Anda di halaman 1dari 4

Nama : Krisna Devi Zulaypah

Kelas : XII TB 2 / 18

A. Kerjakan dengan benar!

1. ْ ‫ص ُد ٰقَتِ ِه َّن نِحْ لَةً ۚ فَإِن ِط ْبنَ لَ ُك ْم عَن ش‬


‫ا‬0ًًٔ‫ا َّم ِر ٓئـ‬0ًًٔ‫َى ٍء ِّم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوهُ هَنِ ٓئـ‬ ۟ ُ‫َو َءات‬
َ ‫وا ٱلنِّ َسٓا َء‬

Kandungan : 4. Dan berilah wanita-wanita (yang kalian nikahi tersebut) sebuah mahar sebagai
pemberian yang bersifat wajib. Jika wanita-wanita itu rela memberikan sebagian mahar mereka kepada
kalian tanpa paksaan, maka terimalah dengan senang hati.

2. Mubah, yang merupakan hukum asal nikah.


Wajib, hukum ini berlaku bagi orang yang mempunyai kemampuan dan memenuhi syarat serta
khawatir akan terjerumus kedalam perbuatan dosa dan perzinaan bila tidak segera menikah.

Sunnah, bagi orang yang sudah mempunyai kemampuan dan sudah berkeinginan untuk menikah,
tetapi dalam dirinya mampu mengendalikan syahwatnya sehingga tidak khawatir akan terjerumus
kedalam perbuatan dosa dan perzinaan bila tidak segera menikah.

Haram, yaitu bagi orang yang mempunyai niat menikah yang jelek, misalnya akan menyakiti istri atau
menyia – nyiakannya.

Makruh, bagi orang yang belum mempunyai kemampuan dan juga belum berkeinginan untuk
menikah.

َ ِ‫ق لَ ُكم ِّم ْن أَنفُ ِس ُك ْم أَ ْز ٰ َوجًا لِّتَ ْس ُكنُ ٓو ۟ا إِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُكم َّم َو َّدةً َو َرحْ َمةً ۚ إِ َّن فِى ٰ َذل‬
ٍ َ‫ك َل َءا ٰي‬
3. َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬ َ َ‫َو ِم ْن َءا ٰيَتِ ِٓۦه أَ ْن خَ ل‬
Kandungan : 21. Dan di antara tanda-tanda-Nya yang agung sekaligus menunjukkan kekuasaan-Nya
dan keesaan-Nya, bahwa Dia menciptakan untuk kalian -wahai orang laki-laki- dari jenismu pasangan-
pasangan agar jiwa kalian merasa cenderung dan tenang kepadanya karena ada kesamaan di antara
kalian. Dan Dia menjadikan rasa cinta di antara kalian dan mereka. Sesungguhnya di dalam hal itu
sungguh terdapat bukti-bukti dan tanda-tanda yang jelas bagi orang-orang yang berfikir, karena hanya
orang-orang yang berfikir sajalah yang bisa mendapatkan faedah dari pemikiran akal mereka.

4. ‫ْس ِمنِّي َوتَ َز َّوجُوا فَإِنِّي ُمكَاثِ ٌر بِ ُك ْم اأْل ُ َم َم‬


َ ‫ “النِّكَا ُح ِم ْن ُسنَّتِ ْي فَ َم ْن لَ ْم يَ ْع َملْ بِ ُسنَّتِي فَلَي‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هَّللا‬:‫ت‬
ْ َ‫ع َْن عَائِ َشةَ قَال‬
َ َ ْ َ ْ ْ ْ
‫َو َم ْن َكانَ َذا طَوْ ٍل فليَن ِكحْ َو َمن ل ْم يَ ِجد ف َعل ْي ِه بِالصِّ يَ ِام فإِ َّن الصَّوْ َم لهُ ِو َجاءٌ” رواه ابن ماجه‬
َ َ َ

Artinya : Dari Aisyah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Menikah itu termasuk dari sunahku,
siapa yang tidak mengamalkan sunnahku, maka ia tidak mengikuti jalanku. Menikahlah, karena
sungguh aku membanggakan kalian atas umat-umat yang lainnya, siapa yang mempunyai kekayaan,
maka menikahlah, dan siapa yang tidak mampu maka hendaklah ia berpuasa, karena sungguh puasa itu
tameng baginya.” HR. Ibnu Majah.
ُ َ‫َّض َع ِة َوأُ َّم ٰه‬ ٰ ُ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم أُ َّم ٰهَتُ ُك ْم َوبَنَاتُ ُك ْم َوأَخَ ٰ َوتُ ُك ْم َو َع ٰ َّمتُ ُك ْم َو ٰخَ ٰلَتُ ُك ْم َوبَن‬
5. ‫ت‬ َ ٰ ‫ض ْعنَ ُك ْم ٓ َوأَخ ٰ ََوتُ ُكم ِّمنَ ٱلر‬ َ ْ‫ت َوأُ َّم ٰهَتُ ُك ُم ٱلَّتِ ٓى أَر‬
ِ ‫َات ٱأْل ُ ْخ‬ ِ َ ‫َات ٱأْل‬
ُ ‫خ َوبَن‬
ٰ ٰ
ْ ‫حُرِّ َم‬
َ ُ ٰ َ َّ ُ َ ٰ ُ ْ ۟ ُ َّ ْ َّ ُ ُ َّ ٓ ٰ
َ ْ َ
‫َاح َعل ْيك ْم َو َحلئِ ُل أ ْبنَٓائِك ُم ٱل ِذينَ ِمن أصْ لبِك ْم َوأن‬ َ ‫اَل‬َ ُ ُ َ ُ
َ ‫ُوركم ِّمن ن َسٓائِك ُم ٱلتِى َدخَ لتم بِ ِه َّن فإِن ل ْم تَكونوا َدخَ لتم بِ ِه َّن ف ُجن‬ ِّ ِ ‫نِ َسٓائِ ُك ْم ۟ َو َربَئِبُك ُ ُم ٱلتِى فِى ُحج‬
ُ
‫َّحي ًما‬
ِ ‫ر‬ ‫ًا‬
‫ر‬ ‫و‬ ُ ‫ف‬ َ
‫غ‬ َ
‫ك‬
َ‫َ ان‬ ‫هَّلل‬‫ٱ‬ َّ
‫ن‬ ِ َ‫تَجْ َمعُوا بَ ْينَ ٱأْل ْختَ ْي ِن إِاَّل َما قَ ْد َ ف‬
‫إ‬ ۗ َ ‫ل‬ ‫س‬

Artinya : 23. Allah mengharamkan bagi kalian menikahi ibu-ibu kalian berikut silsilah di atasnya; yakni
nenek, buyut, baik dari pihak bapak maupun ibu; anak-anak perempuan kalian berikut silsilah di
bawahnya; yakni, cucu perempuan dan cicit perempuan; begitu juga dengan cucu perempuan dari anak
laki-laki kalian berikut silsilah di bawahnya; saudari-saudari kalian yang sekandung, seayah atau seibu;
bibi-bibi kalian dari pihak bapak, begitu juga dengan bibi-bibi bapak kalian; dan bibi-bibi ibu kalian dari
pihak bapaknya berikut silsilah di atasnya; bibi-bibi kalian dari pihak ibu, begitu juga dengan bibi-bibi
dari bapak kalian dan ibu kalian dari pihak ibunya berikut silsilah di atasnya; anak perempuan dari
saudara laki-laki kalian dan anak perempuan dari saudari kalian berikut silsilah anak-anaknya ke
bawah; ibu-ibu yang menyusui kalian, saudari-saudari sepersusuan kalian, ibu-ibu (mertua) dari istri-istri
kalian yang telah kalian campuri maupun yang belum kalian campuri; anak-anak perempuan dari istri-
istri kalian dari suami yang lain (anak tiri) yang -pada umumnya- tumbuh dan besar di rumah kalian
maupun tidak di rumah kalian, jika kalian sudah bercampur dengan istri-istri kalian tersebut, namun bila
kalian belum bercampur dengan istri-istri kalian itu, maka kalian boleh menikahi anak-anak perempuan
mereka itu. Dan juga diharamkan bagi kalian menikahi istri-istri dari anak-anak lelaki kandung kalian,
meskipun mereka belum mencampurinya. Ketentuan hukum ini juga berlaku pada istri-istri dari anak-
anak lelaki kalian dari jalur persusuan. Dan kalian juga diharamkan menggabungkan antara dua wanita
bersaudara, baik dari jalur nasab maupun persusuan, kecuali apa yang sudah berlalu di masa jahiliah,
karena Allah telah memaafkannya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun bagi hamba-hamba-Nya
yang bertaubat kepada-Nya lagi Maha Penyayang kepada mereka. Dan di dalam sunah Nabi disebutkan
bahwa seorang laki-laki juga diharamkan menggabungkan antara seorang wanita dengan bibinya dari
pihak bapak maupun ibu.

6.Ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara


bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-
ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak
isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum
campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan)
dua perempuan yang bersaudara.

7. Calon suami, syaratnya :


Beragama islam, Bukan mahram dari calon istrinya, Atas kemauan sendiri, Orangnya jelas, Tidak sedang
haji dan umrah, Megetahui bahwa calon istrinya halal untuk dinikahinya.

Calon Istri, dengan syarat :

Beragama islam atau kitabiyah (ahli kitab), Bukan mahram dari calon suaminya, Bukan istri orang lain,
Tidak dalam masa iddah, Orangnya jelas, Tidak sedang haji dan umrah.

Dua orang saksi, syaratnya :

Beragama islam, Merdeka tidak sah kesaksian hamba sahaya, Laki – laki, tidak sah kesaksian
perempuan, Baligh / dewasa, Adil, tidak sah kesaksian orang fasik, Pendengarannya sempurna, tidak sah
kesaksiannya orang tuli, Penglihatannya sempurna, tidak sah kesaksiannya orang buta, Berakal sehat,
tidak sah kesaksiannya orang gila

Wali , dengan syarat :

Beragama islam, Laki – laki, Baligh / dewasa, Tidak fasik, Berakal sehat, Mempunyai hak untuk menjadi
wali, Tidak dipaksa, Tidak sedang melaksanakan haji dan umrah.

(ijab & qabul).

Adapun syarat – syarat ijab qabul adalah :


Dengan kata – kata tertentu dan tegas, yaitu kata nikah, tazwij atau terjemahnya.

Diucapkan oleh wali atau yang mewakili dan dijawab oleh memelai laki – laki.

Lafal ijab qabul tidak boleh dengan kata – kata kinayah ( kiasan) dan sindiran.

Ijab qabul tidak disangkutkan dengan syarat tertentu, misalnya “ Aku nikahkan engkau dengan anak
perempuanku yang bernama Siti dengan syarat engkau telah memiliki rumah sendiri “

Lafal ijab qabul tidak mengandung pembatasan waktu, misalnya Aku nikahkan engkau dengan anak
perempuanku yang bernama Siti selama satu tahun ”.

Lafal ijab qabul harus terjadi dalam satu majlis. Maksudnya lafal qabul harus segera diucapkan
setelah lafal ijab.

8. Kewajiban bersama suami dan istri, yaitu sebagai berikut.


- Memelihara dan mendidik anak dengan sebaik-baiknya.
- Berbuat baik terhadap mertua, ipar dan kerabat lainnya baik dari suami atau isteri.
- Setia dalam hubungan rumah tangga dan memelihara keutuhannya dengan berusaha
melakukan pergaulan secara bijaksana, rukun, damai dan harmonis;
Saling bantu membantu antara keduanya.
- Menjaga penampilan lahiriah dalam rangka merawat keutuhan cinta dan kasih sayang
diantara keduanya. Perhatikan Q.S. at-Tahrim/66:6, Q.S. an-Nisa’/4:36 dan Q.S. al-
Maidah/5:2
Kewajiban Suami terhadap Istri
- Menjadi pemimpin, memelihara dan membimbing keluarga lahir dan batin serta menjaga
dan bertanggung jawab atas kesejahteraan keluarganya (Q.S. at-Tahrim/66:6)
- Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal kepada istri anak-anaknya sesuai dengan
kemampuan yang diusahakan secara maksimal (Q.S.alBaqarah/2:168 dan 172).
- Bergaul dengan isteri secara ma’ruf dan memperlakukan keluarganya dengan cara baik.
- Masing-masing anggota keluarganya, terutama suami dan isteri bertanggung jawab sesuai
fungsi dan perannya masing-masing.
- Memberi kebebasan berfikir dan bertindak kepada isteri sepanjang sesuai norma Islam,
membantu tugas-tugas isteri serta tidak mempersulit kegiatan isteri.
Kewajiban Istri terhadap Suami
- Taat kepada perintah suami. Istri yang setia kepada suaminya berarti telah mengimbangi
kewajiban suaminya kepadanya. Ketaatan istri kepada suami hanya dalam hal kebaikan.
Jika suami meminta istri untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syariat
Islam, maka istri harus menolaknya. Tidak ada ketaatan kepada manusia dalam
kemaksiatan kepada Allah Swt.
- Selalu menjaga diri dan kehormatan keluarga. Menjaga kehormatan diri dan rumah
tangga, adalah bilamana suami tidak ada dirumah istri wajib menjaga harta dan
kehormatan suami, karenanya istri tidak boleh keluar rumah tanpa seizin suami.
- Bersyukur atas nafkah yang diterima dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya.
- Membantu suami dan mengatur rumah tangga sebaik mungkin.

9. Talaq merupakan jalan terakhir bagi pasangan suami istri apabila rumah tangga tidak
dapat dipertahankan dan diperbaiki lagi.Talaq merupakan suatu hal yang dihalalkan
(diperbolehkan) dalam islam, namun merupakan perkara yang dibenci oleh Allah.
10. Talak Sunni Yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan tuntutan sunnah.

Talak Bid’i Yaitu talak yang dijatuhkan tidak sesuai atau bertentangan dengan tuntutan sunnah dan
tidak memenuhi ketentuan syarat-syarat talak sunni.

Talak Raj’i Yaitu setelah terjadi talak raj’i, maka isteri wajib ber iddah, hanya bila kemudian suami
hendak kembali kepada isteri sebelum berakhir masa talak yang dijatuhkan suami terhadap isterinya
yang telah pernah digauli, bukan karena memperoleh ganti harta dari isteri, talak yang pertama kali
dijatuhkan atau yang kedua kalinya

Talak Ba’in Yaitu talak yang tidak memberi hak merujuk bagi bekas suami terhadap bekas isterinya.

Khulu’ menurut bahasa diambil dari ‚khla’ats thauba‛ yang artinya melepaskan pakaian karena
perempuan adalah pakaian bagi laki-laki secara majas. Secara syar’i artinya adalah seorang laki-
laki menceraikan istrinya dengan bayaran sebagai ganti dari pihak istri yang disebabkan karena
buruknya pergaulan antara keduanya, baik karena akhlaq atau adanya cacat pada jasmani,
sedangkan sang istri takut pada dirinya sendiri tidak mampu melaksanakan kewajibannya
mentaati suaminya.

Dhihar adalah perkataan seorang suami kepada istrinya yang menyerupakan istrinya dengan
ibunya, sehingga istrinya itu haram atasnya, seperti ungkapan ‚engkau tampak seperti punggug
ibuku‛. Apabila seorang laki-laki mengatakan demikian dan tidak diteruskan pada talak maka ia
wajib membayar kafarat dan haram bercampur dengan istrinya sebelum membayar kafarat itu

Ila’ Menurut bahasa, ila’ adalah sumpah. Sedangkan menurut syara’, ila’ adalah bersumpah
tidak akan menggauli istri secara mutlak atau selama lebih dari empat bulan.
Li’an ialah ucapan tertentu yang digunakan untuk menuduh istri yang telah melakukan
perbuatan yang mengotori dirinya (berzina) alasan suami untuk menolak anak. Suami melakukan
li’an apabila ia telah menuduh istrinya berzina. Tuduhan berat ini pembuktiannya harus
dilakukan dengan mengemukakan empat orang saksi laki-laki. Orang yang menuduh orang lain
berzina dan ia dapat membuktikannya akan dihukum pukul dengan 80 kali. Hukuman ini berlaku
pula terhadap suami yang menuduh istrinya berzina.

Fasakh artinya rusak atau putus. Maksud fasakh ialah perceraian dengan merusak atau
merombak hubungan nikah antara suami istri.

Anda mungkin juga menyukai