Anda di halaman 1dari 2

WANDA ANNISA LUBIS

180503109
S1- AKUNTANSI
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
DEFINISI PEMBIAYAAN
Pembiayaan didefinisikan dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagai
pembiayaan daerah, yang mana semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Sementara PSAP No 2 Paragraf 50, mendefinisikan pembiayaan (financing) sebagai
seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu
dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah tama
dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan
pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Sementara,
pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
Dari kedua definisi tersebut, seperti yang diungkapkan Dini Rosdini dalam
makalahnya yang berjudul Akuntansi Pembiayaan dan Transaksi Nonkas bagi Pemerintah
Daerah (2008), jelas terlihat bahwa pembiayaan merupakan transaksi keuangan pemerintah
yang mempunyai dampak terhadap penerimaan dan/ atau pengeluaran pemerintah pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Sedangkan, tujuan
dari transaksi ini adalah untuk menutup defisit anggaran atau memanfaatkan surplus
anggaran.
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penerimaan pembiayaan menurut PSAP No. 2 Paragraf 51 dan 54 adalah semua
penerimaan rekening kas umum negara/daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman,
penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan
kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya,
dan pencairan dana cadangan. Pencairan dana cadangan mengurangi dana cadangan yang
bersangkutan.
Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam Akuntansi Keuangan Daerah
(2014) menyatakan bahwa sumber pembiayaan yang berupa penerimaan daerah adalah sisa
lebih perhitungan anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan
aset daerah yang dipisahkan, dan transfer dari dana cadangan.
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pengeluaran pembiayaan menurut PSAP No. 2 Paragraf 55 dan 57 adalah semua
pengeluaran rekening kas umum negara/daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak
ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode
tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.
Pembentukan dana cadangan menambah dana cadangan yang bersangkutan. Hasil-
hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan di pemerintah daerah merupakan
penambah dana cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatan- LRA dalam pos
pendapatan asli daerah lainnya.
Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam Akuntansi Keuangan Daerah
(2014) menyatakan bahwa sumber pembiayaan yang berupa pengeluaran daerah adalah
pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modan pembentukan dana
cadangan, dan pemberian pinjaman daerah.
PEMBIAYAAN NETO
PSAP No. 2 Paragraf 58-61 menegaskan bahwa pembiayaan neto adalah selisih antara
penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun
anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos pembiayaan neto. Sisa lebih pembiayaan
(SILPA)/sisa kurang pembiayaan SIKPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran elama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara
realisasi pendapatan- LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SILPA/SIKPA.
PEMBIAYAAN DANA BERGULIR
Dalam Buletin Teknis No. 4 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja
Pemerintah dijelaskan bahwa bantuan yang diberikan kepada kelompok masyarakat yang
diniatkan akan dipungut/ditarik kembali oleh pemerintah apabila kegiatannya telah berhasil
dan selanjutnya akan digulirkan kembali kepada kelompok masyarakat lainnya sebagai dana
bergulir. Rencana pemberian bantuan untuk kelompok masyarakat tersebut dicantumkan di
APBN/APBD dan dikelompokkan pada pengeluaran pembiayaan, yaitu pengeluaran investasi
jangka panjang. Terhadap realisasi penerimaan kembali pembiayaan juga dicatat dan
disajikan sebagai penerimaan pembiayaan-investasi jangka panjang. Dengan demikian, dana
bergulir atau bantuan tersebut tidak dimasukkan sebagai belanja bantuan sosial karena
pemerintah mempunyai niat untuk menarik kembali dana tersebut dan menggulirkannya
kembali kepada kelompok masyarakat lainnya. Pengeluaran dana tersebut mengakibatkan
timbulnya investasi jangka panjang yang bersifat nonpermanen dan disajikan di neraca
sebagai investasi jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai