Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA KASUS DIABETES MELITUS

Oleh :

Kelompok 3 (A11-B)

1. Alldo Wijaya Kusuma 17.321.2712


2. I Gst.A.A Sridana Suryadewi 17.321.2721
3. Luh Putu Novianti 17.321.2725
4. Ni Komang Linda Rahmayanti 17.321.2732
5. Ni Luh Febri Suryanthi 17.321.2738
6. Ni Luh Gede Srinadi 17.321.2739
7. Ni Luh Putu Meita Premasuari 17.321.2741
8. Putu Bagus Warsa Wardana 17.321.2758

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2020
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

A. Konsep Dasar Lanjut Usia

1. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hipeglikemia
(Brunner dan Suddart, 2002).

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang ditandai oleh


adanya kadar glukosa darah yang tinggi atau hiperglikemi yang
disebabkan oleh kekurangan hormon pengatur kadar glukosa darah
(insulin) baik secara mutlak yaitu memang kadarnya berkurang dan dapat
juga jumlah insulinnya sendiri mencukupi tetapi kerja insulin yang kurang
baik dalam mengatur kadar glukosa darah (Waspadji, 2007).

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai


berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron.

2. Etiologi
Beberapa etiologi Diabetes Mellitus secara umum :
a. Faktor genetik : berarti satu profil genetik yang menyebabkan mereka
mengidap diabetes melitus atau mungkin penyakit autoimun lainnya
dan faktor ini berhubungan dengan perkembangan antibodi terhadap
sel-sel beta atau degenerasi sederhana sel-sel ini.
b. Faktor immunologi : adanya suatu respon autoimun yang abnormal,
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
tereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing autoantibodi terhadap sel-sel Pulau Langerhans
dan insulin endogen (internal). Terdeteksi pada saat diagnosis dibuat
dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis
diabetes tipe I.
c. Faktor lingkungan : infeksi virus atau toksin tertentu dapat pula
merusak secara langsung sel-sel beta dalam pankreas.
d. Peningkatan berat badan yang disebabkan oleh makan makanan yang
berlebihan atau banyak lemak serta kurangnya olah raga dan gerak.
e. Retensi insulin, dimana kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer berkurang.
f. Penurunan fungsi sel beta pankreas (penurunan produksi insulin) yang
dapat disebabkan oleh tindakan pankreastomi atau pankreastitis.
g. Kehamilan, pada saat hamil untuk memenuhi kebutuhan janinnya
seorang ibu secara naluri akan menambah jumlah konsumsi
makanannya sehingga pada umumnya berat badan ibu hamil akan naik
7 – 10 kg. Pada saat penambahan jumlah konsumsi tersebut terjadi,
jika jumlah produksi insulinnya tidak mencukupi, maka akan
menimbulkan penyakit diabetes melitus.
3. Patofisiologi
a.  Diabetes tipe I
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan  (polifagia), akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari
asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi
insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan
gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit
sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik
tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan
latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan
komponen terapi yang penting.

b. Diabetes tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu,
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin
dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik
tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II
yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang
berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).

4. Manifestasi Klinik
a. Diabetes Tipe I
1) hiperglikemia berpuasa.
2) glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
3) keletihan dan kelemahan.
4) ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah,
hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma,
kematian).

b. Diabetes Tipe II
1) lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif.
2) gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah
tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama,
infeksi vaginal, penglihatan kabur.
3) komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)

5. Data Penunjang
a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi
b. glukosa > 200 mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
c. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
d. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat.
e. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I.
f. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun
g. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3.
h. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal.
j. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II).
k. Urine: gula dan aseton positif.
l. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeks pernafasan
dan infeksi luka.
PATWAY
Genetik Imunologik Lingkungan

Tipe antigen HLA Respon albumin Virus/toksik

Antibodi

Sel beta pulau langerhans dan

insulin endogen

Diabetes Mellitus

Hilangnya nafsu makan Bisa mengulur diit

Muntah sering haus

Nutrisi kurang
Penurunan BB dari Banyak minum
kebutuhan
drastis

Sering kencing

Lemah, letih, Keletihan Kekurangan


volume cairan
lesu
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA TN. A

DENGAN DIABETES MELITUS DI DENPASAR TIMUR

TANGGAL 15 NOVEMBER 2020

I. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA :
A. IDENTITAS/DATA BIOGRAFIS KLIEN
1. Nama : Lansia A
2. No. Rekam Medis :-
3. Jenis Kelamin : Laki - laki
4. Tempat Tanggal Lahir : 31 Desember 1950
5. Umur : 69 tahun
6. Agama : Hindu
7. Status Perkawinan : Menikah
8. Pekerjaan : PNS (pension)
9. Pendidikan Terakhir : SMA
10. Alamat Rumah : Denpasar Timur
11. Orang yang dekat dihubungi: Anak Lansia A
12. Hubungan dengan klien : Anak
B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan lemas
C. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Pasien mengatakan mempunyai riwayat diabetes mellitus
D. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit Diabetes Mellitus (DM)
dari 2 tahun lalu.
E. GENOGRAM

Keterangan Laki-laki

Perempuan

Hubungan

Klien/ pasien

.......... Tinggal dalam satu rumah


F. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
G. RIWAYAT PEKERJAAN
Pasien mengatakan bekerja di kantor camat Denpasar.
H. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Klien tinggal di rumah pribadi anaknya, bersama anaknya, menantunya dan
juga 3 orang cucunya. Jumlah kamar dalam rumah tersebut berjumlah 4
kamar, kondisi kamar cukup baik, peralatan tertata rapi, kondisi tempat tidur
cukup baik. Namun pertukaran udara dan cahaya matahari dalam kamar Tn.
A kurang. Tingkat kenyamanan dan privacy klien cukup terjamin. Tetangga
Tn. A yang terdekat dari rumahnya ialah ibu S

I. RIWAYAT REKREASI
Klien memiliki hobi membaca koran dan membuat kaligrafi. Klien
mengatakan pernah menjadi anggota pengurus RT dan menjadi di dekat
rumahnya. Klien juga mengatakan ia dan kluarganya sering melakukan
perjalanan rekreasi ke daerah pegunungan dan pantai. Klien mengatakan
sangat senang ketika dirinya berekreasi bersama keluarga karena dengan
begitu klien merasa masih diperhatikan dan dihargai oleh keluarganya.

J. SISTEM PENDUKUNG
Di deket rumah klien terdapat seorang dokter memang kenal dengan
keluarga klien. Terkadang keluarga klien meminta tolong kepada dokter
tersebut untuk memeriksa kondisi Tn. A. adapun jarak rumah dokter tersebut
dengan rumah klien hanya berjarak 5 km. rumah klien tidak jauh dr R.S
Pasar Rebo yang berjarak sekitar 500 km dari rumahnya. Selain itu juga
terdapat klinik Sejahtera di dekat rumah klien yang berjarak sekitar 50 km.
keluarga masih kurang memperhatikan kondisi klien dikarenakan kesibukan
mereka bekerja diluar rumah. Namun kluarga tetap membantu mengawasi
kesehatan klien.
K. SPIRITUAL/KULTURAL
a. Pelaksanaan ibadah
Biasanya klien melaksanakan persembahyangan 1 hari sekali di sore hari
di merajan. Dan klien mengatakan sering membaca mantram gayatri
untuk menghilangkan pikiran-pikiran negatifnya dan untuk membantu
menenangkan dirinya akibat dari respon stress yang ditimbulkan karena
penyakit yang klien derita.
b. Keyakinan tentang kesehatan
Klien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting bagi dirinya
dan kluarga sebab tanpa kesehatan sesorang tidak akan mampu
melakukan aktivitasnya sehari-hari.

L. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Lemas
2. Tingkat kesadaran : Composmentis
Glasgow Coma Scale (GCS) :V : 5, E : 4, M : 6
3. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu : 36,50C
b. Nadi : 65 x/menit
c. Tekanan darah: 120/60 mmHg
d. Pernafasan : 16 x/menit
e. Tinggi badan : 169 cm
f. Berat badan : 60 Kg
g. IMT (Indeks Massa Tubuh): 25,3
4. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi : Keadaan umum baik
b. Palpasi : Tidak ada pelebaran pembuluh darah dan
pembesaran jantung
c. Perkusi : Suara pekak
d. Auskultasi : S1 S2 Reguler tunggal
5. Sistem Pernafasan
a. Inspeksi :Dada kanan dan kiri terlihat simetris,
b. Palpasi : Tidak ada perbesaran abnormal
c. Perkusi : Suara sonor
d. Auskultasi : Suara vesikuler
6. Sistem Integument
Warna kulit sawo matang, kulit lembab, tidak terdapat luka, turgor
kulit tidak elastis, tidak terdapat jaringan parut, kuku terlihat agak
tebal, keadaan rambut kepala menipis dan beruban hampir seluruh
permukaan rambut, kulit keriput
7. Sistem Perkemihan
Tidak ada masalah dalam system perkemihan, klien mengatakan bisa
BAK di kamar mandi dengan frekuensi 3-4 x/hari
8. Sistem Endokrin
Pasien mengatakan menderita diabetes mellitus dan sudah
mendapatkan terapi insulin selama 2 tahun.
9. Sistem Immun Hematologi
Tidak ada masalah dalam system immune, klien mengatakan klien
diimunisasi lengkap
10. Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan baik, klien mengatakan saat ini mempunyai makanan
pantangan seperti makanan yang manis dan kolesterol, ketika dikaji
tidak terdapat anorexia, mual ataupun muntah, proses mengunyah
masih baik walaupun sebagian giginya tanggal, proses menelan baik,
bising usus baik, saat dipalpasi tidak terdapat pembesaran kolon, perut
tidak kembung, klien mengatakan BAB nya lancar.

11. Sistem Reproduksi


Tidak dilakukan pengkajian pada system reproduksi

12. Sistem Neurosensori


Tidak ada masalah pada system persyarafan. Klien mengatakan status
mental klien baik, emosi klien stabil dan respon klien terhadap
pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas serta interpretasi
klien terhadap lawan bicara cukup baik. Keadaan mata klien normal
dan kemampuan pendengaran klien cukup baik.
M. PENGKAJIAN FUNGSIONAL
1. INDEKS KATZ
Termasuk/katagori manakah klien?
Skore Kriteria:
Katagor Keterangan
i
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK),
berpindah, ke kamar kecil, mandi dan berpakaian
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi
tersebut
C Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan
satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F
Keterangan:
Pasien masuk dalam kategori B dalam melakukan kegiatan sehari – hari.
Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut. Lansia A
diberikan pengawasan saat makan agar keluarga dapat tetap mengawasi diet
pasien.

2. MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS


N Item yang Skor Nilai
O dinilai
1 Makan 0 = Tidak mampu
(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong,
2
mengoles mentega, dll
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Tergantung dengan orang lain
1
(Bathing) 1 = Mandiri
3 Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka, 0
rambut, gigi, dan bercukur
4 Berpakaian 0 = Tergantung dengan orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (missal
1
mengancing baju)
2 = Mandiri
5 Buang air kecil 0= Inkontinensia atau pakai kateter
(Bladder) dan tidak terkontrol
1 = Kadang inkotinensia (maks, 1x 24
2
jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih
dari 7 hari)
6 Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau
(Bowel) perlu enema)
1 = Kadang inkotinensia (sekali 2
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang lain
toilet 1= Membutuhkan bantuan, tapi dapat
1
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu 2
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk
(2 orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Imobilitas (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantan satu orang 2
3= Mandiri (meskipun menggunakan
alat bantu seperti tongkat)
10 Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan bantuan (alat
1
bantu)
2 = Mandiri
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total

N. PENGKAJIAN KOGNITIF
1. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status
Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan
10 pertanyaan.
Skore No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini? 15 November 2020
2 Hari apa sekarang? Minggu
3 Apa nama tempat ini? Rumah Sakit
- 4 Berapa nomor telepon Anda? Pasien mengatakan
Dimana alamat Anda? lupa dengan nomor
(tanyakan bila tidak memiliki teleponnya
telepon)
5 Berapa umur Anda? 69 tahun
6 Kapan Anda lahir? 31 Deseber 1950
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang? Jokowidodo
8 Siapa Presiden sebelumnya? SBY
9 Siapa nama Ibu Anda? Dadong Dauh
10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu 17
seterusnya sampai bilangan terkecil)

Keterangan
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat
kesimpulan: Fungsi intelektual Tn A termasuk dalam Fungsi intelektual utuh
dengan kesalahan1
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan mnggunakan
Mini Mental Status Exam (MMSE)
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimu pasien
m
Orientasi
5 5 (tahun) (musim) (bulan apa sekarang?) (tanggal)
(hari)
5 5 Dimana kita: (negara) (propinsi) (kota) (rumah
sakit) (lantai)?
Registrasi
3 3 Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang,
mawar), tiap benda 1 detik, pasien disuruh
mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1
untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi
sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar
dan catat jumlah pengulangan
Perhatian dan kalkulasi
5 5 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap
jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban.
Atau disuruh mengeja terbalik kata “ WAHYU”
(nilai diberi pada huruf yang benar sebelum
kesalahan; misalnya uyahw=1 nilai)
Mengingat
3 1 Meminta untuk mengulang ketiga objek di atas.
Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran
Bahasa
2 2 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang
ditunjukkan ( pensil, arloji)

Pasien diminta mengulang rangkaian kata :”


1 1 tanpa kalau dan atau tetapi ”

Pasien diminta melakukan perintah: “ Ambil


kertas ini dengan tangan kanan, lipatlah menjadi
3 1
dua dan letakkan di lantai”.

Pasien diminta membaca dan melakukan perintah


“Angkatlah tangan kiri anda”

1 1

Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan)

1 1

Pasien diminta meniru gambar di bawah ini

1 1

30 25 Nilai total

Keterangan

Pedoman Skor kognitif global (secara umum):

Nilai: 24 -30: normal

Nilai: 17-23 : mungkin gangguan kognitif

Nilai: 0-16: pasti gangguan kognitif

Nilai Tn A = 25. Tn A tidak ada indikasi adanya kerusakan


kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut

O. PENGKAJIAN STATUS EMOSIONAL


Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
a. Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
Tidak
b. Apakah klien sering merasa gelisah?
Tidak
c. Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?
Tidak
d. Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Tidak
Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan?
Iya
b. Ada atau banyak pikiran?
Tidak ada
c. Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain?
Tidak
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
Tidak
e. Cenderung mengurung diri?
Tidak
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya”Masalah Emosional Positif
(+)

P. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Pasien masih mampu bersosialisasi, bergaul dan berkomunikasi dengan
lingkungan sekitarnya, pasien bersikap ramah dan sopan terhadap orang-
orang disekitarnya, pasien selalu berharap mampu bersosialisasi dan
memiliki hubungan baik, terhadap orang-orang disekitarnya

Q. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Pasien beragama hindu, sebelum sering sakit-sakitan, pasien selalu
mengikuti kegiatan keagamaan seperti odalan, menurut keyakinan pasien
kematian merupakan bersatunya kembali roh manusia dengan penciptanya,
pasien selalu berharap mampu menjalankan perintah agamanya dengan
baik

R. PENGKAJIAN DEPRESI
Menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS)
NO ITEM PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah Bapak/ Ibu sekarang ini merasa puas dengan 1 0
kehidupannya?
2 Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau 1 0
kesenangan akhir-akhir ini?
3 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa hampa/ kosong di dalam 0 1
hidup ini?
4 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa bosan? 0 1
5 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai harapan yang baik di 1 0
masa depan?
6 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai pikiran jelek yang 0 1
mengganggu terus menerus?
7 Apakah Bapak/ Ibu memiliki semangat yang baik setiap 1 0
saat?
8 Apakah Bapak/ Ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan 0 1
terjadi pada Anda?
9 Apakah Bapak/ Ibu merasa bahagia sebagian besar waktu? 1 0
10 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa tidak mampu berbuat apa- 1 0
apa?
11 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa resah dan gelisah? 0 1
12 Apakah Bapak/ Ibu lebih senang tinggal dirumah daripada 0 1
keluar dan mengerjakan sesuatu?
13 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir tentang masa 0 1
depan?
14 Apakah Bapak/ Ibu akhir – akhir ini sering pelupa? 0 1
15 Apakah Bapak/ Ibu pikir bahwa hidup Bapak/ Ibu sekarang 0 1
ini menyenangkan?
16 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa sedih dan putus asa? 0 1
17 Apakah Bapak/ Ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini? 0 1
18 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir tentang masa lalu? 0 1
19 Apakah Bapak/ Ibu merasa hidup ini mengembirakan? 1 0
20 Apakah sulit bagi Bapak/ Ibu untuk memulai kegiatan yang 0 1
baru?
21 Apakah Bapak/ Ibu merasa penuh semangat? 1 0
22 Apakah Bapak/ Ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada 0 1
harapan?
23 Apakah Bapak/ Ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik 0 1
keadaanya daripada Bapak/ Ibu?
24 Apakah Bapak/ Ibu sering marah karena hal- hal yang 0 1
sepele?
25 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa ingin menangis? 0 1
26 Apakah Bapak/ Ibu sulit berkonsentrasi? 0 1
27 Apakah Bapak/ Ibu merasa senang waktu bangun tidur di 0 1
pagi hari?
28 Apakah Bapak/ Ibu tidak suka berkumpul di pertemuan 0 1
sosial?
29 Apakah mudah bagi Bapak/ Ibu membuat suatu keputusan? 1 0
30 Apakah pikiran Bapak/ Ibu masih tetap mudah dalam 1 0
memikirkan sesuatu seperti dulu?
Keterangan : Setiap jawaban yang “ sesuai” diberi skor 1
Skor : 10
Skor 0-10 : Menunjukkan tidak depresi
Skor 11-20 : Menunjukkan depresi ringan
Skor 21-30 : Menunjukkan depresi sedang/ berat
Kesimpulan: Tn. M menunjukkan tidak depresi dengan skor 10

S. PENGKAJIAN RISIKO JATUH


1. Pengakjian dengan menggunakan MORSE Scale
Tgl
No Item Penilaian Jam
Skor IA 1 2 3 4
1 Usia 1
a. Kurang dari 60 0
b. Lebih dari 60 1
c. Lebih dari 80 2
2 Defisit Sensoris 0
a. Kacamata bukan bifokal 0
b. Kacamata bifokal 1
c. Gangguan pendengaran 1
d. Kacamata multifokal 2
e. Katarak/ glaukoma 2
f. Hamper tidak melihat/ buta 3
3 Aktivitas 2
a. Mandiri 0
b. ADL dibantu sebagian 2
c. ADL dibantu penuh 3
4 Riwayat Jatuh 0
a. Tidak pernah 0
b. Jatuh< 1 tahun 1
c. Jatuh < 1bulan 2
d. Jatuh pada saat dirawat 3
sekarang

5 Kognisi 0
a. Orientasi baik 0
b. Kesulitan mengerti perintah 2
c. Gangguan memori 2
d. Kebingungan 3
e. Disorientasi 3
6 Pengobatan dan Penggunaan Alat 2
Kesehatan
a. >4 jenis pengobatan 1
b. Antihipertensi/ hipoglikemik/ 2
antidepresan 2
c. Sedative/ 2
psikotropika/narkotika
d. Infuse/ epidural/ spinal/ dower
catheter/ traksi
7 Mobilitas 4
a. Mandiri 0
b. Menggunakan alat bantu 1
berpindah 2
c. Kordinasi/ keseimbangan 3
memburuk 4
d. Dibantu sebagian 4
e. Dibantu penuh/bedrest/nirse
assist
f. Lingkungan dengan banyak
furniture
8 Pola BAB/BAK 0
a. Teratur 0
b. Inkotinensia urine/feses 1
c. Nokturia 2
d. Urgensi/frekuensi 3
9 Komorbiditas 2
a. Diabetes/ penyakit jantung/ 2
stroke/ ISK 2
b. Gangguan saraf pusat/ 3
Parkinson
c. Pasca bedah 0-24 jam

Total skor
Keterangan
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13 11
Risiko Sangat Tinggi ≥ 14
Nama/ paraf

Kesimpulan Tn. A menunjukkan resiko jatuh rendah dengan skor 1

2. Pengkajian dengan instrumen “the timed up and go”


NO LANGKAH Skor
1 Posisi pasien duduk di kursi 5
2 Minta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), 15
kembali ke kursi, ukur waktu dalam detik
Keterangan:
Skor:
>12 detik : risiko jatuh tinggi
≤ 12 detik : risiko jatuh rendah
T. APGAR keluarga
No Items Penilaian Selalu Kadang Tidak
(2) -Kadang Pernah
(1) (0)
1 A: Adaptasi √
Saya puas bisa kembali pada keluarga
(teman- teman) saya untuk membantu
apabila saya mengalami kesulitan
(adaptasi)
2 P: Partnership √
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya membicarakan
sesuatu dan mengungapkan masalah
dengan saya (hubungan)
3 G: Growth √
Saya puas bahwa keluarga(teman-
teman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas (pertumbuhan)
4 A: Afek √
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan berespons
terhadap emosi saya, seperti marah,
sedih atau mencintai
5 R: Resolve √
Saya puas dengan cara teman atau
keluarga saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama
mengekspresikan afek dan berespon
JUMLAH 10
Tn A tidak ada disfungsi keluarga dengan total nilai 10

U. INFORMASI PENUNJANG
1. Laboratorium
-
2. Radiologi
-
3. Diagnosa medis
Diabetes Mellitus
4. Terapi medis, obat dan lain-lain
Terapi insulin.
ANALISA DATA

No Tanggal Data Fokus Etiologi Problem


/jam
1. 15/11/20 DS : Pasien Diabetes mellitus Nutrisi kurang dari
20 mengatakan kebutuhan
kehilangan nafsu
08.00 Kehilangan nafsu makan
makannya, sering
muntah,dan berat
badannya turun Muntah

DO: Pasien tampak


tidak nafsu makan,
dan pasien hanya
menghabiskan
setengan porsi

2. 15/11/20 DS : Pasien Diabetes Melitus Kekurangan volume


20 mengatakan sering cairan
haus, banyak
08.00 Bisa mengulur diit
minum dan sering
buang air kecil
DO : Pasien tampak Sering haus
sering minun
saatperawat
melakukan Banyak minum
pengkajian kurang
lebih pasien
Sering kencing
menghabiskan air
sebanyak 600 ml
dan tampak sudah 3 Kekurangan volume cairan
kali pergi ke kamar
kecil

2. 15/11/20 DS : Pasien Diabetes Melitus Keletihan


20 mengatakan sering
lemas saat
08.00 Hilangnya nafsu makan
mengambil kegiatan
yang berlebihan.
Pasien Muntah
mengakatakan
keluhan ini sudah
Penurunan BB drastis
pasien rasakan sejak
5 bulan yang lalu Lemah, letih, lesu
Pasien tampak lemas
saat selesai
dilakukannya Keletihan
senam lansia
TD : 126/82mmHg
Nadi : 88x/menit

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi insulin
(penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan) ditandai dengan
berat badan pasien berkurang
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik ditandai
dengan pasien sering buang air kecil
3. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik ditandai
dengan pasien tampak lemas

RENCANA PERAWATAN
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Nutrisi kurang Setelah dilakukan NIC : Manajemen
dari kebutuhan kunjungan selama 1X nutrisi
kunjungan diharapkan 1. Timbang berat 1. Mengkaji
berat badan pasien badan setiap hari pemasukan
bertambah dengan makanan yang
kriteria hasil : adekuat
a. Menunjukkan tingkat 2. Tentukan program 2. Mengidentifikasi
energy normal diet dan pola kekurangan dan
b. Berat badan stabil makan pasien penyimpangan dar
atau bertambah kebutuhan
terapeutik.
3. Identifikasi 3. Jika makanan yang
makanan yang disukai pasien dapa
disukai termasuk dimasukkan dalam
kebutuhan etnik/ perencanaan
cultural makanan
4. Ciptakan 4. Agar pasien merasa
lingkungan yang lebih nyaman saa
optimal pada saat mengkonsumsi
mengkonsumsi makanan
makanan ( bersih,
berventilasi,
santai dan bebas
dari bau
menyengat)
2. Kekurangan Setelah dilakukan NIC : manajemen
volume cairan kunjungan 1X cairan
kunjungan duharapkan 1. Pantau tanda- 1. Untuk mengetahu
kebutuhan cairan pasien tanda vital keadaan umum
terpenuhi dengan kriteria 2. Kaji nadi perifer, pasien
hasil : pengisian 2. Merupakan
a. Tanda-tanda vital kapiler, turgor indicator dar
stabil kulit, dan tingkat dehidrasi
b. Turgor kulit baik membrane atau volume
c. Kadar elektrolit mukosa sirkulasi adekuat
dalam batas normal 3. Pantau 3. Memberi perkiraan
pemasukan dan kebutuhan akan
keluaran cairan pengganti
4. Dukung pasien 4. Agar keluarga
dan keluarga mampu
untuk memberikan
meembantu makanan yang baik
dalam pemberian untuk pasien
makan dengan
baik
3. Keletihan Setelah dilakukan kunjungan NIC : Manajemen
dengan 1X kunjungan energi
diharapkan pasien tidak 1. Berikan aktivitas 1. Mencegah
mengalami keletihan dengan alternative dengan kelelahan yang
kriteria hasil : metode istirahat berlebihan.
a. Adanya perbaikan yang cukup
kemampuan untuk 2. Diskusikan 2. Pendidikan dapa
berpartisipasi dalam dengan pasien memberikan
beraktivitas kebutuhan akan motivasi untuk
b. Pasien tidak lesu aktivitas meningkatkan
c. Pasien mampu tingkat aktivitas
mempertahankan meskipun pasien
aktivitas rutin sedang lemah
3. Anjurkan pasien 3. Agar pasien tidak
melakukan terlalu banyak
aktivitas melakukan aktivitas
membangun yang memicu
ketahanan kelethan
4. Bantu pasien 4. Agar aktivitas
untuk pasien bisa
menjadwalkan dijadwalkan dengan
periode istirahat baik

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No No Tanggal/Jam Implementasi Respon Paraf/Nama


DX
1 1 15/11/2020 1. Timbang berat badan setiap hari Ds: Pasien mengatakan
bahwa berat badannya
masih berkurang
Do : BB: 60 Kg

2. Tentukan program diet dan pola Ds : Pasien mengatakan


makan pasien bahwa ia tidak nagsu
makan
Do : Diet yang diberikan
pada pasien yaitu diet
bubur

3. Identifikasi makanan yang disukai Ds: Pasien mengatakan


termasuk kebutuhan etnik/ cultural menyukai makanan
seperti nasi dan sayur-
sayuran
Do : Pasien tampak
menyukai makanan
tersebut

4. Ciptakan lingkungan yang optimal Ds : Pasien mengatakan


pada saat mengkonsumsi makanan ( merasa nyaman dengan
bersih, berventilasi, santai dan suasana saat ia makan
bebas dari bau menyengat) Do : Pasien tampak
nyaman
2 2 15/11/2020 1. Pantau tanda-tanda vital Ds : -
Do :
S: 36,50C
N: 65 x/menit
TD: 120/60 mmHg
RR: 16 x/menit

2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, Ds : -


turgor kulit, dan membrane Do : Turgor kulit pasien
mukosa elastic, membrane
mukosa kering

3. Pantau pemasukan dan keluaran pasien mengatakan hari


ini menghabiskan air
kurang lebih 900
ml
O : pasien tampak sering
ke kamar kecil kurang
lebih 3 kali

Ds : -
4. Dukung pasien dan keluarga untuk
Do : Pasien diberikan
meembantu dalam pemberian
makanan bubur dan
makan dengan baik
sayur-sayuran

3 3 15/11/2020 1. Berikan aktivitas alternative dengan Ds : Pasien mengatakan


metode istirahat yang cukup belum mampu
melakukan aktivitas
Do : Pasien tampak
lemas

2. Diskusikan dengan pasien Ds: Pasien mengatakan


kebutuhan akan aktivitas belum mampu
melakukan aktivitas
Do : Pasien tampak
lemas

3. Anjurkan pasien melakukan Ds : Pasien mengatakan


aktivitas membangun ketahanan mampu melakukan
aktivitas namun secara
perlahan
Do: Pasien tampak
mampu melakukan
aktivitas seperti jalan
santai

4. Bantu pasien untuk menjadwalkan Ds : Pasien mengatakan


periode istirahat hanya mampu
melakukan aktivitas
beberapa menit
Do : Pasien tampak

EVALUASI KEPERAWATAN

No Tanggal No Diagnosa Evaluasi Paraf


Keperawatan
1 15/11/2020 I S: Pasien mengatakan berat badannya sudah mulai
bertambah namun hanya sedikit
O: Pasien tampak tenang
BB : 61,3 Kg
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 15/11/2020 II S : pasien mengatakan hari ini menghabiskan air kurang
lebih 900
ml
O : pasien tampak sering ke kamar kecil kurang lebih 3
kali
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

3 15/11/2020 III S : Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas


namun hanya sedikit
O : Pasien tampak melakukan aktivitas
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Andradjati Retnosari,dkk.2009.ISO Farmakoterapi.Jakarta:ISFI

Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi
Obesitas,           Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.

Bilotta, Kimberly. A. J (ed). 2011. Kapita selekta penyakit : dengan implikasi


keperawatan. Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:


Waluyo

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta:        EGC
Carpenito & suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 vol
3.    Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Diagnosis, dan Strategi Pengelolaan. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.


Edisi IV.          Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1886-1888.

Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi


Pleura             dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito
Yogyakarta. Yogyakarta:      Universitas Gadjah Mada

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition.New         Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapius
Manaf, Asman. 2006. Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme.
Dalam:     Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas        Indonesia, 1868.

Newsroom, 2009. Diagnosa dan Medis Diabetes Melitus

Anda mungkin juga menyukai