ABSTRACT
This study aimed to analyze the sub-district basis goat development in West Lombok Regency, West Nusa
Tenggara Province; identify development strategies of goat; as well as identify potential goat as the leading
commodity in West Lombok. The research method is a survey and analysis of secondary data. Data analysis
was using with Location Quotient (LQ), Shift Share Analysis, Overlay Analysis and SWOT Analysis. The
results showed by LQ analysis, there are four districts which are the basis of goats in West Lombok District is
Sekotong, Lembar, Gunungsari and Batu Layar. Value analysis LQ goats in the district is above 1. Regions
are encouraged to be a coating region goat development in West Lombok is Labuapi and Kediri. District of
less advisable become basis for the development of goat is Gerung, Kuripan, Narmada and District Lingsar.
Based on the results of SWOT analysis, goat farming in West Lombok district tend to experience slower
growth from year to year.
Key-words: goat, leading commodities, the base region.
I Nyomanhttp://jurnal.unram.ac.id/
Ciptayasa, Hermansyah, MuhamadYasin (AnalisisPotensiUsaha ….. )
dan jitpi.fpt.unram,ac,id
110
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia
pertaniannya, Kabupaten Lombok Barat juga Soepono, 2001; Budiharsono, 2001 dan Warpani,
mengembangkan produk peternakan. Beberapa 1994; bukan berarti semata-mata hanya melihat
produk utamanya adalah sapi, kerbau, kambing, kondisi basis saja, tetapi komoditas non basispun
domba dan kuda. Walaupun belum dapat tetap perlu mendapat perhatian. Bappeda Lobar,
memberikan kontribusi yang tinggi bagi 2012 dan Kuncoro, 2000 mencatat, komoditas
perekonomian Lombok Barat, namun potensi yang peternakan non basis justru harus lebih mendapat
ada pada sektor peternakan ini perlu digali dan perhatian supaya dapat berkembang serta menjadi
dikembangkan (BPS, 2010; BPS, 2011). unggulan suatu daerah pada masa mendatang.
Pengoptimalan sumberdaya guna menunjang
pembangunan wilayah kecamatan antara lain dapat METODE PENELITIAN
dilakukan dengan mengidentifikasi komoditas
peternakan, termasuk ternak kambing. Posisi Metode yang digunakan dalam penelitian ini
masing-masing komoditas diidentifikasi sebagai adalah pendekatan survei yang dipadukan dengan
basis atau non basis. Identifikasi komoditas analisis data sekunder. Data sekunder diperoleh
kambing tidak hanya berpusat pada masa sekarang, dari institusi terkait seperti BPS, Bappeda Lobar,
tetapi juga digunakan untuk memproyeksikan Dinas Pertanian dan Peternakan Lobar dan lainnya.
posisi komoditas ternak kambing di masa yang Analisis data dilakukan menggunakan Analisis
akan datang. Identifikasi komoditas kambing pada Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share,
masa yang akan datang bertujuan supaya Analisis Overlay dan Analisis SWOT.
penentuan strategi pembangunan peternakan di Formula Analisis LQ dikemukakan Warpani, S.
Lombok Barat dapat tercapai. (1984) sebagai berikut :
Kambing merupakan salah satu ternak yang
disenangi untuk dibudidayakan di Kabupaten Si/Ni Si/S
Lombok Barat karena bisa mengatasi keterbatasan LQ = =
keuangan peternak kecil yang sifatnya mendesak. S/N Ni/N
Selain itu kambing juga digemari dagingnya oleh
kalangan tertentu serta dijadikan sebagai prasyarat Keterangan :LQ = Besarnya koefisien lokasi
untuk penyelenggaraan ritual keagamaan (Islam) komoditas peternakan; Si =Jumlah (populasi)
seperti untuk akekah dan atau Idul Adha (Dinas komoditas kambing pada tiap kecamatan; S =
Pertanian dan Peternakan Lombok Barat, 2012). Jumlah (total populasi) peternakan tingkat
Dalam pengembaraannya mencari pakan kecamatan; Ni =Jumlah populasi komoditas
kelompok kambing dipimpin oleh kambing betina kambing pada tingkat kabupaten; N=Jumlah total
yang paling tua. Makanan utamanya adalah populasi komoditas peternakan tingkat kabupaten.
rumput-rumputan dan dedaunan. Kambing Angka LQ memberikan indikasi sebagai berikut :
berkembang biak dengan melahirkan. Kambing a. LQ˃1 menunjukkan komoditas tersebut
bisa melahirkan dua hingga tiga ekor anak, setelah komoditas basis.
bunting selama 150 – 154 hari. Dewasa b. LQ˂1 menunjukkan komoditas tersebut
kelaminnya dicapai pada umur empat bulan. termasuk non basis.
Dalam setahun kambing dapat beranak sampai dua c. LQ=1 menunjukkan komoditas tersebut hanya
kali (Sutawi, 2007). dapat mencukupi wilayah itu sendiri.
Strategi pengembangan wilayah kecamatan di
Kabupaten Lombok Barat pada subsektor Alat analisis lain yang dipakai dalam penelitian
peternakan, terutama kambing dapat diarahkan ini adalah Analisis Shift Share. Menurut
pada prioritas pengembangan sebagai daerah basis Budiharsono (2005), analisis Shift Share terdiri
yang dapat meningkatkan pertumbuhan wilayah dari tiga komponen pertumbuhan yaitu komponen
kecamatan. Syafrizal, 1997; dan Yusuf, M., 2000 Pertumbuhan Regional (PR), komponen
menambahkan, penentuan prioritas pengembangan Pertumbuhan Proporsional (PP), dan komponen
suatu komoditas basis akan memudahkan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW).
pemerintah daerah dalam perencanaan dan Formulannya adalah sebagaiberikut:
pengambilan kebijakan pembangunan wilayah.
Penentuan itu, dalam hal ini di Kabupaten Lombok a. Pertumbuhan Regional (PR)
Barat, akan mampu mempertahankan bahkan
meningkatkan peranan subsektor peternakan dalam Pr= -1
perekonomian wilayah. Hal semacam ini, tambah
111
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia
112
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia
memberikan tempat ‘nyaman’ bagi kambing untuk Dari sisi Pertumbuhan Pangsa Wilayah
berkembang dengan baik. Itu tercermin dari PP kambing di Kabupaten Lombok Barat bertumbuh
kambing di keempat kecamatan yang nilainya positif di Kecamatan Lembar dengan pertambahan
negatif. populasi 2.864 ekor, kemudian diikuti oleh
Kecamatan Batu
2.50
2.00
1.50 2010
2011
1.00 2012
2013
0.50
2014
0.00
Sekotong Lembar Gerung Labuapi Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunung Batu
Sari Layar
3. Kecamatan yang kurang disarankan untuk Lombok Barat di mana wilayah ini pada
pengembangan kambing di Lombok Barat umumnya terdiri dar ipemukiman padat.
adalah Gerung, Kuripan, Narmada dan Lingsar. Adapun Narmada dan Lingsar merupakan
Pembatasan pengembangan kambing di Gerung sumber pasokan air bagi kawasan lain di
disebabkan daerah ini merupakan ibu kota
Lombok Barat, termasuk untuk dipasok ke Kota 1. Intensifikasi teknologi budidaya kambing di
Mataram. Kedua kecamatan itu memiliki antaranya meliputi:
tingkat kelembaban relatif tinggi sementara a. Pemerintah daerah melalui unit pelaksana
kambing kurang tahan terhadap kondisi teknis terkait bersama pusat-pusat kajian
lembab. Kambing di Kuripan kurang perlu memberikan pelayanan teknis secara
bertumbuh baik karena warganya cenderung intensif, misalnya pemahaman tentang
menyukai usaha peternakan lain, terutama manajemen beternak kambing yang
ternak besar dan usaha lain di luar sektor lebihbaik.
peternakan. b. Pengelolaan manajemen budidaya kambing
4. Secarakeseluruhan, meskipun berdasarkan hasil untuk mengurangi dampak terjadinya
perhitungan teknis, kambing kurang potensial perubahan musim yang menyebabkan
dikembangkan di kecamatan tertentu, namun timbulnya penyakit seperti penyakit kudis
tidak berarti kambing tidak dapat berkembang (scabies) dan cacingan.
di wilayah tertentu tersebut. Upaya c. Penyediaan bibit kambing dibreeding farm.
pengembangan sesuatu komoditas/ternak sangat Jika masih mengandalkan pola perbibitan
tergantung dari kecukupan dan ketersediaan yang kurang terukur seperti sekarang
pakan. Dewasaini, ketersediaan pakan yang budidaya kambing di Lombok Barat kurang
terbatas di suatu kawasan bukan halangan besar berkembang.
dalam pengembangan industrialisasi 2. Pengelolaan organisasi kelompok peternak
peternakan, karena pakan bias didatangkan dari kambig secara lebih profesional, peningkatan
daerah lain menggunakan berbagai jenis sarana integritas dan motivasi peternak dalam
transportasi. Prasarana perhubungan relatif berinovasi melalui perbaikan manajemen dan
memadai sehingga praktis tidak ada lagi perbaikan mutu pakan/
kawasan Lombok Barat yang terisolir. 3. Pengembangan jaringan pemasaran, baik local
Strategi dan program pengelolaan serta maupun antar-pulau sehingga memperluas
pengembangan kambing di Lombok Barat adalah daerah pemasaran.
menjaga stabilitas usaha, mempertahankan Program dan kegiatan yang perlu dilakukan
pertumbuhan dan laju perkernbangan usaha. untuk mengoptimalkan pemanfaatan peluang dan
Langkah untuk meningkatkan kekuatan dan meminimalkan dampak ancaman yang dihadapi
mengurangi kelemahan pengelolaan budidaya usaha budidaya kambing di Kabupaten Lombok
kambing di Lombok Barat, meliputi: Barat di antaranya adalah:
1. Menjalin hubungan baik dengan pedagang Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat,
pengumpul dan pengusaha pembibitan 2009. Lombok Barat Dalam Angka, BPS
terutama untuk mendapatkan bibit kambing Kabupaten Lombok Barat.
dengan kualitas dan kuantitas memadai. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat,
2. Memperkuat dan mengintensifkan jaringan 2010. Lombok Barat Dalam Angka, BPS
distribusi pemasaran dengan para pengepul Kabupaten Lombok Barat.
dan pedagang antar daerah/pulau. Hal yang Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat,
perlu diperhatikan adalah penataan 2011. Lombok Barat Dalam Angka, BPS
manajemen pemasaran. Kabupaten Lombok Barat.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat,
SIMPULAN DAN SARAN 2012. Lombok Barat Dalam Angka, BPS
Kabupaten Lombok Barat.
Simpulan Bappeda Kabupaten Lombok Barat, 2011. Produk
Kambing merupakan komoditas basis di empat Domestik Regional Bruto Kabupaten Lombok
kecamatan di Kabupaten Lombok Barat yaitu di Barat.
Kecamatan Sekotong, Lembar, Gunungsari dan Bappeda Kabupaten Lombok Barat, 2013. Produk
Batu Layar. Kawasan yang dianjurkan menjadi Domestik Regional Bruto Kabupaten Lombok
pelapis bagi pengembangan kambing di Lombok Barat.
Barat meliputi Labuapi dan Kediri. Kecamatan Budiharsosno, S. 2001. Teknik Analisa
yang kurang disarankan menjadi basis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT.
pengembangan kambing adalah Gerung, Kuripan, Pradnya Paramita. Jakarta.
Narmada dan Lingsar.Berdasarkan hasil analisis Dinas Pertanian dan Peternakan Lombok Barat,
SWOT budidaya ternak kambing di Kabupaten 2012. Visualisasi Data Peternakan Lombok
Lombok Barat berada pada segmen V (fase Barat. Gerung.
stabilitas dan cenderung tumbuh lambat). Kuncoro, M., 2000. Ekonomi Pembangunan:
Stabilitas usaha disiasati dengan mempertahankan Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMP
keberlanjutan, konsistensi dan efisiensi usaha YKPN, Yogyakarta.
ternak kambing di daerah basis. Fase Mubyarto. 2000. Pengembangan Wilayah
pengembangan berarti memperkuat daerah yang Pembangunan Pedesaan dan Otonomi Daerah.
potensial bagi pengembangan kambing agar naik Direktorat Kebijaksanaan Teknologi Untuk
kelas menjadi basis kambing melalui perbaikan Pengembangan Wilayah. Badan Pengkajian dan
penanganan pakan dan perbaikan manajemen Penerapan Teknologi. Jakarta.
perkawinan. Soepono, P. 2001. Teori Pertumbuhan Berbasis
Ekonomi (Ekspor): Posisi dan sumbangannya
Saran bagi perbendahaan alat-alat analisis regional.
Pemerintah daerah hendaknya Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia; 6: 21-29.
memprioritaskan pengembangan kambing di Syafrizal, 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan
kecamatan basis serta mempunyai pertumbuhan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia
cepat dan berdaya saing yaitu di Sekotong, Barat. Prisma, LP3ES. Jakarta
Lembar, Gunungsari dan Batu Layar; begitu Sutawi, M.P. 2007. Kapita Selekta Agribisnis
sebaliknya.Program kebijakan yang dibuat Peternakan. UPT Penerbitan Universitas
hendaknya tidak mengabaikan wilayah yang Muhammadiyah Malang. Malang.
sudah unggul saja melainkan perlu juga memberi Wijaya, F. 2003. Pengantar Ekonomi Makro.
perhatian pada kawasan non basis sehingga nilai Edisi 4. BPEF Yogyakarta.
produksinya dapat meningkat dan dapat Yusuf, M., 2000. Rasio pertumbuhan sebagai alat
mencukupi kebutuhan daerah atau bahkan untuk analisis alternatif dalam perencanaan wilayah
kebutuhan daerah lain. dan kota. Jurnal Eknomi Keuangan Indonesia.
2: 2019-2033.
DAFTAR PUSTAKA Warpani S. 1994. Analisis Kota dan Daerah.
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Arsyad, L. 2004. Pengantar Perencanaan dan
Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE.
Yogyakarta.