Anda di halaman 1dari 7

EFEKTIFITAS METODE LATIHAN PIRAMID DAN PIRAMID TERBALIK TERHADAP

PENINGKATAN HIPERTROFI OTOT DADA DAN KEKUATAN OTOT DADA


PADA ATLET BINARAGA JAWA BARAT
1
Sandra Arhesa
Prodi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Universitas Majalengka
Email: arhesa.reza@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi faktual mengenai pengaruh dan
perbedaan antara metode latihan piramid dan piramid terbalik terhadap peningkatan
hipertrofi otot dada dan kekuatan otot dada. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian eksperimen dengan desain penelitian pretest-posttest design. Populasi pada
penelitian ini yaitu atlet binaraga Jawa Barat berjumlah 20 orang, teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik purvosive sampling, sampel sebanyak 8 orang kemudian
dibagi menjadi dua kelompok yaitu yang menggunakan metode latihan piramid
sebanyak 4 orang dan piramid terbalik 4 orang. Waktu penelitian selama satu bulan
setengah, jumlah latihan 16 kali pertemuan, dengan frekuensi latihan tiga kali seminggu
di beberapa fitness center di Kota Bandung. Instrumen penelitian menggunakan
meteran pita dan skinfold calliper untuk mengukur hipertropi otot dada dan tes bench
press untuk mengukur kekuatan otot dada. Hasil temuan penelitian ini adalah (1)
terdapat pengaruh yang signifikan metode latihan piramid terhadap peningkatan
hipertrofi otot dada. (2) terdapat pengaruh yang signifikan metode latihan piramid
terbalik terhadap peningkatan hipertrofi otot dada. (3) terdapat pengaruh yang
signifikan metode latihan piramid terhadap peningkatan kekuatan otot dada. (4) terdapat
pengaruh yang signifikan metode latihan piramid terbalik terhadap peningkatan
kekuatan otot dada. (5) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode latihan
piramid dan piramid terbalik terhadap peningkatan hipertrofi otot dada dan kekuatan
otot dada. Diharapkan kedepannya dilakukan penelitian untuk peningkatan hipertrofi
otot dan kekuatan otot dengan metode latihan piramid dan piramid terbalik terhadap
jenis otot yang lain serta penelitian lebih dari satu bulan setengah dengan sampel yang
lebih banyak dan lebih terkontrol.

Kata kunci: Hipertrofi Otot, Kekuatan Otot, Latihan Beban, Metode Latihan Piramid,
dan Metode Latihan Piramid Terbalik

45
PENDAHULUAN Dalam latihan beban ada beberapa
Upaya membentuk tubuh dengan macam metode latihan kekuatan yang
memperbesar massa otot melalui serangkaian dijelaskan oleh Harsono (1988:196),
latihan fisik sudah lama dikenal sejak zaman diantaranya set sistem, sistem super set, split
kuno dan berkembang sampai sekarang yang routines, burn out, metode multi-poundage
dikenal dengan binaraga. Binaraga merupakan dan sistem piramid. Hasil survey ke beberapa
suatu cabang olahraga yang bertujuan untuk tempat kebugaran yang ada di Kota Bandung,
membesarkan otot tubuh dan kegiatan banyak instruktur dan pelatih yang
pembentukan tubuh yang melibatkan hipertrofi menggunakan metode latihan set sistem dan
otot, dengan cara melakukan latihan beban super set untuk melatih member dan atletnya,
dan diet protein tinggi secara rutin, seseorang itu disebabkan kurang pemahaman tentang
dapat meningkatkan masa otot. Seperti kita metode yang lainnya sehingga kurang begitu
ketahui otot tubuh apabila dilatih atau dibebani bagus untuk meningkatkan hipertrofi otot dan
dengan beban yang cukup dan terus-menerus kekuatan otot. Hasil penelitian yang dilakukan
maka akan menjadi besar. Untuk itu para atlet oleh Krieger (2010:1150) bahwa Metode
binaraga harus menjalani latihan beban yang latihan multiple set 40% lebih tinggi
cukup berat dan sistematis, agar dapat tercapai peningkatannya terhadap hipertrofi otot
pembesaran otot yang baik, bentuknya simetris dibandingkan single set pada orang yang
dan batas-batasnya cukup terlihat. Selain dari terlatih maupun tidak terlatih.
latihan beban, pembesaran otot dapat terjadi Dalam penelitian ini peneliti
karena asupan makanan yang cukup. bermaksud mengadopsi metode latihan
Seseorang yang menekuni aktivitas ini disebut piramid yang biasanya digunakan dalam
binaragawan (pria) atau binaragawati (wanita). latihan kekuatan atau weight training.
Selain menjadi gaya hidup untuk membentuk Pelaksanaan sistem piramid dimulai dari beban
tubuh sekaligus menjaga kesehatan, binaraga yang ringan, kemudian pada set berikutnya
juga dapat diperlombakan dalam berbagai makin lama makin berat beban latihannya
kontes atau sebagai salah satu cabang (Harsono, 1988:198). Selain metode latihan
olahraga yang kerap diperlombakan di pesta piramid peneliti tertarik untuk mengkaji
olahraga seperti Pekan Olahraga Nasional metode latihan yang berbeda yaitu latihan
(PON) atau Sea Games. Binaragawan dengan sistem piramid terbalik yang
umumnya menempuh tiga strategi untuk merupakan kebalikan dari sistem piramid.
memaksimalkan hipertrofi otot yaitu dengan Keduanya bertujuan untuk membangun
latihan beban, nutrisi, dan istirahat yang jaringan otot dengan memicu dua jenis
cukup. hipertrofi sarkoplasmik dan hipertrofi
Istirahat adalah waktu atau miofibrilar. Sistem piramid termasuk ke dalam
kesempatan yang diperlukan oleh tubuh untuk jenis hipertrofi miofibrilar yang dipicu dengan
mengisi kembali bahan bakar atau nutisi mengangkat beban yang lebih berat sedangkan
tersebut dan meredakan tekanan pada dua Sistem piramid terbalik termasuk ke jenis
sistem tubuh: sistem jaringan otot lokal dan hipertrofi sarkoplasmik yang dipicu dengan
sistem pusat saraf. Kuantitas dan kualitas meningkatkan repetisi. Menurut Wirhed dalam
pemulihan sangat menentukan kesiapan saraf Masneno (2013:35), metode yang paling cepat
tubuh dan otot untuk menghadapi rangsangan meningkatkan kekuatan otot adalah sistem
pertumbuhan berikutnya atau latihan. Nutisi piramida. Begitupun hasil penelitian Arhesa
berperan sangat penting dalam mengembalikan (2012:61) bahwa metode latihan piramid
energi yang terkuras saat latihan serta memberikan pengaruh yang lebih baik
menyediakan bahan baku untuk memperbaiki terhadap peningkatan hipertrofi otot pada otot
otot-otot yang rusak akibat latihan beban (Rai, lengan dan paha dibandingkan dengan metode
2006:22-23). Latihan beban merupakan salah latihan piramid terbalik. Sedangkan sistem
satu bentuk latihan tahanan untuk piramid terbalik dapat meningkatkan power
meningkatkan kekuatan otot atlet binaraga, aerobik, power anaerobik, dan agilitas tetapi
misalnya memperbaiki kondisi fisik yang tidak dapat meningkatkan fleksibilitas
komponen-komponennya seperti kekuatan (Shahsavar dkk, 2013:903).
otot, daya tahan otot dan power otot (Harsono, Oleh karena itu peneliti ingin
1988:185). mengkaji lebih dalam untuk melihat

46
perbandingan efektivitas metode latihan Treatment A : Perlakuan menggunakan
piramid dan piramid terbalik terhadap Latihan Bench Press dengan
peningkatan hipertrofi otot dada dan kekuatan Metode Latihan Piramid
otot dada, meskipun pada penelitian Treatment B : Perlakuan menggunakan
sebelumnya sudah diketahui bahwa sistem Latihan Bench Press dengan
piramid lebih baik peningkatannya pada otot Metode Latihan Piramid
lengan dan paha namun pada otot dada belum Terbalik
terbukti ada peningkatan dan mencoba melihat Posttest : Tes Akhir Pengukuran
dari kekuatan otot juga, dengan tempat atau Hipertrofi dan Kekuatan Otot
sampel yang berbeda dan jumlah sampel lebih Dada setelah dikasih
banyak lagi serta dalam penelitianya bisa lebih perlakuan.
lama daripada penelitian sebelumnya. Penelitian dilaksanakan selama satu
bulan setengah yaitu dimulai dari bulan April
METODE sampai pertengahan bulan Mei dengan
Metode yang digunakan dalam frekuensi tiga kali latihan dalam satu minggu.
penelitian ini adalah Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan pada hari senin, rabu
Eksperimen. dan jumat di beberapa tempat fitness center
Populasi dan Sampel yang ada di Kota Bandung. Dalam
Populasi pada penelitian ini yaitu atlet pelaksanaan penelitian ini, kelompok sampel
binaraga Jawa Barat yang berjumlah 20 orang. sistem piramid dan sistem piramid terbalik
Teknik pengambilan anggota sampel dengan diberi bentuk latihan yaitu latihan Bench
teknik purvosive sampling. Sampel yang Press. Data yang dikumpulkan yaitu dari hasil
diambil berjumlah 8 orang kemudian dibagi tes awal dan akhir dengan menggunakan
menjadi dua kelompok, yang menggunakan meteran pita, tes skinfold calliper, dan tes
metode latihan piramid sebanyak 4 orang dan bench press.
yang menggunakan metode latihan piramid Instrumen
terbalik sebanyak 4 orang. Dalam penelitian ini penulis
Desain dan Prosedur menggunakan alat ukur seperti: Meteran pita,
Desain penelitian yang digunakan untuk mengukur lingkar otot dada. Tes
adalah pretest-posttest design. Dasar Skinfold caliper, untuk mengukur persentase
penggunaan rancangan ini adalah kegiatan lemak tubuh. Tes Bench Press, untuk
percobaan yang diawali dengan memberikan mengevaluasi kekuatan tubuh bagian atas
perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan seorang atlet. Sumber lain yang dibutuhkan
suatu bentuk tes guna mengetahui pengaruh untuk melakukan tes ini yaitu barbell dan
perlakuan yang telah diberikan. bebannya, bangku atau bench, dan asisten.

HASIL
Hasil pengolahan data dalam
penelitian ini, meliputi uji rata-rata, uji
simpangan baku, uji normalitas, uji
Gambar 1: Desain Penelitian Pretest-Posttest homogenitas, dan uji hipotesis. Semua
pengujian tersebut merupakan persyaratan
Design (Sugiyanto, 1995:21)
utama dalam menarik simpulan. Pengolahan
Keterangan:
data kelompok metode latihan piramid dan
S : Subjek
piramid terbalik sebagai berikut:
Pretest : Tes Awal Pengukuran
Hipertrofi dan Kekuatan Otot 1. Uji Rata-rata dan Simpangan Baku
Dada sebelum dikasih Tabel 1: Uji rata-rata dan
perlakuan simpangan baku pada metode
MSOP : Matched Subject Ordinal latihan piramid
No T es Awal T es Akhir Selisih
Pairing (mm&kg) (mm&kg) (mm&kg)
KE 1 : Kelompok 1 (K1 ) Latihan Hod Kod Hod Kod Hod Kod
1 95,5 158 98,6 169 3,1 11
Piramid
2 93.4 130 96,5 139 3,1 9
KE 2 : Kelompok 2 (K2 ) Latihan
3 104,2 153 107,4 164 3,2 11
Piramid Terbalik
47
No T es Awal T es Akhir Selisih 3. Uji Homogenitas
(mm&kg) (mm&kg) (mm&kg)
Hod Kod Hod Kod Hod Kod Tabel 5: Uji homogenitas pada
4 102 140 104,3 152 2.3 12 metode latihan piramid dan piramid
X 98.8 145 101,7 156 2,9 10,7 terbalik
S 5,1 12,7 5 13,4 0,4 1,3 Levene’s Test For
Equality of Ket
Tabel 2: Uji rata-rata dan Variances
simpanagn baku pada metode F Sig
Hod Equal 0,069 0,802 Homogen
latihan piramid terbalik Variances
No T es Awal T es Akhir Selisih (mm&kg) assumed
(mm&kg) (mm&kg) Equal
Hod Kod Hod Kod Hod Kod Variances not
assumed
1 94,5 112 96,6 124 2,1 12
Kod Equal 2,271 0,183 Homogen
2 89,4 99 91,4 106 2 7 Variances
3 106,6 145 109,4 155 2,8 10 assumed
4 100 131 102,1 144 2,1 13 Equal
Variances not
X 97,6 122 99,9 132 2,3 10,5 assumed
S 7,4 20,3 7,7 22 0,4 2,6 Pada tabel diatas, ada satu alat uji yang
Keterangan: digunakan, yaitu Levene test. Pada uji tersebut
X = Rata-rata (mm&kg) terlihat signifikansi atau nilai probabilitas
S = Simpangan Baku semua data berada diatas 0,05. Maka bisa
Hod = Hipertropi otot dada dikatakan data homogen.
Kod = Kekuatan otot dada
2. Uji Normalitas 4. Uji Hipotesis
Tabel 3: Uji normalitas pada Tabel 6: Uji pengaruh metode
metode latihan piramid latihan piramid terhadap hipertrofi
Kolmogorov- Shapiro-Wilk
Kelompok Smirnova
otot dada
Ket T T Sig.
Statist Kelompok Mean Ket
hitung tabel (2-taied)
ic df Sig. Statistic df Sig.
T es Awal -
T es Awal 0,238 4 0,0 0,910 4 0,483 Normal Sig
T es Akhir - 2.35
Hod 2,9 cm 0,001 nifi
Hod 13,951 3
T es Akhir 0,231 4 0,0 0,938 4 0,644 Normal kan
Piramid
Hod
T es Awal 0,229 4 0,0 0,949 4 0,771 Normal Tabel 7: Uji pengaruh metode
Kod latihan piramid terbalik terhadap
T es Akhir 0,225 4 0,0 0,951 4 0,720 Normal
Kod
hipertrofi otot dada
Sig.
Mea T Ke
Kelompok T tabel (2-
n hitung t
taied)
T es Awal - Si
Tabel 4: Uji normalitas metode T es Akhir 2,2 - gni
latihan piramid terbalik 2.353 0,001
Hod cm 12,173 fik
Kolmogorov- Shapiro-Wilk T erbalik an
Kelompok Smirnova Ket Karena pada kelompok tes awal dan akhir t
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
T es Awal 0,164 4 0,0 0,991 4 0,965 Normal
hitung > t tabel dan nilai probabilitas < 0,025,
Hod maka Ho ditolak. Jadi, Terdapat pengaruh dari
T es Akhir 0,165 4 0,0 0,990 4 0,959 Normal metode latihan pyramid dan piramid terbalik
Hod terhadap peningkatan hipertrofi otot dada.
T es Awal 0,184 4 0,0 0,976 4 0,879 Normal
Kod Tabel 8: Uji pengaruh metode
T es Akhir 0,206 4 0,0 0,969 4 0,836 Normal latihan piramid terhadap kekuatan
Kod
otot dada
Berdasarkan hasil pengujian normalitas diatas, Sig.
Mea T T
dapat dilihat bahwa data tes awal fat otot dada Kelompok
n hitung tabel
(2- Ket
dan kekuatan otot dada dengan tes akhir taied)
T es Awal -
dinyatakan normal karena taraf signifikansi > T es Akhir 11 - 2,35 Signifi
0,000
0,05. Kod kg 17,086 3 kan
Piramid

48
Tabel 9: Uji pengaruh metode yang cukup. Istirahat adalah waktu atau
latihan piramid terbalik terhadap kesempatan yang diperlukan oleh tubuh untuk
kekuatan otot dada mengisi kembali bahan bakar atau nutisi
Kelompok Mean
T T Sig.
Ket tersebut dan meredakan tekanan pada dua
hitung tabel (2-taied) sistem tubuh: sistem jaringan otot lokal dan
T es Awal -
T es Signi sistem pusat saraf. Kuantitas dan kualitas
10 kg -7,937 2,353 0,004
AkhirKod fikan pemulihan sangat menentukan kesiapan saraf
T erbalik tubuh dan otot untuk menghadapi rangsangan
Karena pada kelompok tes awal dan akhir t pertumbuhan berikutnya atau latihan (Rai,
hitung > t tabel dan nilai probabilitas < 0,025, 2006:23). Latihan beban dengan menggunakan
maka Ho ditolak. Jadi, Terdapat pengaruh dari metode piramid. Metode Piramid menurut Rai
metode latihan piramid dan piramid terbalik (2000:84) adalah latihan dengan cara
terhadap peningkatan kekuatan otot dada. menaikkan beban setelah selesai melakukan
Tabel 10: Uji perbedaan antara satu set. Seiring dengan penambahan beban
sistem piramid dan terbalik maka jumlah repetisi dikurangi. Pada sistem
terhadap hipertrofi otot dada ini atlet mengangkat beban yaitu dengan
Sig.
Kelompok Mean df
T T
(2- Ket latihan bench press untuk melihat hipertrofi
hitung tabel
tailed) otot dada dari intensitas yang lebih rendah
Hod T ida dengan ulangan banyak kemudian secara
Piramid – 0,7 k
terbalik cm
6 2,415 2,447 0,052
Signi
berangsur menuju ke intensitas yang lebih
fikan tinggi dengan ulangan sedikit. Menurut
Tabel 11: Uji perbedaan antara Pekering yang dikutip oleh Sajoto (1989:119)
metode latihan piramid dan piramid metode piramid merupakan metode latihan
terbalik terhadap kekuatan otot yang diberikan dengan penambahan beban tiap
T T
Sig. set dan diikuti dengan pengurangan jumlah
Kelompok Mean df (2- Ket
hitung tabel
tailed)
repetisi. Sedangkan menurut Harsono
Kod T idak (1988:198) Sistem latihan piramid adalah
0,3
Piramid –
kg
6 0,171 2,447 0,870 Signifika sebuah sistem latihan yang diawali dengan
terbalik n beban yang ringan diakhiri dengan beban yang
Berdasarkan tabel diatas t hitung < t tabel dan berat dan setiap repetisinya berkurang.
nilai probabilitas > 0,025, maka Ho diterima. Oleh karena itu, untuk meningkatkan hipertrofi
Jadi, tidak terdapat perbedaan yang signifikan otot terutama pada atlet binaraga harus
antara metode latihan piramid dan piramid seimbang antara latihan beban, nutisi, dan
terbalik terhadap peningkatan hipertrofi otot istirahat yang cukup.
dada dan kekuatan otot dada. 2. Terdapat Pengaruh Metode Latihan
Piramid Terbalik terhadap peningkatan
PEMBAHASAN Hipertrofi Otot Dada pada Atlet
1. Terdapat Pengaruh Metode Latihan Binaraga Jawa Barat
Piramid terhadap peningkatan Pengujian hipotesis kedua
Hipertrofi Otot Dada pada Atlet menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
Binaraga Jawa Barat signifikan metode latihan piramid terbalik
Setelah melakukan penelitian, terhadap peningkatan hipertrofi otot dada pada
pengukuran atau tes awal dan tes akhir,serta atlet binaraga Jawa Barat dengan selisih 2,2
perhitungan statistik untuk uji hipotesis (cm) yang dilihat dari rata-rata tes awal dan tes
pertama terdapat pengaruh yang signifikan akhir dengan nilai probabilitas < 0,025.
metode latihan piramid terhadap peningkatan Pengaruh tersebut disebabkan oleh adanya
hipertrofi otot dada atlet binaraga Jawa Barat pembesaran massa otot dada pada atlet
dengan selisih 2,9 (cm) yang dilihat dari rata- binaraga melalui serangkaian latihan fisik
rata tes awal dan tes akhir dengan nilai seperti latihan beban, nutrisi, dan istirahat
probabilitas < 0,025. Berdasarkan temuan yang cukup. Namun latihan beban dengan
peneliti, pengaruh tersebut disebabkan oleh metode latihan yang berbeda yaitu sistem
adanya pembesaran massa otot dada pada atlet latihan piramid terbalik adalah bentuk latihan
binaraga melalui serangkaian latihan fisik yang diawali dengan beban berat, repetisi
seperti latihan beban, nutrisi, dan istirahat (pengulangan) sedikit, dan diakhiri dengan

49
beban yang ringan dan pengulangan yang 4. Terdapat Pengaruh Metode Latihan
banyak, teori ini dijelaskan oleh Satriya dkk Piramid Terbalik terhadap peningkatan
(2007:37). Sistem latihan piramid terbalik ini Kekuatan Otot Dada pada Atlet
merupakan suatu bentuk latihan dengan Binaraga Jawa Barat
mengkaji dari bentuk latihan lainnya yang Hasil uji hipotesis keempat
merupakan kebalikan dari sistem latihan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
piramid. Metode Latihan piramid terbalik signifikan metode latihan piramid terbalik
peningkatannya lebih rendah dibandingkan terhadap peningkatan kekuatan otot dada pada
latihan piramid terhadap peningkatan atlet binaraga Jawa Barat yang menggunakan
hipertrofi otot dada atlet binaraga, disebabkan latihan bench press dengan selisih 10 (kg) dan
otot-otot atlet binaraga lebih dituntut untuk nilai probabilitasnya < 0,025. Pengaruh
memberikan kualitas kerja yang maksimal dan tersebut dilihat dari kekuatan otot dada pada
atlet yang melakukan sistem ini akan merasa atlet binaraga sebelum diberikan perlakuan
kelelahan untuk set berikutnya. dan setelah diberikan perlakuan. Metode
3. Terdapat Pengaruh Metode Latihan latihan yang digunakan yaitu metode latihan
Piramid terhadap peningkatan piramid terbalik. Menurut hasil penelitian
Kekuatan Otot Dada pada Atlet Shahsavar dkk (2013:903) bahwa sistem
Binaraga Jawa Barat piramid terbalik dapat meningkatkan power
Hasil uji hipotesis ketiga menunjukkan aerobik, power anaerobik, dan agilitas tetapi
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan tidak dapat meningkatkan fleksibilitas. Jadi,
metode latihan piramid terhadap peningkatan sistem piramid terbalik selain dapat
kekuatan otot dada pada atlet binaraga Jawa meningkatkan kekuatan otot dada bisa
Barat yang menggunakan latihan bench press meningkatkan power aerobik, anaerobik,
dengan selisih 11 (kg) dan nilai probabilitas < agalitas tetapi tidak dapat meningkatkan
0,025. Pengaruh tersebut dilihat dari kekuatan fleksibilitas, karena jarak dari set pertama ke
otot dada atlet binaraga sebelum diberikan set terakhir harus tetap dalam kisaran repetisi
perlakuan dan setelah diberikan perlakuan. yang pendek sehingga akan sulit untuk
Menurut Harsono (1988:177) kekuatan otot mencari respon tubuh dan sistem saraf yang
adalah komponen yang sangat penting guna akan beradaptasi dengan beban yang berat.
meningkatkan kondisi fisik secara 5. Tidak terdapat perbedaan antara
keseluruhan, oleh karena kekuatan merupakan Metode Latihan Piramid dan Latihan
daya penggerak setiap aktivitas fisik, Piramid Terbalik terhadap peningkatan
memegang peranan yang penting dalam Hipertrofi Otot Dada dan Kekuatan
melindungi atlet/orang dari kemungkinan Otot Dada pada Atlet Binaraga Jawa
cedera, dan dapat membantu memperkuat Barat
stabilitas sendi-sendi. Sedangkan ACSM Pengujian hipotesis sebelumnya
mendefinisikan kekuatan otot sebagai menunjukkan bahwa metode latihan piramid
kemampuan sekelompok otot untuk berpengaruh terhadap peningkatan hipertrofi
melakukan tekanan dan biasanya ditunjukkan otot dada pada atlet binaraga Jawa Barat
dengan angkatan beban yang berat. Metode dengan selisih 2,9 (cm) sedangkan metode
latihan yang digunakan yaitu metode latihan latihan piramid terbalik hanya 2,2 (cm)
piramid. Menurut Nossek dalam Masneno peningkatan ototnya. Hal ini menunjukkan
(2013:35-37) Ada beberapa cara atau metode bahwa metode latihan piramid lebih efektif
yang dapat digunakan untuk meningkatkan dibandingkan metode latihan piramid terbalik
kekuatan menurut yaitu metode pengulangan terhadap peningkatan hipertrofi otot dada pada
(repetisi), metode interval, metode latihan atlet binaraga dengan selisih 0,7 (cm).
isometrik, metode latihan piramida (kenaikan Berdasarkan hasil penelitian Krieger
beban bertingkat), metode kekuatan (2010:1150) bahwa metode latihan multiple
maksimum (detraining). Menurut Husein dkk. set 40% lebih tinggi hubungannya terhadap
(2007:60) berpendapat bahwa metode piramid hipertrofi otot dibandingkan single set pada
merupakan salah satu sistem latihan kekuatan orang yang terlatih maupun tidak terlatih.
yang dipandang memiliki efek paling baik Begitupun Arhesa (2012:61) bahwa metode
dalam peningkatan kekuatan. latihan piramid memberikan pengaruh yang
lebih baik terhadap peningkatan hipertrofi otot

50
pada otot lengan dan paha dibandingkan antara metode latihan piramid dan metode
dengan metode latihan piramid terbalik. Oleh latihan piramid terbalik terhadap peningkatan
karena itu dengan hanya selisih 0,7 (cm) dan hipertrofi otot dada dan kekuatan otot dada
nilai probabilitas > 0,025, maka tidak terdapat atlet binaraga Jawa Barat.
perbedaan yang signifikan antara metode
latihan piramid dan piramid terbalik terhadap DAFTAR PUSTAKA
peningkatan hipertrofi otot dada pada atlet
binaraga Jawa Barat. Alasannya bisa dilihat Arhesa, S. (2012). Perbandingan metode
dari beberapa faktor seperti asupan makanan latihan piramid normal dan piramid
atlet binaraga yang tidak terkontrol, pola terbalik terhadap peningkatan hipertrofi
istirahat yang tidak cukup. Kedua faktor otot. (Skripsi). FPOK UPI, Bandung.
tersebut bisa berpengaruh terhadap hipertrofi Harsono. (1988). Coaching dan Aspek -Aspek
otot dada. Psikologi dalam Coaching. Jakarta: CV.
Hasil uji statistik untuk kekuatan otot Tambak Kusuma.
dada pada atlet binaraga yang menggunakan Husein, dkk. (2007). Teori Kepelatihan Dasar.
metode latihan piramid terdapat pengaruh Jakarta: Kementrian Negara Pemuda.
dengan selisih 11 (kg) dan metode latihan Krieger, J.W. (2010). Single Vs. Multiple Sets
piramid terbalik juga mengalami peningkatan of Resistence Exercise for Muscle
yang selisihnya 10 (kg) beda 1 (kg) dengan Hypertrophy: A Meta-Analysis.
metode latihan piramid dan nilai Journal of Pure Power, Colorado
probabilitasnya > 0,025. Maka dari itu metode Springs,CO, 24 (4), hlm 1150-1159.
latihan piramid lebih efektif daripada piramid Masneno, M. (2013). Pelatihan lompat
terbalik namun tidak terdapat perbedaan yang gawang setinggi 35 cm 10 repetisi 3
signifikan antara metode latihan piramid dan set lebih baik dari pada pelatihan
piramid terbalik terhadap peningkatan loncat gawang setinggi 35 cm 10
kekuatan otot dada pada atlet binaraga Jawa repetisi 3 set dalam meningkatkan
Barat. Alasannya bisa dilihat dari beberapa kecepatan lari 60 meter siswa putra
faktor seperti asupan makanan atlet binaraga Sma Negeri 1 Amarasi Kabupaten
yang tidak terkontrol, pola istirahat yang tidak Kupang. (Tesis Program Magister
cukup. Kedua faktor tersebut bisa berpengaruh Sekolah Pascasarjana). Universitas
terhadap kekuatan otot dada. Udayana, Denpasar.
Sajoto, M. (1989). Pembinaan dan
KESIMPULAN Peningkatan Kondisi Fisik dalam
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan Olahraga. Dahara Prize: Semarang
bahwa: 1) Terdapat pengaruh yang signifikan Satriya, dkk. (2007). Modul Metodelogi
metode latihan piramid terhadap peningkatan Kepelatihan Olahraga. Bandung:
hipertrofi otot dada atlet binaraga Jawa Barat, FPOK UPI Bandung
2) Terdapat pengaruh yang signifikan metode Shahsavar, A., Chaleh, M.C., & Razzaghi, A.
latihan piramid terbalik terhadap peningkatan (2013).The effect of inverted pyramid
hipertrofi otot dada atlet binaraga Jawa Barat, strength training programs on some
3) Terdapat pengaruh yang signifikan metode physiological characteristics of male
latihan piramid terhadap peningkatan kekuatan student soccer player. International
otot dada atlet binarga Jawa Barat, 4) Terdapat Journal of Sport Studies, 3 (9), hlm.
pengaruh yang signifikan metode latihan 903-910.
piramid terbalik terhadap peningkatan Sugiyanto. (1995). Penelitian Pendidikan.
kekuatan otot dada atlet binarga Jawa Barat, 5) Surakarta: UNS Press
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan

51

Anda mungkin juga menyukai