Anda di halaman 1dari 5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Financial knowledge

Menurut Durband, Law, & Mazzolini (2019) financial knowledge adalah

pemahaman dasar tentang konsep dan prosedur keuangan serta penggunaannya untuk

menyelesaikan masalah keuangan. Sedangkan menurut Kholilah dan Iramani (2013),

financial knowledge merupakan penguasaan seseorang atas berbagai hal tentang dunia

keuangan. Masyarakat sangat ingin mengetahui bagaimana cara membuat keputusan

keuangan yang cerdas dan bagaimana cara mengatur pengeluaran, sehingga mereka

membutuhkan financial knowledge (pengetahuan keuangan) yang cukup, dimana

individu yang memiliki financial knowledge memadai dinilai akan memiliki perilaku

manajemen keuangan yang lebih baik pula (Candra dan Marista, 2015). Financial

Knowledge yang dimiliki akan menjadi dasar pengambilan keputusan keuangan (Ida &

Dwinta, 2010).

Financial knowledge dibutuhkan oleh individu agar dapat mengelola dan membuat

keputusan keuangan yang lebih baik sehingga terhindar dari permasalahan finansial

yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Masalah keuangan bukan hanya

pendapatan yang rendah saja, masalah keuangan juga dapat muncul jika terjadi

kesalahan dalam pengelolaan keuangan.

Menurut Miller (dalam Coskuner, 2016), individu dengan tingkat financial

knowledge yang rendah akan lebih rentan terhadap masalah-masalah keuangan, seperti

memiliki hutang, memiliki hipotek dengan bunga lebih tinggi, dan minat menabung

rendah untuk perencanaan pensiun. Dengan kata lain, individu dengan financial

knowledge yang rendah masih belum mengetahui sisi positif dan negatif dari kepuasan

finansial. Sedangkan, orang dengan tingkat financial knowledge yang tinggi cenderung
puas dengan keadaan finansialnya dan terus berusaha untuk meningkatkan kualitas

hidupnya dikarenakan mengerti atas keadaan finansialnya dan cara memperbaikinya.

Menurut Wagner (2011), financial knowledge memiliki pengaruh terhadap financial

behavior. Artinya, semakin tinggi financial knowledge seseorang, semakin baik

financial behavior individu tersebut. Individu yang memiliki financial knowledge lebih

baik harus dapat menunjukkan perilaku dan pengambilan keputusan keuangan yang

lebih baik.

Beberapa penelitian sebelumnya yang menyelidiki dampak financial knowledge

menunjukkan hubungan yang positif antara financial behavior dan kepuasan

finansial sebagai hasilnya. Menurut Humaira dan Sagoro (2018), semakin baik financial

knowledge yang dimiliki, financial behavior yang dimiliki juga akan semakin baik.

Dimana salah satu faktor yang dapat meningkatkan financial knowledge adalah

pendidikan. Artinya, individu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan

meningkatkan tingkat pengetahuan yang dimilikinya sehingga akan mempengaruhi

perilaku keuangan (financial behavior) yang dimiliki individu tersebut. Dengan

pengetahuan yang dimiliki individu tersebut akan membuat individu tersebut lebih

waspada dalam melakukan pengelolaan keuangannya di masa depan.

Dalam penelitiannya Coskuner (2016), menyatakan bahwa individu yang memiliki

financial knowledge cenderung menujukkan sikap financial behavior yang positif

yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kepuasan finansial. Joo dan Grable (2004),

menemukan bahwa tingkat financial knowledge dan keterampilan keuangan yang tinggi

akan mengarah pada tingkat kepuasan finansial yang lebih tinggi dengan memperkuat

financial behavior.
B. Kepuasan financial

Kepuasan finansial telah mendapatkan perhatian yang signifikan dari para peneliti di

bidang pengambilan keputusan keuangan serta di bidang perencanaan keuangan pribadi dan

keluarga. Area-area ini memiliki penerapan yang intensif dalam praktik perencanaan keuangan

dan pengembangan kebijakan publik. Peningkatan dalam pengetahuan terkait domain dan

pemahaman yang lebih baik tentang kepuasan finansial dan faktor penentu membantu pembuat

kebijakan meningkatkan kepuasan finansial individu. Dalam penelitian sebelumnya, kepuasan

finansial dianggap sebagai konstituen penting dari kepuasan hidup. Hasil studi tersebut

memiliki implikasi yang luas dalam kerangka kebijakan publik dan perkembangannya. Pada

saat yang sama, proses pengambilan keputusan keuangan menjadi perhatian langsung bagi

individu serta perencana keuangan profesional dan pembuat kebijakan publik.

Kepuasan finansial merupakan komponen integral dari kesejahteraan finansial yang


dirasakan individu, yang pada gilirannya terkait dengan kesejahteraan psikologis secara
keseluruhan (Archuleta dkk., 2013; Plagnol, 2011; Norvilitis dkk., 2003). Ini mengacu pada
kepuasan yang dirasakan individu dengan berbagai aspek situasi keuangannya, yang utamanya
adalah pendapatan saat ini, kemampuan untuk mengambil tindakan terhadap keadaan darurat
keungan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan primer (Joo dan Grable, 2004; Hira dan
Mugenda, 2000; Hira dan Mugenda,1998) Kesejahteraan finansial biassanya diukur dalam
pengertian kepuasan finansial individu secara keseluruhan.

Selama dua hingga tiga dekade terakhir, akademisi juga mulai lebih menekankan pada
studi tentang kepuasan finansial. Studi yang dilakukan oleh Sahi (2013, 2017), Joo dan
Grable (2004), Power dan Hira (2004), Hira dan Mugenda (1998), Porter dan Garman (1993)
dan George (1992) menemukan bahwa beberapa faktor seperti sosioekonomi, demografi ,
pengetahuan keuangan, tekanan keuangan, sikap risiko keuangan dan perilaku keuangan
mempengaruhi kepuasan keuangan. Namun, hanya sedikit upaya yang dilakukan untuk
memahami pengaruh faktor subjektif, khususnya persepsi individu tentang kepuasan
finansial. Selain itu, hubungan antara konstruksi dan kepuasan finansial dan arah hubungan
tersebut tidak terlalu mapan. Bahkan, sangat sedikit studi yang telah dilakukan pada kelas
ekonomi menengah ke bawah dan lebih sedikit lagi yang ditemukan yang berfokus pada
ekonomi berkembang. Bukti yang ada menunjukkan bahwa kelas sosial ekonomi menengah
ke bawah mungkin merupakan kelas yang paling rentan, dan selanjutnya mereka umumnya
mengalami masalah dalam mengelola keuangannya.

Anda mungkin juga menyukai