Anda di halaman 1dari 21

No. Dok.

: Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

AMPLIFIER
Nugroho Tri Sanyoto, Elins

I. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Agar Praktikan dapat mengetahui cara kerja
2. Mengetahui bagian dari Rangkaian Amplifier
3. Dapat Mengukur keluaran pulsa pada tiap bagian
4. Dapat melakukan pembuatan Rangkaian Pole-zero Concelation dan Pulse
Shapping pada Amplifier.
5. Dapat mencari linearitas amplifier

II. ALAT DAN BAHAN


1. Komponen Elektronik
2. Amplifier
3. Multimeter
4. Osciloscope
5. Kabel konektor
6. Pulser

III. DASAR TEORI


Dalam bidang teknologi nuklir banyak instrumen yang mendukung
berbagai keperluan penelitian, keselamatan kerja dan pendidikan. Salah satu
instrumen itu adalah spektroskopi amplifier, yang berfungsi sebagai pengolahan
pulsa dari keluaran detektor sehingga dapat dibaca oleh penganalisa tinggi pulsa.
Jenis suatu sumber radiasi dapat dibaca dan diinformasikan secara langsung pada
Multi Chanal Analizer (MCA).

1|Page
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

3.1 Rangkaian Pole-zero Concelation dan Penguat Transresistance


Dalam pembentukan pulsa, keluaran dari penguat awal yang berupa pulsa
ekor akan menghasilkan suatu pulsa yang mempunyai bagian di bawah garis nol
(zero cross over). Pergeseran ini jika terlalu besar tidak dikehendaki karena akan
memberikan kesalahan dalam pengukuran tinggi pulsa yang datang
dibelakangnya. Maka dari itu perlu sebuah rangkaian pole-zero concelation yang
dapat mereduksi pergeseran tersebut, dimana seperti tampak pada Gambar 1.

Sebelum Sesudah

Gambar 1 Kompensasi pole-zero (Wisnu Susetyo, 1988)

Dalam perancangan rangkaian pole-zero concelation dan penguat


transresistence ini, nilai-nilai kapasitor dan resistornya dapat ditentukan sesuai
dengan setting yang mana menyesuaikan dari timing pulsa keluaran penguat awal
detektor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 2

2|Page
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

Gambar 2. Rangkaian pole-zero concelation dan penguat transresistance

Diketahui dari data sheet, besar waktu jatuh (lebar pulsa) keluaran
penguat awal Hybrid Hamamatsu untuk detector CsI(Tl) adalah 100μs = R f. Cf =

τ , maka dapat diselesaikan sebagai berikut :

τ = R1’. C (3.1)
Rf . Cf = R1’. C (3.2)
Maka dapat diselesaikan :
100.10-6 = R1’ . 0,01.10-6
R1’ = 10. 103 Ω
R1' .R2 .C
τpz = R '  R
1 2

(3.3)
10.103.R2. .0,01.106
-6
3.10 =
10.103  R2
R2 = 300 Ω
R3
Setting penguatan 2 kali, maka : 2=
R  R2
'
1

(3.4)
R3
2 =
10.103  300
R3 = 20. 103 Ω

3.2. Pembentukan Pulsa (Pulse Shapping)

3|Page
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

Untuk mendapatkan pulsa berbentuk Gaussian diperlukan rangkaian


differensiator yang akan mempercepat waktu meluruh pulsa ekor dan rangkaian
integrator yang akan memperlambat waktu bangkit pulsa. Kedua rangkaian
tersebut dapat dibuat dari komponen pasif C dan R.

3.2.1. Rangkaian Differensiator


Rangkaian differensiator terdiri dari komponen resistor dan kapasitor. Jika
Vi(t) adalah tegangan yang tergantung dari waktu yang diberikan suatu rangkaian
seperti pada gambar, maka hubungan dari nilai –nilai tegangannya adalah :

q (t ) q (t ) dq (t )
+ RI    Vi(t) (3.5)
C C dt
yang mana q(t) adalah muatan kapasitor pada saat t. jika sinyal masukan adalah
fungsi undak, maka fungsi tegangan keluaran adalah :
dq (t )
Vo(t) = R  Vi e –t/RC
dt

(3.6)

Vi Vi
….. …….. RC=T

RC=T/10

t=0 t=T t=0

4|Page
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

Gambar 3. Rangkaian CR differensiator

Gambar 3. menunjukkan tegangan keluaran jika sinyal masukan adalah pulsa


undak dengan tinggi masukan pulsa Vi dengan periode T. jika nilai RC< T maka
representasi dari sinyal keluaran adalah derevatif dari masukan, sehingga
diperoleh fungsi tegangan keluaran,

q = CV maka dq = C dVi (3.7)


dq dV V
I = C i  o
dt dt R
(3.8)
dVi
Vo = RC
dt
(3.9)
Berdasarkan alasan tersebut, rangkaian in disebut differentiator. Jika Vi (T) adalah
pulsa dari detector maka pengaruh dari deferensiasi adalah agar kekuatan pulsa
dapat berkurang secara cepat. (Tsoulfanidis,1983).
3.2.2. Rangkaian Integrator
Rangkaian integrator juga terdiri dari resistor dan kapasitor, tetapi sinyal
keluaran dari rangkaian ini melintang pada kapasitor seperti pada Gambar 3.,
untuk sinyal keluaran dari rangkaian pengintegral sebagai hasil dari masukan
undak diberikan oleh persamaan :
q (t )
Vo(t) =  Vi (1-e-t/RC)
C
(3.10)

5|Page
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

Jika RC >T maka sinyal keluarannya tampak seperti integral dari masukannya.
Yang mana untuk tegangan keluarannya,
Vi dq
I=  maka dq = I dt
R dt
q =  Idt
(3.11)
q 1
Vo =
C

C  Idt
(3.12)
1
CR 
Vo = Vi dt (3.13)

Vi ……………. Vi …………………
. RC=T/10
RC=T

.
t
t=0 t=T t t=0

Gambar 4. Rangkaian integrator

3.2.3. Perancangan Pulse Shaping


Agar pulsa dapat dibaca oleh penganalisa tinggi pulsa, maka haruslah
pulsa tersebut dibentuk sesuai setting yang dikehendaki. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam Gambar 5 :

6|Page
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

Gambar 5. Rangkaian pulse shapping

Untuk mendapatkan pulsa berupa semmigaussian, maka τpz harus sama

dengan τps , yang mana seperti persamaan berikut :

τpz = τps = 3. 10-6 s (3.14)

τps = R 6 . C3 (3.15)
3. 10-6 = R6 . 47. 10-12
R6 = 64. 103 Ω
64
Setting penguatan 25 kali, maka : 25 =
R5

(3.16)
R5 = 2,5. 103 Ω

3.3. Rangkaian

Base Line Restorer

7|Page
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

Gambar 6. Base Line Restorer (BLR)

Pada rangkaian BLR untuk cacah radiasi yang cukup besar, BLR masih
mempunyai bagian pulsa negative sedikit dan juga ada efek penyearahan derau
yang akan terkumpul sehingga mengurangi resolusi sistem spektroskopi. Untuk
mengatasi hal ini digunakan rangkaian gate base line stabilization,yang mana
kerjanya selalu mengembalikan garis aras ke level nol.
Dalam penelitian ini, peneliti mengadopsi rangkaian BLR dari sebuah
blok rangkaian dalam instrument Diskriminator Bias Modulation, yang mana
prinsip kerjanya adalah sama dengan BLR yang terangkai dalam berbagai
instrument. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 7

Gambar 7. Rangkaian Base line restorer

Untuk mendapatkan posisi pulsa pada aras nol, maka untuk keseimbangannya
nilai Vb harus setara dengan tegangan supply pada transistor. Yang mana dapat
diselesaikan dengan persamaan :

(Vk .R9 )  (Vl .R7 )


Vb =
R7  R9
(3.17)

8|Page
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

( 24.243)  ( 24.82)
=
82  243
= 12 V
3.4. Rangkaian
Penguat
Dalam rangkaian penguat ini terdiri dari sebuah IC Op-Amp dan resistor,
dimana rangkaian tersebut dikonfigurasikan sebagai penguat. Tampak seperti pada
Gambar. 8 maka berlaku persamaan sebagai berikut :
Rf
Vo = - Vi (3.18)
R

Gambar. 8. Rangkaian penguat

Untuk perancangannya, maka dapat dilihat dalam Gambar 9 :

Gambar 9. Rangkaian penguat

Dengan menggunakan persamaan (3.18) maka penguatan dapat ditentukan dengan


persamaan sebagai berikut :

9|Page
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

R13
16 =
R12

(3.19)
5.103
16 =
R12

R12 = 300 Ω

IV. TATA KERJA DAN URUTAN


1. Berikan Masukan pulsa positif (lihat keluaran jangan sampai jenuh), ukur
berapa amplitudonya.
2. Lakukan penelusuran pada tiap terminal keluaran yang ada
3. Ukur keluaran berapa amplitude dan lebar pulsa
4. Hitung berapa penguatan yang terjadi pada keluaran tersebut?
5. Gambar Tiap keluaran yang ada
6. Cari linearitas amplifier serta gambar hasilnya.

10 | P a g e
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

RANGAKAIAN AMPLIFIER KOMPLIT

11 | P a g e
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

DASAR TEORI

1. Pole Zero Concellation (PZC)

“Pole Zero Cancellation” adalah suatu rangkaian elektronik yang berfungsi

untuk menghilangkan/menekan pulsa “under shoot” atau pulsa yang berada

dibawah level ground agar apabila Linear Amplifier digunakan untuk keperluan

spektroskopi dapat mempunyai tingkat akurasi yang tinggi (2).

2. Pulse Shaping

Pada sistem spektrometer linear Amplifier adalah merupakan bagian dari system

instrumentasi nuklir yang berfungsi sebagai penguat pulsa dan berfungsi

sebagai pembentuk pulsa (pulse shaping). Untuk membentuk pulsa cepat

keluaran detektor menjadi pulsa semigaussian seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Pada keluaran linear Amplifier prinsipnya diperoleh dengan melambatkan rise

time dengan rangkaian integral dan mempercepat decay time dengan rangkaian

differential.

12 | P a g e
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

Gambar 1. Pulsa Semigaussian(1)

3 Base Line Restorer (BLR)

Rangkaian BLR untuk cacah radiasi yang cukup besar, BLR masih mempunyai

bagian pulsa negative sedikit dan juga ada efek penyearahan derau yang akan

terkumpul sehingga mengurangi resolusi sistem spektroskopi. Untuk mengatasi

hal ini digunakan rangkaian gate base line stabilization, yang mana kerjanya

selalu mengembalikan garis aras ke level nol (3).

4 Rangkaian Penguat (Gain)

Kemampuan suatu penguat untuk memperkuat pulsa disebut gain. Dalam

rangkaian penguat ini terdiri dari sebuah rangkaian yang mampu melipatkan

tegangan keluaran dengan tegangan maksimum 10 volt.

TATA KERJA DAN PEMBAHASAN

13 | P a g e
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

Dalam bidang teknologi nuklir banyak instrumen yang mendukung berbagai

keperluan penelitian, keselamatan kerja dan pendidikan. Salah satu instrumen itu

adalah spektroskopi amplifier, yang berfungsi sebagai pengolahan pulsa dari

keluaran detektor sehingga dapat dibaca oleh penganalisa tinggi pulsa.rangkaian

ini terdiri dari Pole-zero Concelation dan Penguat Transresistance.

1. Rangkaian Pole-zero Concelation dan Penguat Transresistance

Pada pembentukan pulsa, keluaran dari penguat awal yang berupa pulsa ekor

akan menghasilkan suatu pulsa yang mempunyai bagian di bawah garis nol (zero

cross over). Pergeseran ini jika terlalu besar tidak dikehendaki karena akan

memberikan kesalahan dalam pengukuran tinggi pulsa yang datang

dibelakangnya. Maka dari itu perlu sebuah rangkaian pole-zero concelation yang

dapat mereduksi pergeseran tersebut, hasilnya seperti tampak pada Gambar 2.

Sebelum sesudah

Gambar 2 Kompensasi pole-zero (4)

14 | P a g e
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

Dalam perancangan rangkaian pole-zero concelation dan penguat

transresistence ini, nilai-nilai kapasitor dan resistornya dapat ditentukan sesuai

dengan setting serta menyesuaikan dari timing pulsa keluaran penguat awal

detektor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3

Gambar 3. Pole zore concelation

2. Pembentukan Pulsa (Pulse Shapping)

Pulsa berbentuk Gaussian adalah pulsa yang diharapkan dari linear amplifier

maka diperlukan rangkaian differensiator yang akan mempercepat waktu

meluruh pulsa ekor dan rangkaian integrator yang akan memperlambat waktu

bangkit pulsa. Kedua rangkaian tersebut dapat dibuat dari komponen pasif C dan

R.

15 | P a g e
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

16 | P a g e
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

Rangkaian Differensiator

Rangkaian differensiator terdiri dari komponen resistor dan kapasitor. Jika Vi(t)

adalah tegangan yang tergantung dari waktu yang diberikan suatu rangkaian

seperti pada Gambar 4, maka hubungan dari nilai –nilai tegangannya adalah :

A. Rangkaian Integrator

Rangkaian integrator juga terdiri dari resistor dan kapasitor, tetapi sinyal keluaran

dari rangkaian ini melintang pada kapasitor seperti pada Gambar 3., untuk sinyal

keluaran dari rangkaian pengintegral sebagai hasil dari masukan undak diberikan

oleh persamaan :

q (t )

Vo(t)= C Vi(1-e-t/RC)

Jika RC >T maka sinyal keluarannya tampak seperti integral dari masukannya.

Dengan nilai untuk tegangan keluarannya,

Vi dq

I = R dt maka dq = I dt

17 | P a g e
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

q 1
   Idt
q=  Idt Vo= C C

1
Vo = CR
Vi dt

Gambar 5. Rangkaian Intregrator

5. Perancangan Pulse Shapping

Rangkaian pulse shapping sangat diperlukan agar pulsa dapat dibaca oleh

penganalisa tinggi pulsa, maka haruslah pulsa tersebut dibentuk sesuai setting

yang dikehendaki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 6 :

18 | P a g e
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

Gambar 6. Rangkaian pulse shapping

6. Rangkaian Base Line Restorer

19 | P a g e
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

Gambar 7. Base Line Restorer (BLR)

Pada dasarnya sasaran dan tujuan manajemen pemeliharaan dan perbaikan sangat

tergantung dari misi (hal yang ingin dicapai) oleh suatu organisasi. Tentu saja

misi ini akan berbeda antara organisasi satu (misalnya sekolah) dengan organisasi

lainnya (misalnya misi industri perakitan mobil).

Tujuan pemeliharaan dan perbaikan di sekolah umumnya hanya untuk

memperpanjan usia pakai alat. Banyak sekolah yang belum mempunyai unit

khusus untuk penanganan pemeliharaan dan perbaikan peralatan maupun fasilitas

lainnya.

Bagi sebagian industri, masalah pemeliharaan dan perbaikan secara umum selalu

dikaitkan dengan tanggungjawabnya terhadap produk yang berkualitas, tepat

waktu dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Beberapa industri atau

organisasi yang besar bahkan mempunyai misi yang selalu dikaitkan dengan aset

dan investasi. Jadi kegiatan pemeliharaan dan perbaikan alat serta fasilitas lainnya

diperhitungkan sebagai bagian dari aset dan investasi. Oleh karena itu, bagian atau

unit pemeliharaan & perbaikan merupakan bagian yang sangat penting dari

organisiasi semacam ini.

20 | P a g e
No. Dok. : Lapkeg2/STTN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
6.1/16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
Tanggal : 12-
Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 Yk bb, Yogyakarta 55281
03-2004
Telp. (0274) 488435, 484436 Fax: (0274)-487824
Revisi : 0
Tanggal : 28-12-2016
PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI
Halaman : 1 dari 9
AMPLIFIER

21 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai