Anda di halaman 1dari 11

DASAR TEORI

Pengertian saluran terbuka

Saluran terbuka ini dapat menampung dan mengalirkan air hujan dari hulu ke hilir. Semakin

ke hilir, saluran terbuka berfungsi sebagai saluran campuran. Ukurannya pun beragam, ada yang

kecil, sedang bahkan besar tergantung dari volume dan debit air pada wilayah tersebut. Di

 pinggiran kota saluran ini masih alami dan tidak perlu diberi lining (lapisan pelindung). Saluran

ini dibedakan menjadi :

- Saluran Alam (natural), meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar sampai

saluran terbuka alamiah.

- Saluran Buatan (artificial), seperti saluran pelayaran, irigasi, parit pembuangan, dll.

Pengertian Aliran Fluida Terbuka

Saluran terbuka adalah saluran di mana air mengalir dengan muka air bebas. Kajian tentang perilaku
aliran dikenal dengan mekanika fluida (fluid mechanis). Hal ini menyangkut sifat-sifat fluida dan
pengaruhnya terhadap pola aliran dan gaya yang akan timbul di antara fluida dan pembatas
(dinding). Telah diketahui secara umum bahwa akibat adanya perilaku terhadap aliran untuk
memenuhi kebutuhan manusia, menyebabkan terjadinya perubahan alur aliran dalam arah hozintal
maupun vertical (Lalu Makruf, 2001).

Menurut Chow (1992:17), Saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan  bebas disebut
saluran terbuka.

Menurut asalnya saluran dapat digolongkan menjadi :

a.saluran alam (natural )

◦ Geometri saluran tidak teratur

◦ Material saluran bervariasi –  kekasaran berubah-ubah

◦ Lebih sulit memperoleh hasil yang akurat dibandingkan dengan analisis aliran saluran buatan.

◦ Perlu pembatasan masalah, bila tidak analisis menjadi lebih kompleks (misal erosi dan sedimen)

 b.saluran buatan (artificial )

◦ Dibuat oleh manusia

◦ Contoh: Saluran irigasi, kanal, saluran pelimpah, kali, selokan, gorong-gorong dll

◦ Umumnya memiliki geometri saluran yang tetap (tidak menyempit/melebar)

◦ Dibangun menggunakan beton, semen, besi

◦ Memiliki kekasaran yang dapat ditentukan

◦ Analisis saluran yang telah ditentukan memberikan hasil yang relatif akurat

 Distribusi Kecepatan Aliran Fluida Terbuka Dipengaruhi oleh :


 Bergantung banyak faktor antara lain

◦ Bentuk saluran

◦ Kekasaran dinding saluran

◦ Debit aliran

PERSAMAAN ALIRAN DALAM SALURAN TERBUKA

1. Persamaan Chezy

Oleh seorang insinyur Perancis Antoin Chezy pada tahun 1769 yang dikenal dengan  persamaan
persamaan Chezy

V = C √R.S 

dimana : C = koefisien resistan Chezy.

S = kemiringan dari garis energi gradien (m/m)

Dengan catatan bahwa aliran harus uniform,Sfharus sama dengan kemiringan dasar saluran.

2.Persamaan Strickler

V = k str  . R1/6 . √R.S = k str  .R2/3 . S 1/2

Sehingga

C = k str  . R 1/6

3.Persamaan Manning

Persamaan berikut oleh Robert Manning,seorang insinyur Inggris tahun 1889 :

V = k str  .R2/3 . S 1/2

Dimana : C = koefisien dari de Chezy

k = koefisien dari Strickler = 1 /n

Untuk menghitung kapasitas aliran kalikan persamaan Manning dengan luas  penampang saluran
sehingga diperoleh :

Q = 1/n A .R 2/3 .S1/2

Dimana : Q = debit aliran m3/s

A = Luas penampang aliran m2

n = koefisien kekasaran manning

Kecepatan aliran ditentukan oleh radius hydraulis dan tidak tergantung oleh bentuk dari profile
saluran.

Pengertian waduk
Menurut Carlo (2001), waduk merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan air sebelum
diolah baik untuk air minum ataupun keperluan lain, lazimnya waduk dan danau sebagai tempat
penyimpan air dengan kualitas yang baik.

Carlo, N., 2001. Efek Pengudaraan terhadap Kualitas Air Waduk Tropika. Jurnal Lembaga
PenelitianUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta. 3 (1): 1 – 7.

LOKASI WADUK PENDIDIKAN UNIVERSITAS DIPONEGORo

 Dukuh :
 Kelurahan :
 Kecamatan : Tembalang
 Kabupaten : Semarang
 Propinsi : Jawa Tengah

DAFTAR PUSTAKA

 Lalu Makruf dan Endang, T. 2001. Dasar-dasar Analisis Aliran di Sungai dan
Muara. UII, Yogyakarta.

Lokasi

Dusun : Thekelan

Desa : Batur

Kecamatan : Getasan

Kabupaten : Semarang
WADUK
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang


Zat cair dapat diangkut dari suatu tempat ke tempat lain melalui bangunan
pembawa alamiah ataupun buatan manusia. Bangunan pembawa ini dapat terbuka maupun
tertutup. Saluran yang tertutup disebut saluran tertutup (closed conduits), sedangkan yang
terbuka disebut saluran terbuka (open channels). Sungai, saluran irigasi, selokan,  estuari
merupakan contoh saluran terbuka, sedangkan terowongan, pipa, aquaduct, gorong-gorong,
dan siphon merupakan contoh saluran tertutup.

Dalam laporan ini, akan dibahas tentang daya turbin dengan data pipa, beda tinggi
elevasi muka air dan tail race, mengevaluasi debit pipa (debit inflow, jenis pipa, panjang
pipa, diameter pipa) serta beda tinggi sumber air dengan daerah layanan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan saluran terbuka dan saluran tertutup
2. Apa saja tipe – tipe atau klasifikasi dan tipe – tipe aliran ?
3. Apa saja persamaan yang digunakan untuk menyelesaikan kasus-kasus aliran ?

1.3            Tujuan


1. Untuk mengerti perbedaan atara open channel dengan closed conduit.
2. Untuk mengerti klasifikasi dan tipe – tipe aliran.
3. Untuk mengetahui cara menyelesaikan kasus-kasus dalam aliran.
1.4 Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini metode yang digunakan adalah Deskriptif,
sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara studi
lapangan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Aliran dalam saluran terbuka maupun saluran tertutup yang
mempunyai permukaan bebas disebut aliran permukaan bebas (free
surface flow) atau aliran saluran terbuka (open channel flow).
Permukaan bebas mempunyai tekanan sama dengan tekanan atmosfir.
Jika pada aliran tidak terdapat permukaan bebas dan aliran dalam
saluran penuh, aliran yang terjadi disebut aliran dalam pipa (pipe flow)
atau aliran tertekan (pressurized flow). Aliran dalam pipa tidak
mempunyai tekanan atmosfir akan tetapi tekanan hidraulik.

gambar 1 Aliran permukaan bebas pada saluran terbuka (a), aliran permukaan bebas pada saluran
tertutup (b), dan aliran tertekan atau dalam pipa (c).

Zat cair yang mengalir pada saluran terbuka mempunyai bidang kontak hanya
pada dinding dan dasar saluran. Saluran terbuka dapat berupa :
1. Saluran alamiah atau buatan.
2. Galian tanah dengan atau tanpa lapisan penahan
3. Terbuat dari pipa, beton, batu, bata, atau material lain
4. Dapat berbentuk persegi, segitiga, trapesium, lingkaran, tapal kuda, atau
tidak beraturan.
Bentuk-bentuk saluran terbuka, baik saluran buatan maupun alamiah, yang
dapat kita jumpai diperlihatkan pada gambar berikut.
gambar 2 Bentuk-bentuk potongan melintang saluran terbuka

2.2 Saluran
Saluran dapat alamiah atau buatan. Ada beberapa macam sebutan untuk saluran
alamiah yaitu saluran panjang dengan kemiringan sedang yang dibuat dengan menggali
tanah disebut kanal (canal). Saluran yang disangga di atas permukaan tanah dan terbuat
dari kayu, beton, atau logam disebut flum (flume). Saluran yang sangat curam dengan
dinding hampir vertikal disebut chute. Terowongan (tunnel) adalah saluran yang digali
melalui bukit atau gunung. Saluran tertutup pendek yang mengalir tidak penuh disebut
culvert. Potongan yang diambil tegak lurus arah aliran disebut potongan melintang
(cross section), sedangkan potongan yang diambil searah aliran disebut potongan
memanjang. Adapun klasifikasi dari saluran terbuka dapat dilihat dibawah ini :
1. Saluran prismatis (prismatic channel) adalah saluran yang mempunyai penampang
dan kemiringan tetap.
2. Non prismatis (non prismatic), apabila penampang atau kemiringan berubah-ubah
sepanjang saluran.
3. Saluran bertepi kukuh (rigid boundary channel) saluran dengan dasar dan sisinya
tidak bergerak, misalnya saluran beton.
4. Saluran batas bergerak (mobile boundary channel), batas saluran terdiri dari partikel
sedimen lepas yang bergerak pengaruh air yang bergerak.
5. Saluran aluvial (alluvial channel), adalah saluran batas bergerak yang mengangkut
jenis material yang sama, batas saluran terdiri dari material yang sama.
gambar 3 Definsi potongan melintang dan memanjang saluran

Keterangan  Gambar.
H : kedalaman aliran vertikal, adalah jarak vertikal antara titik terendah pada dasar
saluran dan permukaan air (m)
D : kedalaman air normal, adalah kedalaman yang diukur tegak lurus terhadap garis
aliran (m)
Z : adalah elevasi atau jarak vertikal antara permukaan air dan garis referensi tertentu (m)
T : lebar potongan melintang pada permukaan air (m)
A : luas penampang basah yang diukur tegak lurus arah aliran (m2)
P : keliling basah, yaitu panjang garis persinggungan antara air dan dinding    dan atau
dasar saluran yang diukur tegak lurus arah aliran
R       : jari-jari hidraulik, R = A/P (m)
D       : kedalaman hidraulik, D = A/T (m).

2.3 Tipe – Tipe dan Klasifikasi Aliran


2.3.1 Aliran Permukaan Bebas
Aliran permukaan bebas dapat diklasifikasikan menjadi berbagai tipe tergantung kriteria
yang digunakan. Berdasarkan perubahan kedalaman dan/atau kecepatan mengikuti fungsi
waktu, aliran dibedakan menjadi aliran permanen (steady) dan tidak permanen (unsteady),
sedangkan berdasarkan fungsi ruang, aliran dibedakan menjadi aliran seragam (uniform) dan
tidak seragam (non-uniform). Namun secara garis besar dapat dibedakan atau dikelompokkan
jenis aliran adalah sebagai berikut :

1. Aliran tunak (steady): suatu aliran dimana kecepatannya tidak terpengaruhi oleh
perubahan waktu, sehingga kecepatan konstan pada setiap titik (tidak mernpunyai
percepatan)
2. Aliran seragam (uniform): suatu aliran yang tidak terjadi perubahan baik besar
maupun arah, dengan kata lain tidak terjadi perubahan kecepatan dan penampang
Iintasan.
3. Tidak tunak : suatu aliran dimana terjadi perubahan kecepatan terhadap waktu.
4. Aliran tidak seragam (nonuniform) : suatu aliran yang dalam kondisi berubah baik
kecepatan maupun penampang berubah.
2.3.2 Aliran Subkritis, Kritis, dan Superkritis
Aliran dikatakan kritis apabila kecepatan aliran sama dengan kecepatan
gelombang gravitasi dengan amplitudo kecil. Gelombang gravitasi dapat
dibangkitkan dengan merubah kedalaman. Jika kecepatan aliran lebih kecil
daripada kecepatan kritis, maka alirannya disebut subkritis, dan jika kecepatan
alirannya lebih besar daripada kecepatan kritis, alirannya disebut superkritis.
Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalah nisbah
antara gaya gravitasi dan gaya inertia, yang dinyatakan dengan bilangan Froude
(Fr). Untuk saluran berbentuk persegi, bilangan Froude didefinisikan sebagai 

dengan           
V : kecepatan aliran (m/det)
H : kedalaman aliran (m),
G : percepatan gravitasi (m/det2)
= kecepatan gelombang dangkal
 Aliran disebut kritis apabila F=1.
 Aliran disebut Sub kritis apabila F<1.
 Aliran disebut Superkritis apabila F>1
Berdasarkan bilangan Reynold dan Froude aliran digolongkan menjadi
o Laminar subkritis F < 1, Re < 500.
o Laminar superkritis F>1, Re < 500.
o Turbulen subkritis F<1, Re > 2000.
o Turbulen superkritis F>1, Re > 2000
o Aliran kritis bila F=1 dan aliran dalam keadaan peralihan apabila 500 < Re <
2000

2.3.2 Aliran Dalam Pipa (Permukaan Tertutup)


1) Aliran laminar
Aliran laminar adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-partikel
fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer, partikel-partikel fluida
seolah-olah bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus dan lancar, dengan satu lapisan
meluncur secara mulus pada lapisan yang bersebelahan. Sifat kekentalan zat cair berperan
penting dalam pembentukan aliran laminer. Aliran laminer bersifat steady maksudnya
alirannya tetap. “Tetap” menunjukkan bahwa di seluruh aliran air, debit alirannya tetap atau
kecepatan aliran tidak berubah menurut waktu.
Aliran fluida pada pipa, diawali dengan aliran laminer kemudian pada fase berikutnya
aliran berubah menjadi aliran turbulen. Fase antara laminer menjadi turbulen disebut aliran
transisi. Aliran laminar mengikuti hukum Newton tentang viskositas yang menghubungkan
tegangan geser dengan laju perubahan bentuk sudut. Tetapi pada viskositas yang rendah dan
kecepatan yang tinggi aliran laminar tidak stabil dan berubah menjadi aliran turbulen. Bisa
diambil kesimpulan mengenai ciri- ciri aliran laminar yaitu: fluida bergerak mengikuti garis
lurus, kecepatan fluidanya rendah, viskositasnya tinggi dan lintasan gerak fluida teratur
antara satu dengan yang lain.

gambar 4 Aliran laminer

2) Aliran turbulen
Kecepatan aliran yang relatif besar akan menghasilakan aliran yang tidak laminar
melainkan komplek, lintasan gerak partikel saling tidak teratur antara satu dengan yang lain.
Sehingga didapatkan Ciri dari lairan turbulen: tidak adanya keteraturan dalam lintasan
fluidanya, aliran banyak bercampur, kecepatan fluida tinggi, panjang skala aliran besar dan
viskositasnya rendah. Karakteristik aliran turbulen ditunjukkan oleh terbentuknya pusaran-
pusaran dalam aliran, yang menghasilkan percampuran terus menerus antara partikel partikel
cairan di seluruh penampang aliran.
gambar 5 Aliran turbulen

Untuk membedakan aliran apakah turbulen atau laminer, terdapat suatu angka tidak
bersatuan yang disebut Angka Reynold (Reynolds Number). Angka ini dihitung dengan
persamaan reaksi tersebut.

Re = (4 v R)/ϑ
Dimana:
Re = Angka Reynold (tanpa satuan)
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
R = Jari-jari hydraulik (ft atau m)
ϑ = Viskositas kinematis, tersedia dalam tabel sifat-sifat cairan (ft2/s atau m2/s)

Menurut hasil percobaan oleh Reynold, apabila angka Reynold kurang daripada 2000,
aliran biasanya merupakan aliran laminer. Apabila angka Reynold lebih besar daripada 4000,
aliran biasanya adalah turbulen. Sedang antara 2000 dan 4000 aliran dapat laminer atau
turbulen tergantung pada faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
3) Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen. Aliran
berdasarkan bisa tidaknya dicompres :
a.       Compressible flow, dimana aliran ini merupakan aliran yang mampu mampat.
b.      Incompressible flow, aliran tidak mampu mampat. 
Empat faktor penting dalam pengukuran aliran fluida dalam pipa adalah : 1.     
Kecepatan fluida
2.      Friksi/gesekan fluida dengan pipa
3.      Viskositas/kekentalan fluida
4.      Densitas/kerapatan fluida

Anda mungkin juga menyukai