam industri ritel hal ini meliputi beberapa jenis perhiasan, jas bulu, mobil, dan sejumlah
furnitur. Dalam area manufaktur, meliputi produk pesanan, khusus dan banyak produk yang
diproduksi menurut job cost system.

b. Biaya Rata-rata
Metode biaya rata-rata menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar
biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia selama suatu periode.

3.5 BIAYA PERSEDIAAN MANUFAKTUR DAN DAMPAK PENINGKATAN


PRODUKSI

Biaya persediaan manufaktur terdiri atas tiga komponen:


1. Bahan baku atau bahan mentah-biaya dari bahan dasar yang digunakan untuk membuat
produk.
2. Tenaga kerja –biaya tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk
jadi.
3. Overhead- biaya tidak langsung pada proses manufaktur,seperti penyusutan peralatan
manufaktur, gaji penyelia, dan biaya prasarana.
16

Perusahaan dapat mengestiminasi dua komponen pertama secara akurat dari spesifikasi
rancangan dan penelitian atas waktu dan pergerakan pada proses perakitan. Overhead sering kali
merupakan komponen biaya produk terbesar dan paling sulit diukur untuk tingkat produk. Total
overhead harus dialokasi pada seluruh hasil produksi. Umumnya produk yang terbanyak
menggunakan sumber daya (yaitu membutuhkan mesin mahal terbanyak atau memakai waktu
rekayasa tertinggi) harus diberikan alokasi sebagian besar dari overhead. Biaya persediaan untuk
perusahaan manufaktur umumnya dipelajari pada mata kuliah akuntansi manajemen. Namun
analis perlu waspada bahwa alokasi biaya overhead bukan merupakan ilmu pasti dan sangat
tergantung pada asumsi yang digunakan.

Analisis juga perlu mengerti dampak tingkat produksi pada profitabilitas. Overhead
dialokasi pada semua unit yang diproduksi, dan biaya ini dimasukan pada biaya persediaan,
bukan menjadi beban periode berjalan, dan tetap berada pada neraca hingga prsediaan dijual,
pada saat tersebut persediaan menjadi harga pokok penjualan pada laporan laba rugi. Jika
peningkatan pada tingkat produksi menyebabkan persediaan akhir meningkat, lebih banyak biaya
overhead yang tertinggal di neraca dan profibilitas meningka kemudian, saat kuantitas persediaan
menurun, laporan laba rugi terbebani dengan bukan hanya biaya overhead periode berjalan,
tetapi juga biaya overhead periode sebelumnya yang berasal dari persediaan tahun berjalan,
karenanya laba menjadi turun. Oleh karna itu, analis harus waspada terhadap dampak perubahan
tinkat produksi terhadap laba yang dilaporkan.

3.6 HARGA POKOK PENJUALAN

Tujuan pokok akuntansi persediaan adalah menetapkan secara layak hasil usaha selama satu
periode dengan mengaitkan pendapatan terhadap biaya untuk memperoleh dan mempertahankan
penghasilan tersebut. Dalam akuntansi persediaan harus ditentukan apakah suatu persediaan
merupakan beban atau merupakan aktiva. Jika persediaan telah terjual maka persediaan tersebut
akan dilaporkan sebagai beban atau merupakan komponen dari harga pokok penjualan,
sebaliknya jika persediaan tersebut masih merupakan milik perusahaan (belum terjual) maka
akan dilaporkan sebagai aktiva lancar perusahaan.
17

Menurut PSAK no 14, jika barang dalam persediaan di jual, maka nilai tercatat
persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas
penjualan tersebut. Proses pengakuan nilai tercatat persediaan yang telah dijual sebagai beban
menghasilkan pengaitan (matching) beban dengan pendapatan. Oleh karena itu dalam
menentukan besarnya laba harus dihitung terlebih dahulu besarnya harga pokok penjualan.
Persediaan yang dibeli atau ibuat selama suatu periode ditambahkan ke persediaan awal dan
jumlah biaya persediaan ini disebut dengan harga pokok barang tersedia untuk dijual. Pada akhir
periode akuntansi, jumlah biaya yang tersedia untuk dijual dialokasikan antara persediaan yang
masih tersisa (dicatat di neraca sebagai aktiva) dan persediaan yang dijual selama periode
(dilaporkan dalam laba rugi sebagai biaya, harga pokok penjualan). Secara ringkas dapat kita
ilustrasikan sebagai berikut:

Penjualan barang dagangan XXX

Harga pokok penjualan terdiri dari:

Persediaan 1 Jan 2003 XXX

Pembelian XXX

(Retur pembelian) (XXX)

(Potongan pembelian) (XXX)

Pembelian bersih XXX

Persediaan tersedia untuk dijual XXX

Persediaan 31 Des 2003 (XXX)


18

Harga pokok penjualan barang dagangan (XXX)

Laba/(Rugi) kotor XXX

Dalam menentukan harga perolehan dan harga pokok persediaan akan dipengaruhi oleh sistem
pencatatan dan system penilaian persediaan yang digunakan oleh perusahaan.

3.7 METODE PERSEDIAAN PT. GAJAH TUNGGAL TBK.

Pada PT. Gajah Tunggal Tbk. persediaan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan atau nilai
realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan dengan metode rata-rata
tertimbang. Nilai realisasi bersih merupakan estimasi harga jual dari persediaan dikurangi
seluruh biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk melakukan penjualan.

Metode Rata-rata Tertimbang (weighted average) adalah metode perhitungan HPP


(Harga Pokok Persediaan) di mana semua persediaan barang yang keluar untuk dijual dan
produksi dibebani dengan harga pokok rata-rata. Cara menghitung harga pokok rata-rata adalah
membagi jumlah harga perolehan dengan jumlah barangnya.

Anggapan yang dipakai dalam metode ini adalah BDP awal periode, diproses menjadi
produk jadi bersamaan dengan bahan (unit) yang masuk proses periode ini. tidak ada perbedaan
antara produk selesai yang berasal dari PDP awal dengan produk selesai yang berasal dari
produksi baru. hanya ada satu macam harga produksi untuk seluruh produk selesai yaitu harga
produksi rata-rata tertimbang. dengan anggapan ini, maka perhitungan HPP dilakukan dengan
menambahkan biaya yang melekat pada PDP awal dengan biaya yang terjadi selama periode ini,
kemudian dibagi dengan UPE.

Contoh Soal atau Data Persediaan untuk Perhitungan Metode Rata rata tertimbang adalah
sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Kuantitas (unit) Harga (Rp)


1 Jan Persediaan awal 100 100.000
19

5 Feb Pembelian 300 120.000


7 Maret Penjualan 100 150.000
10 April Penjualan 100 150.000
2 Mei Pembelian 100 130.000
5 Juni Penjualan 200 160.000
6 Juli Pembelian 300 125.000
7 Oktober Penjualan 100 160.000
10 November Penjualan 200 170.000
3 Desember Pembelian 100 130.000

Dalam penerapan metode Average berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang
yang ada di gudang untuk dijual tanpa memperhatikan barang mana yang masuk lebih awal
atau akhir. Jadi persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan
persediaan rata-rata yang masuk. Berikut adalah contoh perhitungan metode Average dari data
di atas:

Tanggal Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan


Unit Harga/ Total Unit Harga/Unit Total Unit Harga/Unit Total
Unit (Rp) Harga (Rp) Harga (Rp) Harga
(Rp) (Rp) (Rp)
01 Jan - - - - - - 100 100 10.000
05 Feb 300 120 36.000 - - - 400 110 44.000
07 Mar - - - 100 110 11.000 300 110 33.000
10 Apr 100 110 11.000 200 110 22.000

02 Mei 100 130 13.000 - - - 300 120 36.000


05 Jun - - - 200 120 24.000 100 120 12.000
06 Jul 300 125 37.500 - - - 400 122.5 49.000
07 Okt - - - 100 122.5 12.250 300 122.5 36.750
10 Nov - - - 200 122.5 24.500 100 122.5 12.250
03 Des 100 130 13.000 - - - 200 126,25 25.250
Total 800 - 99.500 700 - 82.750 200 - 25.250

Laba bruto yang diperoleh dengan cara rata-rata tertimbang akan memberikan hasil yang
mendekati dengan metode FIFO. Perbedaan laba bruto ini disebabkan karena dalam metode
FIFO harga pokok persediaan yang dibebankan sebagai harga penjualan adalah harga pokok
20

barang yang dibeli mula-mula. Sehingga dalam keadaan harga-harga naik, harga pokok
penjualan jumlahnya kecil karena terdiri dari harga beli mula-mula.

3.8 PERSEDIAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN PT. GAJAH TUNGGAL TBK

Dalam laporan keuangan, persediaan barang dagang yang tercantum di neraca mencerminkan
nilai barang dagang yang ada pada tanggal neraca, yang biasanya juga merupakan akhir dari
suatu periode akuntansi. Di laporan laba rugi, persediaan barang dagang muncul dalam harga
pokok penjualan. Harga pokok penjualan dihitung sebagai: persediaan barang dagang awal
periode ditambah pembelian bersih selama periode dikurangi persediaan barang dagang akhir
periode. Kalau digambarkan, hubungan persediaan barang dagang yang ada di neraca dan
laporan laba rugi tampak seperti di bawah ini:

2020 2020 2019 2019


Periode Akhir:
30/06 31/03 31/12 30/09

Total Aset Lancar 7755904 9453300 8097861 8188108


Kas dan Investasi Jangka Pendek 998339 989977 894110 916815
Kas 514857 471003 415606 481559
Kas & Setara Kas - - 635182 -
Investasi Jangka Pendek 483482 518974 478504 435256
Total Piutang, Bersih 4037276 5420303 4359210 4206576
Piutang - Dagang, Bersih 3334418 4710598 3701548 3520350
Total Persediaan 2457141 2684272 2516569 2564014
Beban Dibayar di Muka 263148 358748 327972 500703
Aset Lancar Lainnya, Total - - - -
Total Aset 18365879 20450117 18856075 19231449
Aset Tetap, Total - Bersih 9190200 9319682 9348452 9414682
Aset Tetap, Total - Kotor 20603795 20900227 20355815 20311011
Akumulasi Penyusutan, Total -11413595 -11580545 -11007363 -10896329
Kepemilikan, Bersih - - - -
Tetap, Bersih - - - -
Investasi Jangka Panjang 1005470 1178587 1049119 1134382
Piutang Wesel - Jangka Panjang - - - -
Aset Jangka Panjang Lainnya, Total 414305 498548 360643 494277
21

Aset Lain, Total - - - -


Total Kewajiban Lancar 5240563 6513213 5420942 5592072
Utang 1362971 2115574 1883474 1801914
Utang/Harus Dibayar - - - -
Beban Harus Dibayar 519072 547157 484225 532370
Utang Wesel/Utang Jangka Pendek 1258173 1657183 1063344 1283021
Porsi Lancar dari Utang Jangka
788868 853823 701293 700466
Panjang/Sewa Modal
Kewajiban Lancar Lainnya, Total 1311479 1339476 1288606 1274301
Total Kewajiban 12244104 14390100 12620444 13245948
Total Utang Jangka Panjang 4722796 5620742 5000115 5284136
Utang Jangka Panjang 4656915 5538164 4923743 5199753
Kewajiban Sewa Modal 65881 82578 76372 84383
Pajak Penghasilan Ditangguh 5477 6343 4602 4092
Saham Minoritas 4655 4655 - -
Kewajiban Lain, Total 2270613 2245147 2194785 2365648
Total Ekuitas 6121775 6060017 6235631 5985501
Saham Preferen Dapat Ditebus, Total - - - -
Saham Preferen - Tidak Dapat
- - - -
Ditebus, Bersih
Saham Biasa, Total 1742400 1742400 1742400 1742400
Tambahan Modal Disetor -502515 -502515 -502515 -502515
Laba Ditahan (Akumulasi Defisit) 4345836 4082798 4442321 4312745
Saham Perbendaharaan - Biasa -501 -501 -501 -501
Jaminan Utang ESOP - - - -
Laba (Rugi) Belum Terealisasi - - - -
Ekuitas Lainnya, Total 536555 737835 553926 433372
Total Kewajiban & Ekuitas Pemegang Saham 18365879 20450117 18856075 19231449
Total Saham Biasa Beredar 3484,41 3484,41 3484,41 3484,41
Total Saham Preferen Beredar

Pada tabel tersebut, menunjukan bahwa persediaan barang dagang yang ada pada akhir
tahun berjalan (2019) akan muncul, baik di neraca maupaun laporan laba rugi. Persediaan ini
pada tahun berikutnya (2020, tidak digambarkan) merupakan persediaan awal dalam laporan laba
rugi. Jika kita memperhatikannya secara saksama, maka kita akan menemukan adanya
keterkaitan antara persediaan dagang di neraca dan laporan laba rugi.
22

Karena adanya hubungan ini, maka kita akan menyimpulkan bahwa betapa pentingnya
pos ini dalam menentukan laba (rugi) dan posisi keuangan perusahaan, tidak hanya terhadap
tahun berjalan, tetapi juga terhadap tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang. Apabila
terjadinya kesalahan dalam menentukan nilai persediaan barang dagang, maka akan
mempengaruhi tidak hanya laporan laba rugi dan neraca tahun berjalan saja, tetapi juga neraca
dan laporan laba rugi tahun yang akan dat

BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat
tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan.
Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk
dalam klasifikasi persediaan. Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi
yang cukup penting dalam suatu perusahaan.

Dengan gambaran tersebut maka persediaan untuk perusahaan-perusahaan manufaktur


pada umumnya mempunyai tiga jenis persediaan yaitu:
1. Bahan baku (direct material)
2. Barang dalam proses (work in proses)
3. Barang jadi (finished goods).

Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada
dua, yaitu Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik) dan Metode Perpetual. Masalah
kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in transit) sangat tergantung dari perjanjian yang
23

disepakati oleh penjual dan pembeli. 2 syarat tersebut adalah (1) Fob Shipping Point dan (2) Fob
Destination. Tidak semua barang yang berada di gudang/toko bisa diakui menjadi milik
perusahaan, misalnya barang titipan (barang konsinyasi) dari pihak lain dengan tujuan akan
dijual untuk dan atas nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlah komisi
(consignment in) tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknya untuk barang yang
sifatnya consigment out, yang sampai dengan tanggal neraca belum terjual harus dicantumkan di
Neraca.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.gt-tires.com/indonesia/corporate.

Syachrudin, Deni. 2020. Modul Mata Kuliah Teori Akuntansi. Jakarta: Universitas Mercu Buana

Kieso, Donald E, dkk. 2007. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga

https://id.investing.com/equities/gajah-tunggal-balance-sheet

Anda mungkin juga menyukai