Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Komunikasi Pembangunan

ISSN 1693-3699 Juli 2014 Vol.12, No.2

Komunikasi Partisipatif pada Sekolah Lapangan Pengelolaan


Tanaman Terpadu (SL-PTT)
Participative Communication in Field School of Comprehensive Agriculture Land-Use
Management (SL-PTT)

Karmila Muchtar1, Ninuk Purnaningsih2, Djoko Susanto2


1
Alumni S2 Prodi Komunikasi Pembangunan, SPs-IPB
2
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Email: KarmilaMuchtar@yahoo.co.id

Abstrak
Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan inovasi peningkatan produksi padi
dengan pendekatan bottom up danmenggunakan pendekatan komunikasi partisipatif bagi petani. Penelitian ini
bertujuan memperoleh gambaran penerapan komunikasi partisipatif. Penelitian ini berbentuk survei deskriptif
korelasional yang dilaksanakan bulan Maret-April 2014 pada 80 petani yang tercatat sebagai peserta program SL-
PTT di Desa Abbokongeng, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Pengujian hipotesis menggunakan uji regresi linear
berganda. Komunikasi partisipatif dalam program SL-PTT telah berlangsung walaupun tidak di semua tahapan
program. Pada tahap PRA dan tahap temu lapang, keaktifan petani berdialog tergolong rendah yakni 5% dan 12,5%.
Sedangkan pada tahap pertemuan rutin dan diskusi harian tergolong tinggi yakni petani aktif berdialog dengan
penyuluh sebesar 78,7% dan 96,3%. Tanggapan penyuluh sebagai partisipan dalam siklus komunikasi partisipatif
juga tinggi. Tingkat adopsi teknologi petani pada program SL-PTT sebesar 91,3% yakni petani menerapkan seluruh
teknologi, seperti penggunaan benih unggul, penanaman sistem jejer legowo, pemupukan berimbang, pengairan
berselang, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), panen dan pasca panen. Faktor yang mempengaruhi
secara nyata komunikasi partisipatif adalah karakteristik petani, karakteristik penyuluh pertanian dan saluran
komunikasi.
Kata Kunci: komunikasi, inovasi, partisipatif, SL-PTT

Abstract
Field School of Integrated Crop Management (SL-PTT) is agricultural innovation system mainly directed to
improve production of rice applying bottom-up and participative communication approach of the farmers. The study
aims to get descriptions on how participative communication can be applied on the SL-PTT program and to analyze
decision making process by the farmers to adopt and utilize the technology of rice innovation in their land-use. The
study was planned using survey descriptive correlation. The study was done on March-April 2014 covered 80 farmers
as respondents who involved in SL-PTT program. Data and hypothesis were analyzed and tested using multiple
linear regression. The evidence showed that participative communication of the farmers toward SL-PTT program
was considerable good although they are not in entire program steps. The steps of the PRA and field meeting,
activation of farmers in dialogue session is grouped to low by 5% and 12,5%. While in the routine meeting and daily
discussion, it is categorized as high, i.e 78,7% and 96,3% because the interaction of the extension worker and the
farmers is considerable active. The respect of the extension worker was also supporting. Almost all (91,25%) of the
farmers applied all innovations, such as: using high qualified seeds, planting system, using appropriate fertilizer and
water irrigarion, controlling pests, harvest and past-harvest management. Factors which have significant effect on
applying participative communication are: farmer’s characteristics, characteristics of the extension worker and
forum of communication between the extension worker and the farmers.
Keywords: communication, innovation, partisipative, SL-PTT

PENDAHULUAN olehKementerian Pertanian pada tahun


2009. Pogram SL-PTT sebagai wadah
Sekolah Lapangan Pengelolaan pembelajaran bagi petani untuk bertukar
Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan informasi dan pengetahuan merupakan
program inovasi peningkatan produksi program dengan pendekatan bottom-up.
padi yang diprogramkan Salah satu wujud pendekatan bottom up

1
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Juli 2014 Vol.12, No.2

adalah penerapan komunikasi rendahnya ciri kepribadian petani, dan


partisipatif melalui prinsip dialogis. kurang tersedianya informasi pertanian
Komunikasi partisipatif penting yang sesuai dengan kebutuhan petani
diupayakan untuk mendorong padi (Sadono 2012).
pengambilan keputusan dalam
penerapan tindakan pada pembangunan Tujuan utama penerapan
(Msibi & Penzhorn 2010). Dialog komunikasi partisipatif secara dialogis
sebagai prinsip berlangsungnya adalah agar petani dapat
komunikasi partisipatif dilakukan mengidentifikasi masalah dan
dengan tujuan merangkum solusi yang menemukan solusi untuk keputusan
ada untuk penyelesaian bersama. Dalam pengelolaan usahatani. Upaya tersebut
dialog, setiap petani memiliki hak yang dilakukan melalui proses belajar yang
sama untuk berbicara atau didengar mengedepankan dialog antara penyuluh
(Tufte, 2009). Penelitian tentang pertanian dan petani. Tujuan program
komunikasi partisipatif merujuk pada SL-PTT adalah percepatan adopsi
konsep komunikasi teknologi untuk peningkatan produksi
pembangunanpartisipatif tidak hanya padi. Penelitian ini dilakukan untuk
sebatas hadir dalam berbagai menganalisis penerapan komunikasi
pertemuan, tetapi lebih kepada partisipatif dalam setiap tahapan SL-
menempuh cara-cara dialog dalam PTT untuk mencapai keputusan petani
pengambilan keputusan (Rahim 2004). dalam menerapkan teknologi.
SL-PTT merupakan salah satu strategi
pemerintah untuk memberdayakan Berdasarkan uraian di atas,
petani dalam menunjang produktivitas maka penelitian ini bertujuan: (1)
usahatani. Mengkaji proses komunikasi partisipatif
petani dalam program SL-PTT; (2)
Kabupaten Sidrap dikenal Menganalisis pengaruh karakteristik
sebagai salah satu lumbung padi utama petani, karakteristik penyuluh, dan
di Provinsi Sulawesi Selatan dengan ciri saluran komunikasi terhadap proses
petani aktif. SL-PTT yang berlangsung penerapan komunikasi partisipatif
di Kabupaten Sidrap sejak tahun 2009 dalam program SL-PTT.
sampai saat ini (2014) turut
memberikan sumbangsih peningkatan METODE PENELITIAN
produksi padi yang mampu melampaui
target, yakni 206.194 ton pada tahun Penelitian yang dirancang
2012. Di tempat berbeda, seperti dengan metode survei ini bertujuan
Karawang dan Cianjur sebagai sentra untuk menerangkan sejauh mana proses
produksi beras di Jawa Barat ditemukan penerapan komunikasi partisipatif
bahwa petani yang tergabung dalam SL- dalam program SL-PTT.Penelitian ini
PTT masih termasuk kategori yang berbentuk deskriptif untuk
kurang berdaya dengan ciri kurang mendeskripsikan karakteristik petani,
mampu menghadapi tantangan- karakteristik penyuluh, saluran
tantangan masa kini dalam mengelola komunikasi, dan proses penerapan
usahataninya. Faktor-faktor yang komunikasi partisipatif dalam program
mempengaruhi adalah rendahnya SL-PTT. Penelitian dilakukan di Desa
tingkat partisipasi petani dalam Abbokongeng, Kecamatan Kulo,
kelompok, pola pemberdayaan yang Kabupaten Sidrap, Provinsi Sulawesi
kurang sesuai, kurangnya dukungan Selatan pada bulan Maret-April 2014.
lingkungan fisik dan sosial ekonomi,

2
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Juli 2014 Vol.12, No.2

Data dalam penelitian ini Sidrap memenuhi kebutuhan pangan


dihimpun melalui kuesioner, FGD dari target pengadaan beras GKG yang
(Focus Group Discussion), observasi, diberikan pemerintah provinsi sebesar
danwawancara langsung baik kepada 457.986 ton(BPKP,2012).Sama halnya
responden maupun informan. Instrumen dengan sekolah lapangan sejenis SL-
yang digunakan dalam penelitian ini PTT di Sub-Sahara Afrika menunjukkan
yaitu karakteristik petani diukur melalui dampak dalam hal pengurangan
umur, tingkat pendidikan, pengalaman pestisida, peningkatan produktivitas,
berusahatani, luas lahan garapan, dan peningkatan pengetahuan petani dan
status sosial. Karakteristik penyuluh pemberdayaan petani(Davis, 2008).
diukur melalui penguasaan materi
komunikasi, pengalaman atau masa Lokasi berbeda di Kabupaten
kerja penyuluh, dan kemampuan Karawang dan Cianjur menunjukkan
berkomunikasi penyuluh. Saluran bahwa sekolah lapangan kurang mampu
komunikasi diukur melalui media lain memberdayakan petani dalam
untuk berkomunikasi selain tahapan mengelola usaha taninya. Faktor-faktor
program. Komunikasi partisipatif petani yang mempengaruhi adalah rendahnya
dalam program SL-PTT diukur melalui tingkat partisipasi petani dalam
kesempatan berdialog, keaktivan petani kelompok, pola pemberdayaan yang
bertanya/memberi saran, tanggapan kurang sesuai, kurangnya dukungan
penyuluh, dan keterlibatan petani dalam lingkungan fisik dan sosial ekonomi,
proses pengambilan keputusan dalam rendahnya ciri kepribadian petani, dan
tahapan program seperti PRA, kurang tersedianya informasi pertanian
pertemuan kelompok, diskusi, dan temu yang sesuai dengan kebutuhan petani
lapang.Data yang dikumpulkan padi (Sadono 2012).
dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif dan analisis statistik regresi Tujuan utama pelaksanaan
linear berganda. komunikasi partisipatif adalah sejauh
mungkin menempuh cara-cara dialog
Kerangka Pemikiran dalam mengidentifikasi masalah dan
Penelitian tentang komunikasi menemukan solusi untuk keputusan
partisipatif merujuk pada konsep pengelolaan usaha tani. Upaya tersebut
komunikasi pembangunanbersifat melalui proses belajar yang
partisipatif yang tidak hanya sebatas mengedepankan dialog antara penyuluh
hadir dalam berbagai pertemuan, tetapi pertanian dan petani. Adapun tujuan
lebih kepada menempuh cara-cara program SL-PTT adalah percepatan
dialog dalam keputusan (Rahim adopsi teknologi untuk peningkatan
2004).SL-PTT merupakan salah satu produksi padi. Letak penelitian ini
strategi pemerintah untuk adalah melihat dan menganalisis
memberdayakan petani dalam penerapan komunikasi partisipatif
menunjang produktivitas usaha tani. dalam setiap tahapan SL-PTT untuk
Kabupaten Sidrap yang melaksanakan mencapai keputusan petani untuk
program SL-PTT sejak tahun 2010 menerapkan teknologi. Hubungan antar
menunjukkan peningkatan produksi peubah penelitian ini selengkapnya
padi. Pada tahun 2012 lalu, Kabupaten dijelaskan dalam Gambar 1.

3
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Juli 2014 Vol.12, No.2

Karakteristik Petani (X1) :


(X1.1) Umur
(X1.2) Tingkat Pendidikan
(X1.3) Pengalaman Berusahatani
(X1.4) Luas Lahan
(X1.5) Status Sosial Proses Penerapan Komunikasi
Partisipatif(Dialog) dalam SL-PTT
Karakteristik Penyuluh (X2) : (Y1)
(X2.1)Penguasaan MateriPTT (Y1.1) Kesempatan berdialog
(X2.2)PengalamanPenyuluh (Y1.2)Keaktifan petani bertanya/ memberi saran
(Y1.3) Tanggapan penyuluh
(X2.3)Kemampuan berkomunikasi
(Y1.4)Keterlibatan petani dalam proses pengambilan
keputusan

Saluran Komunikasi (X3) :


(X3.1)Media lain selain Tahapan
SL-PTT

Gambar 1. Kerangkapemikiran operasional komunikasi partisipatif dalam


program SL-PTT

HASIL DAN PEMBAHASAN Usiaproduktif tersebut sejalan


dengan tingkat pendidikan formal petani
Karakteriristik Petani yakni 53.7% menamatkan pendidikan
Karakteristik petani sebagai sampai jenjang SMP dan SMA.
peserta program SL-PTT menunjukkan
bahwa 56.3 % petani berada pada Pengalaman berusahatani
kisaran umur 30-49 tahun (Tabel 1). responden tergolong lama, yakni 57.5%
Hal ini menunjukkan sebagian besar telah berusahatani lebih dari 20 tahun.
petani berada pada usia produktif. Usia Semakin berpengalaman petani dalam
produktif memungkinkan petani ikut berusahatani, mereka semakin tahu,
serta dan terlibat aktif dalam program cermat, dan memahami berbagai
SL-PTT, serta memiliki kemampuan masalah yang berkaitan dengan
menyerap berbagai informasi dan pengelolaan usahatani. Pengetahuan dan
inovasi dalam berusahatani. Pengurus keterampilan petani didapatkan dari
kelompok tani diduduki oleh petani proses belajar yang lama, baik secara
dewasa, seperti ketua, bendahara, dan turun temurun dari orang tua maupun
sekretaris. Seorang responden bapak dari sesama petani. Seorang petani
L.C (70 tahun).menyatakan: berusia muda menyatakan:
“Pemilihan ketua kelompok “Saya masih baru dalam bertani,
dilakukan berdasar musyawarah, untuk itu saya terbuka untuk
ketua kelompok yang dipilih informasi dan pengetahuan demi
masih muda karena masih aktif peningkatan produksi, saya
dan kuat untuk mengurus senang belajar dari yang sudah
anggotanya, kalau kita yang lama bertani atau dari petugas
sudah tua tidak bisa lagi bolak penyuluh”(Bapak PS, 28 tahun).
balik mengurus surat dan
keperluan kelompok,” Luas lahan yang digarappetani
antara 0.5–2 ha sekitar 86.3 persen.

4
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Juli 2014 Vol.12, No.2

Tabel 1. Karakteristik Petani Program SL-PTT di Desa Abbokongeng, 2014


Karakteristik Kategori JumlahPersentase
(tahun/ha) (orang) (%)
Umur
1 (tahun) Muda (18-29 tahun) 9 11,2
. Dewasa (30-49 tahun) 45 56.3
Tua ( ≥50 tahun) 26 32.5
Jumlah 80 100.0
Tingkat
2 Pendidikan (tahun) Rendah (0-6 tahun) 35 43.7
. Sedang (7-12 tahun) 43 53.7
Tinggi (>12 tahun) 2 2.6
Jumlah 80 100.0
Pengalaman
3 Berusahatani Baru (<5 tahun) 5 6,3
. (tahun) Sedang (5-20 tahun) 29 36.2
Lama (> 20 tahun) 46 57,5
Jumlah 80 100.0
Luas
4 Lahan Sempit (<0,5 ha) 3 3.7
. Sedang (0.5-2 ha) 69 86;3
Luas ( > 2 ha) 8 10,0
Jumlah 80 100.0
Status
5 Sosial Milik Sendiri 28 35.0
. Penggarap 21 26.3
Bagi Hasil 31 38.7
Jumlah 80 100.0

Karakteristik Penyuluh menghambat proses komunikasi. Petani


Karakteristik penyuluh diukur dan penyuluh pertanian membentuk
dengan indikator penguasaan materi, hubungan akrab sehingga dialog
pengalaman/masa kerja, dan mengalir dengan lancar, petani tidak
keterampilan berkomunikasi. Secara merasa canggung untuk bertukar
umum, petani di Desa Abbokongeng pikiran. Penyuluh pertanian memiliki
menilai penyuluh lapangan yang kemampuan secara pribadi dalam
bertugas menguasai materi SL-PTT mengajak anggota kelompok untuk aktif
dengan baik yakni sebesar 95 % dan dalam SL-PTT. Seorang petani
materi penyuluhan yang diberikan menyatakan “Saya telah
sesuai dengan permintaan dan harapan meninggalkanbudaya turun-temurun
petani. Hal ini dapat terjadi karena dalam menentukan waktu panen karena
semua anggota sekolah lapangan selalu ada penyuluh yang dapat diajak
hadir pada setiap pertemuan yang berdiskusi, kata Pak S (30 tahun).”
dilakukan. Wawancara dengan salah
satu petani di Desa Abbokongeng Saluran Komunikasi
menyatakan “saya sangat percaya Saluran komunikasi yang
terhadap penyuluh, penyuluh aktif digunakan oleh petani dan penyuluh
berdiskusi dan membagi informasi, kata untuk berkomunikasi adalah telepon
Pak M (37 tahun).” seluler, pertemuan langsung antara
petani dan penyuluh, dan
Penyuluh lapangan berstatus kunjunganpenyuluh ke rumah petani.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan berasal Hasil pengamatan di lapangan
dari wilayah setempat dengan masa menunjukkan saluran komunikasi
kerja selama tiga tahun. Namun, masa telepon seluler tidakdigunakan oleh
kerja yang tergolong baru tidak

5
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Juli 2014 Vol.12, No.2

semua petani. Media ini hanya


digunakan oleh pengurus

Tabel 2. Karakteristik Penyuluh Program SL-PTT di Desa Abbokongeng, 2014


Karakteristik Kategori JumlahPersentase
(orang) (%)
Penguasaan Materi Rendah 0 0.0
Sedang 4 5.0
Tinggi 76 95.0
Jumlah 80 100.0
Keterampilan Berkomunikasi Rendah 0 0.0
Sedang 5 6/3
Tinggi 75 93.7
Jumlah 80 100.0

kelompok tani, seperti ketua, sekretaris, Tahap PRA (Participatory Rural


dan bendahara kelompok tani. Appraisal) dalam program SL-PTT
berdasarkan petunjuk teknis program
Secara umum, petani dan SL-PTT melibatkan petani, penyuluh
penyuluh menggunakan saluran pertanian, Dinas Pertanian, Badan
komunikasi tatap muka (face to face) Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan
yakni proses dialog (diskusi) pada Pangandan Pengawas Benih Tanaman
pertemuan langsung di sawah masing- tingkat kabupaten dan provinsi. Di Desa
masing dan di rumah petani masing- Abbokongeng, tahap PRA tidak
masing. Proses yang terjadi adalah terlaksana sesuai pedoman pelaksanaan
komunikasi dua arah. Komunikasi ini program SL-PTT tersebut. Berdasarkan
memiliki fungsi dalam penyampaian wawancara dengan penyuluh, kegiatan
arus informasi terkait materi dan PRA tidak dilaksanakan karena dana
teknologi dalam SL-PTT, petani tidak tersedia. Kegiatan PRA
memiliki kesempatan yang lebih luas menghasilkan laporan penyuluh
dalam menyampaikan kendala, masalah, lapangan yang nantinya akan dilaporkan
dan kebutuhan mereka. ke pemerintah kabupaten untuk
ditindaklanjuti. Adapun pelaku
Proses Penerapan Komunikasi komunikasi dalam tahap PRA adalah
Partisipatif pada Program SL-PTT Penyuluh pertanian Desa Abbokongeng,
Secara umum hasil penelitian ketua masing-masing kelompok tani (4
menunjukkan bahwa proses penerapan orang), bendahara masing-masing
komunikasi partisipatif pada program kelompok tani (3 orang), sekretaris
SL-PTT di Desa Abbokongeng telah masing-masing kelompok tani(4 orang),
berlangsung walaupun belum optimal di petani pengamat (1 orang), dan anggota
setiap tahapan. Proses penerapan kelompok tani (5 orang).
komunikasi partisipatif pada program
SL-PTT diukur melalui indikator Proses penerapan komunikasi
kesempatan berdialog, keaktifan petani partisipatif pada tahap PRA tergolong
bertanya/memberi saran, tanggapan rendah. Hal ini terjadi karena Petani
penyuluh, dan keterlibatan dalam proses yang mengikuti tahap PRA sebanyak
pengambilan keputusan. Berikut 21.2% sehingga sebagian besar petani
gambaran keaktifan petani berdialog tidak memiliki kesempatan untuk
pada setiap tahapan program SL-PTT: menyampaikan keluhan atau
menyampaikan kebutuhan. Petani yang

6
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Juli 2014 Vol.12, No.2

hadir menyampaikan kendala dan sebanyak enam kali dalam setiap musim
kebutuhan tergolong rendah sebesar tanam. Namun, dalam pelaksanaannya
5%. Wawancara dengan salah satu hanya hanya dilakukan sebanyak dua
petani yang tidak ikut dalam tahap PRA kali secara formal. Sisa pertemuan rutin
menyatakan “Menurut saya untuk apa berikutnya dilakukan secara nonformal.
berkumpul, jatah benih selalu sama dari Pertemuan pertama beragendakan
musim sebelumnya. kalau tidak teknik pengolahan tanah secara
terlambat ya tidak cukup. Saya sudah sempurna, melakukan pengelolaan padi
sediakan uang buat beli benih secara terpadu, dan pengendalian hama
lokal.”Penyuluh juga aktif menanggapi dan penyakit. Pelaku komunikasi yang
pertanyaan, keluhan atau masalah hadir adalah Wakil Bupati Kabupaten
petani. Petani yang mengikuti tahap Sidrap, Kepala BPP Kecamatan Kulo,
PRA terlibat dalam penyusunan materi penyuluh lapangan Desa Abbokongeng,
PRA dan proses pengambilan keputusan dan penyuluh lapangan Desa Rijang
jenis teknologi yang akan digunakan. Baking, kelompok tani Sibali Resoe (32
orang), Massimpuloloe (20 orang),
Berdasarkan pengamatan di Rijang Ledeng (18 orang) dan Salo Inru
lapangan, tahap PRA yang dilakukan (17 orang). Tahap pertemuan rutin
petani bersama dengan penyuluh memberikan kesempatan petani untuk
menggunakan pola komunikasi dua arah menyampaikan kebutuhan karena di
berupa dialog dengan materi tengah-tengah mereka hadir Wakil
komunikasi tentang kebutuhan benih Bupati Kabupaten Sidrap. Proses
yang menjadi harapan petani. penerapan komunikasi partisipatif pada
Komunikasi dua arah tersebut tahap pertemuan rutin tergolong tinggi.
ditunjukkan dengan adanya umpan balik Petani memiliki kesempatan berdialog
setiap partisipan baik secara verbal sebesar 96.3% dan aktif
maupun non verbal. Kebutuhan benih bertanya/memberi saran sebesar 78.7%.
bagi petani menjadi kendala pada setiap Petani yang diwakili oleh petani
musim tanam. Wawancara dengan pengamat dan ketua kelompok tani
penyuluh pertanian menyatakan “Jatah Rijang Ledeng menyampaikan
benih unggul dari pemerintah memang kebutuhan akan benih unggul dan
tidak pernah cukup, jenis, dan pompa. Permintaan tersebut mendapat
kualitasnya juga tidak sesuai harapan tanggapan positif dari Wakil Bupati
sehingga petani lebih senang membeli yang menjanjikan memenuhi kebutuhan
dan menanam benih lokal, kata Ibu tersebut. Selain itu, petani yang diwakili
M.”Harapan petani menyampaikan petani perempuan dan ketua kelompok
setiap keluhan kepada penyuluh sebagai tani Rijang Ledeng juga aktif berdiskusi
fasilitator adalah (1) membantu dalam dengan penyuluh Desa Rijang Baking
mengurangi biaya-biaya pertanaman tentang cara pengendalian penggerek
padi, misalnya biaya untuk membeli batang dan hama tikus. Persepsi petani
benih lokal dapat dipangkas, (2) petani tentang umpan balik penyuluh tergolong
mengharapkan program SL-PTT tinggi sebesar 81.3% dan petani terlibat
mampu mewujudkan peningkatan sebesar 88.7% dalam pengambilan
produksi sesuai harapan pemerintah keputusan pengelolaan pupuk,
sehingga sudah selayaknya kebutuhan pengaturan irigasi, dan pengendalian
petani juga dapat dipenuhi. hama.

Tahap pertemuan Pertemuan kedua dilakukan atas


rutinmenurut petunjuk teknis dilakukan permintaan petani tentang cara

7
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Juli 2014 Vol.12, No.2

pembuatan pupuk kompos. Penyuluh umum, proses penerapan komunikasi


sebagai fasilitator menjembatani partisipatif pada tahap diskusi harian
permintaan tersebut. Pembuatan pupuk program SL-PTT di Desa Abbokongeng
kompos tersebut sebagai alternatif termasuk kategori tinggi. Petani
pemecahan masalah bantuan kompos diberikan kesempatan sebesar 95%
yang tidak tersedia. Pertemuan ini untuk berdiskusi, bertanya, dan berbagi
diharapkan memberikan keterampilan pengalaman dengan sesama petani
kepada petani untuk membuat kompos maupun penyuluh. Kegiatan diskusi ini
sendiri sehingga kompos dapat dilakukan dengan suasana nyaman dan
digunakan pada areal persawahan santai sehingga petani lebih terbuka
masing-masing. Bapak H.U (55 tahun) untuk mengeluarkan aspirasinya.
menyatakan: Persoalannya adalah waktu diskusi yang
“Saya senang pada musim tanam tidak menentu menyebabkan banyak
ini ada pertemuan demo pembuatan petani yang tidak sempat hadir sehingga
pupuk, saya sudah 40 tahun bertani kehilangan kesempatan untuk berdialog.
tapi selama ini selalu membeli pupuk, Petani aktif berdialog sebesar 96.3%.
kalau ada pertemuan begini kan jadi Tanggapan petani terhadap pertanyaan,
pintar buat pupuk sendiri walaupun
pengalaman dan cerita petani tergolong
sebenarnya harus diuji coba dulu.”
tinggi yakni sebesar 96.3%. Secara
Petani di Desa Abbokongeng umum, proses penerapan komunikasi
dikenal sebagai petani ulet dan memiliki partisipatif pada tahap diskusi harian
ikatan kerja sama yang kuat. Penduduk program SL-PTT di Desa Abbokongeng
yang menggantungkan hidupnya pada termasuk kategori tinggi.
bidang pertanian memiliki prinsip kuat
untuk maju dan mencapai peningkatan Komunikasi partisipatif yang
produksi setiap tahunnya. Secara umum, berlangsung di Desa Abbokongeng
penerapan komunikasi partisipatif di membuat petani tidak ragu-ragu untuk
Desa Abbokongeng pada tahap mengadopsi teknologi dalam SL-PTT.
pertemuan tergolong tinggi. Alasan petani melakukan hal tersebut
adalah: (1) Tingkat kepercayaan petani
Tahap diskusi harian di Desa terhadap penyuluh lapangan yang
Abbokongeng dilakukan untuk melihat bertugas di Desa Abbokongeng tinggi.
aktivitas petani pada saat pertanaman Kerjasama petani dengan penyuluh
sampai panen. Diskusi biasanya tentang segala sesuatu yang berkaitan
berlangsung di lahan percontohan, di dengan pertanian sangat erat. Salah satu
sawah, maupun di pekarangan rumah petani yang berstatus PNS menyatakan
petani. Hasil pengamatan di lapangan “sebagai petani dan PNS saya percaya
menunjukkan bahwa diskusi tentang dengan penyuluh pertanian karena
kondisi padi, seperti pertumbuhan dan benar-benar mengabdi untuk petani di
gangguan hama menjadi topik menarik Desa Abbokongeng,”kata Pak M (57
di kalangan petani karena mayoritas tahun); (2) Petani dan penyuluh
penduduk Desa Abbokongeng bermata lapangan yang bertugas menjalin
pencaharian sebagai petani. Teknik hubungan akrab selayaknya keluarga
kerja penyuluh di Desa Abbokongeng sendiri. Hal ini salah satunya
adalah penyuluh mengunjungi rumah disebabkan kepribadian penyuluh yang
setiap kelompok tani. Proses dialog ramah dan kemampuan berkomunikasi
terjadi tanpa perencanaan sehingga yang mampu menciptakan suasana
output diskusi tidak terorganisir. Secara santai, terbuka, dan nyaman untuk
berdialog.

8
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Juli 2014 Vol.12, No.2

Halmahera Barat. Aminah (2013)


Tahap temu lapang menemukan bahwa penerapan
berlangsung secara nonformal di LL komunikasi partisipatif dalam program
(Laboratorium Lapang) seluas satuha pemberdayaan petani dan proses
yang terletak di belakang rumah petani, pembelajaran petani tergolong rendah.
dimana lahan tersebut merupakan Dialog kurang dimanfaatkan baik pada
wadah penelitian dan percontohan. tahap perencanaan, pelaksanaan,
Proses penerapan komunikasi monitoring, evaluasi, dan kesetaraan
partisipatif pada tahap temu lapang dalam dialog. Faktor penyebabnya
tergolong rendah. Berdasarkan adalah intensitas peran pendamping dan
informasi dari ketua kelompok tani karakteristik petani.
Sibali Resoe, temu lapang kurang
diminati petani di desa ini. Petani yang Hal tersebut berbeda dengan
aktif berkunjung di temu lapang adalah petani di Desa Abbokongeng yang
ketua masing-masing kelompok tani, memiliki motivasi tinggi untuk belajar
petani pengamat dan penyuluh dan mencapai peningkatan produksi
pertanian. Salah satu petani yang tidak secara berkelanjutan. Keaktivan petani
mengikuti temu lapang menyatakan berdialog pada program SL-PTT di
“Lokasi LL agak jauh dari sawah jadi Desa Abbokongeng didukung oleh
saya agak kerepotan untuk bertemu di penyuluh pertanian yang aktif
LL. Saya hanya hadir pada waktu melakukan kunjungan lapangan baik ke
menanam,”kata Pak A (58 tahun). lahan persawahan petani maupun ke
rumah petani.
Petani yang meluangkan waktu
untuk mengahdiri temu lapang hanya Pengaruh Karakteristik Petani
sebesar 22.5%. Motivasi yang tinggi terhadap Proses Penerapan
petani di Desa Abbokongeng untuk Komunikasi Partisipatif pada
mencapai peningkatan produksi Program SL-PTT
sepertinya mengaburkan keinginan Hasil uji statistik menunjukkan
untuk menghadiri temu lapang sebagai bahwa karakteristik petani seperti umur,
wadah transfer teknologi.Ketua pendidikan, pengalaman berusahatani,
kelompok tani, petani pengamat, dan luas lahan, dan status sosial
beberapa anggota lain yang hadir berpengaruh nyata terhadap keaktivan
memanfaatkan pertemuan di LL untuk dalam proses penerapan komunikasi
berdialog dan melakukan proses belajar partisipatif dalam program SL-PTT
hanya sebesar 12.5%. Tanggapan (Tabel 3).
penyuluh dalam proses belajar dan
penelitian di LL sebesar 12.5%. Sebagai Peubah umur berpengaruh sangat
kesimpulan, proses penerapan nyata dengan arah hubungan positif
komunikasi partisipatif pada tahap temu terhadap proses penerapan komunikasi
lapang tergolong rendah. partisipatif. Artinya, semakin tua petani
semakin aktif dalam berdialog pada
Penerapan komunikasi berbagai tahapan program SL-PTT.
partisipatif pada program SL-PTT di Petani di Desa Abbokongen yang
Desa Abbokongeng sedikit berbeda berada pada kategori dewasa antara 30-
dengan penerapan komunikasi 49 tahun merupakan kategori umur
partisipatif untuk memberdayakan yang masih produktif. Petani di Desa
petani kecil dalam mewujudkan Abbokongeng aktif dalam proses
ketahanan pangan di Kabupaten belajar, aktif mencari informasi, dan

9
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Juli 2014 Vol.12, No.2

banyak bertukar informasi dengan orang lain serta bersedia memberikan


petani. Sedangkan untuk petani yang bantuan kapan saja. Kedua, petani dan
berada di kategori tua yakni di atas 50 penyuluh pertanian memiliki kapasitas
tahun juga aktif berpartisipasi dalam (kemampuan) seperti pendidikan dan
program SL-PTT, petani dengan pengalaman untuk berbagi informasi,
kategori ini aktif berbagi pengalaman pengetahuan, dan saran. Ketiga, petani
dan saran baik kepada penyuluh dan penyuluh pertanian memiliki
pertanian maupun sesama petani. kedekatan seperti keakraban dan
kesamaan budaya sehingga mendukung
Proses penerapan komunikasi keberhasilan proses komunikasi
partisipatif dalam program SL-PTT di partisipatif.
Desa Abbokongeng dapat terlaksana
disebabkan oleh dukungan dan Luas lahan garapan dan status
kerjasama yang kuat antara penyuluh sosial petani juga berpengaruh nyata
pertanian dan petani.Havelock(1971) dengan keaktivan petani dalam proses
menyatakan bahwa keberhasilan proses komunikasi partisipatif program SL-
dialog didukung oleh kedudukan dan PTT. Petani yang sebagian besar
kekuatan yang setara antar partisipan. memiliki luas lahan antara 0.5-1 ha aktif
Pertama, petani dan penyuluh pertanian dalam melakukan proses dialog. Mereka
memiliki sikap keterbukaan, mereka termasuk dalam kategori lahan milik
berkeyakinan bahwa perubahan sendiri. Hal ini menjadi modal
memang diperlukan, petani bersedia dan penggerak untuk melakukan proses
siap menerima bantuan dari orang lain, belajar dengan satu tujuan yakni
bersedia mendengarkan kebutuhan peningkatan produksi padi.

Tabel 3. Pengaruh karakteristik petani terhadap proses penerapan komunikasi


partisipatif pada program SL-PTT di Desa Abbokongeng, 2014
Proses Penerapan Komunikasi Partisispatif
Karakteristik Petani Koefisien t Signifikan
regresi
Constant 6.786 15.13 0.000
Umur 0.120 2.249 0.007**
Tingkat Pendidikan 0.158 2.322 0.021*
Pengalaman Berusahatani 0.233 2.764 0.019*
Luas Lahan 0.191 1.834 0.035*
Status Sosial 0.110 1.516 0.047*
Keterangan: **sangat nyata pada α 0.01
*nyata pada α 0.05

Pengaruh Karakteristik Penyuluh berbagi pengalaman, saran, mengajukan


terhadap Proses Penerapan pertanyaan, dan menyampaikan
Komunikasi Partisipatif pada kebutuhan. Artinya, semakin baik
Program SL-PTT penguasaan materi dan semakin tinggi
Hasil uji statistik menunjukkan keterampilan berkomunikasi penyuluh
bahwa karakteristik penyuluh dalam maka akan semakin aktif petani dalam
penguasaan materi dan keterampilan berdialog (Tabel 4).
berkomunikasi berpengaruh positif
sangat nyata dan nyata terhadap Penyuluh pertanian lapangan di
kesempatan dan keaktivan petani dalam Desa Abbokongeng selalu
10
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Juli 2014 Vol.12, No.2

mengedepankan prinsip saling berbagi langsung dalam proses belajar petani.


pengetahuan dan informasi dengan Hal ini menunjukkan bahwa pihak
petani. Penyuluh memerlukan pemerintah dengan tujuan yang sama
pertukaran informasi dengan petani rela berbagi kepentingan untuk
untuk mewujudkan tujuan yang sama, kesejahteraan petani; (2) Penyuluh
yakni peningkatan produksi padi. Hal lapangan menjamin terwujudnya
ini mengindikasikan bahwa penyuluh kerjasama tibal balik. Artinya, penyuluh
pertanian berusaha mensejajarkan posisi menghargai dan menghormati pendapat,
dengan petani sebagai pelaku utama. saran, dan kebutuhan petani.
Sumardjo (2007) menyatakan bahwa Sebaliknya, petani juga menghargai dan
keberadaan dan kemampuan petani menghormati pekerjaan dan tanggung
yang dikenali, dihargai atau jawab penyuluh sebagai agen
menempatkan martabat petani secara pembangunan. Petani dan penyuluh
lebih layak akan mendorong pertanian menanamkan rasa saling
komunikasi partisipatif petani yang percaya yang kuat; (3) Komunikasi
tinggi. antara penyuluh pertanian dan petani
selalu tercipta secara terbuka dan
Analisis gambaran fenomena dialogis, bebas dari tekanan, dan setiap
komunikasi partisipatif dalam program petani mendapatkan haknya secara adil;
SL-PTT di Desa Abbokongeng (4) Penyuluh pertanian membuka akses
berdasarkan pendapat Hadiyanto (2008) dan memberikan kesempatan kepada
tentang prasyarat komunikasi petani untuk memanfaatkan semua
partisipatif disimpulkan bahwa: (1) media komunikasi yang tersedia.
Pemangku kepentingan, seperti Penyuluh pertanian memajang nomor
penyuluh pertanian, dinas pertanian, telepon seluler dan alamat rumah pada
Badan Penyuluhan dan Ketahanan papan pengumuman kelompok tani
Pangan, Bupati dan Wakil Bupati masing-masing.
Kabupaten Sidrap ikut berpartisipasi

Tabel 4. Pengaruh karakteristik penyuluh terhadap proses penerapan komunikasi


partisipatif pada program SL-PTT di Desa Abbokongeng, 2014
Proses Penerapan Komunikasi Partisipatif
Karakteristik Penyuluh
Koefisien regresi t Signifikan
Constant 9.006 7.097 0.000
Penguasaan Materi 0.037 2.926 0.001**
Keterampilan Berkomunikasi 0.152 3.114 0.038*
Keterangan: **sangat nyata pada α 0.01
*nyata pada α 0.05

Pengaruh Saluran Komunikasi terhadap Proses Penerapan Komunikasi


Partisipatif pada Program SL-PTT
Saluran komunikasi seperti kunjungan penyuluh ke rumah petani
telepon seluler tidak berpengaruh berpengaruh nyata karena petani lebih
terhadap proses penerapan komunikasi leluasa dalam berdialog dengan
partisipatif karena telepon seluler hanya penyuluh jika dilakukan secara tatap
digunakan oleh pengurus kelompok muka. Petani dan penyuluh pertanian
tani. Saluran komunikasi seperti biasanya duduk berdiskusi di rumah
pertemuan langsung di sawah dan petani untuk membahas kendala dan

11
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Juli 2014 Vol.12, No.2

kebutuhan untuk mencapai kesepakatan komunikasi biasanya dimulai pada pagi


bersama. Waktu pelaksanaan sampai sore hari (Tabel 5).
Tabel 5. Pengaruh saluran komunikasi terhadap proses penerapan komunikasi
partisipatif program SL-PTT di Desa Abbokongeng, 2014
Proses Penerapan Komunikasi Partisispatif
Saluran Komunikasi
Koefisien regresi t Signifikan
Constant 8.465 8.430 0.000
Telepon seluler 13.54 4.055 0.291
Pertemuan Langsung 0.187 1.990 0.007**
Kunjungan Rumah 0.011 2.270 0.043*
Keterangan: **sangat nyata pada α 0.01
*nyata pada α 0.05

12
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Juli 2014 Vol.12, No.2

Sebagai kesimpulan, komunikasi dan diskusi harian harus dipertahankan


partisipatif penting diupayakan di tingkat oleh penyuluh pertanian.Proses penerapan
petani untuk mengidentifikasi kebutuhan komunikasi partisipatif petani dalam
dan pengambilan keputusan individu program SL-PTT hendaklah tetap
sehingga membangkitkan semangat dan dipertahankan melalui saluran komunikasi
motivasi petani dalam proses belajar. Hal dan pengaruh penyuluh yang sudah
ini didukung oleh Mefalopulos (2003) terbentuk melalui peran penyuluh.
bahwa komunikasi partisipatif merupakan
pendekatan yangmampu memfasilitasi Seluruh petani diharapkan dapat
masyarakat untuk terlibat dalam menerapkan teknologi SL-PTT melalui
pengambilan keputusan, sebuah proses peran aktif penyuluh dan komunikasi
yang membantu menangani kebutuhan dan interaktif antar sesama petani. Penyuluh
meningkatkan keberdayaan. pendekatan juga bisa melibatkan tutor sebaya untuk
dengan masyarakat akar rumput menggerakkan petani mengadopsi
membantu menjalin keakraban dengan teknologi PTT secara luas.
pemangku kepentingan.

SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di Aminah, S. (2013).Model Komunikasi
atas, kesimpulan dalam penelitian ini Partisipatif untuk Keberdayaan
adalah sebagai berikut: Petani Kecil dalam Mewujudkan
(1) Komunikasi partisipatif dalam program Ketahanan Pangan di Kabupaten
SL-PTT pada tahap PRA dan tahap Halmahera Barat. Disertasi. Program
temu lapang tergolong rendah Studi Komunikasi Pembangunan
sedangkan tahap pertemuan rutin dan Pertanian dan Pedesaan, Institut
diskusi harian tergolong tinggi. Pertanian Bogor, Indonesia.
(2) Peubah karakteristik petani (umur, Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
tingkat pendidikan, pengalaman Kabupaten Sidrap. (2014).Sidenreng
berusahatani, luas lahan, dan status Rappang Optimis Mewujudkan
sosial), karakteristik penyuluh Target Surplus 10 Juta Ton Beras
(penguasaan materi dan keterampilan 2014 melalui Kegiatan Pengawalan
berkomunikasi penyuluh), dan saluran di Lokasi SL-PTT (online).
komunikasi (pertemuan langsung dan http://cybex.deptan.go.id[Diakses
kunjungan penyuluh ke rumah petani) pada 22 Februari 2014].
berpengaruh secara nyata terhadap Davis K E. (2008). Extension in Sub-
proses penerapan komunikasi Sahara Africa: Overview and
partisipatif. Proses penerapan Assessment of Post and Current
komunikasi partisipatif berpengaruh Model, and Future Prospects. J.
secara nyata terhadap keputusan petani International Agricultural and
mengadopsi teknologi dalam SL-PTT. Extension Education, 15(3).
Hadiyanto. (2008) Komunikasi
Saran Pembangunan Partisipatif: Sebuah
Pada tahap PRA dan tahap temu Pendekatan Awal. J. Komunikasi
lapang partisipasi petani harus Pembangunan,06(2).
ditingkatkan melalui pendekatan yang Havelock,G R. (1971). Planning for
lebih intensif oleh penyuluh pertanian, Innovation, Through Dissemination
sedangkan untuk tahap pertemuan rutin and Utilization of Knowledge.Center

13
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Juli 2014 Vol.12, No.2

for Research on Utilization of


ScienceKnowledge. Institut of Social
Research. The University of
Michigan, Ann Arbor Michigan.
Mefalopulos, P. (2003) Theory and
Practice of Participatory
Communication (The case of the
FAO Project “Communication for
Devolopment in Southern Africa”).
Disertation. Texas: The University
of Texas at Austin.

Msibi, F & Penzhorn, C. (2010)


Participatory Communication for
Local Government in South Africa:
A Study of the Kungwin Local
Municipality. Article Information
Development 26(3). South Africa:
Sage Publications.
Rahim, S.A. (2004). Participatory
Development Communication as a
Dialogical Process. In White SA,
Nair KS. Participatory
Communication: Working for
Change and Development. New
Delhi: Sage Publications.
Sadono,D. (2012). Model Pemberdayaan
Petani dalam Pengelolaan Usahatani
Padi di Kabupaten Karawang dan
Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
Disertasi. Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan, Institut
Pertanian Bogor, Indonesia.
Sumardjo.(2007). Komunikasi dalam
Perspektif Ekologi Manusia. Editor:
Adiwibowo, S. Ekologi Manusia.
Fakultas Ekologi Manusia. Bogor:
IPB.
Tufte T., Mefalopulos. (2009).
Participatory Communication.
Washington D.C: The World Bank.

14

Anda mungkin juga menyukai