Anda di halaman 1dari 10

PERAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk


tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai
pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan hukum dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Proses penegakan hukum
tergantung kepada beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lembaga
penegak hukum. Lembaga penegak hukum harus menjalankan tugasnya
dengan baik dan sesuai dengan peranannya masing – masing yang diatur
dalam peraturan perundang – undangan. Dalam menjalankan tugasnya
tersebut harus mengutamakan keadilan dan profesionalisme, sehingga
menjadi panutan masyarakat serta dipercaya oleh semua pihak termasuk
oleh anggota masyarakat.
Berikut dijelaskan secara singkat peran dan tugas/wewenang dari
lembaga – lembaga penegak hukum, adalah sebagai berikut:
A.    Peran Kepolisian Republik Indonesia
Kepolisian Republik Indonesia atau yang sering disebut POLRI
merupakan lembaga negara yang berperan dalam memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Selain itu, dalam bidang
penegakan hukum khususnya yang berkaitan dengan penanganan tindak
pidana sebagaimana yang diatur dalam KUHAP, Polri sebagai penyidik
utama yang menangani setiap kejahatan secara umum dalam rangka
menciptakan keamanan dalam negeri.
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara RI.
Fungsi kepolisian merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara di
bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
(Pasal 2).
Kepolisian bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang
meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya ketenteraman masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (Pasal 4).
Fungsi dan tujuan kepolisian semacam itu kemudian dijabarkan lebih
lanjut dalam tugas pokok kepolisian yang meliputi:
(1) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
(2) menegakkan hukum; dan
(3) memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat (Pasal 13).

Dalam melaksanakan tugas pokoknya tersebut, Pasal 14 menyatakan,


kepolisian bertugas untuk:
a.   melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b.       menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan;
c.       membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap
hukum dan peraturan perundang-undangan;
d.      turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e.       memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f.        melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa;
g.       melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya;
h.       menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian;
i.         melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia;
j.         melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;
k.       memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian;
l.         melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Dalam melaksanakan tugasnya, sesuai yang tercantum dalam Pasal
16 UU RI No. 2 Thn.2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia diberikan
wewenang diantaranya:
a.     Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
b.     Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian
perkara untuk kepentingan penyidikan;
c.      Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka
penyidikan;
d.     Menyuruh berhenti orang yang dianggap dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri;
e.      Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f.       Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
g.     Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
h.     Mengadakan penghentian penyidikan;
i.       Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j.       Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang
berwenang ditempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaaan mendesak atau
mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka
melakukan tindak pidana;
k.     Memberikan petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai
negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil
untuk diserahkan kepada penuntut umum;
l.       Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung dengan
syarat sebagai berikut:
1)   Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
2)   Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut
dilakukan;
3)   Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan dalam
jabatannya;
4)   Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa;
5)   Menghormati hak asasi manusia.

B.    Peran Kejaksaan RI


Kejaksaan RI adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan
negara, khususnya di bidang penuntutan. Penuntutan merupakan
tindakan Jaksa untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri
yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang –
undang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di
sidang Pengadilan. Pelaku pelanggaran pidana yang dituntut adalah yang
benar bersalah dan telah memenuhi unsur – unsur tindak pidana yang
disangsikan dengan didukung oleh barang bukti yang cukup dan didukung
oleh minimal dua (2) orang saksi.
Keberadaan Kejaksaan RI diatur dalam UU RI No. 16 Thn. 2004.
Berdasarkan undang – undang tersebut, kejaksaan sebagai salah satu
lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakan
supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi
manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Sebagai lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara dibidang


penuntutan harus melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara
merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh
kekuasaan lainnya. Adapun yang menjadi fungsi, tugas dan wewenang dari
kejaksaan, yaitu sebagai berikut:

1.  Fungsi dari kejaksaan yaitu:


a.     Perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis
pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perijinan sesuai
dengan bidang tugasnya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;
b.     penyelengaraan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana,
pembinaan manajemen, administrasi, organisasi dan tatalaksanaan serta
pengelolaan atas milik negara menjadi tanggung jawabnya;
c.      pelaksanaan  penegakan  hukum baik  preventif  maupun yang berintikan
keadilan di bidang pidana;.
d.     pelaksanaan pemberian bantuan di bidang intelijen yustisial, dibidang
ketertiban    dan ketentraman         umum, pemberian    bantuan,    
pertimbangan,     pelayanan     dan penegaakan hukum di bidang perdata
dan tata usaha negara serta  tindakan hukum dan tugas lain, untuk
menjamin kepastian hukum,      kewibawaanm pemerintah    dan
penyelamatan   kekayaan  negara,   berdasarkan   peraturan perundang-
undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan Jaksa Agung;
e.      penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat
perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan Hakim
karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal - hal yang dapat
membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri;
f.       pemberian pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah, penyusunan
peraturan perundang-undangan serta peningkatan kesadaran hukum
masyarakat; 

Koordinasi, pemberian bimbingan dan petunjuk teknis serta


pengawasan, baik di dalam maupun dengan instansi terkait atas
pelaksanaan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung
2.  Tugas dan Wewenang Kejaksaan yaitu:
a.     Di bidang pidana :
Melakukan penuntutan;
2)   Melaksanakan ketetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
3)   Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
4)   Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang – undang
5)   Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
b.     Di bidang perdata dan tata usaha negara :
Kejaksaan dengan kuasa khusus, dapat bertindak baik di dalam maupun
diluar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.
c.      Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut
melaksanakan kegiatan :
1)     Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
2)     Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
3)     Pengawasan peredaran barang cetakan;
4)     Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat
dan negara;
5)     Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
6)     Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.
Untuk mengefektifkan peranannya lembaga kejaksaan di Indonesia
memiliki tiga tingkatan yaitu :
1.     Kejaksaan Agung di tingkat pusat yang dipimpin oleh Jaksa Agung
2.     Kejaksaan Tinggi di tingkat provinsi yang dippimpin oleh seorang Kepala
Kejaksaan Tinggi (Kajati)
3.     Kejaksaan Negeri di tingkat kabupaten/kota yang dipimpin oleh seorang
kepala kejaksaan (Kajari).
C.    Peran Hakim sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman
Keberadaan lembaga kehakiman di Indonesia diatur dalam UU RI No. 48
Thn. 2009 tetang kekuasaan kehakiman, yang merupakan penyempurnaan
dari UU RI No. 4 Thn. 2004. Berdasarkan UU RI No. 48 Thn. 2009,
berdasarkan pasal 24 ayat 2 UUD RI bahwa kekuasaan kehakiman di
Indonesia dilakukan oleh :
1.     Mahkamah Agung,
2.     badan peradilan yang berada dibawah mahkamah agung yang
meliputi; badan peradilan peradilan umum, peradilan agama,
peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara.
3.     Mahkamah Konstitusi
Lembaga – lembaga tersebut berperan sebagai penegak keadilan, dan
dibersihkan dari setiap intervensi baik dari lembaga legislatif, eksekutif,
maupun lembaga lainnya. Kekuasaan kehakiman lembaga – lembaga
tersebut dilaksanakan oleh Hakim.
Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh
undang – undang untuk mengadili. Mengadili merupakan serangkaian
tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutuskan perkara
hukum berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak disebuah sidang
pengadilan berdasarkan ketentuan perundang – undangan. Hakim tidak
boleh dipengaruhi oleh kekuasaan – kekuasaan lain dalam memutusjkan
perkara. Apabila hakim mendapatkan pengaruh dari pihak lain dalam
memutuskan perkara, maka keputusan hakim cenderung tidak adil, yang
pada akhirnya akan meresaahkan masyarakat, serta wibawa hukum dan
hakim akan hilang.
Menurut ketentuan UU RI No. 48 Thn. 2009 tentang kehakiman, hakim
berdasarkan jenis lembaga peradilannya diklasifikasikan menjadi:
1.     Hakim pada Mahkamah Agung yang disebut Hakim Agung.
2.     Hakim pada badan peradilan di bawah MA yaitu dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada peradilan
khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.
3.     Hakim pada Mahkamah Konstitusi yang disebut Hakim Konstitusi.
Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan Kehakiman
bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya (Pasal 2 UU No.2 Tahun 1984).
Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang, memeriksa, mengadili,
memutuskan dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di
tingkat pertama (Pasal 50 UU No.2 Tahun 1986).
Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat
tentang hukum kepada instansi pemerntah di daerahnya apabila diminta
(Pasal 52 UU No.2 Tahun 1986). Selain menjalankan tugas pokok,
pengadilan dapat diserahi tugas dan kewenangan lain oleh atau
berdasarkan Undang-Undang.
Setiap hakim melaksanakaan proses peradilan dilaksanakan disebuah
tempat yang dinamakan pengadilan. Peradilan menunjukan pada proses
berjalannya mengadili perkara sesuai dengan kategori perkara yang
diselesaikan. Sedangkan pengadilan menunjukan tempat untuk mengadili
perkara/tempat melaksanakan proses peradilan guna mengakan hukum.
Kewenangan :
a) Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara pidana dan perdata di tingkat pertama;

b) Pengadilan Negeri dapat memberikan keterangan, pertimbangan, dan


nasehat tentang hukum kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya
apabila diminta;

c) Selain tugas dan kewenangan tersebut diatas, Pengadilan Negeri dapat


diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.

D.    Peran Advokat


Advokat disebut juga penasihat hukum adalah orang yang diberi kuasa
untuk memberi bantuan di bidang hukum baik perdata atau pidana kepada
yang memerlukannya., baik berupa nasihat (konsultasi) maupun bantuan
hukum aktif baik didalam maupun diluar pengadilan dengan jalan
mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain
untuk kepentingann hukum para pengguna jasanya.
Keberadaan advokat sebagai salah satu lembaga penegak hukum diatur
dalam UU RI No. 18 Thn. 2003 tentang Advokat. Setiap orang yang
memenuhi syarat dapat menjadi seorang advokat. Adapun persyaratan
untuk menjadi advokat di Indonesia diatur dalam pasal 3 UU RI NO. 18
Thn. 2003, yaitu :
1.  Warga negara RI;
2.  Bertempat tinggal di Indonesia;
3.  Tidak berstatus sebagai pejabat negara atau pegawai negeri;
4.  Berusia sekurang – kurangnya 25 tahun
5.  Berijazah sarjana dengan latar belakang pendidikan tinggi hukum;
6.  Lulus ujian yang diadakan Organisasi Advokat;
7.  Magang sekurang – kurangnya 2 tahun berturut – turut pada kantor
advokat;
8.  Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang
diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih;
9.  Berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyhai
integritas yang tinggi.
Adapun tugas dari advokat secara khusus adalah membuat dan
mengajukan gugatan, jawaban, tangkisan, sangkalan, memberi
pembuktian, mendesak segera disidangkan atau diputuskan perkaranya
dan sebagainya. Disamping itu advokat/ pengacara bertugas membantu
hakim dalam mencari kebenaran dan tidak boleh memutar balikan
peristiwa demi kepentingan kliennya agar kliennya menang dan bebas.
Adapun hak dan kewajiban advokat/pengacara, yaitu:
Hak :
1.   Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela
perkara yang menjadi tanggung jawabya di dalam sidang pengadilan dengan
tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturang perundang –
undangan.
2.   Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela
perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada
kode etik profesi dan peraturan perundang – undangan.
3.   Advokat tidak dapat dituntut dengan itikad baik untuk kepentingan
pembelaan klien dalam sidang pengadilan.
4.   Advokat berhak mendapatkan informasi, data, dan dokumen lainnya, baik
dari instansi pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan
kepentingna tersebut yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan
kliennya sesuai dengan peratuan perundang – undangan.
5.   Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk
perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau
pemeriksaaan dan perlindungan terhadap penyadapan atas komunilkasi
elektronik advokat.
6.   Advokat tidak dapat diidentikan dengan kliennya dalam membela perkara
klien oleh yang berwenang dan/atau masyarakat.

Kewajiban :
1.   Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan
perlakuanterhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama. Polituk,
keturunan, ras, atau latar belakang sosial. Dan budaya.
2.   Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh
dari kliennya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh
undnag – undnag.
3.   Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan
kepentingan tugas dan martabat profesinya.
4.   Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian
sedemikian rupa sehingga merugikan profesi advokat atau mengurangi
kebebasan dan kemerdekaaan dalam menjalankan tugas profesinya.
5.   Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakantugas profesi
advokat selama memangku jabatan.

Anda mungkin juga menyukai