Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmu

Jurnal Ilmu dan Teknologi dan Teknologi


Peternakan Peternakan
Indonesia VolumeIndonesia
2 (1): 110 - 115; Juni 2016
ISSN: 2460-6669

Analisis Potensi Ternak Kambing di Kabupaten Lombok Barat

(Potential Analysis of Goat Farming in Lombok Barat Regency)


I Nyoman Ciptayasa1), Hermansyah2), Muhamad Yasin2)
1) Mahasiswa Program Studi Sumberdaya Peternakan Program Pacasarjana Universitas Mataram
2) Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Mataram, Jl. Majapahit 62.
Mataram 83125 Lombok, Nusa Tenggara Barat. Telpon (0370) 633603; Fax (0370) 640592
email: hermanspany@gmail.com

Diterima: 4 Februari 2016/Disetujui: 29 April 2016

ABSTRACT

This study aimed to analyze the sub-district basis goat development in West Lombok Regency, West Nusa
Tenggara Province; identify development strategies of goat; as well as identify potential goat as the leading
commodity in West Lombok. The research method is a survey and analysis of secondary data. Data analysis
was using with Location Quotient (LQ), Shift Share Analysis, Overlay Analysis and SWOT Analysis. The
results showed by LQ analysis, there are four districts which are the basis of goats in West Lombok District is
Sekotong, Lembar, Gunungsari and Batu Layar. Value analysis LQ goats in the district is above 1. Regions
are encouraged to be a coating region goat development in West Lombok is Labuapi and Kediri. District of
less advisable become basis for the development of goat is Gerung, Kuripan, Narmada and District Lingsar.
Based on the results of SWOT analysis, goat farming in West Lombok district tend to experience slower
growth from year to year.
Key-words: goat, leading commodities, the base region.

PENDAHULUAN masing kecamatan tersebut memiliki sumber daya


alam dan kondisi alam wilayah yang berbeda satu
Pembangunan ekonomi daerah merupakan sama lain (BPS Kabupaten Lombok Barat, 2013).
tugas pemerintah daerah dan masyarakat dalam Pembangunan wilayah kecamatan di Kabupaten
mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk Lombok Barat perlu dilaksanakan guna mencapai
suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan pertumbuhan wilayah dan keseimbangan antar
sector swasta untuk menciptakan suatu lapangan wilayah. Setiap kecamatan di Kabupaten Lombok
kerja baru dan merangsang perkembangan Barat mempunyai kesempatan untuk
kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, mengembangkan sumber –sumber pendapatan
2004). Kabupaten Lombok Barat merupakan baru melalui pemanfaatan potensi sumber daya
daerah otonomi yang memiliki wewenang untuk alam yang tersedia di wilayahnya. Hal ini perlu
mengatur dan mengelola wilayah/daerah untuk dilakukan sebagai upaya untuk memajukan sector
kepentingan masyarakat itu sendiri. Pemerintah pertanian/subsector peternakan dalam
Kabupaten Lombok Barat dituntut untuk dapat pembangunan daerah serta meningkatkan
mengenali sumber daya dan potensi wilayah pertumbuhan ekonomi masyarakat.
sehingga dapat mengoptimalkan kekayaan alam Kontribusi sector pertanian dalam PDRB
yang dimiliki. Keberadaan potensi peternakan Kabupaten Lombok Barat ditentukan oleh lima sub
yang dimiliki Kabupaten Lombok Barat tidak sektor, dimana masing-masing sub sektor tersebut
terlepas dari potensi ditingkat wilayah yang menghasilkan bermacam-macam komoditas yang
lingkupnya lebih kecil atau dalam hal ini adalah tersebar diseluruh kecamatan di Kabupaten
wilayah kecamatan. Lombok Barat. Salah satu sub sektor yang
Kabupaten Lombok Barat secara administrative memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap
terbagi menjadi 10 kecamatan dan 122 desa. PDRD Kabupaten Lombok Barat adalah sub sektor
Kecamatan dimaksud adalah Batu Layar, peternakan (Bapeda Lobar, 2013).
Gunungsari, Lingsar, Narmada, Labuapi, Kediri, Peternakan tidak dapat dipisahkan dari
Kuripan, Gerung, Lembar dan Sekotong. Masing- pertanian sehingga sejalan dengan produksi

I Nyomanhttp://jurnal.unram.ac.id/
Ciptayasa, Hermansyah, MuhamadYasin (AnalisisPotensiUsaha ….. )
dan jitpi.fpt.unram,ac,id
110
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

pertaniannya, Kabupaten Lombok Barat juga Soepono, 2001; Budiharsono, 2001 dan Warpani,
mengembangkan produk peternakan. Beberapa 1994; bukan berarti semata-mata hanya melihat
produk utamanya adalah sapi, kerbau, kambing, kondisi basis saja, tetapi komoditas non basispun
domba dan kuda. Walaupun belum dapat tetap perlu mendapat perhatian. Bappeda Lobar,
memberikan kontribusi yang tinggi bagi 2012 dan Kuncoro, 2000 mencatat, komoditas
perekonomian Lombok Barat, namun potensi yang peternakan non basis justru harus lebih mendapat
ada pada sektor peternakan ini perlu digali dan perhatian supaya dapat berkembang serta menjadi
dikembangkan (BPS, 2010; BPS, 2011). unggulan suatu daerah pada masa mendatang.
Pengoptimalan sumberdaya guna menunjang
pembangunan wilayah kecamatan antara lain dapat METODE PENELITIAN
dilakukan dengan mengidentifikasi komoditas
peternakan, termasuk ternak kambing. Posisi Metode yang digunakan dalam penelitian ini
masing-masing komoditas diidentifikasi sebagai adalah pendekatan survei yang dipadukan dengan
basis atau non basis. Identifikasi komoditas analisis data sekunder. Data sekunder diperoleh
kambing tidak hanya berpusat pada masa sekarang, dari institusi terkait seperti BPS, Bappeda Lobar,
tetapi juga digunakan untuk memproyeksikan Dinas Pertanian dan Peternakan Lobar dan lainnya.
posisi komoditas ternak kambing di masa yang Analisis data dilakukan menggunakan Analisis
akan datang. Identifikasi komoditas kambing pada Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share,
masa yang akan datang bertujuan supaya Analisis Overlay dan Analisis SWOT.
penentuan strategi pembangunan peternakan di Formula Analisis LQ dikemukakan Warpani, S.
Lombok Barat dapat tercapai. (1984) sebagai berikut :
Kambing merupakan salah satu ternak yang
disenangi untuk dibudidayakan di Kabupaten Si/Ni Si/S
Lombok Barat karena bisa mengatasi keterbatasan LQ = =
keuangan peternak kecil yang sifatnya mendesak. S/N Ni/N
Selain itu kambing juga digemari dagingnya oleh
kalangan tertentu serta dijadikan sebagai prasyarat Keterangan :LQ = Besarnya koefisien lokasi
untuk penyelenggaraan ritual keagamaan (Islam) komoditas peternakan; Si =Jumlah (populasi)
seperti untuk akekah dan atau Idul Adha (Dinas komoditas kambing pada tiap kecamatan; S =
Pertanian dan Peternakan Lombok Barat, 2012). Jumlah (total populasi) peternakan tingkat
Dalam pengembaraannya mencari pakan kecamatan; Ni =Jumlah populasi komoditas
kelompok kambing dipimpin oleh kambing betina kambing pada tingkat kabupaten; N=Jumlah total
yang paling tua. Makanan utamanya adalah populasi komoditas peternakan tingkat kabupaten.
rumput-rumputan dan dedaunan. Kambing Angka LQ memberikan indikasi sebagai berikut :
berkembang biak dengan melahirkan. Kambing a. LQ˃1 menunjukkan komoditas tersebut
bisa melahirkan dua hingga tiga ekor anak, setelah komoditas basis.
bunting selama 150 – 154 hari. Dewasa b. LQ˂1 menunjukkan komoditas tersebut
kelaminnya dicapai pada umur empat bulan. termasuk non basis.
Dalam setahun kambing dapat beranak sampai dua c. LQ=1 menunjukkan komoditas tersebut hanya
kali (Sutawi, 2007). dapat mencukupi wilayah itu sendiri.
Strategi pengembangan wilayah kecamatan di
Kabupaten Lombok Barat pada subsektor Alat analisis lain yang dipakai dalam penelitian
peternakan, terutama kambing dapat diarahkan ini adalah Analisis Shift Share. Menurut
pada prioritas pengembangan sebagai daerah basis Budiharsono (2005), analisis Shift Share terdiri
yang dapat meningkatkan pertumbuhan wilayah dari tiga komponen pertumbuhan yaitu komponen
kecamatan. Syafrizal, 1997; dan Yusuf, M., 2000 Pertumbuhan Regional (PR), komponen
menambahkan, penentuan prioritas pengembangan Pertumbuhan Proporsional (PP), dan komponen
suatu komoditas basis akan memudahkan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW).
pemerintah daerah dalam perencanaan dan Formulannya adalah sebagaiberikut:
pengambilan kebijakan pembangunan wilayah.
Penentuan itu, dalam hal ini di Kabupaten Lombok a. Pertumbuhan Regional (PR)
Barat, akan mampu mempertahankan bahkan
meningkatkan peranan subsektor peternakan dalam Pr= -1
perekonomian wilayah. Hal semacam ini, tambah

I Nyoman Ciptayasa, Hermansyah, MuhamadYasin (AnalisisPotensiUsaha ….. )

111
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

bahwa Narmada relatif kurang cocok bagi


pengembangan kambing, karena ternak ini relatif
Keterangan :Nt = Jumlah total produksi komoditas kurang tahan terhadap lingkungan yang lembab.
peternakan pada tingkat kabupaten pada tahun t Oleh karena itu, masuk akal bila warga Narmada
(terakhir); Np = Jumlah total produksi komoditas kurang berminat memelihara kambing, sehingga
peternakan pada tingkat kabupaten pada tahun p berpengaruh pada posisi Narmada sebagai daerah
(permulaan).
bukan basis bagi pengembangan kambing di
Lombok Barat.
Indikator:Nilai PR positif: menunjukkan
Hal sebaliknya, terjadi di Kecamatan Kuripan
komoditas produk peternakan di suatu kabupaten
yang selama ini lebih dikenal sebagai salah satu
mengalami kemajuan;Nilai PR negatif:
wilayah yang ketersediaan airnya relatif terbatas.
menunjukkan komoditas produk peternakan di
Posisi Kuripan yang bukan merupakan basis
suatu kabupaten mengalami penurunan.
kambing lebih disebabkan karena kecenderungan
warganya yang lebih memilih memelihara ternak
b. Pertumbuhan Proporsional (PP)
besar dibandingkan mengusahakan kambing.
Meskipun kondisi lingkungan cukup mendukung
Nij Nt
untuk pengembangan kambing namun ternyata
PPij = -
perkembangan kambing relatif kurang baik. Oleh
Nip Np
karena itu, maka perlu ada kajian lain yang
sifatnya lebih mendalam untuk menjawab
Keterangan :
fenomena yang terjadi terhadap pengembangan
Nij = Jumlah populasi komoditas i pada tingkat
kambing di Kecamatan Kuripan.
Kabupaten pada tahun t (terakhir).
Nilai LQ kambing di Kecamatan Gerung dan
Nip = Jumlah populasi komoditas i pada tingkat
Kediri juga perlu dicermati karena pada tahun
Kabupaten pada tahun p (permulaan).
2013 kedua wilayah itu sempat memiliki nilai LQ
Nt = Jumlah total populasi seluruh komoditas
di atas satu, namun merosot menjadi di bawah 1.
peternakan pada tingkat Kecamatan
Kondisi tersebut tidak seperti terjadi empat tahun
pada tahun t (terakhir).
sebelumnya.
Np = Jumlah total populasi seluruh komoditas
Potensi ternak kambing berdasarkan hasil Shift
peternakan pada tingkat Kecamatan pada
Share Analysis (SSA) tertera pada Tabel 2.
tahun p (permulaan).
Berdasarkan hasil analisis Pertumbuhan Reginal
(PR), nilai positif terjadi di Kecamatan Sekotong,
Indikator:Nilai Ppij positif maka komoditi
Lembar, Labuapi, Kediri, Gunungsari dan Batu
peternakan i di kecamatan j Kabupaten
Layar.
Lombok Barat pertumbuhannya cepat; Nilai
Hal ini menunjukkan ternak kambing layak
Ppij negatif maka komoditi peternakan i di
untuk dikembangkan di 6 kecamatan tersebut.
kecamatan j Kabupaten Lombok Barat
Sedangkan kecamatan yang menunjukkan nilai
pertumbuhannya lambat.
negatif terjadi di Kecamatan Gerung, Kuripan,
Narmada dan Lingsar. Hal ini
HASIL DAN PEMBAHASAN mengindikasikankambing kurang layak
dikembangkan di kecamatan tersebut.
Hasil analisis LQ kambing di Lombok Barat
Komponen pertumbuhan proporsional (PP)
terurai berikut ini. Gambar 1 menunjukkan bahwa
kambing di Kabupaten Lombok Barat
kambing memiliki nilai LQ selalu di bawah 1 di
menunjukkan nilai positif berturut-turut di
Kecamatan Kuripan dan Narmada selama periode
Kecamatan Kediri, Batu Layar, Labuapi, Lembar,
perhitungan. Mencermati kondisi lingkungan dan
Gunungsari dan Sekotong. Hal itu berarti bahwa
daya dukung wilayah kedua kecamatan tersebut,
keenam kecamatan tersebut memberikan hasil
ada dua hal yang bertolak belakang terkait dengan
positif dalam kerangka pertumbuhan proporsional
nilai LQ kambing di dua wilayah itu. Kecamatan
populasi kambing di Kabupaten Lombok Barat.
Narmada sejauh ini dikenal sebagai daerah basah
Hal sebaliknya terjadi di Kecamatan Gerung,
dengan hamparan lahan persawahan beririgasi
Kuripan, Narmada dan Lingsar yang memiliki
teknis serta merupakan sumber air terpenting yang
kecenderungan memberikan kontribusi negatif
dipasok ke sejumlah wilayah di Lombok Barat dan
dalam pertumbuhan kambing. Pada penelitian ini,
Kota Mataram. Kondisi ini memberikan gambaran
keempat kecamatan tersebut terbukti kurang

I Nyoman Ciptayasa, Hermansyah, MuhamadYasin (AnalisisPotensiUsaha ….. )

112
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

memberikan tempat ‘nyaman’ bagi kambing untuk Dari sisi Pertumbuhan Pangsa Wilayah
berkembang dengan baik. Itu tercermin dari PP kambing di Kabupaten Lombok Barat bertumbuh
kambing di keempat kecamatan yang nilainya positif di Kecamatan Lembar dengan pertambahan
negatif. populasi 2.864 ekor, kemudian diikuti oleh
Kecamatan Batu

2.50

2.00

1.50 2010
2011
1.00 2012
2013
0.50
2014

0.00
Sekotong Lembar Gerung Labuapi Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Batu
Sari Layar

Gambar 1 :Grafik trend LQ ternak kambing di Lombok Barat tahun 2010-2014

Tabel 1: Hasil analisis shift share Kambing di Lombok Barat 2010-2014


Kecamatan PR PPij PPW
Sekotong 0.09 0.27 1159.57
Lembar 0.43 0.61 2864.01
Gerung -0.85 -0.67 -7112.68
Labuapi 0.48 0.66 723.86
Kediri 0.91 1.09 1367.96
Kuripan -0.72 -0.54 -1120.00
Narmada -0.46 -0.28 -511.17
Lingsar -0.35 -0.16 -309.11
Gunung Sari 0.10 0.29 826.63
Batu Layar 0.67 0.85 2110.93
Keterangan: PR= pertubuhan regional; PPij= pertumbuhan proporsional; PPW = pertumbuhan pangsa wilayah

Layar dengan pertambahan jumlah populasi unggulan bagi pengembangan kambing di


sebanyak 2.110 ekor, diikuti Kecamatan Kabupaten Lombok Barat meliputi Kecamatan
Kediridengan pertambahan kambing sebanyak Sekotong, Lembar, Gunung sari dan Kecamatan
1.368 ekor, lalu Kecamatan Sekotong 1.160 ekor, Batu Layar. Nilai LQ kambing di wilayah
Gunungsari 827 ekor, dan Labuapi 724 ekor. tersebut berada di atas 1 dan nilai PP serta
Tabel 2 menunjukkan posisi kecamatan PPW-nya adalah positif. Artinya, kambing
berdasarkan penentuan tingkat keunggulan memiliki kemampuan bertumbuh baik dan
komoditas peternakan di Lombok Barat antara unggul jika dikembangkan di empat kecamatan
tahun 2010-2014. tersebut.
Secara sederhana terkait dengan hasil penelitian 2. Kawasan yang dianjurkan menjadi pelapis bagi
ini, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: pengembagan kambing di Lombok Barat
1. Kecamatan yang berdasarkan hasil analisis LQ meliputi Kecamatan Labuapi dan Kediri.
sertashift share menunjukkan kawasan

I Nyoman Ciptayasa, Hermansyah, MuhamadYasin (AnalisisPotensiUsaha ….. )


113
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

3. Kecamatan yang kurang disarankan untuk Lombok Barat di mana wilayah ini pada
pengembangan kambing di Lombok Barat umumnya terdiri dar ipemukiman padat.
adalah Gerung, Kuripan, Narmada dan Lingsar. Adapun Narmada dan Lingsar merupakan
Pembatasan pengembangan kambing di Gerung sumber pasokan air bagi kawasan lain di
disebabkan daerah ini merupakan ibu kota

Tabel 2: Penentuan Tingkat Keunggulan Ternak Kambing

Kecamatan LQ PP PPW Kecenderungan


>1 Unggulan utama
Sekotong + +
Lembar >1 + + Unggulan utama
Gerung <1 - - Kurang diunggulkan
Labuapi >1 + - Unggulan kedua
Kediri <1 + + Unggulan kedua
Kuripan <1 - - Kurang diunggulkan
Narmada <1 - - Kurang diunggulkan
Lingsar <1 - - Kurang diunggulkan
Gunung Sari >1 + + Unggulan utama
Batu Layar >1 + + Unggulan utama

Lombok Barat, termasuk untuk dipasok ke Kota 1. Intensifikasi teknologi budidaya kambing di
Mataram. Kedua kecamatan itu memiliki antaranya meliputi:
tingkat kelembaban relatif tinggi sementara a. Pemerintah daerah melalui unit pelaksana
kambing kurang tahan terhadap kondisi teknis terkait bersama pusat-pusat kajian
lembab. Kambing di Kuripan kurang perlu memberikan pelayanan teknis secara
bertumbuh baik karena warganya cenderung intensif, misalnya pemahaman tentang
menyukai usaha peternakan lain, terutama manajemen beternak kambing yang
ternak besar dan usaha lain di luar sektor lebihbaik.
peternakan. b. Pengelolaan manajemen budidaya kambing
4. Secarakeseluruhan, meskipun berdasarkan hasil untuk mengurangi dampak terjadinya
perhitungan teknis, kambing kurang potensial perubahan musim yang menyebabkan
dikembangkan di kecamatan tertentu, namun timbulnya penyakit seperti penyakit kudis
tidak berarti kambing tidak dapat berkembang (scabies) dan cacingan.
di wilayah tertentu tersebut. Upaya c. Penyediaan bibit kambing dibreeding farm.
pengembangan sesuatu komoditas/ternak sangat Jika masih mengandalkan pola perbibitan
tergantung dari kecukupan dan ketersediaan yang kurang terukur seperti sekarang
pakan. Dewasaini, ketersediaan pakan yang budidaya kambing di Lombok Barat kurang
terbatas di suatu kawasan bukan halangan besar berkembang.
dalam pengembangan industrialisasi 2. Pengelolaan organisasi kelompok peternak
peternakan, karena pakan bias didatangkan dari kambig secara lebih profesional, peningkatan
daerah lain menggunakan berbagai jenis sarana integritas dan motivasi peternak dalam
transportasi. Prasarana perhubungan relatif berinovasi melalui perbaikan manajemen dan
memadai sehingga praktis tidak ada lagi perbaikan mutu pakan/
kawasan Lombok Barat yang terisolir. 3. Pengembangan jaringan pemasaran, baik local
Strategi dan program pengelolaan serta maupun antar-pulau sehingga memperluas
pengembangan kambing di Lombok Barat adalah daerah pemasaran.
menjaga stabilitas usaha, mempertahankan Program dan kegiatan yang perlu dilakukan
pertumbuhan dan laju perkernbangan usaha. untuk mengoptimalkan pemanfaatan peluang dan
Langkah untuk meningkatkan kekuatan dan meminimalkan dampak ancaman yang dihadapi
mengurangi kelemahan pengelolaan budidaya usaha budidaya kambing di Kabupaten Lombok
kambing di Lombok Barat, meliputi: Barat di antaranya adalah:

I Nyoman Ciptayasa, Hermansyah, MuhamadYasin (AnalisisPotensiUsaha ….. )


114
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

1. Menjalin hubungan baik dengan pedagang Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat,
pengumpul dan pengusaha pembibitan 2009. Lombok Barat Dalam Angka, BPS
terutama untuk mendapatkan bibit kambing Kabupaten Lombok Barat.
dengan kualitas dan kuantitas memadai. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat,
2. Memperkuat dan mengintensifkan jaringan 2010. Lombok Barat Dalam Angka, BPS
distribusi pemasaran dengan para pengepul Kabupaten Lombok Barat.
dan pedagang antar daerah/pulau. Hal yang Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat,
perlu diperhatikan adalah penataan 2011. Lombok Barat Dalam Angka, BPS
manajemen pemasaran. Kabupaten Lombok Barat.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat,
SIMPULAN DAN SARAN 2012. Lombok Barat Dalam Angka, BPS
Kabupaten Lombok Barat.
Simpulan Bappeda Kabupaten Lombok Barat, 2011. Produk
Kambing merupakan komoditas basis di empat Domestik Regional Bruto Kabupaten Lombok
kecamatan di Kabupaten Lombok Barat yaitu di Barat.
Kecamatan Sekotong, Lembar, Gunungsari dan Bappeda Kabupaten Lombok Barat, 2013. Produk
Batu Layar. Kawasan yang dianjurkan menjadi Domestik Regional Bruto Kabupaten Lombok
pelapis bagi pengembangan kambing di Lombok Barat.
Barat meliputi Labuapi dan Kediri. Kecamatan Budiharsosno, S. 2001. Teknik Analisa
yang kurang disarankan menjadi basis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT.
pengembangan kambing adalah Gerung, Kuripan, Pradnya Paramita. Jakarta.
Narmada dan Lingsar.Berdasarkan hasil analisis Dinas Pertanian dan Peternakan Lombok Barat,
SWOT budidaya ternak kambing di Kabupaten 2012. Visualisasi Data Peternakan Lombok
Lombok Barat berada pada segmen V (fase Barat. Gerung.
stabilitas dan cenderung tumbuh lambat). Kuncoro, M., 2000. Ekonomi Pembangunan:
Stabilitas usaha disiasati dengan mempertahankan Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMP
keberlanjutan, konsistensi dan efisiensi usaha YKPN, Yogyakarta.
ternak kambing di daerah basis. Fase Mubyarto. 2000. Pengembangan Wilayah
pengembangan berarti memperkuat daerah yang Pembangunan Pedesaan dan Otonomi Daerah.
potensial bagi pengembangan kambing agar naik Direktorat Kebijaksanaan Teknologi Untuk
kelas menjadi basis kambing melalui perbaikan Pengembangan Wilayah. Badan Pengkajian dan
penanganan pakan dan perbaikan manajemen Penerapan Teknologi. Jakarta.
perkawinan. Soepono, P. 2001. Teori Pertumbuhan Berbasis
Ekonomi (Ekspor): Posisi dan sumbangannya
Saran bagi perbendahaan alat-alat analisis regional.
Pemerintah daerah hendaknya Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia; 6: 21-29.
memprioritaskan pengembangan kambing di Syafrizal, 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan
kecamatan basis serta mempunyai pertumbuhan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia
cepat dan berdaya saing yaitu di Sekotong, Barat. Prisma, LP3ES. Jakarta
Lembar, Gunungsari dan Batu Layar; begitu Sutawi, M.P. 2007. Kapita Selekta Agribisnis
sebaliknya.Program kebijakan yang dibuat Peternakan. UPT Penerbitan Universitas
hendaknya tidak mengabaikan wilayah yang Muhammadiyah Malang. Malang.
sudah unggul saja melainkan perlu juga memberi Wijaya, F. 2003. Pengantar Ekonomi Makro.
perhatian pada kawasan non basis sehingga nilai Edisi 4. BPEF Yogyakarta.
produksinya dapat meningkat dan dapat Yusuf, M., 2000. Rasio pertumbuhan sebagai alat
mencukupi kebutuhan daerah atau bahkan untuk analisis alternatif dalam perencanaan wilayah
kebutuhan daerah lain. dan kota. Jurnal Eknomi Keuangan Indonesia.
2: 2019-2033.
DAFTAR PUSTAKA Warpani S. 1994. Analisis Kota dan Daerah.
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Arsyad, L. 2004. Pengantar Perencanaan dan
Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE.
Yogyakarta.

I Nyoman Ciptayasa, Hermansyah, MuhamadYasin (AnalisisPotensiUsaha ….. )


115

Anda mungkin juga menyukai