DEFINISI GRAVIMETRI
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan scara analisis gavimetri meliputi
tansformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi
bentuk yang dapat di timbang dengan teliti. Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat
dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan
jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan
kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan
dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain.
Tahap pengukuran dalam metode gravimetrik adalah penimbangan. Analitnya secara
fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya.
Pengendapan merupakan teknik yang paling meluas penggunaannya untuk memisahkan
analit dari pengganggu-pengganggunya.Analisa gravimetri merupakan suatu cara analisa
kimia kuantitatif yang didasarkan pada prinsip penimbangan berat yang di dapat dari proses
pemisahan analit dari zat – zat lain dengan metode pengendapan. Zat yang telah di endapkan
ini di saring dan dikeringkan serta ditimabang dan diusahakan endapan itu harus semurni
mungkin. Untuk memisahkan endapan tersebut maka sangat dibutuhkan pengetahuan dan
teknik yang cukup yang wajib dimiliki seorang enginer.
Dalam dunia teknik kimia sangat dibutuhkan juga bagaimana cara analisa gravimetri
ini. Seperti halnya dalam industri. Berat unsur dihitung berdasrkan rumus senyawa dan
berat atom unsur- unsur yang menyusunnya pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang
dikandung dilakukan beberapa cara seperti:
1. Metode Pengendapan
2. Metode Evolusi
3. Metode Penyaringan
4. Metode Elektrogravimetri
Pada prakteknya dua metode pertama adalah yang terpenting. Metode gravimetrik
membutuhkan waktu tau memakan waktu cukup lama, adanya zat pengotor pada konstituen
dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan
B. PRINSIP DASAR GRAVIMETRI
Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti :
aA + rR → AaRr
1) Gravimetri Penguapan
Gravimetri dapat digunakan dalam analisis kadar air. Kadar air bahan bisa ditentukan
dengan cara gravimetri evolusi langsung ataupun tidak langsung. Bila yang diukur ialah fase
padatan dan kemudian fase gas dihitung berdasarkan padatan tersebut, maka disebut
gravimetri evolusi tidak langsung.
Metode penguapan tidak langsung dapat digunakan untuk menentukan kadar air
(hidrat) dalam suatu senyawa atau kadar air dalam suatu sampel basah. Berat sampel
sebelum dipanaskan merupakan berat senyawa dan berat air kristal yang menguap.
Pemanasan untuk menguapkan air kristal adalah 105 -130oC, garam-garam anorganik
banyak yang bersifat higroskopis sehingga dapat ditentukan kadar hidrat/air yang terikat
sebagai air kristal.
Contoh lain adalah penentuan karbonat. Karena pemanasan, karbonat terurai dan
mengeluarkan gas CO2. Berat gas juga ditentukan dengan menimbang bahan sebelum dan
sesudah pemanasan.
Gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan yang khusus untuk gas
yang besangkutan. Sebenarnya yang ditimbang ialah bahan penyerap itu, yaitu sebelum dan
sesudah penyerapan sedangkan berat gas diperoleh sebagai selisih kedua penimbangan.
Pada penentuan kadar air, maka uap air yang terjadi dilewatkan tabung berisi bahan
higroskopis yang tidak menyerap gas-gas lain. Berat tabung dengan isi sebelum dan sesudah
uap diserap menunjukkan jumlah air. Untuk penentuan karbonat yang tidak dapat terurai
karena dipanaskan, maka karbonat yang bersangkutan direaksikan, misalnya dengan
menambah HCl. CO2 yang terjadi dilewatkan pada tabung berisi bahan yang hanya
menyerap CO2. Berat tabung dengan isi sebelum dan sesudah menyerap gas memberikan
berat CO2.
Penguapan cara langsung lebih sulit, karena harus diusahakan jangan sampai ada gas
yang tidak melewati tabung, misalnya karena kebocoran dalam alat. Misalnya pada
penentuan kadar air, mungkin bukan hanya air yang menguap, tetapi juga zat-zat yang titik
didihnya rendah ikut menguap.
2) Gravimetri Pengendapan
Suatu sampel yang akan ditentukan secara gravimetri mula-mula ditimbang secara
kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan reagen
tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi sarat yaitu memiliki kelarutan sangat
kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan cara menimbang.
Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar dari pada pori-pori alat
penyaring (kertas saring), kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang
engandung ion sejenis dengan ion endapan. Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor
yang terdapat dipermukaan endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan yang terbentuk
dikeringkan pada suhu 100 - 130oC atau dipijarkan sampai suhu 800oC tergantung suhu
dekomposisi dari analit.
Gravimetri cara pengendapan, analat direaksikan sehingga terjadi suatu endapan dan
endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar membentuk endapan, maka gravimetri dibedakan
menjadi dua macam:
a) Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan suatu pereaksi, endapan biasanya
berupa senyawa. Baik kation maupun anion dari analat mungkin diendapkan, bahan
pengendapnya mungkin anorganik atau organik. Cara inilah yang biasanya disebut
gravimetri.
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi
endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus listrik
dengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam
dengan bilangan oksidasi nol.
Analisis kandungan saponin kulit batang kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd)
Dimasukkan 500 mg ekstrak metanol batang kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd)
dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat-
kuat selama 10 detik hingga terbentuk busa yang mantap kemudian ditambahkan 1 tetes HCl
2 N melalui dinding tabung reaksi. Pada penambahan 1 tetes HCLl 2 N, busa tidak hilang
berarti sampel mengandung saponin.
Sebanyak 1,25 gram ekstrak direfluks dengan 50 ml petroleum eter pada suhu 60-
80oC selama 30 menit. Setelah dingin larutan petroleum eter dibuang dan residu yang
tertinggal dilarutkan dalam 50 ml eteil asetat. Larutan dipindahkan ke corong pisang
kemudian dipisahkan larutan etil asetat. Residu yang tertinggal dilarutkan dengan n-butanol
sebanyak 3 kali masing-masing dengan 50 ml. seluruh larutan n-butanol dicampur dan
diuapkan dengan rotavapor. Sisa penguapan dilarutkan dengan methanol 10 ml kemudian
larutan ini diteteskan kedalam 50 ml eter sambil diaduk. Endapan yang terbentuk dalam
campuran dituang pada kertas saring yang telah diketahui bobotnya. Endapan di atas kertas
saring dikeringkan kemudian ditimbang sampai bobot tetap. Selisih bobot kertas saring
sebelum dan sesudah penyaringan ditetapkan sebagai bobot saponin.
c. Analisis data
rumus:
X2 - X1 /A x 100% = ⋯ %
Keterangan:
Hasil maserasi kulit batang kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd) yang ditimbang sebanyak
2000 g dengan pelarut metanol menghasilkan ekstrak methanol sebanyak 36,288 g.
Perlakuan Bobot ekstrak (g) Bobot saponin (g) Kadar saponin (%)
Rata-rata 7,7069 %