Anda di halaman 1dari 16

29

1 1 2 9 1 1 2 9  1 1 2 9
     
2 4 3 1 0 2 7 17  O (-3)  0 2 7 17  O2(½)
  O21(-2)   31  
 5 0  5 0  11 27 
3 6 
» 3 6 
»  0 3  »
Tanda  
1 9
1 1 9

Tanda
2

1 1 2 9
 7 17

0 1  

1 2

 2 2 
 0 3 11 27

ekivalen
ekivalen  
O32(-3)  0 1  7 17 
  O3(-2) 0 1 
7

17
 O23(7/2)
 2 2  2 2 
»  1 3 »  0 0 1 3 »
0 0  2  
2

1 1 2 9 1 1 0 3 1 0 0 1
     
0 1 0 2 0 1 0 2 0 1 0 2
  O13(-2)   O12(-1)  

0 0 1 3
 
0 0 1 3
 
0 0 1 3

» »
Sistem persamaan linier yang berkesesuaian dengan matriks yang terakhir adalah,
x  1
y  2
z  3

Jadi pemecahan sistem persamaan linier tersebut adalah, x = 1, y = 2 dan z = 3.


Untuk mempersingkat pemecahan, beberapa langkah dalam operasi baris elementer
di atas dapat disatukan, seperti langkah pertama dan kedua, serta langkah keenam dan
ketujuh sehingga operasi baris elementernya sekarang menjadi,
1 9
1 1 2 9 1 1 2 9
   

1 2
7 17
0 2 7 17  0 1   
   2 2 
 0 3 11 27 
  0 3 11 27 

 
2 3 1
O21(-2)
4 O2(½) O32(-3)
 

3 6 5 0
 » » »
O31(-3)
 
1 1 9 1 3
1 1 2 9 2 
1 0

  O23(7/2)
 7 17  O (-2)
0 1 
7 17

0 1 0 2 O12(-1)
0 1   3   
 2 2   2 2  »  3
0 0 1 
 1 3 »  0 0 1 3 O13(-2) »
0 0  2 
2
1 0 0 1
 
0 1 0 2
 

0 0 1 3

Bentuk matriks yang terakhir dalam contoh II.16 di atas yaitu matriks,
1 0 0 1 1 0 0 1
   
0 1 0 2 atau dapat juga dituliskan 0 1 0 2
   
 3
tanpa garis di kolom  3
0 0 1  0 0 1 
terakhir seperti berikut,
dinamakan bentuk eselon baris tereduksi (reduced row-echelon form). Sebuah matriks
dapat disebut mempunyai bentuk eselon baris tereduksi jika mempunyai sifat-sifat yang
diuraikan dalam definisi berikut.

Definisi : Sebuah matriks m x n disebut matriks eselon baris tereduksi jika matriks

DND
30

tersebut memenuhi sifat-sifat berikut.


1. Jika suatu baris komponennya tidak terdiri dari nol seluruhnya, maka bilangan
tak nol pertama dalam baris tersebut adalah 1(satu). Bilangan satu ini disebut
sebagai satu utama.
2. Dalam dua baris yang berurutan yang komponen-komponennya tidak semuanya
nol, satu utama dalam baris yang lebih rendah berada lebih ke kanan dari satu
utama baris di atasnya.
3. Jika terdapat baris yang seluruh komponennya terdiri dari nol, maka semua baris
seperti ini ditempatkan di baris terakhir.
4. Dalam setiap kolom yang mengandung satu utama, maka komponen lainnya
harus nol.

Matriks yang hanya mempunyai sifat 1, 2 dan 3 disebut berada dalam bentuk eselon baris
(row-echelon form).

Contoh II.17
Matriks-matriks berikut adalah matriks berbentuk eselon baris tereduksi karena memenuhi keempat sifat
dalam definisi di atas.
1 2 5 0 3
1  
0 0 5  1 0 0 2 4 
    0 0 0 1
A  0 1 0 4  B  0 1 0 0 C  
    0 0 0 0 0

0 0 1 2 
 
0 0 1 1
  
0 0 0 0 0

Matriks-matriks berikut adalah matriks berbentuk eselon baris karena hanya memenuhi sifat pertama,
kedua dan ketiga saja dalam definisi di atas.
1 0 0 2 5
1  
1 0 1 0 1 3
    0 0 0 1 4
D  0 1 0 E  0 1 0 4 F  
    0 0 0 0 0

0 0 1
 
0 0 1 4 
  
0 0 0 0 0

Prosedure untuk mereduksi matriks menjadi bentuk eselon baris tereduksi dengan
menggunakan operasi baris elementer seperti pada contoh II.16 dinamakan metoda
eliminasi Gauss-Jordan. Dengan metoda eliminasi Gauss-Jordan ini, pemecahan sistem
persamaan linier dapat mudah dilakukan.

Contoh II.18
Tentukanlah jawab sistem persamaan linier berikut dengan menggunakan metoda eliminasi
Gauss-Jordan.

x  y  2z  8
 x  2 y  3z  1
3x  7 y  4 z  10
Jawab :
Matriks yang diperbesar dari sistem persamaan linier di atas adalah,
 1 1 2 8
 
 1 2 3 1
 
 3
 7 4 10

DND
31

Reduksi matriks yang diperbesar ini menjadi bentuk eselon baris tereduksi dengan
menggunakan eliminiasi Gauss-Jordan
 1 1 2 8 1 1 2 8 1 1 2 8
  O21(1)     O12(-1)
 1 2 3 1 0 1 5 9 O2(-1) 0 1 5 9 


 3 7 4

10

» 

0 10 2

14 
 »


0 10 2

14 

»
O31(-3) O32(10)
1 0 7 17  1 0 7 17  1 0 0 3
  O3(-1/52)   O13(-7)  
0 1 5 9  0 1 5 9  0 1 0 1

0
 0 52 104

 » 
0
 0 1 2


» 
0
 0 1

2

O23(5)

Matriks terakhir sudah menjadi bentuk eselon baris tereduksi dan sistem persamaan linier
yang bekesesuaian dengan matriks ini adalah,
x  3
y  1
z  2

Jadi pemecahan sistem persamaan linier adalah x = 3, y = 1 dan z = 2.

Contoh II.19
Carilah pemecahan/jawab sistem persamaan linier berikut,
2x  y  3z  5
3x  y  2z  5
5x  y  z  16

Jawab :
Matriks yang diperbesar dari sistem persamaan linier di atas adalah,
2 1 3 5
 
3 1 2 5
 
 3 1 16 matriks
matrikseselon
eselonbaris
baristereduksi
tereduksi
5 

Lakukan reduksi baris pada matriks yang diperbesar di atas menjadi matriks eselon baris
tereduksi dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan.
 1 3 5  5
2 3 5 1  1

3
1
1 
2
2 2 2
  O1(1/2)   O21(-3) 2 2
3 1 2 5 3 1 2 5  5 13 5 O2(-2/5)
    0   

5 3 1 16

» 5

3 1 16

» 
2
11
2
13
2
7 »
O31(-5) 0  
 2 2 2 O3(-2)

1 5 1
1  2
1 3 1 1
  0  2 0 
2 2 2   
 O12(-1/2) O3(-5/78)
5 5
 13
   13 
0 1  1 
13
0 1  1

5
 » 0 1 1
» 
5
15 
5
0 11 13 7   78  0 0 1  
  O32(-11) 0 0 18  13 
 5 

DND
32

 23 
O13(1/5) 1 0 0
13 
 
0 1 0 2 
»  15 
O31(13/5) 0 0 1  
 13 

Matriks terakhir sudah menjadi bentuk eselon baris tereduksi dan sistem persamaan linier
yang bekesesuaian dengan matriks ini adalah,
23
x 
13
y  2
15
z  
13

23 15
Jadi pemecahan sistem persamaan liniernya adalah x
13
, y  2 dan z  
13
.

Contoh II.20
Carilah pemecahan sistem persamaan linier berikut,
2 x  3y  2 z  5
x  2 y  3z  2
4x  y  4z  1
Jawab :
Matriks yang diperbesar dari sistem persamaan linier di atas adalah,
2 3 2 5
 
1 2 3 2
 
 1 1
4 4 

Lakukan reduksi baris pada matriks yang diperbesar di atas menjadi matriks eselon baris tereduksi dengan
menggunakan eliminasi Gauss-Jordan.
2 3 2 5 1 2 3 2 1 2 3 2
     
1 2 3 2 O12 2 3 2 5 O21(-2) 0 7 8 1 O2(1/7)
 matriks 
matrikseselon
eselonbaris
baris    

4 1 1
4 tereduksi

tereduksi » 
4 1 4 1
 » 
0 7 8 7
 »
O31(-4)

1 2 3 2  5 16   5 16 
1 0
7 
1 0 O13(-16/7)
 
1 O12(2)
7 O3(-1/8)  7 7 
0 1 
8
  8 1  8 1
 7 7
» 0 1 
7 7
» 0 1 
7 7 »

0 7 8 7 
     O23(-1/7)
 0 0 0 8   0 0 0 1
O32(-7)    

 5 
1 0
7
0
 8 
0 1  0
7
0 0 0 1
 

Matriks yang terakhir sudah berbentuk eselon baris tereduksi, akan tetapi terdapat
kontradiksi dalam baris terakhir dari matrik tersebut yaitu, 0 = 1. Akibatnya dapat kita
simpulkan bahwa sistem persamaan linier di atas tidak mempunyai pemecahan.

DND
33

Contoh II.21
Pecahkanlah sistem persamaan linier berikut,
2x  y  2 z  2 w  2
x  y  2z  w  1
 x  2 y  4z  w  1
3x  3w  3
Jawab :
Matriks yang diperbesar dari sistem persamaan linier di atas adalah,
 2 1 2 2 -2 
 
 1 1 2 1 -1 
 
 1 2 4 1 1
 
 3
 0 0 3 -3 

Dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan, kita akan mereduksi matriks yang diperbesar ini menjadi
bentuk eselon baris tereduksi sebagai berikut,
 2 1 2 2 -2   1 1 2 1 -1 
    O21(-2)
 1 1 2 1 -1   2 1 2 2 -2 

 1 2 4 1 1
 O12 
 1 2 4 1 1
 »
    O31(1)
 3
 0 0 3 -3 

»  3
 0 0 3 -3 
 O41(-3)

1 1 2 1 -1  1 1 2 1 -1 
   
0 3 6 0 0  0 1 2 0 0 
  O2(1/3)   O32(-1)
0 1 2 0 0  0 1 2 0 0 

0 3 6 0

0 
» 
0 1 2 0

0 
»
  O4(1/3)   O42(-1)
1 1 2 1 -1  1 0 0 1 -1 
   
0 1 2 0 0  0 1 2 0 0 
  O12(1)  
0 0 0 0 0  0 0 0 0 0 
   
0
 0 0 0 0 

» 0
 0 0 0 0 

Matriks terakhir berbentuk eselon baris tereduksi, matriks ini berkesesuaian dengan sistem persamaan linier
x  w  1 x  w  1
y  2z  0
atau y  2z

Jika z = s dan w = t maka pemecahan sistem persamaan linier adalah, x = t - 1, y = 2s, z =


s dan w = t. Jadi sistem persamaan linier tersebut mempunyai banyak jawab.

Contoh II. 22
Tentukanlah pemecahan sistem persamaan linier homogen berikut,
2x  y  z  0
x  2 y  3z  0
3x  y  z  0

Jawab :
Matriks yang diperbesar untuk sistem persamaan linier homogen ini adalah,

DND
34

2 -1 1 0
 
1 2 3 0
 
 0
3 1 1 

Dengan eliminasi Gauss-Jordan kita dapat mereduksi matriks yang diperbesar ini menjadi bentuks eselon
baris tereduksi sebagai berikut,
2 -1 1 0 1 2 3 0 1 2 3 0
     
1 2 3 0 2 -1 1 0 O21(-2) 0 -5 -5 0
  O12     O2(-1/5)

3 1 1 0

»  3 1 1 0 » 0 -5 -8 0
»
O31(-3)
1 2 3 0 1 0 1 0 1 0 1 0
     
0 1 1 0 O12(-2) 0 1 1 0 0 1 1 0 O13(-1)
    O3(-1/3)  
0 -5 -8 0 »  0 0 -3 0
»  0 0 1 0 »
O32(5) O23(-1)
1 0 0 0
 
0 1 0 0
 
 0
0 0 1 

Matriks terakhir adalah bentuk eselon baris tereduksi, matriks ini berkesesuaian dengan
sistem persamaan linier
x  0
y  0
z  0

Jadi pemecahan sistem persamaan linier homogen ini adalah x = 0, y = 0 dan z = 0. Berarti
sistem persamaan linier ini hanya mempunyai pemecahan trivial.

Contoh II.23
Carilah pemecahan sistem persamaan linier homogen di bawah ini,
x1  2 x2  x3  x4  0
x1  x2  x4  0
x1  4 x2  3x3  x4  0
adakah pemecahan trivial dalam pemecahan sistem persamaan linier ini ?
Jawab :
Matriks yang diperbesar dari sistem persamaan linier homogen di atas adalah,
1 2 -1 1 0
 
1 1 0 1 0
 
1 4 -3 1 0

Reduksi matriks yang diperbesar ini dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan, dan hasilnya adalah,

1 2 -1 1 0 1 2 -1 1 0
  O21(1)  
1 1 0 1 0 0 -1 1 0 0 O2(-1)
  »  
»
1
 4 -3 1 0
 O31(1) 0
 2 -2 0 0

1 2 -1 1 0 1 0 1 1 0
  O12(-2)  
0 1 -1 0 0 0 1 -1 0 0
  »  
0
 2 -2 0 0
 0
 0 0 0 0

DND
35

O32(-2)
Matriks terakhir berbentuk eselon baris tereduksi, matriks ini berkesesuaian dengan sistem persamaan linier
x1  x 3  x4  0 x1   x3  x4
atau
x2  x3  0 x2  x3
Hal ini berarti bahwa sistem persamaan linier homogen mempunyai banyak pemecahan.
Jika x3 = s dan x4 = t maka x1 =  s  t dan x2 = s. Pemecahan trivial diperoleh untuk s = 0
dan t = 0.
Dalam bab I yang lalu telah dibicarakan bahwa suatu sistem persamaan linier disebut
konsisten jika sistem persamaan linier tersebut paling sedikit mempunyai satu pemecahan,
dan dikatakan takkonsisten jika sistem persamaan linier itu tidak mempunyai pemecahan.
Sedangkan dalam bagian II.B. diperlihatkan bahwa sistem persamaan linier berikut,
a11 x1  a12 x2  . . .  a1n xn  b1

a21 x1  a22 x2  . . .  a2 n xn  b2
. . . .
. . . .
. . . .
am1 x1  am2 x2  . . . + amn xn  bm

dapat dituliskan dalam bentuk perkalian matriks AX = B, atau

 a11 a12 . . . a1n   x1   b1 


     
 a21 a22 . . . a2n   x2   b2 
 . . .  .  . 
    
 . . .  .  . 
     
 . . .  .  . 
am1 am 2 . . . amn   xn  bm 
A X B

Dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan kita dapat menentukan kondisi yang harus
dipenuhi oleh konstanta b1, b2, . . . , bm dalam sistem persamaan linier tersebut supaya
sistem persamaan linier konsisten seperti dalam contoh berikut.

Contoh II.24
Kondisi-kondisi apakah yang harus dipenuhi oleh b1, b2, dan b3, supaya sistem persamaan
linier berikut konsisten.
x1  x2  2 x3  b1
x1  x3  b2
2 x1  x2  3x3  b3

Jawab :
Sistem persamaan linier di atas dapat dituliskan dalam bentuk perkalian matriks AX = B
dimana,
1 1 2  x1   b1 
     
A  1 0 1
  X   x2  B  b2 
2 1 3    
 x3  b3 

DND
36

Matriks yang diperbesar dari sistem persamaan linier tersebut adalah,


1 1 2 b1 
 
1 0 1 b2 
 
2 1 3 b3 

Reduksi matriks yang diperbesar ini menjadi bentuk eselon baris tereduksi dengan menggunakan eliminiasi Gauss-Jordan

1 1 2 b1  1 1 2 b1 
  O21(-1)   O2(-1)
1 0 1 b2  0 -1 -1 b1  b2 
   
2
 1 3 b3 
» 0
 -1 -1 2b1  b3 
»
O31(-2) O3(-1)

1 1 2 b1  1 0 1 b2 
  O12(-1)  
0 1 1 b1  b2  0 1 1 b1  b2 
   
0 1 1 2b1  b3 
» 0 0 0 b1  b2  b3 
O32(1)
Dari matriks yang terakhir baris terakhir, didapatkan bahwa sistem persamaan linier akan
mempunyai pemecahan jika dan hanya jika b1, b2, dan b3, memenuhi kodisi,
b1 + b2  b3 = 0 atau b3 = b1 + b2
Dengan memasukan harga b3 ini ke dalam matriks B maka diperoleh bahwa AX = B
konsisten jika dan hanya jika matriks B berbentuk,
 b1 
 
B   b2 
 
b1  b2 

Contoh II.25
Carilah kondisi-kondisi yang harus dipenuhi oleh b1, b2, dan b3, supaya sistem persamaan
linier berikut konsisten.
x1  2 x 2  x 3  b1
2 x1  5x 2  4 x 3  b2
3x1  7 x 2  4 x 3  b3
Jawab :
Sistem persamaan linier di atas dapat dituliskan dalam bentuk perkalian matriks AX = B
dimana,
1 2 1  x1   b1 
     
A  2 5 4
  X   x2  B  b2 

3 7 4
    
 x3  b3 

Matriks yang diperbesar dari sistem persamaan linier tersebut adalah,


1 2 1 b1 
 
2 5 4 b2 
 
3 7 4 b3 

Reduksi matriks yang diperbesar ini menjadi bentuk eselon baris tereduksi dengan menggunakan eliminiasi
Gauss-Jordan.

DND
37

1 2 1 b1  1 2 1 b1 
  O21(-2)   O12(-2)
2 5 4 b2  0 1 6 2b1  b2 
  »   »
 3 7 4 b3  O31(-3) 0 1 7 3b1  b3 
O32-1)

1 0 13 5b1  2b2  1 0 0 8b1  15b2  13b3 


  O31(13)  
0 1 6 2b1  b2  0 1 0 4b1  7b2  6b3 
  »  
0 0 1 b1  b2  b3  O32(-6) 0 0 1 b1  b2  b3 

Dalam contoh ini tidak ada pembatasan pada b1, b2 dan b3, karena itu sistem persamaan
linier di atas mempunyai pemecahan yang unik yaitu,

x1  8b1  15b2  13b3


x2  4b1  7b2  6b3
x3   b1  b2  b3

F. LATIHAN II.3
Tentukanlah jawab dari sistem-sistem persamaan linier pada soal 1 sampai dengan 12 dengan
menggunakan eliminasi Gauss-Jordan.

1. 2 x  3y  1 2. 2 x  4 y  10
5x  7 y  3 3x  6 y  15

3. x  y  3z  5 4. 2 x  5 y  4 z  3
2 x  y  4 z  11 x  2y  z  5
 y  z  3 x  4 y  6z  10

5. 2 x1  3x2  x3  6 6. 3x1  2 x2  x3  1
x1  x2  x3  2 5x1  3x2  3x3  2
x1  4 x2  2 x3  3 x1  x2  x3  1
7. 3x  2 y  4 z  1 8. 3x  2 y  4 z  1
5x  3 y  3z  2 5x  3 y  3z  2
7 x  4 y  5z  3 7 x  4 y  5z  3
x  y  z  0

DND
38

9. 3x1  2 x2  5x3  x4 10.


1 x1  x2  3x3  x4  5
x1  x2  3x3  2 x4  2 2 x1  x2  x3  2 x4  2
6 x1  x2  4 x3  3x4  7 7 x1  x2  7 x3  3x4  3

11. 2 x1  x2  x3  4 x4 12.
32 x1  x2  7 x3  9 x4  4
7 x1  2 x2  9 x3  x4  14 x1  x2  4 x3  4 x4  7
3x1  x2  x3  x4  11  x1  2 x3  3 x4  0
x1  x2  4 x3  2 x4  4 2 x1  x2  4 x3  6 x4  6
Tentukanlah jawab dari sistem-sistem persamaan linier homogen pada soal 13 sampai dengan 17 dengan
menggunakan eliminasi Gauss-Jordan.

13. x  y  3z  0 14. 2 x  2 y  2z  0
x  2y .z  0 2 x  5 y  .2 z  0
y  z  0 7 x1  7 y  z  0

15. x  6 y  2z  0 16. 3x1  x2  x3  x4  0


2x  4 y  .z  0 5x1  x2  x3  x4  0

17. 2 x1  4 x2  x3  x4  0
x1  5x2  2 x3  0
 2 x2  2 x3  x4  0
x1  3x2  2 x4  0
x1  2 x2  x3  x4  0
18. Diketahui sistem persamaan linier berikut,
x  2y  3z  a
2 x  6 y  11z  b
x  2y  7z  c

Tentukan hubungan yang ada diantara a, b dan c sehingga sistem persamaan tersebut
mempunyai jawab.

19. Diketahui sistem persamaan linier berikut,

DND
39

(i) kx  y  z  1 (ii) x  y  kz  2
x  ky  z  1 3x  4 y  2 z  k
x  y  kz  1 2 x  3y  z  1
Tentukan nilai k sehingga,
(a) Sistem mempunyai jawab tunggal
(b) Sistem mempunyai banyak jawab
(c) Sistem tidak mempunyai jawab

20. Untuk nilai-nilai l yang manakah sistem persamaan berikut mempunyai jawab
taktrivial?
(   3) x  y  0
x  (   3) y  0

Dalam soal 2124, carilah kondisi-kondisi yang harus dipenuhi b agar sistem menjadi
konsisten.

21. 4 x  2 y  b1 22. x  y  3z  b1
2 x  y  b2 3x  3 y  9 z  b2
2 x  2 y  6z  b3

23. x1  2 x2  x3  b1 24. 2 x1  3x2  x3  x4  b1


2 x1  5x2  4 x3  b2 x1  5x2  x3  2 x4  b2
3x1  7 x2  4 x2  b3  x1  2 x2  2 x2  3x4  b3
3x1  x2  3x3  4 x4  b4
G. MATRIKS ELEMENTER
Di awal bab ini telah diperkenalkan matriks satuan yaitu suatu matriks yang semua
komponen pada diagonal utamanya terdiri dari bilangan satu dan komponen lainnya terdiri
dari nol seperti contoh di bawah ini.

1 0 . . . 0
 
0 1 . . . 0
In   . . .
. . .
 
. . .
 0 0 . . . 1
Matriks satuan n x n

Jika kita lakukan sebuah operasi baris elementer pada matriks satuan ini akan diperoleh
matriks baru yang dinamakan matriks elementer.

DND
40

Definisi : Sebuah matriks bujur sangkar (n x n) dinamakan matriks elementer jika


matriks tersebut diperoleh dengan melakukan sebuah operasi baris elementer pada
matriks satuan n x n (In)

Contoh II.26
Tinjaulah matriks satuan-matriks satuan berikut,
1 0 0 0
1 0 0  
  0 1 0 0
1 0
I3  0 1 0 I4   
I2    0 0 1 0
 
 0 1  0 0 1
 
 0 0 0 1

Lakukanlah operasi baris elementer O12 pada matriks satuan I2, operasi O31(3) pada matriks
satuan I3 dan operasi O3(5) pada matriks satuan I4, maka akan diperoleh matriks-matriks
elementer berikut.
1 0 O12 0 1
I2      Matriks elementer
 0 1  1 0
»
1 0 0 1 0 3
   
I3  0 1 0 O13(3) 0 1 0
    Matriks elemeter
 0 0 1  0 0 1
»
1 0 0 0 1 0 0 0
   
0 1 0 0 O5(-5) 1 0 0 0
I4     
0 0 1 0
» 0 0 5 0 Matriks Elementer
   
 0 0 0 1 0 0 0 1

Teorema II.4
Jika matriks elementer E dihasilkan dengan melakukan sebuah operasi baris
elementer tertentu pada matriks satuan Im dan jika A adalah matriks m x n, maka
matriks hasil kali EA akan sama dengan matriks yang diperoleh dengan melakukan
operasi baris yang sama pada matriks A.

Contoh II.27
Tinjaulah matriks A dan matriks elementer E berikut,
 1 3 5 1 0 0 0
   
 4 2 0 0 1 0 0
A   I   
 1 0 3 0 0 1 0
   
 5
 2 1
  0 0 0 1

Lakukan operasi baris elementer O31(4) pada matriks satuan I maka akan diperoleh matriks
elementer E sebagai berikut,

DND
41

1 0 0 0 1 0 0 0
   
0 1 0 0 0 1 0 0
I    O31(4)    E
0 0 1 0 4 0 1 0

 0 0 0

1
» 
 0 0

1

Kalikan matriks elementer E dengan matriks A, kemudian lakukan operasi O31(4) (operasi
yang sama dengan operasi yang dilakukan pada I di atas) pada matriks A.
1 0 0 0  1 3 5  1 3 5
     
0 1 0 0  4 2 0  4 2 0
EA      
4 0 1 0  1 0 3  3 12 23
     
0 0 0 1  5 2 1  5 2 1

 1 3 5 1 3 5
   
 4 2 0 4 2 0
A   O31(4)  
 1 0 3 3 12 23

 5 2

1
» 
5 2

1 Hasilnya
Hasilnyasama
sama
Perkalian dan operasi baris elementer EA di atas menghasilkan matriks yang sama dengan
operasi baris elementer O31(4) yang dilakukan terhadap matriks A.

Dari teorema II.4 dapat disimpulkan bahwa matriks yang dihasilkan oleh sejumlah
operasi baris elementer terhadap suatu matriks A, sama dengan matriks yang dihasilkan
oleh sejumlah perkalian matriks elementer dengan matriks A tersebut, dimana matriks
elementernya diperoleh dengan melakukan operasi baris yang sama pada matriks satuan.

Contoh II. 28
Diketahui matriks
1 0  2
 
A  2 1 0
 
 2 1 3

Lakukan sejumlah operasi baris elementer pada matriks A


1 0  2 1 0  2 1 0  2 1 0  2
  O21(-2)      
2 1 0 0 1 4 O31(-2) 0 1 4 O32(1) 0 1 4
       
 2 1 3 » 2
 1 3
 » 0
 1 7
 »  0 0 11

1 0  2 1 0  2 1 0 0
O3(1/11)   O23(-4)   O13(2)  
0 1 4 0 1 0 0 1 0
      .................... (ó)
»  0 0 1 »  0 0 1 »  0 0 1

Setiap operasi baris di atas dioperasikan kembali pada matriks satuan 3 x 3, hasilnya
adalah matriks elementer E1, E2, E3, E4, E5 dan E6 berikut,
1 0 0  1 0 0 ;  1 0 0
  O21(-2)   2  O31(-2)  0 
0 1 0 1 0  E1 1 0 0 1 0  E 2
       
 0 0 1 »  0 0 1 0

1 0

»   2 0 1
 0 0 1

DND
42

1 0 0 1 0 0 ; 1 0 0

0 1 0
 O32(1) 0 1

0  E 3 1 0 0 O3(1/11)  
      0 1 0  E 4
 0 0 1 » 0 1 1 0

1 0

» 
0 0
1 

 0 0 1  11 

1 0 0 1 0 0 ; 1 0 2
  O23(-4)  0  O13(2)  
0 1 0 1  4   E5 1 0 0 0 1 0  E 6
       
 0 0 1 »  0 0 1 0

1 0

» 0 0 1
 0 0 1

Sekarang kalikan matriks elementer E1 dengan matriks A, hasilnya kemudian dikalikan


dengan matriks elamenter E2, hasil perkalian ini kemudian dikalikan lagi dengan matriks
elementer E3,, hasil perkalian selanjutnya dikalikan dengan E4, selanjutnya dikalikan lagi
dengan E5, dan terakhir,hasilnya dikalikan dengan E6. Hasil perkalian ini adalah sebagai
berikut,
 1 0 0 1 0 2   1 0 2 
     
E1 A   2 1 0 2 1 0   0 1 4
     
 0 0 1  2 1 3  2 1 3
E1 A

 1 0 0 1 0 2   1 0 2 
     
E2 ( E1 A)   0 1 0 0 1 4   0 1 4
     
 2 0 1  2 1 3  0 1 7 
E2 E1 A

1 0 0 1 0 2   1 0 2 
     
E3 ( E2 E1 A)   0 1 0 0 1 4  0 1 4
     
 0 1 1  0 1 7   0 0 11
E3 E2 E1 A

1 0 0 1 0 2   1 0 2 
     
E4 ( E3E2 E1 A)   0 1 0 0 1 4   0 1 4
     
0 0
1 
 0 0 11  0 0 1
 11 
E4 E3E2 E1 A

1 0 0 1 0 2   1 0 2 
     
E5 ( E4 E3E2 E1 A)   0 1 4  0 1 4  0 1 0
     

0 0 1 
0 0 1
  0 0 1
E5 E4 E3E2 E1 A

1 0 2 1 0 2   1 0 0
     
E6 ( E5E4 E3E2 E1 A)   0 1 0 0 1 0   0 1 0
     
 0 0 1  0 0 1  0 0 1
E6 E5E4 E3E2 E1 A

DND
43

1 0 0
 
Hasil akhir adalah, E6 E5E4 E3E2 E1 A   0 1 0
 

0 0 1

hasil ini sama dengan operasi baris elementer yang dilakukan pada matriks A seperti pada
hasil (ó).

H. LATIHAN II.4
1. Tentukanlah matriks-matriks di bawah ini yang merupakan matriks elementer

(a)  2 1 (b) 1 0 (c)  2 0


     
 0 1  3 1  0 2

(d)  0 1 0 (e)  0 1 0 (f)  1 0 0


     
1 0 0 0 0 1 0 1 -3
     
 0 0 1  0 0 1  0 0 1

(g)  1 0 0 0 (h)  1 0 0 0 (i)  1 0 0 0


     
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
     
0 1 1 0 0 0 1 5 0 1 1 0
     
 0 0 0 1  0 0 0 1 10 0 0 1

2. Tentukanlah operasi baris matriks satuan yang menghasilkan matriks elementer berikut,
1 0 0 0
 
1 0 -3
0 0 0 1
 
1 0
(b) 0 1 0 (c) 
0

(a)     0 1 0

0 -5
  
 0 0 1   0 1 0 0
3. Diketahui matriks-matriks berikut,
1 2 3 7 8 9 1 2 3
     
A  4 5 6 B  4 5 6 C  4 5 6
     
 7 8 9   1 2 3 
9 12 15

Carilah E1, E2, E3, dan E4 sehingga,


(a) E1 A = B, (b) E2 B = A, (c) E3 A = C, (d) E4C = A
1 0
4. Carilah matriks elemeneter E1 dan E2 sehingga E1 E2 A = I, di mana A  

3 4

 1 3 3 8
 
5. Nyatakanlah, A   2 5 1 8 dalam bentuk A = EFR, di mana E dan F
 

 0 1 7 8

adalah matriks elementer, dan R adalah matriks eselon baris.

DND
44

I. INVERS MATRIKS
Dalam bagian A telah ditunjukkan bahwa dalam perkalian matriks, hukum komutatif
untuk perkalian tidak selalu berlaku. Salah satu berlakunya hukum komutatif dalam
perkalian matriks adalah jika matriks keduanya merupakan kebalikan (invers) dari matriks
yang pertama.

Definisi : Jika A adalah matriks bujursangkar, dan jika dapat dicari matriks B
sehingga AB = BA = I, maka A dikatakan dapat dibalik (invertible) dan B
dinamakan invers (inverse) dari A.

Contoh II.29
 11 2 2 1 0 2
   
Matriks B   4 0 1 adalah invers dari matriks A  2 1 3 karena,
   
 6 1 1 4 1 8
1 0 2  11 2 2  1 0 0
     
AB   2 1 3  4 0 1   0 1 0  I
     

4 1 8
 
 6 1 1 0 0 1

 11 2 2 1 0 2 1 0 0
     
BA   4 0 1 2 1 3   0 1 0  I
     

 6 1 1
 
4 1 8
  0 0 1

Jadi
JadiAB
AB==BA
BA==II

DND

Anda mungkin juga menyukai