Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN ANALISI LAPANGAN

“WADUK DIPONEGORO” DAN “DUSUN THEKELAN”

KELOMPOK :1
KELAS :A

DISUSUN OLEH:

AGUNG SANTOSO WIBOWO


21080117140045

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan Tugas Besar ini guna memenuhi syarat mengikuti Ujian
Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah Mekanika Fluida, yang telah disusun oleh :

Nama : Agung Santoso Wibowo

NIM : 21080117140045

Tugas Besar ini dibuat sebagai tugas Mata Kuliah Mekanika Fluida pada Departemen Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

Semarang , Juni 2018


Mengetahui,
Dosen Asisten

Ir. Endro Sutrisno, M.S


NIP. 195708311986021002

ii
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan YME karena atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya,
Laporan Analisi Lapangan Waduk Diponegoro dan Dusun Thekelan dapat diselesaikan tepat
waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Anik... dan Bapak Endro...atas bimbingannya dalam mata kuliah Mekanika
Fluida
2. Pengelola Waduk Universitas Diponegoro dan warga dusun serta perangkat dusun
Thekelan karena telah memberikan kesempatan untuk melakukan pengamatan dan
analisis di Waduk Undip dan Dusun Thekelan.
3. Orang tua yang telah memberikan banyak dukungan dan doa dalam penyusunan
laporan ini.
4. Teman-teman Teknik Lingkungan angkatan 2017 yang telah mendukung dalam
penyusunan laporan ini

Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya,
kami berharap laporan ini akan bermanfaat bagi para pembaca di masa yang akan datang.

Semarang, 4 Juni 2018

                                                                                                Agung Santoso Wibowo

iii
Daftar Isi

Halaman Judul.............................................................................................................................i
Lembar Pengesahan...................................................................................................................ii
Kata Pengantar..........................................................................................................................iii
Daftar Isi...................................................................................................................................iv
Daftar Gambar............................................................................................................................v
Daftar Tabel..............................................................................................................................vi
BAB I.........................................................................................................................................1
1.1 Tujuan Penelitian.........................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
2.1 Saluran Terbuka...........................................................................................................2
2.2 Saluran Tertutup..........................................................................................................4
2.3 Hukum-hukum yang digunakan..................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................9
3.1 Waduk Diponegoro.....................................................................................................9
3.2 Dusun Thekelan.........................................................................................................10
BAB IV....................................................................................................................................12
4.1 Waduk Diponegoro...................................................................................................12
4.2 Dusun Thekelan.........................................................................................................12
BAB V......................................................................................................................................13
5.1 Waduk Diponegoro...................................................................................................13
BAB VI....................................................................................................................................16
6.1 Kesimpulan................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
LAMPIRAN.............................................................................................................................18

iv
Daftar Gambar

v
Daftar Tabel

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Penelitian


6.1.1 Waduk Diponegoro
- Memahami besar debit pada spillway waduk Diponegoro
- Memahami hukum-hukum yang digunakan dalam perhitungan pada waduk
- Memahami dan menganalisa aliran subkritis, kritis, dan super kritis pada
waduk Diponegoro
6.1.2 Dusun Thekelan
- Memahami sistem perpipaan pada dusun thekelan (distribusi air bersih dari
mata air pertama)
- Memahami penempatan bak pelepas tekan pada saluran pipa Dusun
Thekelan
- Memahami tinggi tekan yang ada per rumah (5 rumah)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saluran Terbuka


Saluran terbuka adalah saluran dimana air mengalir dengan muka air bebas.
Pada semua titik di sepanjang saluran, tekanan di permukaan air adalah sama,
yang biasanya adalah tekanan atmosfir. Pengaliran melalui suatu pipa (saluran
tertutup) yang tidak penuh (masih ada muka air bebas) masih termasuk aliran
melalui saluran terbuka (Triatmodjo, 2003).
Aliran dalam saluran terbuka maupun saluran tertutup yang mempunyai
permukaaan bebas disebut dengan aliran permukaan bebas (free surface flow)
atau aliran saluran terbuka (open channel flow). Permukaan bebas memiliki
tekanan yang sama dengan tekanan atmosfir. Jika pada pada aliran tidak
terdapat permukaan bebas dan aliran dalam saluran penuh, maka aliran yang
terjadi disebut aliran dalam pipa (Suripin, 2004).

2.1.1 Klasifikasi Saluran Terbuka


Menurut penjelasan Suripin (2004) aliran saluran terbuka diklasifikasikan
menjadi dua kategori yaitu :
1. Aliran permanen/tunak (steady flow)
a. Seragam (uniform),
b. Berubah (non-uniform/varied).
1) Berubah lambat laun (gradually),
2) Berubah tiba-tiba (rapidly).
2. Aliran tidak permanen/tidak tunak (unsteady flow)
a. Seragam (uniform),
b. Berubah non-uniform/vari
c. Berubah lambat laun (gradually),
d. Berubah tiba-tiba (rapidly).
Menurut penjelasan Ven Te Chow (1992) jenis aliran digolongkan menjadi
beberapa jenis diuraikan dengan beberapa cara :
1. Waktu sebagai kriteria :
a. Aliran tunak (steady flow) merupakan aliran dalam saluran terbuka yang
memiliki kedalaman aliran tidak berubah atau bisa dikatakan konstan
dalam suatu selang waktu tertentu.

2
b. Aliran tak tunak (unsteady flow) merupakan aliran dalam saluran terbuka
yang memiliki kedalaman aliran berubah sesuai dengan waktu.
2. Ruang sebagai kiteria :
a. Aliran seragam (uniform flow) merupakan aliran dalam saluran terbuka
yang memiliki kedalaman aliran sama pada setiap penampang saluran.
b. Aliran berubah (non-uniform flow/varied flow) merupakan aliran dalam
saluran terbuka yang memiliki kedalaman aliran berubah sepanjang
saluran.
c. Berubah tiba-tiba (rapidly varied) aliran yang kedalaman alirannya
berubah tiba-tiba pada jarak yang cukup pendek.
d. Berubah lambat laun (gradually varied) aliran yang kedalaman alirannya
berubah lambat laun pada jarak yang relatif panjang

2.1.2 Tipe Aliran di Saluran Terbuka


Tipe perilaku aliran dapat di bedakan dengan bilangan Froude. Menurut
bilangan Froude tipe aliran dapat di bedakan menjadi 3 yaitu:

 Aliran kritis, jika bilangan Froude sama dengan satu (Fr=1) dan gangguan
permukaan misal, akibat riak yang terjadi akibat batu yang di lempar ke
dalam sungai tidak akan bergerak menyebar melawan arah arus

 Aliran subkritis, jika bilangan Froude lebih kecil dari satu (Fr<1).
Untuk aliran subkritis, kedalaman biasanya lebih besar dan
kecepatan aliran rendah (semua riak yang timbul dapat bergerak
melawan arus).
 Aliran superkritis, jika bilangan Froude lebih besar dari satu
(Fr>1). Untuk aliran superkritis, kedalaman aliran relatif lebih
kecil dan kecepatan relatif tinggi (segala riak yang di timbulkan
dari suatu gangguan adalah mengikuti arah arus).

Persamaan untuk menghitung bilangan Froude yaitu:

v
Fr = √ y g
Dimana:

3
Fr = bilangan Froude
v = kecepatan aliran (m/dtk)
g = percepatan gravitasi
y = kedalaman aliran

2.2 Saluran Tertutup


Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran
yang digunakan untuk mengalirkan  fluida dengan tampang aliran penuh
(Triatmojo1996 : 25). Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa
zat cair atau gas dantekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari
tekanan atmosfer. Apabila zat cair didalam pipa tidak penuh maka
aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka atau karena tekanan di dalam
pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam pipatidak penuh), aliran
temasuk dalam pengaliran terbuka. Karena mempunyai permukaan bebas, maka
fluida yang dialirkan dalah zat cair. Tekanan di permukaanzat cair di sepanjang
saluran terbuka adalah tekanan atmosfer.
Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada pipa
adalah adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berup a
udara pada saluran terbuka. Jadi seandainya pada pipa alirannya tidak
penuh sehingga masihada rongga yang berisi udara maka sifat
dan karakteristik alirannya sama dengan aliran pada saluran terbuka
(Kodoatie, 2002: 215). Misalnya aliran air pada gorong-gorong. Pada kondisi
saluran penuh air, desainnya harus meng ikuti kaidah aliran pada pipa,
namun bila mana aliran air pada gorong-gorong didesain tidak
penuhmaka sifat alirannya adalah sama dengan aliran pada saluran
terbuka. Perbedaan yang lainnya adalah saluran terbuka
mempunyai kedalaman air (y), sedangkan pada pipa kedalam
air tersebut ditransformasikan berupa (P/y). Oleh karena itu konsep
analisis aliran pada pipa harus dalam kondisi pipa terisi penuh dengan air.
Zat cair riil didefinisikan sebagi zat yang mempunyai kekentalan,
berbedadengan zat air ideal yang tidak mempunyai kekentalan.
Kekentalan disebabkan karena adanya sifat kohesi antara partikel zat cair.
Karena adanya kekentalan zat cair maka terjadi perbedaan kecepatan partikel
dalam medan aliran. Partikel zat cair yang berdampingan dengan dinding batas

4
akan diam (kecepatan nol) sedang yang terletak pada suatu jarak tertentu dari
dinding akan bergerak
2.2.1 Aliran Laminer dan Turbulen
Aliran viskos dapat dibedakan menjadi 2 (dua) tipe yaitu aliran
laminer dan turbulen. Dalam aliran laminer partikel-partikel zat cair bergerak
secara teratur mengikuti lintasan yang saling sejajar. Aliran ini terjadi apabila
kecepatan kecil atau kekentalan besar.
Pengaruh kekentalan sangat besar sehingga dapat meredam gangguan
yang dapat menyebabkan aliran menjadi turbulen. Dengan berkurangnya
kekentalan dan bertambahnya kecepatan aliran maka daya redam terhadap
gangguan akan berukurang sampai pada suatu batas tertentu akan
menyebabkan terjadinya perubahan aliran dari laminer ke turbulen. Pada aliran
turbulen gerak partikel zat cair tidak teratur. Aliran turbulen terjadi apabila
kecepatan besar dan kekentalan zat kecil.

Gambar 2.1 Aliran Laminer (a), Aliran Kritis (b), Aliran Turbulen (c)
2.3 Hukum-hukum yang digunakan

2.3.1 Hukum Bernaulli


Hukum Bernoulli menjelaskan tentang konsep dasar aliran fluida bahwa
peningkatan kecepatan pada suatu aliran zat cair atau gas akan mengakibatkan
penurunan tekanan pada zat cair atau gas tersebut. Artinya, akan terdapat
penurunan energi potensial pada aliran fluida tersebut. Hukum Bernoulli ke II
dapat dituliskan dalam persamaan berikut:
ρ1 v 21 ρ2 v 22
Z1 + + =Z 2 + + =C ………. (1)
γ 2g γ 2g
Dimana:
Z : elevasi
 : densitas fluida

5
v : kecepatan aliran fluida
Konsep dasar hukum Bernoulli ini berlaku pada fluida aliran termampatkan
(compressible flow) dan juga pada fluida dengan aliran tak termampatkan
(incompressible flow). Hukum Bernoulli sebenarnya dapat dikatakan sebagai
bentuk khusus dari konsep dari mekanika fluida secara umum, yang dikenal
dengan persamaan Bernoulli. Persamaan Bernoulli menyatakan bahwa pada suatu
aliran fluida yang tertutup, banyaknya energi suatu fluida di suatu titik sama
dengan banyaknya energi di titik lain.
2.3.2 Persamaan Kontinuitas

Persamaan kontinuitas digunakan untuk menyeimbangkan kapasitas aliran dan


volume untuk sebuah jaringan distribusi. Dengan asumsi fluida merupakan fluida
inkompresibel dengan massa jenis (ρ) konstan

dimana :

ρ = massa jenis ( kg/m3 )

m = massa(kg)

v = volume

Dimana :
ΔV= perubahan volume
Δt = perubahan waktu

Debit
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat
mengalir atau dapat ditampung dalam suatu tempat tiap satuan waktu. Satuan
debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m 3/s). Debit aliran juga
dapat dinyatakan dalam persamaan Q= A × v, dimana A adalah luas

6
penampang (m2) dan v adalah kecepatan aliran (m/s). Lebih jelasnya untuk
mengetahui besarnya debit air, dapat dirumuskan sebagai berikut:

V
Q=
∆t

Atau

di mana: Q= A × v
Q= debit air (m3/s atau l/s)
V= volume air (m3 atau liter)
∆t = waktu (s)
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan fluida (m/s)

Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat
dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada
gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik
dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi.
2.3.3 Persamaan Energi
Persamaan Energi menunjukkan keseimbangan energi yaitu energy
masuk sama dengan energi keluar dan dinyatakan dalam persamaan
E1 = E2

Daya

P = η  ρ  g  h  i
Dimana :
       P          = Daya (J/s or watts)
      η          =  efisiensi turbin
      ρ          = massa jenis air (kg/m3)
      g          = percepatan gravitasi (9.81 m/s2)
      h          = head (m).

Persamaan momentum

7
Persamaan momentum mengganbarkan tahan pipa terhadap beban
dinamik yang disebabakan oleh aliran bertekanan. untuk fluida inkompresibel
momentum M (N) dirumuskan :
M = ρQv

Dimana :

ρ = massa jenis (kg/m3 )


Q= kapasitas aliran (m3 /s)
v = kecepatan fluida (m/s)

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waduk Diponegoro


3.1.1 Gambaran Umum

Mulai dibangun pada tahun 2013 dengan dana hibah dari Kementerian
Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, waduk dengan luas daerah
tangkapan air mencapai 10,24 kilometer persegi memiliki kedalaman sekitar 15
meter dan dapat menampung genangan air normal hingga 13.500 meter kubik.

Lokasi waduk ini dari Patung Kuda terus saja. Sampai di traffic light Jl
Sirojudin lurus saja terus dan kurang dari 1 KM jalan lurus, waduk akan terlihat di
sebelah kiri.

Gambar 3.1 Lokasi Waduk Undip

3.1.2 Alat Dan Bahan Penelitian


1. Meteran
2. Alat Tulis

3.1.3 Langkah Kerja

9
1. Mahasiswa Berkunjung Ke Waduk Diponegoro dengan bimbingan
Dari dosen Mata Kuliah yang berkaitan.
2. Mahasiswa mengamati semua bangunan yang ada di Waduk
3. Mahasiswa Menacatat Semua data yang telah didapatkan di Waduk
Diponegoro.
4. Mahasiswa membuat laporan hasil Penelitian.
5. Mahasiswa menganalisis Data penelitian.

3.2 Dusun Thekelan


3.2.1 Gambaran Umum

Dusun Thekelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Jawa


Tengah terletak di lereng gunung Merbabu dengan titik koordinat berada pada garis
lintang (latitude) : 7,3942 garis bujur (longitude) : 110,4424 Ketinggian (altitude)
(m) : 1450 dari permukaan laut (mdpl).

Kondisi topografi desa Batur yaitu curah hujan 2500 mm dan suhu rata-rata
25-27oC. Desa Batur berjarak sekitar 15 Km dari kota Salatiga, 30 Km dari Ungaran,
dan 36 Km dari Magelang. Batas wilayah Kecamatan Getasan adalah sebagai berikut

 Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten


Magelang.
 Sebelah timur : berbatasan dengan Kecamatan Tengaran dan Kabupaten
Boyolali, kota Salatiga.
 Sebelah utara : berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan
Banyubiru.
 Sebelah selatan : berbatasan dengan Kabupaten Boyolali

10
G

Gambar 3.1 Lokasi Dusun Thekelan

3.2.2 Alat Dan Bahan Penelitian


1. Meteran
2. Alat Tulis

3.2.3 Langkah Kerja


1. Mahsiswa Membuat surat perizinan untuk bisa berkunjung ke desa
Tekelan yang di koordinir oleh coordinator mata Kuliah tersebut.
2. Mahasiswa Berkunjung Ke Dusun Thekelan
3. Mahasiswa di bagi per RT untuk mengamati system Peripaan Yang
ada di rumah-rumah warga
4. Kemudian Mahasiswa Menacatat Semua data yang telah didapatkan
di system perpipaan
5. Mahasiswa membuat laporan hasil Penelitian.
6. Mahasiswa menganalisis Data penelitian.

11
BAB IV
DATA PENGAMATAN

4.1 Waduk Diponegoro

Tabel 4.1 Data Pengamatan di Waduk Undip

Tinggi Air
Bangunan Tinggi (m) Lebar (m) Panjang (m) Elevasi
(cm)
Spillway 6 1 10,6 - -
BPT - - - - + 183 m
Kolam
10 6,67 - 13, 139 +1, 75 m
Olak
+631
Intake 10,2 - - -
+ 193
Turbin - 5 4.15 - +581

4.2 Dusun Thekelan

Tabel 4.2 Data Pengamatan di RT 5 Dusun Thekelan

Pipa Diameter (m) Panjang (m) F Elevasi


1 0,06 21,6 0,22 1,2
2 0,06 10 0,22 3,06
3 0,06 15 0,22 5,26
4 0,06 12,5 0,22 6,5
5 0,06 36,5 0,22 7,3

BAB V
ANALISIS DATA
5.1 Waduk Diponegoro
5.1.1 Saluran Terbuka

12
 Menghitung debit di atas ambang Pelimpah
Dari data yang telah di ketahui maka kita dapat menghitug debit di atas ambang
pelimpah (qc).
Diketahui :
Tinngi spillway : 1 meter
Tinggi air (Yn) : 6 cm
Lebar Spillway : 10,6 meter

Penyelesaian
Untuk menghitung qc maka pertama-tama kita menentukan Q dengan rumus :
Q = C x L x H 1,5
Dengan C dapat dihitung :
C = 2/31,5x g0,5
C = 2/31,5x 9,810,5
C = 1,703
Maka didapat :
Q = C x L x H 1,5
Q = 1,703 x 10,6 x 1
Q = 18,06 m3/s
Maka untuk menghitung debit di atas ambang maka dapat menggunakan
persamaan :
Q
qc=
B
18,06
qc =
10,6
qc =1,703 m3/ s
jadi, debit di atas ambang pada spillway adalah 1,703 m3/s

1. Menghitung ketinggian Kritis pada ambang batas


Untuk megetahui berapa ketinggian kritis di ambang batas maka kita dapat
menggunakan persamaan :
3 q xq
Yc =
√ g
3 1,703 x 1,703

Yc = 0, 67 m
Yc =
√ 9,81

Yc = 67 cm
Yc > Yn merupakan aliran superkritis

2. Menentuka tipe Aliran

13
Untuk menentukan tipe aliran kita menggunakan prinsip bilangan Froude
dimana :
Fr < 1 merupakan tipe aliran kritis
Fr = 1 merupakan tipe aliran subkritis
Fr > 1 merupakan tipe aliran superkritis
Untuk mendapatkan nilai Fr maka gunakan Persamaan :
v
Fr = √ y g
Dikarenakan kecepatan nya belum diketahui maka kita cari terdahulu
menggunakan persamaan :
Q =AxV
Q
V=
A
Q
V=
BXY
18,06
V=
10 ,6 X 0,06
V = 28,4 m2/s
Sehingga nilai Fr nya dapat dicari :
v
Fr =
√y g
28,4
Fr =
√ 0,06 x 9,81
Fr = 36, 88

Dikarenakan, nilai Fr nya > 1 maka aliran disekitar ambang batas adalah
aliran superkritis hal ini juga dibuktikan dengan nilai Yc > Yn

5.1.2 Saluran Tertutup Waduk Diponegoro


 Menghiung Debit Pada Turbin

Dari data yang diketahui :


Elevasi turbin + 172
+ 520
∆H = 388
D = 1,75
Sehingga kita dapat menghitung debit yang dialiri turbin yaitu :
Q=VxA
1
Q = √ 2. g . ∆ H x π D2
4
1
Q = √ 2 x 9,81 x 3 , 88 x x 3,14 x 1,752
4
Q = 87,25 x 9,616

14
Q = 893,078 m3/s
Jadi, debit yang ,mengalir di turbin adalah sebesar 893,078 m3/s
-

b. Dusun Thekelan
- Saluran Tertutup
1.

15
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
6.1.1 Debit yang mengalir pada Waduk Diponegoro adalah sebesar 1,703 m3/s
6.1.2 Hukum-hukum yang digunakan dalam perhitungan Hukum Bilangan Fraud
yang digunakan untuk menghitung tipe aliran, lalu menggunakan persamaan
q xq
debit Q = C x L x H 1,5 dan juga menggunakan peramaan Yc =

menentukan ketinggian kritis



3

g
untuk

6.1.3 Aliran yang terjadi di waduk Diponegoro adalah aliran superkritis karena
Yc>Yn

DAFTAR PUSTAKA

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai