Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

GURU DISEKOLAH ADALAH MOTIVATOR


UNTUK ANAK DIDIK

Disusun Oleh :

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PASER


DINAS PENDIDIKAN
PASER
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT akhirnya penulis dapat
menyusun makalah tentang “Teori, prinsip dan Implementasi Motivasi dalam Pembelajaran”
yang mana bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar bagi mahasiswa dalam rangka
meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada
umumnya. Makalah ini juga bisa dijadikan sebagai acuan bagi guru dalam mengajar agar
para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang. Serta dapat
dijadikan sebagai sumbangsih bagi pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia.
Dalam penulisan makalah ini diupayakan suatu penyajian materi yang praktis dan
mudah di pahami bagi mahasiswa maupun pembaca. Untuk itu harapan yang di inginkan dari
penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa PAUD yang kelak akan menjadi guru paham
akan bagaimana memberikan atau menerapkan motivasi pada para peserta didiknya dalam
pembelajaran.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi semua pihak, khususnya bagi para penulis dan teman-teman mahasiswa. Kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk perbaikan makalah ini.

Pasir Belengkong ,16 Februari 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
A. Teori Motivasi .......................................................................................... 3
B. Prinsip Motivasi ....................................................................................... 7
C. Penerapan Teori Motivasi Dalam Pembelajaran (Model Arcs) ............... 9
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 13
Kesimpulan .................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses pembelajaran dapat dipahami atau dijelaskan dengan menggunakan berbagai
teori belajar. Di samping itu proses tersebut dapat pula dijelaskan dengan memperhatikan
satu aspek yang penting, yaitu motivasi mahasiswa. Guru sering dirisaukan dengan adanya
siswa yang dinilai cerdas tetapi mempunyai prestasi yang sedang–sedang saja. Dalam
pembelajaran siswa tersebut kelihatan bosan dan lesu, sedikit sekali menggunakan pikiran
untuk memecahkan persoalan yang dikemukakan di kelas, apalagi secara aktif melibatkan
diri dalam proses pembelajaran. Salah satu cara memahaminya adalah dengan anlisis yang
dikemukakan oleh Romiszowski (1984), bahwa kinerja yang rendah dapat disebabkan
oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa.
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari dalam dan
luar diri siswa. Faktor luar misalnya fasilitas belajar, cara mengajar guru, sistem
pemberian umpan balik, dan sebaginya. Faktor–faktor dari dalam diri siswa mencakup
kecerdasan, strategi belajar, motivasi dan sebagainya.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar siswa menunjukan motivasi sebagai
faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Tokoh–tokoh
pendidikan seperti Mc Clelland (1985), Bandura (1977), Bloom (1980), Weiner (1986),
Fyans dan Maerh (1987) melakukan berbagai penelitian tentang peranan motivasi belajar,
dan menemukan hasil yang menarik. Sebagai contoh, dalam studi yang dilakukan Fyans
dan Maerh (1987) diantara 3 faktor, yaitu : latar belakang keluarga, kondisi/konteks
sekolah dan motivasi, faktor yang terakhir merupakan prediktor yang paling baik untuk
prestasi belajar. Walberg dkk (1983) menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai
kontribusi anatra 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan
Suciati (1990) menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36 persen, sedangkan
McClelland menunjukan bahwa motivasi berprestasi (achievment motivation)
mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar. Berdasarkan penemuan
di atas guru dapat mempertimbangkan untuk melakukan intervensi dalam hal
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
Dalam makalah ini, kami sebagai penulis akan membahas salah satu dari faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar yaitu motivasi.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa saja teori-teori motivasi ?
2. Apa saja prinsip-prinsip motivasi ?
3. Bagaimana implementasi motivasi dalam pembelajaran?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Motivasi
Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan, pengalasan
dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan
dan merangsang. Motivate sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak (Echols,
1984).
Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi
yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan dari
penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan belajar itu demi mencapai suatu tujuan (Winskel, 1987).
Motivasi menurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu
tujuan. Sementara itu Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah
suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur
tindakannya dengan cara tertentu. Adapun Greenberg menyebutkan bahwa motivasi
adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku arah suatu
tujuan. Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi
fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).
Adapun Fremount E. Kast dan James E. Roseinzweig memberi pengertian
motivasi adalah dorongan yang datang dari dalam diri seseorang untuk melakukan
tindakan tertentu. Buchari Zainun menyebutkan, motivasi adalah bagian fundamental
dari kegiatan manajemen, sehingga dapat ditujukan untuk pengerahan potensi dan daya
manusia dengan jalan menimbulkan dan menumbuhkan keinginan yang tinggi,
kebersamaan dalam menjalankan tugas.
Menurut Maslow, manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas seratus
persen. Bagi manusia, kepuasan sifatnya sementara. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi,
orang tidak lagi berkeinginan memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi berusaha untuk
memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi tingkatannya. Jadi, kebutuhan yang
mendapatkan prioritas pertama untuk dipuaskan adalah kebutuhan dasar fisiologis.
Setelah kebutuhan tersebut terpenuhi, orang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan
lain yang lebih tinggi tingkatannya, seperti kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial,
kebutuhan berprestasi dan seterusnya.

3
Berarti untuk dapat berpretasi dengan baik, seseorang harus memenuhi terlebih
dahulu kebutuhan dasar fisiologis dan keamanan. Atau dengan perkataan lain, seseorang
tidak mungkin bisa berpretasi dengan baik jika perutnya lapar serta keamanannya
terganggu.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk
memberikan uraian menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat
menjadi seperti apa.
1. Teori Motivasi Abraham H. Maslow.
Seorang yang mendalami teori motivasi menuangkan pemikirannya dalam
bukunya “Motivation and Personality”. Teori ini mengatakan bahwa kebutuhan
manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima hierarki kebutuhan, yaitu:
1) Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan pokok manusia seperti sandang,
pangan dan perumahan. Berbagai kebutuhan fisiologis tersebut berkaitan dengan
status manusia sebagai insan ekonomi. Seorang yang kemampuan ekonominya
masih rendah kebutuhan pangannya masih sangat sederhana, begitu juga
kebutuhan akan sandang dan perumahan. Akan tetapi apabila kemampuan
seseorang meningkat ia akan terdorong untuk memikirkan pemuasan kebutuhan
baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2) Kebutuhan keamanan
Kebutuhan keamanan, kebutuhan ini harus dilihat dalam arti luas tidak hanya
dalam arti keamanan fisik tetapi keamanan psikologis.
3) Kebutuhan social
Kebutuhan social adalah bahwa dalam kehidupan manusia sebagai insane social
mempunyai kebutuhan yang berkisar pada pengakuanpunmaju dan kebutuhan
akan perasaan diikutsertakan atau “sence of participation”.
4) Kebutuhan “esteem”
Kebutuhan “esteem” yaitu kebutuhan akan harga diri, karena semua orang akan
memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang lain.
5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Dewasa ini disadari bahwa dalam diri setiap orang terpendam potensi dan
kemampuan yang belum sepenuhnya dikembangkan, sehingga wajar apabila
seseorang itu ingin agar potensinya itu dikembangkan menjadi kemampuan yang
efektif.

4
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut
akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan
menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk
menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat
dipenuhi dengan mudah. Apabila kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi maka orang
akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi.

2. Teori “X” dan “Y” oleh Douglas Mc Gregor.


Douglas Mc Gregor menuangkan pemikirannya dalam bukunya“Human Side
Of enterprise”. Inti teori Gregor adalah:
1) Teori “X” pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung berperilaku
negative.
2) Teori “Y” pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung berperilaku
positif.
Dalam teori “X” menggunakan asumsi bahwa manusia itu mempunyai ciri
bahwa para pekerja (manusia) pada dasarnya tidak senang bekerja dan apabila
mungkin akan mengelak kerja. Karena para pekerja (manusia) tidak senang bekerja,
mereka harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan berbagai tindakan agar tujuan
organisasi tercapai.
Sebaliknya menurut teori “Y” menggunakan asumsi bahwa manusia itu
mempunyai ciri bahwa pekerja (manusia) memandang kegiatan bekerja sebagai hal
yang alamiah seperti halnya beristirahat dan bermain. Sehingga para pekerja akan
melakukan tugas tanpa terlalu diarahkan dan akan berusaha mengendalikan diri
sendiri.

3. Teori Motivasi Higiene


Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg.Menurut Herzberg (1966),
ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan
dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya
factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).
Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk
didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan
sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivatormemotivasi seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement,
pengakuan, kmajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).

5
4. Teori “ERG”
Teori ini dikembangkan oleh Clayton Alderfer dari universitas Yale. ARG
merupakan akronim dari Existense, Relatedness, dan Growth. Menurut teori ini
eksistensi merupakan kebutuhan nyata setiap orang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia. Kebutuhan akan relatedness tercermin pada keberadaan manusia
itu dengan orang lain dan dengan lingkungannya, karena tanpa ada interaksi dengan
orang lain dan lingkungan maka keberadaan manusia itu tidak mempunyai makna
yang hakiki. Sedangkan Growth adalah merupakan kebutuhan manusia untuk tumbuh
dan berkembang. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Maslow bahwa eksistensi
adalah kebutuhan pokok, relatedness adalah kebutuhan social dan growth adalah
diklasifikasikan sebagai aktualisasi diri.

5. Teori “Tiga Kebutuhan”


Teori ini dikemukakan oleh David McCleland beserta rekannya. Inti dari teori
ini adalah bahwa pemahaman akan motivasi akan lebih mendalam apabila disadari
bahwa setiap orang mempunyai tiga kebutuhan yaitu “Need for Achievement”, “Need
for Power”, dan “Need for Affiliation”.
Need for Achievement adalah bahwa setiap orang ingin dipandang sebagai orang yang
berhasil dalam hidupnya. Kebutuhan untuk berhasil tercermin adanya dorongan untuk
meraih kemajuan dan prestasi sesuai yang ditetapkan.
Need for power menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan akan menampakkan
diri pada keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain.
Need for affiliation umumnya tercermin pada keinginan berada pada situasi yang
bersahabat dalam interaksi sesearang dengan orang lain dalam organisasi. Kenyataan
ini berangkat dari sifat manusia sebagai makhluk sosial.

6. Teori Fisiologis
Teori ini juga disebut “Behaviour theories”. Menurut teori ini semua tindakan
manusia berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organic atau
kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut sebagai kebutuhan primer, seperti
kebutuhan makanan, minuman, udara dan lain-lain yang diperlukan untuk
kepentingan tubuh seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan
untuk mempertahankan hidup, struggle for survival.

7. Teori Motivasi Vroom

6
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan
mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat
melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut
Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen,
yaitu: Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas, Instrumentalis, yaitu
penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas
(keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu), Valensi, yaitu respon
terhadap outcome seperti perasaan positif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika
usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan, motivasi rendah jika usahanya
menghasilkan kurang dari yang diharapkan.

B. Prinsip Motivasi
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah
suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan
memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan
kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan
bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak.
Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang seyogianya kita perhatikan.
1. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi,
soaial dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai
sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.
2. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong
terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak
citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam
belajar.
3. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa. Contohnya
seorang murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu,
karena kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena keinginan untuk mencapai
seauatu.
4. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau
keyakinan diri. Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi
masalah.
5. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan
motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi
tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap siswa diberi dorongan yang sama
untuk melakukan sesuatu.

7
6. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian
besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
7. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap
motivasi dan perilaku.
8. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang
ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena
ingin belajar.
9. Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan
untuk menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai
tujuan.
10. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana
belajar yang memuaskan.
11. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat
mempertinggi motivasi.
Menurut Kenneth H Hoover (dalam Hamalik, 2009: 114), mengemukakan bahwa
prinsip-prinsip motivasi belajar sebagai berikut.
1. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu
perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai yang telah dilakukan.
2. Para siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang perlu
mendapat kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu berwujud dalam bentuk yang berbeda-
beda. Siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-
kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi belajar.
3. Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu lebih efektif daripada motivasi
yang berasal dari luar.
4. Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan
penguatan (reinforcement). Penguatan perlu dilakukan pada setiap tingkat
pengalaman belajar.
5. Motivasi mudah menjalar kepada orang lain. Guru yang berminat dan antusias dapat
mempengaruhi siswa, sehingga berminat dan antusias pula, yang pada gilirannya
akan mendorong motivasi rekan-rekannya, terutama dalam kelas bersangkutan.
6. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi
belajar.Apabila siswa telah menyadari tujuan belajar dan pembelajaran yang hendak
dicapainya, maka perbuatan belajar kearah tujuan tersebut akan meningkat, karena
daya dorongnya menjadi lebih besar.

8
7. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih
besar untuk melaksanakannya daripada tugas-tugas yang dipaksakan dari luar.
8. Ganjaran yang berasal dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk
merangsang minat belajar. Dorongan berupa pujian, penghargaan, oleh guru terhadap
keberhasilan siswa dalam belajar dapat merangsang minat dan motivasi belajar yang
lebih efektif.
9. Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah efektif untuk memelihara
minat siswa. Strategi pembelajaran yang bervariasi dapat menciptakan suasana yang
menantang dan menyenangkan bagi siswa, sehingga lebih mendorong motivasi
belajar.
10. Minat khusus yang dimiliki oleh siswa bermanfaat dalam belajar dan pembelajaran.
11. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat belajar bagi siswa yang
tergolong pandai, karena adanya perbedaan tingkat kemampuan.
12. Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat membantu siswa belajar
menjadi lebih baik. Keadaan emosi yang lemah dapat mendorong perbuatan yang
lebih energik.
13. Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar, dan mengganggu
perbuatan belajar siswa karena perhatiannya terarah pada hal lain.

C. Penerapan Teori Motivasi Dalam Pembelajaran (Model Arcs)


Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu, faktor internal
dan faktor eksternal.
1. Terdiri dari aspek fisiologi yaitu aspek jasmaniah serta tingkat kebugaran organ
tubuh, sehingga dapat mempengaruhi semangat siswa dalam mengikuti kegitan
pembelajaran. Dan aspek psikologis terdiri dari tingkat kecerdasan, sikap, bakat,
minat, dan motivasi siswa.
2. Faktor eksternal yaitu a) kondisi linkungan diluar siswa yang terdiri dari lingkungan
sosial, nonsosial, dan pendekatan belajar. Dimana lingkungan sosial terdiri dari
sekolah dan siswa. Lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi, dan
teman-teman yang dapat mempengaruhi semangat siswa. Lingkungan siswa terdiri
dari masyarakat, tetangga dan teman sebaya. b) lingkungan nonsosial seperti gedung
sekolah, rumah tempat tinggal, keluarga, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu
belajar yang digunakan. c) faktor pendekatan belajar seperti jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan
pembelajaran.

9
Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan
oleh Keller dan Kopp (1987) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang
pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar.
Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai
harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu
nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil
mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi
empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention,
relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987).
Keempat komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Attention ( Perhatian )
Perhatian merupakan salah satu poin penting dalam menjaga motivasi belajar
siswa. Guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada
minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Adanya minat/perhatian siswa
terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa
akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan perhatian mereka.
Membangkitkan dan memelihara perhatian merupakan usaha menumbuhkan
keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Secara garis
besar ada tiga jenis strategi untuk membangkitkan dan mempertahankan perhatian
siswa dalam pembelajaran (Wena,2009), yaitu:
a. Membangkitkan daya persepsi siswa.
Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan suatu hal yang baru, mengherankan,
tidak layak ataupun dengan memberikan perubahan-perubahan rangsangan secar
mendadak, misalnya dengan gerakan tubuh, nada suara, dan sebagainya.
b. Menumbuhkan hasrat ingin meneliti.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan merangsang perilaku yang selalu ingin
mencari informasi dengan mengajukan pertanyaan atau masalah yang
memerlukan pemecahan masalah oleh siswa sendiri. Dengan adanya pertanyaan
atau masalah yang ditujukan pada siswa, diharapkan perhatian siswa akan lebih
terfokus pada kegiatan pembelajaran
c. Menggunakan elemen pembelajaran yang bervariasi.
Dalam usaha mempertahankan perhatian siswa terhadap pembelajaran, dapat
dilakukan dengan jalan menggunakan elemen atau unsur-unsur pembelajaran
yang beraneka ragam. Variasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan

10
memvariasikan format tulisan dalam teks, menyajikan gambar-gambar yang
bervariasi, dan warna yang beraneka ragam.

2. Relevance (Relevansi/Mengaitkan pembelajaran dengan kebutuhan siswa)


Komponen ini merupakan komponen yang berhubungan dengan kehidupan
siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang
berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Siswa merasa
kegiatan yang pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan
berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu jika
terdapat relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas.
Ada tiga unsur yang dapat digunakan guna meningkatkan relevansi isi pembelajaran
dengan kebutuhan siswa, yaitu:
a. Menumbuhkan keakraban dan kebiasaan yang baik.,
Dalam usaha menumbuhkan keakraban pada diri siswa terhadap pembelajaran
dapat dilakukan dengan cara menggunakan atau pemakaian bahasa yang konkret,
contoh, dan konsep yang berkaitan atau berhubungan dengan pengalaman dan
nilai kehidupan siswa.
b. Menyajikan isi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan.
Hakikat dari pemberitahuan tujuan pembelajaran adalah menginformasikan apa
yang harus dicapai siswa pada akhir pembelajaran. Dengan demikian, setiap
kegiatan pembelajaran selalu dapat diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan,
dan sudah menjadi kewajiban guru untuk mengatakan dengan jelas tujuan yang
harus dicapai oleh siswa.
c. Menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai
Dalam hal ini untuk menciptakan relevansi terhadap pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
siswa. Guru harus memahami profil siswa seperti tingkat perkembangan siswa,
gaya kognitifnya, dan kebasaan belajarnya. Dengan diketahuinya hal tersebut,
guru akan lebih mudah menyesuaikan strategi yang digunakan profil siswa, dan
siswa akan merasa senang dalam mengikuti pembelajaran.

3. Confidence (Rasa Yakin diri siswa)


Merasa diri kompeten atau mampu,merupakan potensi untuk dapat
berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1977) mengembangkan lebih
lanjut konsep tersebut dengan mengajukan konsep self-efficacy. Konsep tersebut
berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk

11
melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Prinsip yang berlaku dalam
hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan menigkatnya harapan
untuk berhasil. Harapan ini sering dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa yang
lampau. Dengan demikian ada hubungan spiral antara pengalaman sukses dan
motivasi. Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan
(prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk
mengerjakan tugas berikutnya.

4. Satisfaction (Kepuasan)
Keberhasilan seorang siswa dalam mencapai tujuan akan menghasilkan
kepuasan sehingga ia termotivasi untuk berusaha mencapai tujuan serupa. Misalnya
siswa akan merasa puas jika dia dapat mengerjakan soal matematika dengan benar.
Guru dapat membantu mempertahankan dan meningkatkan siswa tersebut dengan
cara memberi reinforcement atau penguatan.
Pembelajaran hendaknya dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa
sebanyak mungkin. Untuk mencapai kearah itu ada beberapa cara yang dapat
meningkatkan motivasi intrinsik siswa.
a. Membangkitkan minat belajar
Tujuan penting adalah membangkitkan hasrat ingin tahu siswa mengenai
pelajaran yang akan datang, dan karena itu pembelajaran akan mampu
meningkatkan motivasi intrinsik siswa.
b. Mendorong rasa ingin tahu
Membangkitkan hasrat ingin tahu siswa tentang apa yang terjadi, dan begitu
seterusnya.
c. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik
Motivasi intrinsik untuk belajar suatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan
materi pembelajaran yang menarik.
d. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar
Prinsip dasar motivasi adalah anak akan belajar keras untuk mencapai tujuan
apabila tujuan itu dirumuskan atau ditetapkan oleh dirinya sendiri, dan bukan oleh
orang lain.perasaan memiliki tujuan pembelajaran itu pada akhirnya akan
melahirkan dorongan untuk memperolehnya.( Anni, 2004: 136-137).

12
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Secara konseptual motivasi berkaitan erat dengan prestasi atau perolehan belajar.
Pembelajaran yang tinggi motivasi, umumnya tinggi pula perolehan belajarnya. Sebaliknya
pembelajaran yang rendah motivasinya, maka rendah pula perolehan belajarnya. Demikian
juga pembelajaran yang sedang-sedang saja motivasinya, umumnya perolehan belajarnya
juga sedang-sedang saja. Guru sering berasumsi bahwa motivasi belajar siswa merupakan
masalah siswa itu sendiri dan siswalah yang bertanggungjawab untuk mengusahakan agar
mempunyai motivasi yang tinggi. Namun sebenarnya guru dapat berusaha untuk menetapkan
prinsip– prinsip motivasi dalam proses dan cara mengajar, untuk merangsang, meningkatkan
dan memelihara motivasi siswa dalam belajar.
Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara
perilaku sesorang secara terus menerus menggunakan kata motivasi dengan mengkaitkan
belajar untuk menggambarkan proses yang dapat :
1. memunculkan dan mendorong perilaku,
2. memberikan arahan dan tujuan perilaku,
3. memberikan peluang terhadap perilaku yang sama,
4. mengarahkan pada pilihan perilaku tertentu.
Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa antaralain.
1. Membangkitkan minat belajar,
2. Mendorong hasrat ingin tahu,
3. Menggunakan variasi pembelajaran yang menarik,
4. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran.

13
DAFTAR PUSTAKA

Jaali, Haji. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suciati. 2003. Belajar dan Pembelajaran (Modul Belajar). Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas terbuka

Suciati dan Irawan. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: Proyek
Pengembangan Universitas terbuka. Dirjen Dikti. Departemen Pendidikan Nasional

Sukamto, T. Dan Winataputra, US. 1996. Teori Belajardan Model-Odel Pembelajaran.


Jakarta: Penigkatan dan Pengembangan aktivitas instruksional Diektorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/motivasi-belajar/

http://tirman.wordpress.com/motivasi-dalam-pembelajaran/

http://massugiyanto.blogspot.com/2011/05/motivasi-belajar.html

14

Anda mungkin juga menyukai