19752-54899-1-PB Hidrolisis
19752-54899-1-PB Hidrolisis
1, Mei 2019 41
Pramestika Widyastuti
Program Studi Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang email : pramestikawidya99@gmail.com
ABSTRAK: Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif dan dianggap ramah lingkungan karena bahan baku
yang berasal dari sumber pati (jagung, ubi kayu, sorgun, dan lain-lain). Kulit singkong merupakan salah satu limbah
yang dapat dijadikan sebagai sumber energi berupa etanol Bioetanol dapat dihasilkan melalui proses fermentasi
dengan bantuan mikroorganisme. Hasil dari fermentasi kulit singkong adalah kadar glukosa sebesar 9,9% dengan
etanol tertinggi sebesar 6,00% pada waktu fermentasi 8 hari.
6 M hingga pH-nya menjadi 4,5. Serbuk kulit singkong dari hasil delignifikasi
Kemudian ditambahkan dengan 14 dicuci kemudian dioven pada suhu 105⁰C
gram ammonium sulfat dan 14 gram selama 2 jam untuk menghilangkan kadar
NH3SO4 lalu dipasteurisasi pada air dan selanjutnya dihaluskan kembali
suhu 80 oC selama 15 menit. untuk dihidrolisis. Proses hidrolisis
Setelah itu, ditambahkan dengan dilakukan sebanyak 4 kali perlakuan
ragi (Sacharomyces cerevisiae) dengan masingmasing ditambahkan
sebanyak 14 gram lalu larutan larutan HCl 15%, HCl 7%, H2SO4 15% dan
dibagi larutan menjadi 4 bagian dan H2SO4 7%. Penggunaan jenis dan
ditutup dengan aluminium foil kosentrasi asam yang berbeda adalah
kemudian didiamkan selama 4 hari, untuk mengetahui asam yang baik untuk
6 hari dan 8 hari dan 10 hari pada menghidrolisis pati. Hidrolisis dilakukan
suhu 27-30 oC. selama 2,5 jam pada suhu 100⁰C. Hidrolisis
E. Tahap Pemisahan menyebabkan perubahan warna pada
Proses pemisahan dilakukan sampel.
dengan memasukkan hasil
fermentasi ke dalam erlenmeyer Tabel 2. Perubahan warna larutan setelah
dan dipasang pada rangkaian alat hidrolisis
evaporator. Pada proses ini
dilakukan pemanasan pada suhu
78 oC. Kemudian masing-masing
larutan hasil evaporasi ditentukan
kadar etanol dengan menggunakan
alkohol meter.
Perubahan warna karena selulosa telah
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
diubah menjadi glukosa dan perbedaan
perubahan warna disebabkan oleh
Pretreatment dilakukan untuk mengurangi
kadar lignin, hemiselulosa dan mengurangi perbedaan kekuatan hidrolisis dari masing-
selulosa kristal serta menaikkan porositas masing asam. Tabel 2 menunjukkan kadar
bahan (Sun dan Cheng, 2002). glukosa maksimum dari hasil hidrolisis
Penghalusan kulit singkong merupakan yaitu pada HCl 15% dan H2SO4 15% yang
pretreatment mekanik (Laser, 2001), Hasil ditandai dengan filtrat berwarna coklat tua.
Hal ini disebabkan telah terjadi
analisis awal seperti dalam Tabel 1 berikut
ini:
degradasi sempurna hemiselulosa maupun
Tabel 1. Analisa Awal Kandungan Kulit selulosa menjadi glukosa. Tetapi
Singkong kosentrasi asam yang tinggi akan
memepengaruhi kekuatan hidrolisis asam
yang menyebabkan terjadinya degradasi
lanjut hemiselulosa dan selulosa menjadi
karbon. HCl 7% dan H2SO4 7% belum
terjadi degradasi sempurna hemiselulosa
Dari table 1 menunjukan bahwa kulit maupun selulosa menjadi glukosa yang
singkong memiliki kandungan pati dan ditandai dengan filtrat berwarna coklat
selulosa yang cukup tinggi, hal ini muda (Ariyani dkk., 2013).
berpotensi sebagai bahan baku bioetanol. Hidrolisis tujuannya untuk mendapatkan
Sampel kulit singkong pada tahap glukosa Gugus H+ dari HCl dalam proses
pendahuluan dipretreatment untuk hidrolisis akan mengubah serat dari kulit
menghilangkan lignin karena lignin singkong menjadi suatu gugus radikal
merupakan polimer yang memiliki dinding bebas. Gugus radikal bebas tersebut akan
yang kokoh sehingga dapat menghambat berikatan dengan gugus OH- dari molekul
proses hidrolisis dan menghambat air dan menghasilkan glukosa. Jumlah
pertumbuhan mikroba dalam proses glukosa yang dihasilkan bergantung pada
fermentasi (Gunam dkk., 2010). kosentrasi larutan penghidrolisis yang
44 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 11, No.1, Mei 2019
digunakan. Mekanisme yang terjadi pada hasil hidrolisis yaitu 9,9% difermentasi
proses hidrolisis kulit singkong dapat untuk memperoleh etanol. Sebelum
ditunjukkan seperti pada Gambar 1. dilakukan fermentasi filtrat hasil hidrolisis
dinaikkan pHnya hingga pH mencapai 4,5
sesuai dengan pendapat (Azizah dkk.,
2012) bahwa kisaran pertumbuhan mikroba
Saccharomyces cerevisiae yaitu pH 3,5-6,5
dan pada pH 4,5 adalah kondisi pH yang
optimal. Selanjutnya sampel ditambahkan
masing-masing 14 gram urea dan
ammonium sulfat. Mikroba yang digunakan
pada proses fermentasi yaitu ragi
Gambar 1. Mekanisme Reaksi Hidrolisis Saccharomyces cerevisiae sebesar 14
Kulit Singkong (Xiang dkk., 2003) gram dengan terlebih dahulu dilakukan
penambahan masing-masing 14 gram urea
Filtrat dari hasil hidrolisis dianalisis kadar dan ammonium sulfat sebagai nutrisi dalam
glukosanya untuk mengetahui asam yang proses fermentasi. Selanjutnya
paling baik digunakan dalam proses campurannya dipasteurisasi dalam
hidrolisis. Pada penelitian ini analisis kadar penangas air dengan menggunakan suhu
glukosa menggunakan metode anthrone 30 oC selama 30 menit untuk menambah
yang merupakan salah satu metode yang daya simpan larutan. Selanjutnya filtrat
digunakan untuk menentukan kadar gula dibagi dalam 4 bagian untuk difermentasi
pereduksi dengan menggunakan pereaksi dengan variasi hari yaitu 4 hari, 6 hari, 8
anthrone. Metode anthrone menggunakan hari dan 10 hari. Variasi hari dilakukan
larutan standar dan larutan blangko. untuk mengetahui lama penyimpan yang
Pembuatan larutan standar dengan baik untuk menghasilkan kadar etanol.
melarutkan 0,2 mg glukosa standar dalam Mikroba Saccharomyces cerevisiae akan
100 mL aquades. Kemudian membuat tumbuh optimal dalam kisaran suhu 30-35
deret glukosa yaitu 0 ppm, 40 ppm, 80 ppm oC dan puncak produksi alkohol dicapai
dan 100 ppm untuk memperoleh kurva pada suhu 33 oC. Suhu yang terlalu rendah
standar. Selanjutnya membuat larutan akan menyebabkan fermentasi
blangko sebanyak 4 kali perlakuan lalu berlangsung lambat, dan pada suhu yang
masing-masing larutan tersebut diambil terlalu tinggi menyebabkan mikroba
sebanyak 1 mL kemudian ditambahkan Saccharomyces cerevisiae akan mati
pereaksi anthrone sebanyak 5 mL dan sehingga proses fermentasi tidak dapat
dipanaskan selama 12 menit lalu berlangsung (Azizah dkk., 2012). Lama
didinginkan dalam wadah berisi air fermentasi dipengaruhi oleh beberapa
selanjutnya diukur absorbansi larutan pada faktor baik yang secara langsung maupun
panjang gelombang 630 nm dengan yang tidak langsung berpengaruh terhadap
menggunakan Spektrometer UV- Vis. Hasil proses fermentasi antara lain substrat,
pengukuran kadar glukosa secara suhu, pH, oksigen, dan mikroba yang
spektrofotometer dapat dilihat pada Tabel digunakan dalam proses proses fermentasi
3. tersebut (Kunaepah, 2008). Penelitian ini
Tabel 3. Analisis kadar glukosa hasil menggunakan ragi Saccharomyces
hidrolisis cerevisiae karena mikroba Saccharomyces
cerevisiae memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan mikroba lain,
Saccharomyces cerevisiae dapat
menghasilkan alkohol hingga 2% dalam 72
jam (O’Leary dkk., 2004).
Hasil fermentasi dipisahkan dengan
menggunakan evaporator, proses
pemisahan dilakukan pada suhu 79 oC
dengan bertujuan untuk memisahkan suatu
Sampel dengan kadar glukosa tertinggi dari cairan dari campurannya berdasarkan titik
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 11, No.1, Mei 2019 45
didihnya. Senyawa yang menguap terlebih Bioetanol dari limbah kulit singkong
dahulu adalah etanol karena memiliki titik melalui proses hidrolisis dan
didih paling rendah yaitu 78,3 oC. fermentasi dengan saccharonyces
Dibandingkan dengan pelarutnya seperti cerevisiae. Prosiding Seminar
air yaitu 100 oC (Artiyani & Soedjono, Nasional Manajemen Teknologi XIII.
2011). Selanjutnya dilakukan pengukuran Surabaya: FTSP Institut Teknologi
kadar etanol dengan menggunakan alkohol Sepuluh Nopember.
meter. Hasil pengukuran kadar etanol Azizah, N., Al-Baarri, A. N., & Mulyani, S.
dapat dilihat pada tabel 4. (2012). Pengaruh lama fermentasi
terhadap kadar alkohol,pH, dan
Tabel 4. Analisis kadar etanol hasil produksi gas pada proses fermentasi
fermentasi bioetanol dari whey substitusi kulit
nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan, 1(2), 72-77.
Bustaman, S. 2008. Strategi
Pengembangan Bioetanol Berbasis
Sagu di Maluku. Balai Besar
Pengkajian dan pengembangan
Berdasarkan Tabel 4. Dilihat bahwa terjadi Teknologi Pertanian Bogor. 7 (2) : 65-
peningkatan kadar etanol dari hari ke-4, 79.
hari ke-6 sampai hari ke-8 hal ini Costello. R., dan Chum. H. (1988),
menunjukkan bahwa semakin lama “Biomass Bioenergy and Carbon
fermentasi maka kadar etanol yang Management”, In Bioenergy
dihasilkan semakin tinggi karena ‘98:Expanding Bioenergy
pertumbuhan mikroba yang semakin cepat. Partnerships” (D. Wichert. Ed.), hal.
Hari ke-10 terjadi penurunan kadar etanol 1117. Omnipress. Madison. WI.
karrena pada fermentasi lanjut etanol telah Erna,Said, I.,& Abram, P.H. 2016.
dikonversi menjadi senyawa lain seperti Bioetanol dari limbah kulit
asam karboksilat dan lebih lanjut dikonversi singkong(Manihot esculenta Crantz)
menjadi ester. Hal ini sesuai mekanisme melalui proses fermentasi. J.
reaksi pengubahan alkohol dan asam Akademika Kim. 5(3): 121-126
karboksilat menjadi ester seperti yang Fitriani, Bahri, S., & Nurhaeni. (2013).
ditunjukkan pada reaksi berikut Produksi Bioetanol Tongkol Jagung
(Prismasiswa, 2014): (Zea Mays) dari Hasil Proses
Delignifikasi. Online Jurnal of Natural
Science, Vol 2 (3) : 66-74
Gunam, I. B. W., Buda, K., & Guna, M. Y.
S. (2010). Pengaruh perlakuan
delignifikasi dengan larutan NaOH
dan konsentrasi substrat jerami padi
4. KESIMPULAN terhadap produksi enzim selulase
dari aspergillus niger NRRL A-II, 264.
Fermentasi kulit singkong menghasilkan Jurnal Biologi, XIV(1), 55-61.
kadar glukosa sebesar 9,9% dengan etanol Hikmiyati, N., & Yantie, N. S. (2008).
tertinggi sebesar 6,00% pada waktu Pembuatan bioetanol dari limbah kulit
fermentasi 8 hari. singkong melalui proses hidrolisa
asam dan enzimatis. Skripsi,
Universitas Diponegoro.
DAFTAR PUSTAKA Iranmahboob, J.,F. Nadim, dan S. Monemi,
2002. “Optimizing Acid-hydrolysis: a
Ariyani, E., Ekusumo, E., & Supartono. Critical step for production of ethanol
(2013). Produksi bioetanol dari jerami
from mixed wood chips. Biomass and
padi (oryza sativa l.).Jurnal Institut
Bioenergy
Teknologi Nasional, 2(2), 168 – 172. Kunaepah, U. (2008). Pengaruh lama
Artiyani, A., & Soedjono, E. S. (2011). fermentasi dan konsentrasi glukosa
46 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 11, No.1, Mei 2019