Tindak Pidana Korupsi Sebagai Kejahatan D20073e1 PDF
Tindak Pidana Korupsi Sebagai Kejahatan D20073e1 PDF
Ifrani
Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat
Jl. Brigjend H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin
Email: ifrani99@gmail.com
Abstract
The criminal act of corruption is a part of a special crime in addition to having certain
specifications that are different from common criminal acts. Corruption Law is a rule that has
special characteristic, both concerning Formal Criminal Law (Criminal Justice System) and
Material (Substance). The legal consequences of an act being categorize as criminal act of
corruption, are include: The institution that handles the corruption case, the evidence system in
the corruption act has a reversed system which trait limited or balanced, and in terms of
punishment. The purpose of this paper is to provide a knowledge of how to implicate a criminal
act as a criminal act of corruption. The purpose of this paper is to provide a knowledge of how to
implicate a criminal act as a criminal act of corruption.
Abstrak
Tindak pidana korupsi merupakan salah satu bagian dari tindak pidana khusus di samping
mempunyai spesifikasi tertentu yang berbeda dengan tindak pidana umum. Undang-Undang
Tindak Pidana Korupsi merupakan aturan yang mempunyai sifat kekhususan, baik menyangkut
Hukum Pidana Formal (Acara) maupun Materil (Substansi). Akibat hukum suatu tindak pidana
menjadi tindak pidana korupsi, antara lain : Lembaga yang menangani tindak pidana korupsi,
sistem pembuktiannya Pembuktian dalam tindak pidana korupsi menerapkan sistem pembuktian
terbalik yang bersifat terbatas atau berimbang, dan dari segi pemidanaannya. Tujuan dari
penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana implikasi penanganan perkara suatu tindak
pidana sebagai tindak pidana korupsi
PENDAHULUAN
Undang-undang Pemberantasan mengingat bahwa korupsi merupakan extra
Tindak Pidana Korupsi secara khusus ordinary crime yang harus didahulukan
mengatur hukum acara sendiri terhadap dibanding tindak pidana lainnya1
penegakan hukum pelaku tindak pidana
korupsi, secara umum dibedakan dengan 1
IGM Nurdjana. Sistem Hukum Pidana dan
penanganan pidana khusus lainya. Hal ini Bahaya Laten Korupsi (Problematik Sistem Hukum
Pidana dan Implikasinya pada Penegakan Hukum
319
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
2
Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi di
Tindak Pidana Korupsi), Total Media, Yogyakarta, Indonesia (Normatif, Teoritis, Praktik dan
2009, hlm. 156. Masalahnya), PT. Alumni, Bandung, 2007, hlm. 2.
320
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
321
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
322
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
323
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
4
Ibid, hlm. 164-165.
324
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
325
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
326
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
327
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
328
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
329
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
330
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
331
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
memuat ketentuan yang berbeda dengan Selain sanksi pidana diatas dan
Undang-Undang sebelumnya, yaitu sanksi pidana yang terdapat pada Pasal 10
menentukan ancaman pidana minimum KUHP terdapat juga sebagai pidana
khusus, pidana denda yang lebih tinggi, dan tambahan terhadap terpidana perkara korupsi
ancaman pidana mati yang merupakan selain pidana badan (penjara) dan/atau
pemberatan pidana. denda, juga dijatuhi pidana tambahan antara
Dalam undang-undang No. 31 Tahun lain pembayaran uang pengganti yang
1999 jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 besarnya sebanyak-banyaknya sama dengan
terdapat pasal yang mengatur tentang sanksi harta yang diperoleh dari korupsi.
tindak pidana korupsi yang terkait dengan Yang termuat dalam Pasal 18, yaitu:
kerugian keuangan negara, yaitu: (1). Selain pidana tambahan
sebagaimana dimaksud dalam Kitab
- Pasal 2 ayat (1) terdapat sanksi pidana
Undang-Undang Hukum Pidana,
penjara seumur hidup atau pidana sebagai pidana tambahan adalah :
a. perampasan barang bergerak
penjara paling singkat 4 (empat) tahun
yang berwujud atau yang
dan paling lambat 20 (dua puluh) tahun tidak berwujud atau
barangtidak bergerak yang
dan denda paling sedikit Rp.
digunakan untuk atau yang
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) diperoleh dari tindak pidana
korupsi, termasuk
dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (
perusahaan milik terpidana
satu miliar rupiah), dan ayat 2 (dua) di mana tindak pidana
korupsi dilakukan, begitu
tindak pidana korupsi yang dilakukan
pula dari barang yang
dalam keadaan tertentu dapat dijatuhkan menggantikan barang-
barang tersebut;
sanksi pidana mati.
b. pembayaran uang pengganti
- Pasal 3 terdapat sanksi pidana penjara yang jumlahnya sebanyak-
banyaknya sama dengan
seumur hidup atau pidana penjara paling
harta benda yang diperoleh
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama dari tindak pidana korupsi;
c. penutupan seluruh atau
20 (dua puluh) tahun dan atau denda
sebagian perusahaan untuk
paling sedikit Rp. 50.000.000,- (lima waktu paling lama 1
(satu)tahun;
puluh juta rupiah) dan paling banyak
d. pencabutan seluruh atau
Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sebagian hak-hak tertentu
atau penghapusan seluruh
atau sebagian keuntungan
332
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
tertentu, yang telah atau kekuatan hukum tetap, harta bendanya dapat
dapat diberikan oleh
disita oleh jaksa dan dalam hal terpidana
Pemerintah kepada
terpidana. tidak mempunyai harta benda yang
(2). Jika terpidana tidak membayar uang
mencukupi untuk membayar uang pengganti,
pengganti sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf b paling lama dipidana dengan pidana penjara yang
dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah
lamanya tidak melebihi ancaman maksimum
putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, dari pidana pokoknya sesuai dengan
maka harta bendanya dapat disita
ketentuan dalam undang-undang tindak
oleh jaksa dan dilelang untuk
menutupi uang pengganti tersebut. pidana korupsi dan lamanya pidana tersebut
(3). Dalam hal terpidana tidak
ditentukan dalam putusan pengadilan.12
mempunyai harta benda yang
mencukupi untuk membayar uang Pembayaran uang pengganti korupsi
pengganti sebagaimana dimaksud
merupakan pidana tambahan. Tetapi karena
dalam ayat (1) huruf b, maka
dipidana dengan pidana penjara tidak diatur tentang kurungan pengganti jika
yang lamanya tidak melebihi
tidak dibayar uang pengganti yang
ancaman maksimum dari pidana
pokoknya sesuai dengan ketentuan jumlahnya sebesar yang dikorupsi oleh
dalam Undang-undang ini dan
terpidana, maka timbul masalah bagaimana
lamanya pidana tersebut sudah
ditentukan dalam putusan caranya menagih uang pengganti itu. Belum
pengadilan.
ada petunjuk dari yurisprudensi tentang
Selain itu undang-undang ini memuat masalah ini. Yang ada sekarang ialah fatwa
juga pidana penjara bagi pelaku tindak Ketua Mahkamah Agung tentang ini. Dalam
pidana korupsi yang tidak dapat membayar fatwa ini dikatakan bahwa:13
pidana tambahan berupa uang pengganti penyitaan itu hendaknya dikecualikan
terhadap barang-barang yang dipergunakan
kerugian Negara, khususnya terhadap pidana
sebagai penyangga terpidana beserta
tambahan berupa, “pembayaran uang keluarganya mencari nafkah sehari-hari dan
hendaknya diperhatikan agar tidak sampai
pengganti yang jumlahnya sebanyak-
terjadi perkara berkembang dengan
banyaknya sama dengan harta yang timbulnya kemungkinan perlawanan pihak
ketiga akibat kesalahan penyitaan terhadap
diperoleh dari tindak pidana korupsi” jikalau
barang-barang bukan milik terpidana.
terpidana tidak membayar uang pengganti
paling lama dalam 1 (satu) bulan sesudah 12
Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi…,
Op. cit, hlm. 315.
putusan pengadilan yang telah memperoleh 13
Andi Hamzah, Perkembangan Hukum
Pidana Khusus, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm. 13.
333
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Dan karena pada hakekatnya pembayaran Lebih lanjut dalam Pasal 38C
uang pengganti adalah merupakan hutang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
yang harus dilunasi terpidana kepada
Negara, hutang tersebut sewaktu-waktu tentang Perubahan atas Undang-Undang
masih dapat ditagihkan melalui gugatan
Nomor 31 Tahun 1999 tentang
perdata di pengadilan yakni seandainya
dalam pelaksanaan kali ini jumlah barang- Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
barang yang dimiliki terpidana sudah tidak
disebutkan bahwa apabila setalah putusan
mencukupi lagi.”
pengadilan telah memperoleh kekuatan
Sebagai tambahan dapat
hukum tetap, diketahui masih terdapat harta
dikemukakan di sini bahwa terhadap putusan
benda milik terpidana yang diduga atau patut
pembayaran uangn pengganti tidak dapat
diduga juga berasal dari Tindak Pidana
ditetapkan hukuman kurungan sebagai
Korupsi yang belum dikenakan perampasan
pengganti apabila uang pengganti tersebut
untuk negara sebagaimana dimaksud dalam
tidak dibayar oleh terpidana. Oleh karena
Pasal 38 B ayat (2), maka negara dapat
apabila hal itu dibenarkan akan bertentangan
melakukan gugatan perdata terhadap
dengan Pasal 30 ayat (6) KUHP, misalnya
terpidana dan atau ahli warisnya. Ketentuan
untuk pidana denda sudah diberikan
tersebut dengan jelas memberikan sebuah
subsidair 6 bulan kurungan kemudian untuk
kemungkinan untu terciptanya keadilan atas
pidana pembayaran uang pengganti
perbuatan-perbuatan tercela yang menurut
diberikan pula subsidari 6 bulan, berarti
perasaan keadilan masyarakat harus dituntut
dalam satu putusan hukuman subsidair itu
dan dipidana.15
berjumlah 1 tahun.14 dimana menurut Pasal
Penjelasan pasal di atas lebih tegas
30 ayat (6) KUHP menyatakan bahwa
menyebutkan bahwa dasar pemikiran
lamanya pidana kurungan itu sekali-kali
ketentuan dalam pasal ini adalah untuk
tidak boleh lebih dari delapan bulan.
memenuhi rasa keadilan masyarakat
Ketentuan di atas secara formal telah
terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang
mendukung usaha pengembalian kerugian
menyembunyikan harta benda yang diduga
yang diderita negara sebagai akibat tindak
atau patut diduga berasal dari tindak pidana
pidana korupsi.
korupsi. Harta benda tersebut diketahui
setelah putusan pengadilan memperoleh
15
Adrian Sutedi, Hukum Keuangan Negara,
14
Ibid. Sinar Grafika, 2010, Jakarta, hlm. 212.
334
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
16
Ibid, hlm. 213.
335
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adrian Sutedi, 2010, Hukum Keuangan
Negara, Sinar Grafika, Jakarta.
Andi Hamzah, 1991, Perkembangan Hukum
Pidana Khusus, Rineka Cipta,
Jakarta.
Ermansjah Djaja, 2010, Meredesain
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
“implikasi Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 012-016-019/PPU-
IV/2006, Sinar Grafika, Jakarta.
Ermansjah Djaja, 2010, Tipologi Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia, CV.
Mandar Maju, Bandung.
IGM Nurdjana, 2009, Sistem Hukum Pidana
dan Bahaya Laten Korupsi
(Problematik Sistem Hukum Pidana
dan Implikasinya pada Penegakan
Hukum Tindak Pidana Korupsi),
Total Media, Yogyakarta.
Lilik Mulyadi, 2007, Tindak Pidana Korupsi
di Indonesia (Normatif, Teoritis,
Praktik dan Masalahnya), PT.
Alumni, Bandung.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
336