Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI

“Amplifier”

Disusun oleh :

Nama : Ika Cismila Ningsih

NIM : 021600473

Prodi : Elektronika Instrumentasi

Dosen Pengampu: Nugroho Tri Sanyoto, S.ST

Rekan Kerja : Raga Pushadwa O

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2019
I. Tujuan

1. Agar Praktikan dapat mengetahui cara kerja

2. Mengetahui bagian dari Rangkaian Amplifier

3. Dapat Mengukur keluaran pulsa pada tiap bagian

4. Dapat melakukan pembuatan Rangkaian Pole-zero Concelation dan Pulse Shapping


pada Amplifier.

5. Dapat mencari linearitas amplifier

II. Alat dan Bahan

1. Komponen Elektronik

2. Amplifier

3. Multimeter

4. Osciloscope

5. Kabel konektor

6. Pulser

III. Dasar Teori

Dalam bidang teknologi nuklir banyak instrumen yang mendukung berbagai


keperluan penelitian, keselamatan kerja dan pendidikan. Salah satu instrumen itu adalah
spektroskopi amplifier, yang berfungsi sebagai pengolahan pulsa dari keluaran detektor
sehingga dapat dibaca oleh penganalisa tinggi pulsa. Jenis suatu sumber radiasi dapat dibaca
dan diinformasikan secara langsung pada Multi Chanal Analizer (MCA).

3.1 Rangkaian Pole-zero Concelation dan Penguat Transresistance

Dalam pembentukan pulsa, keluaran dari penguat awal yang berupa pulsa ekor akan
menghasilkan suatu pulsa yang mempunyai bagian di bawah garis nol (zero cross over).
Pergeseran ini jika terlalu besar tidak dikehendaki karena akan memberikan kesalahan dalam
pengukuran tinggi pulsa yang dating dibelakangnya. Maka dari itu perlu sebuah rangkaian
pole-zero concelation yang dapat mereduksi pergeseran tersebut, dimana seperti tampak pada
Gambar 1
Gambar 1 Kompensasi pole-zero (Wisnu Susetyo, 1988)

Dalam perancangan rangkaian pole-zero concelation dan penguat transresistence ini,


nilai-nilai kapasitor dan resistornya dapat ditentukan sesuai dengan setting yang mana
menyesuaikan dari timing pulsa keluaran penguat awal detektor. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam Gambar 2

Gambar 2. Rangkaian pole-zero concelation dan penguat transresistance

Diketahui dari data sheet, besar waktu jatuh (lebar pulsa) keluaran penguat awal

Hybrid Hamamatsu untuk detector CsI(Tl) adalah 100μs = Rf. Cf =τ , maka:

τ = R1’. C (3.1)

Rf . Cf = R1’. C (3.2)

Maka dapat diselesaikan :

100.10-6 = R1’ . 0,01.10-6

R1’ = 10. 103 Ω

R '1 . R2 . C
'
τpz = R1 +R 2 (3.3)

10 .103 . R2 . . 0,01 . 10−6


3
3.10-6 = 10 .10 +R2

R2 = 300 Ω
R3
'
Setting penguatan 2 kali, maka : 2= R 1 + R2 (3.4)

R3
2 = 10 .103 +300

R3 = 20. 103 Ω

3.2. Pembentukan Pulsa (Pulse Shapping)

Untuk mendapatkan pulsa berbentuk Gaussian diperlukan rangkaian differensiator


yang akan mempercepat waktu meluruh pulsa ekor dan rangkaian integrator yang akan
memperlambat waktu bangkit pulsa. Kedua rangkaian tersebut dapat dibuat dari komponen
pasif C dan R.

3.2.1. Rangkaian Differensiator

Rangkaian differensiator terdiri dari komponen resistor dan kapasitor. Jika Vi(t)
adalah tegangan yang tergantung dari waktu yang diberikan suatu rangkaian seperti pada
gambar, maka hubungan dari nilai –nilai tegangannya adalah :

q(t ) q (t ) dq ( t )
RI = + =
C + C dt Vi(t) (3.5)

yang mana q(t) adalah muatan kapasitor pada saat t. jika sinyal masukan adalah fungsi undak,
maka fungsi tegangan keluaran adalah :

dq(t )
=
Vo(t)=R dt Vie–t/RC (3.6)

Gambar 3. Rangkaian CR differensiator

Gambar 3. menunjukkan tegangan keluaran jika sinyal masukan adalah pulsa undak dengan
tinggi masukan pulsa Vi dengan periode T. jika nilai RC< T maka representasi dari sinyal
keluaran adalah derevatif dari masukan, sehingga diperoleh fungsi tegangan keluaran,

q = CV maka dq = C dVi (3.7)


dq dV V
=C i = o
I = dt dt R (3.8)

dV i
RC
Vo = dt (3.9)

Berdasarkan alasan tersebut, rangkaian in disebut differentiator. Jika Vi (T) adalah pulsa dari
detector maka pengaruh dari deferensiasi adalah agar kekuatan pulsa dapat berkurang secara
cepat. (Tsoulfanidis,1983).

3.2.2. Rangkaian Integrator

Rangkaian integrator juga terdiri dari resistor dan kapasitor, tetapi sinyal keluaran
dari rangkaian ini melintang pada kapasitor seperti pada Gambar 3., untuk sinyal keluaran
dari rangkaian pengintegral sebagai hasil dari masukan undak diberikan oleh persamaan :

q(t )
=
Vo(t) = C Vi (1-e-t/RC) (3.10)

Jika RC >T maka sinyal keluarannya tampak seperti integral dari masukannya. Yang mana
untuk tegangan keluarannya,

V i dq
=
I = R dt maka dq = I dt

q= ∫ Idt (3.11)

q 1
=− ∫ Idt
Vo = C C (3.12) V o =
1
CR i
∫ V dt (3.13)

Gambar 4. Rangkaian integrator


3.2.3. Perancangan Pulse Shaping

Agar pulsa dapat dibaca oleh penganalisa tinggi pulsa, maka haruslah pulsa tersebut dibentuk
sesuai setting yang dikehendaki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 5 :

Gambar 5. Rangkaian pulse shapping

Untuk mendapatkan pulsa berupa semmigaussian, maka τ pz harus sama dengan τ


ps ,
yang mana seperti persamaan berikut :

τ pz = τ ps = 3. 10-6 s (3.14)

τ ps = R6 . C3 (3.15)

3. 10-6 = R6 . 47. 10-12

R6 = 64. 103 Ω

64
Setting penguatan 25 kali, maka : 25 =
R5 (3.16)
R5 = 2,5. 103 Ω

3.3. Rangkaian Base Line Restorer

Gambar 6. Base Line Restorer (BLR)

Pada rangkaian BLR untuk cacah radiasi yang cukup besar, BLR masih mempunyai
bagian pulsa negative sedikit dan juga ada efek penyearahan derau yang akan terkumpul
sehingga mengurangi resolusi sistem spektroskopi. Untuk mengatasi hal ini digunakan
rangkaian gate base line stabilization,yang mana kerjanya selalu mengembalikan garis aras ke
level nol.

Dalam penelitian ini, peneliti mengadopsi rangkaian BLR dari sebuah blok rangkaian
dalam instrument Diskriminator Bias Modulation, yang mana prinsip kerjanya adalah sama
dengan BLR yang terangkai dalam berbagai instrument. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam Gambar 7

Gambar 7. Rangkaian Base line restorer

Untuk mendapatkan posisi pulsa pada aras nol, maka untuk keseimbangannya nilai V b
harus setara dengan tegangan supply pada transistor. Yang mana dapat diselesaikan dengan
persamaan :

(V k . R 9 )+(V l . R 7 )
Vb = R7 +R 9 (3.17)

(24 . 243)+(−24 . 82 )
= 82+243

= 12 V

3.4. Rangkaian Penguat

Dalam rangkaian penguat ini terdiri dari sebuah IC Op-Amp dan resistor, dimana
rangkaian tersebut dikonfigurasikan sebagai penguat. Tampak seperti pada Gambar. 8 maka
berlaku persamaan sebagai berikut :

Rf
Vo = - R Vi (3.18)

Gambar. 8. Rangkaian penguat


Untuk perancangannya, maka dapat dilihat dalam Gambar 9 :

Gambar 9. Rangkaian penguat

Dengan menggunakan persamaan (3.18) maka penguatan :

R 13
16 = R 12 (3.19)

3
5.10
16 = R12

R12 = 300 Ω

IV. Tata Kerja dan Urutan

1. Berikan Masukan pulsa positif (lihat keluaran jangan sampai jenuh), ukur berapa
amplitudonya.

2. Lakukan penelusuran pada tiap terminal keluaran yang ada

3. Ukur keluaran berapa amplitude dan lebar pulsa

4. Hitung berapa penguatan yang terjadi pada keluaran tersebut?

5. Gambar Tiap keluaran yang ada

6. Cari linearitas amplifier serta gambar hasilnya.

V. Data Percobaan
Terlampir.

Anda mungkin juga menyukai