OLEH :
KELOMPOK
1. G1GISKA AYU MAULIDA (PO713201171153)
2. ANDI INDRIYANI PUSPITASARI.A.B (PO713201181151)
3. ANIS (PO713201181152)
4. ANIS ALMA AULIA (PO713201181153)
5. APRILIA DAMAYANTI (PO713201181154)
6. ARADIAL R. MARSAOLY (PO713201181155)
7. AYU ARYANI.S (PO713201181156)
8. AYU WANDIRA MAKMUR (PO713201181157)
9. AZZUKRUFAILA JULIANTI (PO713201181158)
10. DEA PUTRI RAMADHANI (PO713201181159)
11. DIVA PRATIWI PUTRI ZEBUA (PO713201181160)
12. DWI HARIATI NOVITASARI (PO713201181161)
DIII KEPERAWATAN
2020/202
Erupsi Gunungapi Merapi di Yogyakarta. Gunung api Merapi merupakan salah satu
gunung api paling aktif di dunia. Dalam sejarah letusannya, beberapa kali Merapi
menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Meskipun demikian, tidak sedikit keuntungan yang
dapat dinikmati dengan adanya gunung ini. Antara lain pemandangan yang menawan sampai
dengan sumberdaya alam lain, seperti material bangunan yang melimpah, tanah yang subur
dan memberi nafkah bagi ribuan warga yang tinggal di sekeliling Merapi.Selama lebih dari
dua generasi terakhir, letusan gunungapi Merapi menunjukkan karakteristik letusan yang
tenang berupa erupsi efusif. Jenis letusan ini, ditandai oleh guguran lava pijar yang
membentuk awan panas. Hampir dapat dipastikan setiap 4 tahun, Merapi menunjukkan
aktivitasnya yang rutin berupa erupsi yang sifatnya efusif dilanjutkan dengan guguran kubah
lava dan awan panas yang meluncur hingga radius 7 km dari puncak Merapi. Namun letusan
yang terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 telah mengejutkan banyak pihak, khususnya
warga di sekitar Merapi. Letusan ini menyebabkan 37 korban meninggal dan 46 luka-luka
akibat awan panas. Setelah letusan tersebut, terjadi hal yang di luar kebiasaan Merapi, masih
terdapat energi di dalam dapur magma yang besar. Akibatnya pada tanggal 5 November 2010
terjadi letusan yang lebih kuat dengan menimbulkan lontaran material vulkanik setinggi 6,5
km dari puncak Merapi dan hembusan awan panas sejauh 14 km ke arah selatan. Awan panas
tersebut mengikuti alur lembah Kali Gendol dimana terdapat banyak penduduk di sana.
Letusan kedua ini menimbulkan kerusakan yang hebat. Di sepanjang alur Kali Gendol dan
menyebabkan bertambahnya korban meninggal hingga mencapai total 196 orang. Akibat dari
letusan kedua yang sangat kuat tersebut, telah menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya
letusan-letusan selanjutnya yang belum diketahui seberapa besar skalanya. Untuk
menghindari kemungkinan terjadinya situasi darurat/bencana atau timbulnya korban baru
akibat letusan Gunung api Merapi dibutuhkan kesiapsiagaan kedaruratan sehingga
mencegah/mengurangi dampak dari bencana yaitu dengan mnyelenggarakan simulasi dalam
ruangan yang disebut Table Top Exercise (TTX) yang berguna untuk menguji keisapsiagaan
lembaga yang terkait saat terjadi bencana atau kegawatdaruratan. Hal ini dapat meningkatkan
pemahaman setiap lembaga terkait mengenai SOP, buku petunjuk, serta tugas dan tanggung
jawab masing-masing.
Dalam pelatihan Table Top Exercise (TTX) melibatkan berbagai sistem masyarakat dan
pemerintahan yang saling bergantung satu sama lain yang membentuk subsistem-subsistem
yang saling berkaitan. Contoh lembaga yang terkait yaitu: Badan Nasional Penaggulangan
Bencana (BNPB), Badan Penanggulanagn Bencana Daerah (BPBD), TNI, POLRI, Dinas
Kesehatan, Dinas Sosial, Taruna Tanggap Bencana (TAGANA), Satuan Koordinasi
Pelaksanaan Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (SATKORLAK PBP), Tim Seach and
Rescuse (SAR), Humanitirian Logistik (Bantuan Logistik Kemanusiaan), dan banyak lagi
lembaga-lembaga yang terlibat. Seluruh lembaga yang terkait di kumpulkan saat geladi meja
untuk mecermati SOP masing-masing agar tidak terjadi tumpang tindih terkait peran dan
tanggung jawab antar lembaga.
SKENARIO KEJADIAN
1. Apa jenis ancaman yang terjadi : potensi ancaman letusan berulang gunung api
2. Mengapa bencana tersebut bisa terjadi : karena masih terdapatnya energi di dapur magma
gunung merapi yang mengakibatkan munculnya potensi besar terjadinya letusan gunung
merapi berulang.
3. Kapan kejadian tersebut : letusan pertama terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 dan 5
November 2010 terjadi letusan yang lebih kuat. Hal ini mengakibatkan munculnya potensi
besar terjadinya letusan selanjutnya.
4. Dimana lokasi wilayah tersebut : gunung merapi Yogyakarta
5. Berapa jumlah penduduk yang terdampak : pada kejadian pertama Letusan ini
menyebabkan 37 korban meninggal dan 46 luka-luka akibat awan panas dan kejadian
kedua menyebabkan bertambahnya korban meninggal hingga mencapai total 196 orang.
Hal ini menimbulkan ke khawatiran terjadinya letusan selanjutnya.
6. Bagaimana upaya pemerintah untuk mecegah hal tersebut :
a. Kendali penanganan bencana Merapi di tangan BNPB dibantu Gubernur DIY,
Gubernur Jateng, Pangdam Diponegoro, Kapolda Jawa Tengah, Kapolda DIY.
b. Unsur Pemerintah Pusat di bawah Menko Kesra mengkoordinasikan bantuan
Pemerintah Pusat untuk memastikan kelancaran pengerahan bantuan sumberdaya
nasional
c. TNI di bawah kendali BNPB mengerahkan 1 (satu) Brigade Plus yang terdiri dari Yon
Kes/Yon Zipur/Yon Marinir/Yon Bekang/Yon Infanteri dengan tugas utama :
Memberikan layanan kesehatan berupa pendirian rumah sakit lapangan dan
perkuatan serta peningkatan efektivitas rumah sakit yang ada.
Membuka dapur umum secara optimal.
Pengerahan angkutan Militer.
d. POLRI membuat Satgas PB di bawah kendali BNPB :
Mengerahkan satuan lalulintas seoptimal mungkin.
Pemberian layanan keamanan dan ketertiban masyarakat.
e. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian melakukan pembelian ternak di daerah
rawan bencana.
PENYUSUNAN SKENARIO DAN PERTANYAAN
1. Siapa yang berwenang mengatur bantuan yang datang untuk para korban bencana .?
2. Bagaimana susunan pembentukan komando tanggap darurat.?
3. Apakah peran dinas sosial dan dinas kesehatan dalam penanganan bencana yang ada di
lapangan.?
4. Bagiamana mekanisme koordinasi yang dilakukan untuk penanganan korban dan
pemulihan akibat bencana.?
5. Apakah rencana pemulihan yang dapat dilakukan pada bangunan terdampak bencana.?
6. Siapa saja sasaran untuk meningkatkan pengetahuan atau pendidikan tanggap darurat
bencana.?
7. Bagaimana persiapan yang harus dilakukan sebagai peringatan dini bencana.?
8. Bagaimana peran pemerintah dalam manajemen bencana dan kontrolisasi tim relawan.?
9. Bagaimana peran masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana.?
10. Bagaimana sistem evakuasi korban bencana di rumah sakit.?