Full PDF
Full PDF
SKRIPSI
Oleh:
Tiwi Wira Pratika
NIM: 151134024
SKRIPSI
Oleh:
Tiwi Wira Pratika
NIM: 151134024
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Tiwi Wira Pratika
Nomor Mahasiswa : 151134024
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI: STUDI
DESKRIPTIF”.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 09 Juli 2019
Yang menyatakan
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan dengan baik skripsi yang
berjudul “Asesmen Siswa Berkebutuhan Khusus di SD Inklusi: Studi
Deskriptif”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan dalam
memperoleh gelar sarjana. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
berhasil tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan segenap hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing I yang
telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dalam
perjalanan skripsi ini hingga selesai.
5. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. selaku Dosen Pembimbing II yang
telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dalam
perjalanan skripsi ini hingga selesai.
6. Kepala Sekolah salah satu Sekolah Dasar Inklusi di Kabupaten Sleman yang
telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar serta bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini.
7. Guru salah satu Sekolah Dasar Inklusi di Kabupaten Sleman yang sudah
membantu dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
8. Orang tua saya, Wiranto dan Sri Mikuwati serta adik saya yang selalu
mendoakan saya, memberikan semangat, dukungan, dan kasih sayang.
9. Anastasia Aretia Anjani, Baselisa Fikaria Rosario Labobar, Ditha Alviani,
Christin Ayu Rizky, Andrian Syahputra, Yeni Apriani, teman-teman
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ v
HALAMAN MOTTO....................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS........................................ viii
ABSTRAK........................................................................ ................................. ix
ABSTRACT......................................................................................................... x
KATA PENGANTAR....................................................................................... xi
DAFTAR ISI................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................. 4
1.4.1 Manfaat Teoritis...................................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis....................................................................................... 4
1.5 Asumsi Penelitian................................................................................... 5
1.6 Definisi Operasional............................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................. 6
2.1 Kajian Pustaka............................................................................................... 6
2.1.1 Anak Berkebutuhan Khusus....................................................................... 6
2.1.1.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus.................................................. 6
2.1.1.2 Faktor Penyebab Timbulnya Berkebutuhan Khusus ............................... 6
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
pertengahan Mei 2002, kaum difabel menggelar unjuk rasa dihadapan DPRD
setempat untuk menghapus sistem eksklusif (SLB) diganti dengan sekolah inklusi.
Direktorat Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (OKLK) sejak 2012
melakukan gerakan nasional pendidikan inklusif, tujuannya supaya semua
lembaga pemerintah dan masyarakat dapat mengenal, memahami, dan
mengimplementasikan pendidikan inklusif (Budiyanto, 2017: 3-4). Hingga saat ini
sudah ada banyak sekolah dasar yang berlabel inklusi di seluruh Indonesia,
termasuk provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Saat ini dokumen Salamanca merupakan dokumen Internasional utama
tentang prinsip-prinsip dan praktik pendidikan. Pernyataan tersebut ada dalam
pasal 2 yang mengatakan bahwa
“Sekolah reguler dengan orientasi inklusif merupakan cara yang paling
efektif untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang
ramah, membangun masyarakat yang inklusif dan mencapai pendidikan bagi
semua; lebih jauh, sekolah ini akan memberikan pendidikan yang efektif
kepada mayoritas anak dan meningkatkan efisiensi dan pada akhirnya akan
menurunkan biaya bagi seluruh sistem pendidikan” (Budiyanto, 2017: 13).
BAB II
LANDASAN TEORI
b. Faktor Eksternal
Faktor penyebabnya adalah sesuatu yang berasal dari luar diri anak yang
mengakibatkan anak memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar
sehingga membuatnya mempunyai kebutuhan khusus dalam pendidikan. Anak
berkebutuhan khusus dengan faktor penyebab eksternal ini bersifat sementara
(temporer). Misalnya anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga
akan menarik diri, kehilangan konsentrasi, dan ketakutan. Contoh lainnya
yaitu trauma berat karena bencana alam atau konflik sosial. Pengalaman
traumatis seperti ini bersifat sementara, tetapi apabila anak ini tidak
memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan bersifat permanen (Atmaja,
2018: 11).
c. Kombinasi
Kebutuhan khusus yang disebabkan faktor kombinasi diperkirakan akan
membuat anak memiliki kebutuhan khusus yang lebih kompleks. Misalnya
anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas berada di
lingkungan keluarga yang tidak menerimanya. Anak seperti ini dapat
dikatakan memiliki kebutuhan khusus akibat dari kondisi dirinya dan
perlakuan orangtuanya yang kurang tepat.
2.1.1.3 Tipe Anak Berkebutuhan Khusus
Anak kebutuhan khusus memiliki karakter yang berbeda satu sama
lainnya. Macam-macam anak kebutuhan khusus yaitu:
a. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak
berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari
seperti orang awas (Atmaja, 2018: 22). Triani mengungkapkan (2013: 24)
anak tunanetra atau anak dengan gangguan penglihatan adalah anak yang
mengalami daya penglihatan atau berupa kebutuhan meyeluruh (total) atau
sebagian (lowvision). Dari pengertian di atas, anak tunanetra adalah anak yang
mengalami gangguan penglihatan total atau sebagian. Klasifikasi yang dialami
anak tunanetra antara lain didasarkan pada waktu terjadinya tunanetra,
kemampuan daya penglihatan (tunanetra ringan, sedang, dan berat),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
f. Tunadaksa
Istilah tunadaksa berasal dari kata tuna yang berarti rugi atau kurang dan
daksa berarti tubuh. Tunadaksa adalah suatu keadaan terganggu sebagai akibat
gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsi
yang normal (Atmaja, 2018: 129). Tunadaksa adalah mereka yang mengalami
gangguan otot, tulang, sendi, dan atau sistem persyarafan yang mengakibatkan
kurang optimalnya fungsi komunikasi, mobilitas, sosialisasi, dan
perkembangan keutuhan pribadi (Rachmayana, 2013: 27). Anak tunadaksa
adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya yang
disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk
melaksanakan fungsinya secara normal (Atamaja, 2018: 127). Dari beberapa
pengertian tersebut, anak tunadaksa adalah anak yang mengalami hambatan
pada tulang, otot, sendi, atau sistem syaraf yang mengakibatkan
ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya secara baik.
Cerebral palsy termasuk dalam salah satu kelompok tunadaksa. Cerebral
palsy berasaldari kata cerebralyang berarti otak, sedangkan palsy asrtinya
ketidakmampuan motorik.Cerebral palsymerupakan kelainan yang
diakibatkan adanya kesulitan gerak yang berasal dari disfungsi otak (Delphie,
2006: 123)
g. Tunalaras
Tunalaras adalah ketidakmampuan seseorang menyesuaikan diri terhadap
lingkungan sosial, bertingkah laku menyimpang dari norma-norma yang
berlaku (Atmaja, 2018: 161). Anak tunalaras adalah anak yang mengalami
gangguan atau hambatan emosi dan berkelainan tingkah laku sehingga kurang
dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat (Atmaja, 2018: 161). Anak tunalaras diartikan sebagai anak
yang mengalami gangguan emosi dan perilaku sehingga anak mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri dan atau bertingkah laku tidak sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat (Rachmayana, 2013: 28). Dari
pengertian tersebut, anak tunalaras yaitu anak yang mengalami hambatan atau
gangguan emosi dan perilaku sehingga anak berperilaku tidak sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
12
satu jenis kesulitan belajar yang spesifik dengan prasyarat rata-rata normal
atau sedikit di bawah rata-rata, tidak ada gangguan penglihatan atau
pendengaran, tidak ada gangguan emosional primer, atau lingkungan yang
kurang menunjang. Anak dengan gangguan diskalkulia disebabkan oleh
ketidakmampuan mereka dalam membaca, imajinasi, mengintegrasikan
pengetahuan dan pengalaman, terutama dalam memahami soal-soal cerita
(Atmaja, 2018: 281).
j. Anak Berbakat dan Keberbakatan (Gifted)
Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai kemampuan-kemampuan
yang unggul dalam segi intelektual, teknik, estetika, sosial, dan fisik (Delphie,
2006: 139). Anak berbakat merupakan individu yang memiliki kemampuan
unggul dan menunjukkan prestasi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
teman seusianya, sehingga membutuhkan penyesuaian layanan (Rachmayana,
2013: 28). Dari pengertian tersebut anak berbakat adalah anak yang memiliki
kemampuan di atas anak pada usianya baik secara intelektual, teknik, estetika,
sosial, dan fisik.
k. Slow Learner
Slow learner adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah
rata-rata tetapi belum termasuk gangguan mental. Mereka membutuhkan
waktu yang lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas
akademik maupun non akademik (Tiarni, 2013: 24).
2.1.2 Inklusi
Inklusi adalah praktik dalam menempatkan siswa dengan disabilitas ringan
atau parah dalam kelas reguler dan menarik mereka ke dalam kelas spesial hanya
saat dibutuhkan (Arends, 2013: 57).
2.1.2.1 Pendidikan Inklusi
a. Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus yang diintegrasikan masuk ke dalam kelas reguler untuk belajar
bersama anak-anak normal lainnya di sekolah umum (Olivia, 2017: 3).
Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan inklusif adalah penempatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas
reguler (Ilahi, 2013: 27). Pendidikan inklusi dinyatakan sebagai sistem
layanan pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani
di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama teman seusianya. Dari
beberapa pendapat sebelumnya, pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan
yang menyatukan anak berkelainan atau berkebutuhan khusus dengan anak
lainnya untuk memperoleh pendidikan yang sama. Pendidikan inklusi salah
satunya yaitu sekolah inklusi. Sekolah inklusi yaitu sekolah reguler yang
mengakomodasi dan mengintegrasikan siswa reguler dan siswa berkebutuhan
khusus dalam program yang sama (Ilahi, 2013: 87).
b. Tujuan Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi bertujuan agar anak-anak berkebutuhan khusus dapat
menerima hak pendidikan yang setara dengan anak-anak normal pada
umumnya (Olivia, 2017: 9). Selain itu tujuan anak berkebutuhan khusus
ditempatkan di sekolah umum yang sama dengan anak normal lainnya adalah
untuk mengembangkan kemampuan sosial keduanya, baik bagi anak
berkebutuhan khusus maupun anak normal. Kemampuan sosial ini bisa
dengan cara berteman. Jadi anak normal atau anak reguler tidak akan
membedakan teman-temannya dan mau berteman dengan siapapun. Begitu
pula anak berkebutuhan khusus yang mau tidak mau harus mencoba berbaur
dengan anak lainnya supaya ia bisa mengembangkan jiwa sosialnya dan tidak
merasa terkucilkan.
2.1.3 Aspek-aspek Sekolah Inklusi
a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
Pelaksanaan penerimaan peserta didik baru yang dilengkapi dengan guru
pendamping khusus yang sudah memahami tentang pendidikan inklusi dan
keberagaman karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus. Bagi sekolah
yang memiliki kerjasama dengan psikologi, maka psikolog tersebut ikut serta
dalam PPDB. Penyelenggara pendidikan inklusi menerima peserta didik
berkebutuhan khusus dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
15
16
17
18
19
20
yaitu jika siswa telah mengakses kurikulum pendidikan umum dengan cara
melihat pencapaian suatu standar seperti tujuan atau level patokan pada
asesmen. Maksudnya adalah guru bisa mempertimbangkan suatu program itu
dilanjutkan, dihentikan, atau dimodifikasi setelah melihat kemajuan atau
kemunduran siswanya (Friend dan William, 2015: 217).
2.1.4.5 Ruang Lingkup Asesmen
Ruang lingkup asesmen dibagi menjadi 2, yaitu ruang lingkup berdasarkan
aspek kehidupan anak dan berdasarkan waktu. Setiap lingkup asesmen ini juga
masih terbagi lagi menjadi beberapa, yaitu (Dewi, 2018: 19)
a. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kehidupan Anak
1) Asesmen Akademik
Asesmen akademik merupakan asesmen pada kemampuan kognitif
seseorang yang berkaitan dengan aktivitas memahami sesuatu, menguasai
sesuatu, pemecahan masalah, berfikir abstrak, persepsi dan sebagainya.
Kegiatan asesmen akademik bertujuan untuk mencaritahu sejauh mana
kemampuan kognitif seorang anak berkebutuhan khusus yang berkaitan
dengan aktivitas belajarnya dalam proses pembelajaran di kelas.
2) Asesmen Perkembangan
Asesmen ini mengacu pada aspek perkembangan anak berkebutuhan
khusus yang merupakan aspek perkembangan non-akademik yang terdiri
dari aspek perkembangan bahasa/komunikasi, sosial dan/emosional serta
fisik motorik (neuromotor atau psikomotor). Tujuan asesmen ini untuk
mengurangi hambatan yang diakibatkan oleh kekhususan/kelainan utama
yang dimiliki oleh anak.
3) Asesmen Perilaku Adaptif
Asesmen perilaku adaptif merupakan asesmen yang menilai sejauh mana
kemampuan anak untuk melakukan aktivitasnya sehari-sehari. Tujuan dari
asesmen ini adalah membantu anak agar dapat melakukan aktivitas sehari-
harinya secara mandiri. Contohnya: makan, minum, merawat kebersihan
diri, berkarya, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
22
23
24
25
26
kendala yang mungkin dihadapi guru atau sekolah saat melaksanakan asesmen.
Keterkaitan empat penelitian yang telah dijelaskan di atas dapat diamati pada
literature map berikut ini.
Yuliawan (2017)
Implementasi kebijakan
“Implementasi Kebijakan Pengelolaan pengelolaan asesmen anak
Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus berkebutuhan khusus di
Sekolah Inklusi di Dinas Pendidikan sekolah inklusi dan faktor
Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY” pendukung serta penghambat
implementasi kebijakan.
Nurwahidah (2017)
Pelaksanaan asesmen yang
“Penggunaan Asesmen Pembelajaran IPA masih kurang karena
Bagi Siswa Visual Impairment di SLB sarana dan prasarananya Tiwi Wira
Jawa Tengah” tidak begitu mendukung.
“Asesmen
Soendari (2010) Siswa
Alat-alat ukur asesmen, Berkebutuhan
“Asesmen Keterampilan Menulis dalam jenis asesmen, dan cara Khusus di SD
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus” mengasesmen. Inklusi”
Riega (2015)
Peran asesmen PKLK
“Peran Pusat Asesmen PKLK
dalam pelaksanaan
Terhadap Pelaksanaan Pendidikan
pendidikan inklusi.
Inklusif di Kota Padang”
27
28
Sekolah inklusi memiliki aspek yang harus diterapkan oleh sekolah yang
menerapkan sekolah inklusi. Aspek-aspek tersebut yaitu penerimaan peserta didik
baru, identifikasi, kurikulum yang fleksibel, bahan ajar atau kegiatan
pembelajaran yang ramah anak, penataan kelas ramah anak, asesmen, penggunaan
media pembelajaran yang adaptif, dan penilaian dan evaluasi pembelajaran. Ke
delapan prinsip ini harus dilaksanakan sekolah inklusi supaya membuat anak
berkebutuhan khusus dapat nyaman dan dapat berkembang dengan baik.
Dari ke delapan prinsip ini, salah satunya peneliti fokuskan pada asesmen.
Asesmen merupakan salah satu kegiatan evaluasi pendidikan untuk
mengumpulkan informasi yang akan digunakan sebagai pertimbangan dalam
merencanakan program pembelajaran kepada siswa berkebutuhan khusus.
Asesmen sangat diperlukan sebagai tindak lanjut dari kegiatan identifikasi.
Asesmen bisa dilakukan secara formal maupun informal. Asesmen formal
dilakukan oleh asesor atau seorang ahli psikolog menggunakan alat yang baku
yang hanya bisa dimengerti oleh psikolog. Hasil asesmen yang dikeluarkan berisi
identitas siswa, tujuan pemeriksaan, hasil pemeriksaan, dan kesimpulan dan saran.
Pada bagian hasil pemeriksaan, akan dijelaskan keadaan siswa mulai dari
kemampuan kognitif hingga kemampuan visual dan motorik. Pada bagian
kesimpulan dan saran akan diberikan saran kepada guru dan orang tua untuk
membimbing siswa.
Asesmen informal sendiri dilaksanakan oleh sekolah atau guru kelas.
Asesmen informal ini biasanya tidak memiliki pedoman yang baku, hanya
pedoman yang dibuat oleh guru itu sendiri. Bentuk dari asesmen ini yaitu seperti
observasi tingkah laku siswa, penilaian akademik siswa, dan perkembangan
akademik siswa. Tujuannya yaitu untuk melihat perkembangan siswa dari awal
pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Selain itu bisa juga memberikan
pandangan kepada guru bagaimana pengajaran yang harus diberikan kepada
siswa. Meskipun begitu, guru tetap memantau perkembangan siswa untuk
menentukan apakah program tersebut berjalan dengan baik. Jika belum, guru
berhak mengubah dan/atau mengganti program yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31
September
November
Desember
Kegiatan
Februari
Oktober
Agustus
Januari
Maret
April
Mei
Juli
Penyusunan proposal
Penyusunan rancangan
penelitian (analisis
skripsi, analisis jurnal,
BAB I-III)
Pelaksanaan penelitian
(wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi)
Penyusunan laporan hasil
penelitian
32
33
34
karakteristik data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan
data yang dilakukan peneliti yaitu.
3.4.1 Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang sedang dilakukan (Sudaryono
dkk, 2013: 38). Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Observasi atau pengamatan juga dapat didefinisikan
sebagai perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu (Emzir,
2012: 37).
Emzir (2012: 39) menjelaskan observasi dapat dibedakan berdasarkan
peran peneliti, yaitu observasi partisipan (participant observation) dan observasi
non-partisipan (non-participant observation). Observasi non-partisipan yaitu
observasi yang menjadikan peneliti sebagai penonton atau penyaksi terhadap
gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian. Sedangkan observasi
partisipan yaitu observasi yang dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai
anggota masyarakat yang menjadi topik peneliti.
Observasi dibagi menjadi 3 macam, yaitu observasi partisipatif, observasi
terus terang atau tersamar, dan observasi tak berstruktur (Sugiyono, 2015:258).
Dalam penelitian ini, peneliti menjadi observasi non-partisipan untuk melihat
suatu kejadian yang terjadi dan tidak terlibat dalam kegiatannya. Peneliti mencari
data melalui kegiatan melihat dan mengamati proses asesmen yang dilakukan di
SD “Pagi Cerah”. Peneliti juga melakukan observasi terus terang atau tersamar
karena dalam mengumpulkan data, peneliti berterus terang jika melakukan
penelitian. Namun juga ada beberapa hal yang tidak terus terang untuk
menghindari data yang peneliti cari merupakan data yang masih dirahasiakan
pihak sekolah.
3.4.2 Wawancara
Wawancara dapat didefinisikan sebagai interaksi bahasa yang berlangsung
antara dua orang dalam situasi dua orang yang saling berhadapan di mana salah
seorang yang melakukan wawancara dengan meminta informasi atau pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
36
37
38
39
guru kelas IV, peneliti mengadakan wawancara, observasi di kelas, dan juga studi
dokumentasi. Dari ketiga teknik ini, dapat dilihat data yang didapatkan peneliti
saling menguatkan atau memiliki perbedaan. Kepada kepala sekolah, peneliti
melakukan pengumpulan data melalui wawancara dan studi dokumentasi. Data
yang diperoleh dari teknik wawancara dapat diperkuat oleh teknik observasi dan
dokumentasi. Namun jika data yang diperoleh berbeda, maka peneliti melakukan
trianguasi waktu.
Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dari hasil
wawancara, observasi, atau teknik yang lain dalam waktu atau situasi yang
berbeda. Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah dan guru kelas IV
di pagi hari, lalu pengumpulan data berikutnya dokumentasi dilakukan keesokan
harinya. Beberapa hari kemudian peneliti melakukan observasi di kelas IV pada
pagi hari untuk mengumpulkan data. Setelah itu peneliti melakukan diskusi lebih
lanjut dari data-data yang diperoleh sebelumnya, baik dari triangulasi sumber
maupun triangulasi teknik. Ketiga macam triangulasi ini dilakukan supaya data
yang diperoleh dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3.6.2 Transferabilitas
Transferabilitas dalam penelitian kualitatif adalah derajat keterapakaian
hasil untuk diterapkan di situasi yang baru dengan orang-orang yang baru
(Sugiyono, 2014: 443). Sugiyono menambahkan bahwa nilai transfer berkenaan
dengan pertanyaan hingga hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam
situasi lain. Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian
kualitatif sehingga memungkinkan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut,
maka peneliti harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat
dipercaya. Maksud dari transferabilitas ini yaitu bagaimana caranya peneliti
mentransfer data yang banyak dengan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti dan dipahami banyak orang. Tujuannya yaitu supaya penelitian
kualitatif ini dapat digunakan oleh peneliti yang lain dengan situasi atau kondisi
yang serupa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
41
menyajikan data, maka memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Selain
menyajikan dalam bentuk narasi, peneliti menyajikan data juga dalam bentuk
tabel untuk mempermudah pemahaman tentang data.
3.7.3 Penarikan Kesimpulan
Sugiyono (2014: 412) mengatakan bahwa kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten, kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang dapat
dipercaya. Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi juga tidak
karena masalah dan rumusan masalah masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Pada penelitian ini digunakan uji
kredibilitas untuk menguji keabsahan data. Uji kredibilitas data dilakukan dengan
triangulasi. Peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik
pengumpulan data untuk menarik kesimpulan terhadap data-data yang telah
diperoleh sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
43
peneliti melakukan observasi di kelas IV. Jadwal pelaksanaan kegiatan lebih rinci
dapat dilihat dalam tabel berikut.
4.1.2 Wawancara
4.1.2.1 Narasumber 1 (Guru Pendamping Khusus)
a. Hasil Wawancara di Lapangan
Guru melakukan pengumpulan informasi latar belakang anak melalui formulir
asesmen yang di dalamnya ada riwayat orang tua serta melakukan pemantauan
kemajuan akademik siswa dengan melihat hasil ulangan siswa. “Iya kadang
mengetahui kok anak seperti itu kan kita harus tahu latar belakang keluarga.
Nanti kan di dalam assesmen itu ada formulir ada pendataan nanti ada riwayat
orang tua. Kemajuan anak ada di ulangan harian mbak, ada juga eee lewat ya
kita misalnya kalau perkalian nanti diakhir pembelajaran kita ada kuis nanti bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
duluan itu yang keluar itu paling yang tertinggal paling yang ABK itu kecuali
kalau dia hafal tetep nanti keliahatan yang terakhir gak bisa jawab itu nanti
diakhir pembelajaran juga kita refleksi” (W1.GPKc.29032019.1-7).
Menurutnya sekolah melakukan asesmen setahun sekali ketika awal masuk
pembelajaran saja. Ada juga sekolah yang mengadakan screening sebanyak 2 kali
dalam 1 tahun. Sebelum melakukan asesmen, siswa diobservasi dan diidentifikasi
supaya terlihat siswa ABK atau tidak. Observasi dilakukan di awal pembelajaran
untuk melihat kesulitan anak. Lalu setelah siswa diasesmen, guru melihat hasil
asesmen yang dikeluarkan oleh piskolog. Bukan hanya kepada siswa kelas I
namun juga kepada siswa-siswa kelas atas atau siswa pindahan. Kesalahan
diagnosis kepada siswa yang dianggap ABK pernah terjadi, namun ternyata anak
itu bukan ABK. “Kesalahan diagnosis itu kita ooo anak itu bukan ABK tapi kita
diagnosisnya ABK ya mungkin kayak gitu aja tetapi tidak kita opo yo kita
sampaikan tertulis ke dinas atau apa cuma kita mendata aja, kita mendatanya
cuma secara assesmen itu” (W1.GPKc.29032019.5). “Di awal semester biasanya
kelas 1 itu anak belum bisa baca tulis, nah itu kebetulan wali kelasnya
mengikutkan asesmen dan ternyata anak itu tidak apa-apa”
(W1.GPKa.05042019.13-21).
Tidak ada program tersendiri bagi siswa berkebutuhan khusus. Sekolah hanya
menyediakan les-les tambahan bagi siswa dan sudah berusaha semaksimal
mungkin memberikan layanan pendidikan bagi siswa baik dalam akademik
maupun dalam kemandirian. Sehingga ketika siswa mengikuti ujian nasional,
apapun hasilnya sekolah sudah berusaha membantu siswa. “Programnya paling
les mbak, tambahan.Itu les tetapi kalau kurang menunjukkan hasil kepada siswa
ya kita sudah berusaha, kalau di sini ABK itu kan kalau ujian nasional ikut, nah
kita sudah berusaha ngasih les atau apa itu anaknya tetep kesusahan, paling
nanti hasilnya tetep tidak memuaskan” (W1.GPKc.29032019.23-28). Bisa juga
sekolah mengirimkan anak berkebutuhan khusus untuk mengikuti uji
keterampilan yang diadakan oleh dinas. “Biasanya dari dinas ada tapi kalau dari
sekolah tidak ada jadi nanti ada ini untuk anak berkebutuhan khusus, misalnya
dikirim kemana untuk uji keterampilan tapi kalau dari sekolah tidak ada. Kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
untuk itu paling nanti diikutkan kembali mbak, soalnya program dari dinas itu
pasti ada” (W3.GPKb.11042019.11-15).
Sekolah juga tidak menerapkan kurikulum modifikasi, hanya saja
penerapannya yang dibedakan untuk anak berkebutuhan khusus dan untuk anak
yang umum. “Di kelas itu kami sesuaikan dengan kondisi anak”
(W1.GPKa.05042019.8). Jika ujian maka guru membantu anak berkebutuhan
khusus. Bantuan yang guru terapkan yaitu bantuan berupa membacakan soal bagi
siswa yang belum bisa membaca. Namun untuk siswa yang sudah bisa membaca
guru memberikan waktu yang lebih untuk mengerjakan dibandingkan dengan
siswa umum lainnya. Evaluasi pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dan untuk
ABK ada GPK yang membantu. “Untuk ABK karena ada GPK jadi nanti GPK-
nya yang membantu mengkodisikan atau membantu menterjemahkan ke anak.
Biasanya ada tambahan pelajaran,keterampilan, sering diajak ke perpustakaan”
(W1.GPKa.05042019.9-10). Jenis asesmen yang diterapkan yaitu akademik,
tingkah laku, sosial, riwayat kesehatan.
4.1.2.2 Narasumber 2 (Guru kelas bawah)
a. Hasil Wawancara di Lapangan
Guru melakukan pengamatan kemajuan akademik anak melalui proses
pembelajaran di kelas, tanya jawab, latihan-latihan soal, dan hasil kerja PR siswa.
Walaupun PR dibantu oleh orang tua, guru paham pada BAB atau tema mana
siswa belum memahami materi. “PR itu meskipun PR banyak yang salah mbak
meskipun PR boleh meminta tolong dengan keluarga dengan catatan menulis
sendiri tapi ada juga yang dituliskan. Nah gitu tapi kan namanya anak-anak juga
dari situ saya bisa oo kemajuannya kalau yang BAB ini masih kurang. Misalnya
tentang kata sapaan besok saya ulangi kata sapaan yang bagaimana yang pakai
apa. Lalu tema yang seperti ini kita belum bisa, yang bagian ini mereka belum
bisa ya saya ulangi lagi” (W2.GK2c.29032019.1-9).
GPK juga bertugas untuk mencatat hasil pengamatan siswa berkebutuhan
khusus untuk dilihat dan diamati perkembangannya sehingga bisa dilaporkan. “Ya
diamati terus GPK-nya yang mencatat. Salah satu yang mencatat, jadi kalau bikin
laporan raport nah itu ditulis di situ semua perkembangan-perkembangan. Jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
untuk yang berkebutuhan ada laporan perkembangan, ada laporan nilai yang
secara umum. Tapi ada laporan perkembangan khususnya. Kita buat seperti itu.
Memantau hasil belajar siswa setelah asesmen” (W3.GK1a.12042019.1-5).
Sekolah tidak melakukan asesmen secara berkala, namun sekolah mengadakan
asesmen mengundang pakar setahun sekali untuk kelas 1. Asesmen juga dilakukan
pada kenaikan kelas dan ketika kelulusan ujian namun tidak mengundang pakar.
Lalu ketika ada perkembangan atau kekurangan, siswa dituntut dan dibimbing
supaya ada kemajuan yang dihasilkan siswa. Guru juga menggunakan metode
tanya-tanya kepada keluarga dan orang-orang terdekat untuk mengetahui
perkembangan siswa dalam pembelajaran. Beliau kesulitan mengidentifikasi anak
itu berkebutuhan khusus atau tidak karena bukan ahli atau pakar ABK. Kriteria
yang ia gunakan pertama kali yaitu hanya siswa itu slow learner karena suatu saat
siswa dapat meningkat walau secara perlahan. Adanya GPK di sekolah juga
membantu guru untuk meminta pertimbangan mengetahui siswa berkebutuhan
khusus supaya tidak salah mendiagnosa siswa. “Saya kan harus selalu minta
pertimbangan dari bu Tiwi takutnya ya salah. Alhamdullilah bu Tiwi itu
pegalamannya sudah banyak. Jadi saya percaya sama bu tiwi. Untuk kalau keliru
kok kayaknya ya sedikitlah kemungkinan kelirunya” (W3.GK1a.12042019.8-11).
Program khusus yang guru berikan kepada siswa yaitu berupa keterampilan
dan mengurus diri sendiri. “Kalau program khusus yang kemarin cuma
keterampilan dan mengurus diri sendiri. Keterampilan itu kita membuat gelang,
cara menggosok gigi, cara makan yang benar, cara mencuci tangan yang baik.
Nah dulu itu ada anak yang BAB belum bisa cebok lalu ada temannya yang
membantu saya juga mengajari caranya cebok yang benar, lalu cara memakai
tali sepatu gitu saya mengajarinya kan ada yang belum bisa, cara menyisir
rambut dan juga diajari cara merapikan seragam gitu” (W2.GK2c.29032019.36-
45). Terkadang siswa juga diajak untuk membuat salad buah, lalu ada terapi
senam khusus. “Kalau programnya itu misalnya ABK pada waktu tertentu diajak
outbond, untuk ABK diajak masak-masak buat salad buah, terus nanti ada terapi.
Senam khusus menggunakan alat-alat seperti itu. Ya berimbang kan mungkin
anaknya ada yang aktifnya itu ya mesti lebih bisa melakukan kegiatan banyak”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
48
49
nah itu kita kumpulkan kemudian dari daftar per kelas tadi saya buat proposal,
saya ajukan ke ULD, Unit Layanan Disabilitas, itu sekitar bulan akhir Agustus,
akhir Agustus nanti biasanya pelaksanaannya sekitar Oktober. Iya, nanti itu satu
kota, satu kota bersamaan. UPT itu sudah ada kerja sama, kalau 2 apa 3 tahun
ini ya, itu dengan UII, dengan lembaga psikolognya UII. Jadi satu anak itu satu
psikolog, ketika hari asesmen itu mereka datang ke sini. Kalau anaknya 12 ya
psikolognya 12. Ya itu kira-kira 2 jam itu pelaksanaannya”
(W4.KSd.12042019.6-15).
Biaya untuk melakukan asesmen itu berasal dari proposal yang sudah disetujui
oleh dinas. Terkadang guru juga pernah salah mendiagnosis siswa. Siswa yang
tidak ABK dianggap ABK karena keterbatasan pengetahuan. Tidak ada program
khusus yang diadakan sekolah, disesuaikan dengan siswa lainnya. Program yang
biasa diikutkan yaitu keterampilan, pramuka, atau pelajaran tambahan. “Kalau
pramuka juga ikut. Anak-anak yang ABK itu malah banyak yang berprestasi lho
mbak... ee itu kemarin ada yang ikut lomba karate kalau tidak salah dapat juara
2, sering mbak disini itu malah yang ABK yang sering dapat juara. Terus
biasanya juga ada pelajaran tambahan untuk ABK semacamles”
(W2.KSa.12042019.6-10). Sekolah juga meminta kepada dinas untuk
mengadakan pelatihan bersama dengan sekolah inklusi lainnya.
Modifikasi kurikulum hanya berdasarkan penyederhanaan saja atau tingkatnya
diturunkan, dikurangi, atau bahkan beberapa indikator dihilangkan sesuai dengan
kemampuan siswa. “Iyaa untuk modifikasi itu hanya penyederhanaan, misale
anak-anak yang nganu hitungan 10 sampai 100, mungkin ABK hanya 10 sampai
50, hanya penyederhanaan saja” (W3.KSc.30032019.24-27). Kurikulum untuk
ABK dimodifikasi dengan membuat RPPI oleh GPK yang modelnya disesuaikan
dengan kurikulum 2013. Pengajaran yang diberikan untuk anak berkebutuhan
khusus di kelas juga tidak dikhususkan, sesuai dengan yang reguler. Hanya saja
anak berkebutuhan khusus diperhatikan lebih intensif. “GPK-nya kan ada 4 to
mbaknanti gantian. Tapi yang jelas setiap kelas nanti ada GPK-nya, jadi setiap
KBM itu GPK-nya yang anu.. apa.. menjelaskan ke anaknya”
(W2.KSa.12042019.15-16). Pelaksanaan ulangan harian siswa berkebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
khusus sama dengan yang lain namun KKM-nya diturunkan. Sekolah juga
melakukan evaluasi program untuk menindaklanjuti program ke depannya akan
dikelola seperti apa. Asesmen yang dilakukan sekolah hanya dibidang akademik
saja.
4.1.2.4 Narasumber 4 (Guru kelas atas)
a. Hasil Wawancara di Lapangan
Pengumpulan informasi anak dilakukan pada awal tahun saat pengisian di
LBK. Guru memantau kemajuan anak dengan menanyakan kepada orang tua
mengenai kebiasaan anak di rumah dan bertanya kepada guru kelas sebelumnya.
Hasil itu bisa juga untuk memantau perkembangan siswa dari tahun sebelumnya
hingga tahun ini. Setelah itu ia selalu memantau kemajuan anak melalui nilai
ulangan, tugas, sikap, dan cara pemahaman anak kepada materi. Asesmen tidak
diberlakukan secara berkala namun dilakukan setahun sekali. Cara guru
mendiagnosa siswa berkebutuhan khusus yaitu melalui observasi dan asesmen.
Terkadang juga melihatnya dengan cara memberikan soal yang sama dan
mendasar kepada semua siswa. Kemudian bisa terlihat siswa yang ABK atau
bukan.
Kesalahan dalam mendiagnosa anak berkebutuhan khusus karena kondisi anak
di setiap harinya berbeda atau karena kebiasaan buruknya yang tidur malam.
“Biasanya kesalahane bukan dari apa ya, jadi gini.. kan kondisi anak bermacam-
macam berkebutuhan khusus tidak bisa stabil setiap harinya, kadang kala kalau
diassesmen anak itu lagi istilahnya dari rumah ora kebeneran jadi dia drop, jadi
bisa jadi hasil assesmen lebih buruk dari sebenernya, bisa saja pada waktu
assesmen anak itu lagi seneng lagi semangat sehingga hasilnya lebih bagus
daripada kenyataanya itu sering. Iyaa.. jadi bukan dinamakan kesalahan karena
opo yoo tergantung mood nya, mood siswa kan naik turun disitu”
(W4.GK4c.30032019.11-18).
Program khusus tidak ada, namun setiap tahun ada beasiswa yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan siswa per orangnya. Ada juga ekstrakurikuler
sekolah, membuat kue, membatik, dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan satu
UPT. Program tersebut memberikan kesan yang membanggakan bagi siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
karena siswa berhasil mengikuti programnya dan menghasilkan karya yang bagus.
Guru selalu mendampingi siswa dalam menjalankan program yang diberikan.
Kurikulum dimodifikasi dengan melihat silabus yang penerapannya menurunkan
indikator atau disesuaikan dengan kemampuan siswa itu sendiri.
Pengajaran anak berkebutuhan khusus disamakan dengan yang lain dan
biasanya menggunakan media pembelajaran. Setelah pembelajaran jika ada siswa
yang belum mengerti maka guru membantunya. Terkadang ia juga tidak akan
memaksa siswa untuk mengerjakan sesuatu yang tidak disukai. Anak diharuskan
fokus kepada satu materi yang dia bisa namun juga harus benar 100%. “Saya
selalu menggali kemampuan apa yang dia bisa, yang gak bisa ngapain di gali,
wong gak bisa. Guru tidak banyak memberikan tindakan khusus untuk siswa
berkebutuhan khusus karena guru tidak menginginkan anak berkebutuhan khusus
merasa dibedakan dengan siswa yang lain sehingga semua kegiatan
pembelajaran dilakukan bersama secara klasikal dan guru membuat suasana
belajar yang senyaman dan semenyenangkan mungkin baik bagi siswa regular
maupun siswa berkebutuhan khusus” (W2.GK6d.02042019.37-48).
Guru sendiri tidak membedakan KKM. Walaupun nanti siswa tidak mencapai
KKM, guru melihatnya dari indikator yang diturunkan. Soal yang diberikan
kepada siswa berkebutuhan khusus juga sama namun berbeda kedalaman materi
saja. Evaluasi yang dilakukan sekolah ada di akhir semester bersama dengan guru.
“Proses evaluasinya misalnya oh di sini kurang ini, yok kita tambahin ini. Setiap
akhir semester itu ada omongan evaluasi. Waktu briefing atau waktu supervise itu
juga ada evaluasi” (W2.GK6d.02042019.49-53). Asesmen yang dilakukan bukan
hanya IQ namun juga perilaku siswa.
4.1.3 Hasil Observasi
Observasi yang peneliti lakukan yaitu observasi di kelas IV. Peneliti juga
melakukan observasi pada hasil dokumentasi. Peneliti memulai pada observasi di
kelas IV. Saat peneliti melakukan observasi, tidak ada GPK yang mendampingi di
kelas karena tidak ada jadwal GPK. Berikut peneliti deskripsikan hasil observasi.
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen
siswa. Guru mengatur tempat duduk siswa dengan meminta siswa laki-laki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
terlebih dahulu maju ke depan kelas. Lalu siswa perempuan diminta duduk
menyebar, 1 kursi hanya diisi dengan 1 orang. Setelah siswa perempuan
menempati tempat duduknya, guru menyuruh siswa laki-laki memilih tempat
duduknya. Tidak lupa juga posisi siswa yang tidak masuk diatur oleh guru. Guru
memulai pembelajaran dengan mengeluarkan kertas origami lalu menanyakan
bentuknya. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) hari itu yaitu mengulas kembali
materi sebelumnya yaitu mengenai bentuk bangun datar dan sedikit bangun ruang.
Siswa terlihat aktif dalam kelas ketika guru melakukan tanya jawab. Dari kertas
origami itu siswa ditanya banyak hal mengenai bentuk kertas, sudut yang mana,
perbedaan besar dan panjang, dan lain-lain. Tak lupa guru bertanya mengenai
ulasan materi tadi. Apakah masih ada yang belum dimengerti oleh siswa. Guru
juga memberikan perhatian lebih kepada siswa yang lambat belajar dengan
mengulang kembali materi dan meminta teman lainnya untuk bersabar.
Setelah itu guru membagikan kertas berisi soal. Kertas ini direncanakan
menjadi ulangan bagi siswa. Sambil siswa mengerjakan soal, guru menilai
pekerjaan siswa yang ada pada LKS. Ada beberapa siswa yang maju ke depan
untuk bertanya dan guru menjawabnya dengan sabar. Jawaban yang ia berikan
tidak langsung pada jawaban tetapi dengan pertanyaan yang menjurus pada
jawaban. Tak lama kemudian guru memutuskan untuk berkeliling melihat
pekerjaan siswa. Dari situ, semakin banyak siswa yang bertanya kepada guru dan
guru menjelaskannya satu per satu sampai siswa terlihat sudah jelas.
Berikut peneliti ungkapkan hasil observasi yang dilakukan di kelas IV
sesuai dengan pedoman observasi yang peneliti buat.
Tabel 4.4 Hasil Observasi Kelas IV
No Indikator Deskripsi Hasil Pengamatan
1 Melakukan upaya pengumpulan Tidak dilakukan peneliti karena dalam melihat
informasi untuk memantau kemajuan siswa memerlukan waktu setiap harinya.
kemajuan anak
2 Melakukan penyaringan atau Tidak dilakukan observasi karena saat itu tidak ada
screening proses screening.
3 Melakukan diagnosis atas Tidak dilakukan saat observasi karena saat itu tidak ada
kelayakan layanan pendidikan proses diagnosa.
khusus
4 Melakukan penempatan program Tidak dilakukan karena saat itu tidak ada program
bagi siswa berkebutuhan khusus khusus bagi siswa berkebutuhan khusus.
5 Melakukan penempatan Dalam observasi untuk kurikulum, guru sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
4.2 Pembahasan
Sekolah inklusi yaitu sekolah reguler yang mengakomodasi dan
mengintegrasikan siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam program
yang sama (Ilahi, 2013: 87). Berkaitan dengan teori, SD Mekar Jaya (SD a), SD
Cinta Kasih (SD b), SD Pagi Cerah (SD c), dan SD Harapan Mulia (SD d)
merupakan salah satu dari sekian SD yang mendapat label sekolah inklusi yang
ada di DIY, khususnya Kabupaten Sleman dan kota Yogya. Sebagaimana yang
dijelaskan pada pasal 2 dokumen Salamanca yang berbunyi
“Sekolah reguler dengan orientasi inklusif merupakan cara yang paling
efektif untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat
yang ramah, membangun masyarakat yang inklusif dan mencapai
pendidikan bagi semua” (Budiyanto, 2017: 13).
54
55
56
siswa dapat menjadi mandiri dan bisa merawat serta membersihkan dirinya
sendiri.
Diagnosis yaitu keputusan yang menyangkut kelayakan atas layanan
pendidikan khusus untuk melihat siswa apakalah siswa tersebut pantas untuk
disebut sebagai penyandang disabilitas (Friend dan William, 2015: 211). Proses
diagnosis yang dilakukan sekolah ini bertujuan untuk melihat apakah siswa pantas
disandang sebagai disabilitas. Dalam perjalanannya dalam mendiagnosa anak
yang berkebutuhan khusus, terkadang guru mengandalkan Guru Pendamping
Khusus (GPK) untuk meminta pertimbangan terkait perilaku anak tersebut.
Menurutnya, GPK sudah berpengalaman dalam melihat anak yang memiliki
kebutuhan khusus. Kegiatan meminta pertimbangan kepada GPK ini dilakukan
oleh SD a dan SD b. Guru juga mengandalkan hasil asesmen untuk mengetahui
siswa itu berkebutuhan khusus atau tidak. Melihat asesmen ini dilakukan di empat
SD yang peneliti teliti. Keempat SD ini juga mengadakan observasi, baik secara
akademik maupun tingkah laku siswa sebagai tambahan untuk melihat kebutuhan
siswa. Terkadang cara observasi memiliki kelemahan yaitu guru melihat siswa
yang dianggap kurang mampu dalam bidang akademik itu sebagai anak yang
berkebutuhan khusus, nyatanya ada faktor lain yang menyebabkan siswa seperti
itu. Namun kesalahan yang guru lakukan seperti itu hanya sebatas melabeli siswa
saja, tidak sampai pada catatan khusus seperti siswa berkebutuhan khusus yang
akan dilaporkan kepada dinas.
Sekolah inklusi seharusnya memiliki program bagi siswa berkebutuhan
khusus berkenaan dengan layanan-layanan pendidikan khusus yang diterima
siswa, seperti ruang kelas pendidikan umum, ruang sumber, atau ruang kelas
pendidikan khusus yang terpisah (Friend dan William, 2015: 215). Peneliti
melihat bahwa SD inklusi di wilayah Kota Yogya dan Kabupaten Sleman sudah
melaksanakan bagian ini karena ada beberapa program yang dilaksanakan. Tidak
hanya untuk anak berkebutuhan khusus, namun program ini juga bercampur untuk
anak reguler lainnya. Les tambahan, keterampilan merawat diri, pramuka,
pengadaan asesmen, dan beasiswa untuk siswa berkebutuhan khusus dilakukan
oleh SD c dan d. Program keterampilan memasak, les tambahan, dan mengajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
58
59
60
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan aspek asesmen dalam
penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman dan Kota Yogya,
peneliti menyimpulkan bahwa dalam penerapan aspek asesmen ditemukan
beberapa hal yaitu:
a. Sekolah mengumpulkan informasi berdasarkan tanya jawab dengan orang tua
siswa mengenai kebiasaan siswa di rumah.
b. Sekolah melakukan pemantauan kemajuan akademik melalui hasil ulangan,
kuis, cara pemahaman siswa ketika tanya jawab, PR, kegiatan proses belajar
mengajar di kelas, dan tugas. Sekolah juga memantau sikap siswa dalam
kesehariannya.
c. Sekolah tidak melakukan screening secara berkala namun sekolah melakukan
pemantauan kemajuan siswa. Sekolah juga tetap melakukan asesmen sebanyak
1 kali dalam satu tahun untuk siswa kelas I dan bagi siswa yang belum pernah
melakukan asesmen.
d. Sekolah mendiagnosa siswa melalui identifikasi atau observasi yang dilakukan
selama beberapa waktu. Kegiatan identifikasi ini dilakukan oleh guru kelas
yang kemudian akan didiskusikan oleh Guru Pendamping Khusus (GPK).
Kegiatan ini yang kemudian membawa siswa kepada proses asesmen pada
psikolog. Jika siswa sudah terlihat berkebutuhan khusus maka sekolah
mengikutsertakan siswa.
e. Jenis asesmen yang dilakukan sekolah ada dua, yaitu asesmen formal dan
asesmen informal. Asesmen formal yang dilakukan sekolah yaitu membawa
siswa berkebutuhan khusus kepada puskesmas terdekat untuk melakukan
asesmen. Sedangkan asesmen informal yang dilakukan sekolah yaitu melalui
guru yang melakukan pemantauan perkembangan siswa baik secara akademik
maupun sikap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
62
63
DAFTAR PUSTAKA
64
65
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
67
68
69
Aspek Sekolah
Sub Aspek yang Digali Jawaban Narasumber Kesimpulan
Inklusi
Asesmen Pengumpulan Guru Pendamping Khusus Dalam pengumpulan informasi serta
informasi untuk Iya kadang mengetahui kok anak seperti itu kan kita harus kemajuan anak, sekolah menggunakan
memantau kemajuan tahu latar belakang keluarga. Nanti kan di dalam assesmen identifikasi dan tanya jawab dengan orang
pendidikan siswa itu ada formulir ada pendataan nanti ada riwayat orang tua. tua atau tetangga-tetangga terdekat di
Kemajuan anak ada di ulangan harian mbak, ada juga eee rumahnya. Sedangkan untuk kemajuan anak
lewat ya kita misalnya kalau perkalian nanti diakhir di bidang akademik, sekolah menggunakan
pembelajaran kita ada kuis nanti bisa duluan itu yang keluar tes, ulangan harian, PR, atau tugas-tugas
itu paling yang tertinggal paling yang ABK itu kecuali kalau lainnya.
dia hafal tetep nanti kelihatan yang terakhir gak bisa jawab
itu nanti diakhir pembelajaran juga kita refleksi.
(W1.GPKc.29032019.1-7)
Guru kelas II
Iyaa, itu kan kayak identifikasi to mbak. Ya itu melalui tanya
jawab kemudian melalui latihan-latihan soal nah itu kan dari
situ kita juga tahu kemudian PR itu meskipun PR banyak yang
salah mbak meskipun PR boleh meminta tolong dengan
keluarga dengan catatan menulis sendiri tapi ada juga yang
dituliskan.Nah gitu tapi kan namanya anak-anak juga dari
situ saya bisa oo kemajuannya kalau yang BAB ini masih
kurang. Misalnya tentang kata sapaan besok saya ulangi kata
sapaan yang bagaimana yang pakai apa.Lalu tema yang
seperti ini kita belum bisa, yang bagian ini mereka belum bisa
ya saya ulangi lagi. (W2.GK2c.29032019.1-9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Kepala sekolah
Yaa tentu, itu guru membuat ee data kemajuan anak yaa, itu
membuat setiap individu anak, itu ada catatan sendiri yaa itu
sudah ada termasuk juga itu nganu ee.. buku perkembangan
siswa atau buku penghubung siswa itu ada disana, misale
anak tidak mengerjakan PR itu terus bukunya diberikan
kepada orangtua bisa membaca kalau anak ini sering tidak
mengerjakan PR maka orangtua bisa tau, dan ada lagi kalau
anak melakukan kesalahan itu orangtua bisa membaca dari
buku tersebut. Eee... cara memantaunya itu guru setiap eee
ada ulangan harian itu setiap itu ada jadwal tertentu ada
ulangan harian terus.. membuat yoo raport itu cara
memantau hasil belajar siswa, terus.. juga dilain ulangan
harian kita juga cara memantaunya ada UTS, tes semester
dan tes kenaikan kelas itu termasuk pemantauan siswa.
Disamping ee.. pengamatan-pengamatan tingkah laku yang
setiap harinya selalu kita awasi. (W3.KSc.30032019.1-11)
Guru kelas IV
Nek aku pengumpulan e kadang tak tanya orang tuanya, kalau
di sekolah seperti ini nah kalau di rumah bagaimana, seperti
si Akbar itu ya di kelas 4 masih ngeja kalau membaca. Nah
aku tidak hanya dengan guru sebelumnya, anaknya kalau di..
apa disuruh membaca gimana, lalu apakah kalau membaca
masih seperti itu, nah nanti dari informasi itu baru tak
simpulkan oh berarti anak ini belum mampu kayak gitu. Cara
memantau hasil belajarnya pertama dari nilainya, kedua
pemahamannya gimana. (W4.GK4c.30032019.1-9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Penyaringan atau Guru Pendamping Khusus Sekolah tidak mengadakan asesmen secara
screening Kita ya tetep dari awal itu kan dari observasi trus ke berkala namun asesmen diadakan setahun
identifikasi itu terlihat termasuk ABK apa tidak. Kalau berat sekali. Asesmen ini tidak mengundang
itu ke SLB tetapi kadang orang tuanya tidak mau, padahal pakar. Sekolah juga memantau kemajuan
kita sudah berusaha yang terbaik tetapi kadang orang tua itu dan perkembangan siswa.
tidak mau menerima kenyataan, tapi kalau ABK di umum itu
akademiknya pasti keberatan.Paling setahun sekali mbak pas
awal masuk pembelajaran. (W1.GPKc.29032019.8-12)
Guru kelas II
Sekolah tidak melakukan penyaringan secara berkala.
Assesmen itu kita mengadakannya pas masuk sekolah
kemudian pas waktu kenaikan kelas kalau yang kelas 6 mau
lulus ujian atau mau kelulusan ujian, itu dari pihak sekolah
sendiri kita tidak mengundang pakar, kalau yang mengundang
pakar itu yang kelas 1. Kalau dulu ada UGM itu menawarkan
trus ada juga yang IQ itu dari mana itu itu juga pernah tapi
kan bayarnya juga mahal trus BOS kan nggak ada untuk
seperti itu, cuma sekali tok siapa yang mau mengetahui IQ
nah yang dari orangtua yang berminat nah itu membayar.
Kalau membayarnya per kolektif itu masih murah sekitar
Rp70.000,00 itu per anak kalau yang assesmen dari
puskesmas kan cuma Rp30.000,00 kan
murah.(W2.GK2c.29032019.10-17)
Kepala sekolah
Eee, secara berkala nek untuk nganu nggak ada. Namun untuk
assesmen itu setiap tahun kita selalu ada, terus kita hanya
memantau kemajuannya perkembangan siswa ya itu aja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
(W3.KSc.30032019.12-14)
Guru kelas IV
Setahun sekali kalau biasanya. (W4.GK4c.30032019.10)
Diagnosis Guru Pendamping Khusus Untuk mendiagnosis siswa yang ABK,
Nanti kita dari awal pembelajaran kita sudah bisa lihat kalau sekolah menggunakan identifikasi atau
anak itu kesulitan dalam pembelajaran ini. Anak mengalami pengamatan kepada anak. Baik saat di kelas
kesulitan apalagi untuk yg kelas paling bawah ya kelas 1, maupun di luar kelas. Guru juga melihat ada
paling belum mampu mengenal huruf aja itu sudah kriteria-kriteria yang sekiranya jika anak itu
anu.Mungkin di setiap awal semester asal bisa baca dulu di berkebutuhan khusus. Kesalahan dalam
semester satu itu. Nanti semester dua fokusnya pemahaman diagnosis yang dilakukan guru sebatas
bacaan jadinya. Tapi kalo nanti di akhir semester dua di kelas melabeli siswa dengan kebutuhan khusus,
dua eh satu itu nanti emm apa kelihatan banget kok tidak bisa, nyatanya siswa itu normal.
oh berarti ini kategori ABK tapi kan tetep dengan prioritas
ada yang ABK yang ringan dan ada juga yang berat itu loh
mbak. Kesalahan diagnosis itu kita ooo anak itu bukan ABK
tapi kita diagnosisnya ABK ya mungkin kayak gitu aja tetapi
tidak kita opo yo kita sampaikan tertulis ke dinas atau apa
cuma kita mendata aja, kita mendatanya cuma secara
assesmen itu. (W1.GPKc.29032019.13-21)
Guru kelas II
Itu nganu eee mbak itu agak kesulitan juga to karena semua
bukan pakar ABK to jadi kita yaitu cuma dengan
perkembangan anaknya itu dalam pembelajaran apakah ada
perubahan apakah tetep apakah malah tambah nggak bisa,
terus saya tanya-tanya ke tetangga, temen-temennya di rumah
itu bagaimana keluarganya. Tetapi kalau saya si ini kriteria
nya ini gitu, tetapi kalau di sini tidak ada ada kriteria nya yoo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
mung cah bodo bukan ABK dalam artian nek cah bodo kui
biso dadi pinter, tetapi kalau lambat belajar atau slow learner
IQ-nya rendah tidak bisa berubah, maksudnya kan perubahan
lambat sekali suatu saat kan mereka bisa meningkat.
(W2.GK2c.29032019.18-35)
Kepala sekolah
Diagnosisnya mungkin hanya pengamatan ya, he.e mungkin
hanya pengamatan termasuk itu identifikasi itu ya. Untuk
kesalahan diagnosis guru selama ini... belum ada.
(W3.KSc.30032019.15-18)
Guru kelas IV
Melalui assesmen itu mbak, sama observasi. Biasanya
kesalahane bukan dari apa ya, jadi gini.. kan kondisi anak
bermacam-macam berkebutuhan khusus tidak bisa stabil
setiap harinya, kadang kala kalau diassesmen anak itu lagi
istilahnya dari rumah ora kebeneran jadi dia drop, jadi bisa
jadi hasil assesmen lebih buruk dari sebenernya, bisa saja
pada waktu assesmen anak itu lagi seneng lagi semangat
sehingga hasilnya lebih bagus daripada kenyataanya itu
sering. Iyaa.. jadi bukan dinamakan kesalahan karena opo
yoo tergantung mood nya, mood siswa kan naik turun disitu.
(W4.GK4c.30032019.11-18)
Penempatan program Guru Pendamping Khusus Program yang diberikan guru kepada siswa
bagi siswa Programnya paling les mbak, tambahan.Itu les tetapi kalau berkebutuhan khusus yaitu les atau
berkebutuhan khusus kurang menunjukkan hasil kepada siswa ya kita sudah tambahan pelajaran, keterampilan-
berusaha, kalau di sini ABK itu kan kalau ujian nasional ikut, keterampilan, dan memberikan fasilitas
nah kita sudah berusaha ngasih les atau apa itu anaknya tetep kepada siswa berkebutuhan khusus melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Guru kelas II
Kalau program khusus yang kemarin cuma keterampilan dan
mengurus diri sendiri. Keterampilan itu kita membuat gelang,
cara menggosok gigi, cara makan yang benar, cara mencuci
tangan yang baik. Nah dulu itu ada anak yang BAB belum
bisa cebok lalu ada temannya yang membantu saya juga
mengajari caranya cebok yang benar, lalu cara memakai tali
sepatu gitu saya mengajarinya kan ada yang belum bisa, cara
menyisir rambut dan juga diajari cara merapikan seragam
gitu. (W2.GK2c.29032019.36-45)
Kepala sekolah
Untuk programnya yang untuk berkebutuhan khusus secara
khusus tidak ada, programnya tetep awalnya tetep
disesuaikan dengan siswa yang lain. Ya mungkin kita ganti
atau tambahkan program lainnya mbak.
(W3.KSc.30032019.19-23)
Guru kelas IV
Program khusus kalau kami nggak secara khusus, cuma untuk
setiap tahunnya kan ada beasiswa. Kami ada jatah per anak
sekian dikhususkan untuk itu ya sesuai kebutuhan anaknya itu.
Dievaluasi apakah anak mau menggunakan fasilitas yang
diberikan atau enggak. Nek misalnya enggak kami alihkan ke
siswa yang lebih membutuhkan begitu.
(W4.GK4c.30032019.19-26)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Guru kelas II
Iyaa. Ya itu secara spontan waktu pembelajaran e mbak, kita
tidak bisa memprogram satu soalnya kita reguler, kalau
reguler itu kan yang ABK ikuti dulu nanti kalau dia merasa
keberatan kita ulangi lagi. (W2.GK2c.29032019.46-49)
Kepala sekolah
Iyaa untuk modifikasi itu hanya penyederhanaan, misale
anak-anak yang nganu hitungan 10 sampai 100, mungkin
ABK hanya 10 sampai 50, hanya penyederhanaan saja.
(W3.KSc.30032019.24-27)
Guru kelas IV
Ya tadi yang silabus itu tadi mbak. Penerapannya itu dalam
pembelajaran misale diturunkan itu tadi (indikatornya)
contohnya anak yang lain 5 indikator dia (ABK) cuma 2
indikator. (W4.GK4c.30032019.27-31)
Evaluasi pengajaran Guru Pendamping Khusus Pengajaran untuk siswa berkebutuhan
untuk siswa Kalo yang berkebutuhan khusus itu kalau ujian yang tidak khusus sama dengan siswa reguler lainnya.
berkebutuhan khusus bisa baca itu biasanya dibacakan, tetapi kadang kalau yang Hanya saja ia memberikan perhatian yang
ABK berapa orang ikut saya ke perpus saya bacakan, tetapi lebih intensif. Misalnya ketika ulangan, guru
kalau yang udah bisa mengerjakan itu diberi waktu yang lebih bersedia membacakan soal pada siswa yang
lama. Biasanya kalau yang normal itu 2 jam nanti yang ABK belum bisa membaca. Selain itu juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
2,5 jam gitu. (W1.GPKc.29032019.32-37) mengulang materi jika belum jelas dan
kemudian siswa diberikan PR.
Guru kelas II
Secara umum itu sama. Kalau misal ada yang membutuhkan
seperti itu kita layani maksudnya anak itu belum bisa dalam
hal ini kita ulangi sendiri setelah pulang sekolah atau dia
saya kasih PR gitu kalau yang lainnya enggak beda nanti
kalau yang reguler. (W2.GK2c.29032019.50-54)
Kepala sekolah
Untuk pengajarannya tetep sesuai dengan anu sama dengan
yang reguler. Eee... ndak ada yang secara khusus ndak ada
hanya soale hanya itu kok anak berkebutuhan khusus hanya
saya kira hanya memerlukan perhatian lebih intensif saja.
Jadi mungkin hanya kita tingkatkan atau pemantauan atau
kita setiap harinya itu eee hanya melihat, ee memantau anak-
anak itu bagaimana. (W3.KSc.30032019.28-34)
Guru kelas IV
Sama dengan yang lain. Nah biasane setelah pembelajaran
atau misalnya pelajaran sudah selesai dia belum dong nah
baru. Karena secara teorinya sekolah inklusi tidak boleh
membedakan. (W4.GK4c.30032019.32-35)
Evaluasi program Guru Pendamping Khusus GPK bertugas sebagai orang yang diajak
untuk siswa Iya sama tetapi itu yang membuat guru kelas saya cuma jadi berdiskusi mengenai anak berkebutuhan
berkebutuhan khusus pertimbangan ini kalo ini gimana nah ya, gitu. khusus. KKM dan indikator untuk siswa
(W1.GPKc.29032019.38-39) berkebutuhan khusus akan diturunkan sesuai
dengan kemampuan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Guru kelas II
Kalau evaluasi nya itu yaitu kalau nanti dalam hal penilaian
itu KKM yang untuk normal misalnya 70 dalam pelajaran
tertentu ya saya turunkan kemudian indikatornya harus
pencapainnya mendapat nilai KKM 80 yang ABK tidak
sampai 80 meskipun nanti di dalam raport itu nilainya sama
tetapi nanti dikasih bintang mbak yaitu kan karena ABK kalau
di dinas kan udah tahu kalau seperti jadi kan ada poinnya.
(W2.GK2c.29032019.55-59)
Kepala sekolah
Pelaksaanaanya tetep sama, ada ulangan harian. Tapi nanti
untuk yang berbeda itu biasanya KKM nya kita
turunkan.Perbedaannya hanya di KKM. Mungkin
pemantaunnya seperti itu.(W3.KSc.30032019.38-40)
Guru Kelas IV
Nek kami biasane sih mbak nek aku tak samakan dulu cuma
KKM nya nek untuk mereka tak turunkan itu. Jadi opo yo.. yo
bukan KKM sih ya karna berdasarkan indikator yang dibuat
tadi kalau yang lain 5 kan anak ABK 2 walaupun nanti
nilainya sama tapi indikatornya beda.
(W4.GK4c.30032019.37-39)
Ruang lingkup Guru Pendamping Khusus Asesmen yang dilakukan sekolah hanya
berdasarkan aspek Akademik itu paling. (W1.GPKc.29032019.40) dibidang akademik saja.
kehidupan anak
Guru kelas II
Secara umum mbak. (W2.GK2c.29032019.60)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Kepala sekolah
Assemen nya itu..yang sudah dilakukan disini hanya dibidang
nganu.. opo dibidang akademik. Kalau akademiknya sudah
kita tahu ini lemah baru kita menindaklanjuti.
(W3.KSc.30032019.41-43)
Guru kelas IV
Biasane kalau itu kan paling dari psikolog mbak kan jadi
instrumennya jadi sana juga biasane ada opo yo selain IQ
jadi perilakunya yo semacam kayak tes IQ tapi bukan itu yang
dinilai. (W4.GK4c.30032019.40-44)
Kepala sekolah
Dengan pengamatan mbak, nanti pas KBM itu guru-guru
biasanya punya catatan khusus tentang anak-anak. Dari situ
kan kelihatan nanti anak-anak ini beres atau ndak.
(W2.KSa.12042019.1-2)
Guru kelas I
Ya kalau caranya dengan pengamatan mbak melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Kepala sekolah
Screening itu biasanya setahun dua kali mbak.. pasti setiap
tahun ada screening nanti. (W2.KSa.12042019.3)
Guru kelas I
Pelaksanaan screening itu ya ketika masuk saja. Tapi nanti
misalnya ada perkembangan (kok ada kekurangannya di sini)
jadi kita tekan terus ada kemajuan itu bisa.
(W3.GK1a.12042019.6-7)
Diagnosis Guru Pendamping Khusus Guru mendiagnosa siswa berkebutuhan
Kita amati lewat observasi. Pernah salah diagnosis, di awal khusus melalui observasi. Terkadang juga
semester biasanya kelas 1 itu anak belum bisa baca tulis, nah meminta pertimbangan dari GPK terkait
itu kebetulan wali kelasnya mengikutkan asesmen dan anak tersebut.
ternyata anak itu tidak apa-apa. (W1.GPKa.05042019.4-5)
Kepala sekolah
Ya seperti tadi, diamati kemudian GPK sama guru sama-sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Guru kelas I
Karena didampingi oleh GPK jadi kalo saya merasa belum.
Belum pernah cuman untuk yang pendamping itu yang
membantu saya, jadi saya kan harus selalu minta
pertimbangan dari bu Tiwi takutnya ya salah. Alhamdullilah
bu Tiwi itu pegalamannya sudah banyak. Jadi saya percaya
sama bu Tiwi. Untuk kalau keliru kok kayaknya ya sedikitlah
kemungkinan kelirunya. (W3.GK1a.12042019.8-11)
Penempatan program Guru Pendamping Khusus Program yang diberikan sekolah kepada
bagi siswa Program yang diberikan itu ya pelajaran tambahan mbak, siswa berkebutuhan khusus yaitu les
berkebutuhan khusus keterampilan. Biasanya mengajak orang tua, selalu orang tua tambahan dan keterampilan-keterampilan
itu dipesan membantu untuk mendampingi sekolah baik cara seperti memasak, pramuka, dan lain-lain.
belajar, kemandirian. (W1.GPKa.05042019.6-7) Sekolah juga mengirimkan siswa untuk
mengikuti kegiatan di luar sekolah dan
Kepala sekolah meraih prestasi.
Banyak kalau programnya mbak.. disekolah itu anak-anak
ada keterampilan-keterampilan, kalau pramuka juga ikut.
Anak-anak yang ABK itu malah banyak yang berprestasi lho
mbak ... eee itu kemarin ada yang ikut lomba karate kalau
tidak salah dapat juara 2, sering mbak disini itu malah yang
ABK yang sering dapat juara. Terus biasanya juga ada
pelajaran tambahan untuk ABK semacamles.Kita dampingi
terus anaknya. (W2.KSa.12042019.6-10)
Guru kelas I
Kalau programnya itu misalnya ABK pada waktu tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Guru kelas I
ABK dengan yang reguler sama kurikulumnya cuman ya
misalnya begini saya ngajar kelas 3, jadi anak yang umum itu
10 nomer untuk yang slow learner itu cukup 5. Tapi kadang-
kadang GPK itu memberi soal kalau secara umum kan nggak
bisa. (W3.GK1a.12042019.17-19)
Evaluasi pengajaran Guru Pendamping Khusus Pengajaran di kelas seperti biasa, namun ada
untuk siswa Untuk ABK karena ada GPK jadi nanti GPK-nya yang GPK yang membantu guru untuk
berkebutuhan khusus membantu mengkodisikan atau membantu menterjemahkan ke mendampingi siswa berkebutuhan khusus.
anak. Biasanya ada tambahan pelajaran, keterampilan, sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Kepala sekolah
GPK-nya kan ada 4 to mbaknanti gantian. Tapi yang jelas
setiap kelas nanti ada GPK-nya, jadi setiap KBM itu GPK-
nya yang anu.. apa.. menjelaskan ke anaknya.
(W2.KSa.12042019.15-16)
Guru kelas I
Kalau yang kelas 1 tidak ada bimbingan khusus karena
anaknya untuk akademik jelas tidak bisa tapi yang penting
tadi agar anak bersosialisasi. Jadi untuk kelas 1 saya tidak
melakukan bimbingan khusus jenisnya tidak membutuhkan,
tapi kalau yang slow learner itu ditambahi.
(W3.GK1a.12042019.20-22)
Evaluasi program Guru Pendamping Khusus Evaluasi untuk siswa berkebutuhan khusus
untuk siswa Pelaksanaan program evaluasi PTS dan PAS lalu dilaporkan pada saat PTS dan PAS dan melalui ulangan
berkebutuhan khusus saat rapat. (W1.GPKa.05042019.11) lalu dilaporkan secara narasi.
Kepala sekolah
Lewat ulangan sama kebisaan sehari-hari mbak nanti kita
diskusikan kemajuan anaknya. (W2.KSa.12042019.17-18)
Guru kelas I
Itu nanti dilaporkan secara narasi, anak ini begini-
begini.Dilihat dari ulangan dan lain-lain.
(W3.GK1a.12042019.23)
Ruang lingkup Guru Pendamping Khusus Asesmen yang dilakukan sekolah dibidang
berdasarkan aspek Kognitif, tingkah laku, sosial, riwayat kesehatan. akademik, tingkah laku, sosial, dan riwayat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Guru kelas I
Asesmen disni ya cuma akademik saja.
(W3.GK1a.12042019.24)
Guru kelas I
Ya mengumpulkan mbak, kalau anak ini nakal nanti kita
panggil orang tuanya mbak. (W2.GK1b.09042019.1-2)
Guru kelas IV
Ya pengumpulan informasi atau data anak itu di awal tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Guru kelas I
Tidak mbak, kalau seandainya anak ini masuk tetapi umurnya
belum cukup ya kami terima mbak. (W2.GK1b.09042019.3-4)
Guru kelas IV
Belum mbak. Sekolah belum melakukan penyaringan atau
screening secara bekala. (W4.GK4b.11042019.3)
Diagnosis Kepala Sekolah Diagnosa yang dilakukan oleh guru dilihat
Mendiagnosis anak yang berkebutuhan khusus diserahkan ke berdasarkan hasil belajar siswa dan melalui
GPK karena yang lebih tahu mengenai anak berkebutuhan pengamatan sikap siswa. Setelah itu
khusus kan GPK, kalau memang anak membutuhkan test ke biasanya guru meminta pertimbangan dari
psikolog nanti sekolah merujuk ke ULD karena kalau tes ke GPK untuk lebih jelasnya.
psikolog mahal sekali, nanti kalau di ULD kan dibiayai oleh
dinas tapi harus mengajukkan proposal dulu berapa anak
yang harus ditest, kalau ABK-nya ringan-ringan masih GPK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Guru kelas I
Iya itu tadi mbak, kita cuma menebak aja, nanti kita liat misal
anak berkebutuhan khusus ini cirinya seperti ini, ya kita lihat
anak itu termasuk dalam ciri-ciri itu bukan, kalau iya ya kita
berarti anak itu berkebutuhan khusus, dah kita cuma gitu aja
mbak. Sampai saat ini belum mbak. (W2.GK1b.09042019.5-9)
Guru kelas IV
Itu eee itu mbak.. mendiagnosisnya yang berkebutuhan khusus
dengan cara dari hasil yang tidak seimbang dengan anak
reguler. Kalau saya belum pernah melakukan kesalahan
dalam mendiagnosis anak mbak. (W4.GK4b.11042019.4-5)
Penempatan program Kepala Sekolah Sekolah belum melaksanakan program
bagi siswa Program khusus belum dipersiapkan oleh sekolah mungkin khusus bagi anak berkebutuhan khusus
berkebutuhan khusus kalau sekolah lain ada. Perbaikan dengan cara belajar namun sekolah mengadakan les tambahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
tentang ke-ABK-an, melalui Dinas meminta semacam Program-program yang dilakukan siswa
pelatihan tapi gabung sekolah lain yang sekolah inklulsi nanti yaitu biasanya dari dinas atau UPT terkait
pelatihan bersama.Ya kita dampingi aja mbak. untuk melakukan uji keterampilan seperti
(W1.KSb.09042019.13-15) membatik, membuat kue, dan lain-lain.
Guru kelas I
Programnya disesuaikan dengan anak yang biasa, kita
tambah waktu, diadakan les tambahan.
(W2.GK1b.09042019.10-12)
Guru kelas IV
Pelatihan khusus untuk ABK ya paling yang kegiatannya
membuat kue, membatik, dilaksanakan satu UPT gitu mbak.
Program yang diberikan malah mampu dan bisa melakukan
meskipun tetap ada yang membantu di sana tapi bisa
menyelesaikan, hasilnya bagus, dan mereka bangga.
(W4.GK4b.11042019.6-9)
Penempatan kurikulum Kepala Sekolah Sekolah menggunakan 2 kurikulum yaitu
untuk memulai Pakai kurikulum modifikasi ya, untuk yang ABK itu kurikulum kurikulum dari pemerintah untuk siswa
pengajaran bagi siswa modifikasi memang, kita kenal dengan eee…sistem reguler dan kurikulum modifikasi untuk
berkebutuhan khusus pembelajaran individual RPP-nya RPPI, kalo kita untuk yang siswa ABK. Faktanya kurikulum modifikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
guru kelas itu RPP-nya RPP yang reguler, nanti untuk yang itu sama dengan kurikulum dari pemerintah,
ABKitu untuk GPK yang membuat, nanti eee…modelnya kan hanya saja dalam penerapannya itu indikator
individual jadi setiap anak kan beda-beda disesuaikan dan KKM disesuaikan dengan kemampuan
kebutuhan si anak. Namun sama mengunakan kurikulum siswa.
2013. Gimana yo masalahnya sekarang ini yang diterapkan
reguler saja kurikulumnya terlalu berat sebenarnya, jadi
materinya itu terlalu berat bagi anak. Sekarang ini anaknya
gini ya kita menggunakan tematik tapi nanti dipenilaian itu
kan kita harus milah-milah lagi nanti di rapotnya juga mapel
bukan pertema itu. (W1.KSb.09042019.16-23)
Guru kelas I
Tidak, kita semua samakan kok mbak.
(W2.GK1b.09042019.13)
Guru kelas IV
Kurikulumnya ada dua model mbak untuk anak reguler dan
ABK menggunakan model modifkasi tetapi intinya sama saja.
Tapi penerapannya untuk anak reguler dan ABK disesuaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Guru kelas I
Sama seperti yang lain mbak, tapi kita adakan les supaya
tidak tertinggal mbak. Kalau tambahan waktu hanya di
ulangan saja mbak, tapi kalau pembelajaran disesuaikan
semua kok mbak. Tapi ya itu sedikit susah karena anak yang
lain sudah paham tapi anak berkebutuhan khusus belum tentu
mbak makanya diadakan les. (W2.GK1b.09042019.15-19)
89
Guru kelas IV
Sama mbak dengan siswa reguler, hanya beda soal atau
kedalaman materi aja. (W4.GK4b.11042019.17-18)
Ruang lingkup Kepala Sekolah Asesmen yang dilakukan sekolah yaitu
berdasarkan aspek Asesmen yang dilakukan sekolah kepada siswa yang paling asesmen dibidang akademik saja.
kehidupan anak pokok bidang akademik. (W1.KSb.09042019.31)
Guru kelas I
Akademik aja mbak. (W2.GK1b.09042019.22)
90
Guru kelas IV
Asesmennya dibidang kognitf mbak. (W4.GK4b.11042019.19)
Guru kelas VI
Sebenernya ada seperti itu. Tapi rata-rata yang di tempat
saya itu, yang ABK itu, stuck aja di situ karena di rumah itu
kurang dukungan dari orang tua. Kalo masalah
perkembangan, perkembangan itu sedikit banyaknya sih ada
ya ada. Tapi kalo saya ya lebih materi esensial. Terus
pelajaran-pelajaran yang kemarin sudah saya sampaikan, kita
ulas lagi waktu sarapan pagi itu. Nah misalnya, kita sudah
menyelesaikan materi ini di hari itu, kita adakan tes kan. Dari
evaluasi itu kita juga bisa, kita analisis. Soal nomor satu yang
gak bisa berapa, soal nomor dua yang gak bisa berapa. Dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Kepala sekolah
Pasti itu mbak. Lewat ulangan-ulangan
mbak.(W4.KSd.12042019.1-2)
Penyaringan atau Guru kelas II Sekolah melakukan screening setahun sekali
screening Iya, ada. Jangka waktunya per semester. dan tidak ada screening secara berkala.
(W1.GK2d.28032019.8-9)
Guru kelas VI
Kalo screening enggak, gak secara, diadakan, dijadwalkan
gitu enggak. Makanya kayak tadi, kalo masalah screening kan
guru juga bisa to screening di awal, seperti yang saya
sebutkan tadi, kita gak lama kok. Kalo ngeliat dia dari segi
kognisinya lho ya, kognisinya gak lama. Kita bisa nebak
hasilnya bagaimana dengan beberapa kali pre-test saja sama
review-ing yang kelas 4 dan 5. (W2.GK6d.02042019.16-20)
Kepala sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Guru kelas VI
Jadi guru akan memberikan soal yang mendasar dan sama.
Kemudian diberikan tes yang levelnya sama. Nah di situ kita
sudah bisa melihat anak mana saja yang masuk ke dalam
kriteria-kriteria ABK. Kita hanya mendiagnosa saja karena
yang berhak itu yang mengasesmen tapi kita hanya bisa
menduga. Makanya kita lihat anaknya lalu kita ajukan.Ada.
Pernah sekali. Penyebabnya ternyata sering tidur malam,
karena nunggu orangtuanya bekerja, pulang kerja. Orang
tuanya kalo malam itu jual air di pasar, air bersih itu hlo,
kalo malem. Sebenarnya dia normal, gak ada hambatan.
(W2.GK6d.02042019.21-27)
93
Kepala sekolah
Nah tadi dari hasil identifikasi awal, kita ada apa formatnya,
untuk mengidentifikasi anak-anak ini nanti ada kelemahannya
di apa. Itu nanti dari hasil identifikasi itu guru akan, saya
biasanya yang menanya mereka, kelas satu ini siapa saja
yang cenderung ABK. Sampai kelas 6 nah itu kita kumpulkan
kemudian dari daftar per kelas tadi saya buat proposal, saya
ajukan ke ULD, Unit Layanan Disabilitas, itu sekitar bulan
akhir Agustus, akhir Agustus nanti biasanya pelaksanaannya
sekitar Oktober. Iya, nanti itu satu kota, satu kota bersamaan.
UPT itu sudah ada kerja sama, kalau 2 apa 3 tahun ini ya, itu
dengan UII, dengan lembaga psikolognya UII. Jadi satu anak
itu satu psikolog, ketika hari asesmen itu mereka datang ke
sini. Kalau anaknya 12 ya psikolognya 12. Ya itu kira-kira 2
jam itu pelaksanaannya. Gak pernah mbak
kayaknya.(W4.KSd.12042019.6-15)
Penempatan program Guru kelas II Sekolah tidak menerapkan program khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
bagi siswa Ada, ada jam tambahan. Jadi seperti bimbel, jadi untuk bagi siswa namun sekolah mengadakan les
berkebutuhan khusus khusus anak ABK thok yang bimbel tambahan, materi apa tambahan. Kegiatan-kegiatan yang
yang belum bisa nanti ada tambahan sendiri. Itu sebenarnya dilakukan sekolah bukan inisiatif dari
bukan dari sekolah karena tu kayak, tapi itu ngajuin ke, sekolah melainkan dari pihak luar.
darimana ya mbak, saya kurang tau tapi kemarin saya
soalnya juga dapet dan itu tidak semua ABK jadi diseleksi
soalnya itu kayaknya bukan dari sekolah. Itu kan ada dananya
begitu lho. Kayak di seleksi dulu, misalnya di kelas 2 ada lima
ABK, terus yang dipilih hanya dua yang harus difokuskan
dibimbing. Yo tetep, kalo dari saya ya itu tadi mbak, tetep
individu itu tetep jalan terus, pendekatan seneng kalo dia pas
nyambung gitu, seneng mbak. Terutama di keterampilan.
Kalau SBdP kan nyanyi-nyanyi, gerak, itu bisa ngikuti. Tapi
ketika suruh nulis, teori tu wes. (W1.GK2d.28032019.14-19)
Guru kelas VI
Kalo di sini gak ada, gak ada program khusus. Paling cuma
kayak ekskul kayak gitu. Gak ada program khusus kayak
tambahan gitu gak ada. Ya kita dampingi dulu aja mbak.
Paling kalau tidak menunjukkan hasil ya kita perbaiki lagi
caranya. (W2.GK6d.02042019.28-31)
Kepala sekolah
Seperti yang dijelaskan pada poin langkah-langkah asesmen,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Guru Kelas VI
Enggak mbak. Tapi siswa berkebutuhan khusus itu
indikatornya saya turunkan saja.Sama aja mbak sama semua
siswa. Cuman kalau dia ngerjain ulangan saya kasih waktu
tambahan. Terus saya ulang pelajarannya kalau dia belum
ngerti. (W2.GK6d.02042019.32-35)
Kepala sekolah
Modifikasi kurikulum bagi siswa berkebutuhan khusus
dilakukan pada indikator tiap KD. Bisa dengan diturunkan,
dikurangi, atau beberapa indicator dihilangkan, disesuaikan
dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus yang
bersangkutan. Penerapan modifikasi kurikulum di kelas
seperti kurikulum regular, secara klasikal. Namun karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Guru kelas VI
Dari semester satu semua materi saya berikan, pada akhirnya
nanti kan setiap kali saya ada ulangan atau apa, saya tu ada
hasil analisis saya. Saya membuat analisis soal. Soal nomor 1
tu yang gak bisa siapa aja. Soal nomor dua soal model kayak
gini, oh anak ini ini ini gak bisa. Kalo ini bisa, kalo yang ini
gak bisa. Saya kelompokkan. Materi-materinya itu saya
kelompokkan. Udah kan, ketemu kan. Ini si A ini Cuma bisa
materi ini. Ini dan ini. udah, kamu pelajari yang itu aja. Itu
kamu pelajari, itu harus benar 100%. Yang lainnya ndak
usah. Saya selalu menggali kemampuan apa yang dia bisa,
yang gak bisa ngapain di gali, wong gak bisa. Guru tidak
banyak memberikan tindakan khusus untuk siswa
berkebutuhan khusus karena guru tidak menginginkan anak
berkebutuhan khusus merasa dibedakan dengan siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Kepala sekolah
Sama kayak siswa reguler aja sih mbak dikasih ulangan-
ulangan latihan. Nanti kita lihat perkembangannya. Gak ada
mbak. Paling cuma les tambahan aja.(W4.KSd.12042019.26-
29)
Evaluasi program Guru kelas II Proses evaluas diadakan di akhir semester
untuk siswa Ya lewat ulangan-ulangan gitu aja saat briefing atau saat supervisi.
berkebutuhan khusus mbak.(W1.GK2d.28032019.32-33)
Guru kelas VI
Program inklusi itu sendiri sebenarnya yang mencanangkan
bukan sekolah. Pemerintah melabeli sekolah itu sekolah
inklusi. Untuk evaluasinya ya tetep ada evaluasi. Tetep ada.
Proses evaluasinya misalnya oh di sini kurang ini, yok kita
tambahin ini. Setiap akhir semester itu ada omongan evaluasi.
Waktu briefing atau waktu supervisi itu juga ada evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
(W2.GK6d.02042019.49-53)
Guru Pendamping Khusus
Nanti kita diskusikan mbak anaknya dari ulangan dan sehari-
hari bagaimana. (W3.GPKd.09042019.25-26)
Kepala sekolah
Sama kayak siswa reguler aja sih mbak dikasih ulangan-
ulangan latihan. Nanti kita lihat perkembangannya.
(W4.KSd.12042019.30-31)
Ruang lingkup Guru kelas II Asesmen yang dilakukan sekolah hanya
berdasarkan aspek Saya belum terlalu tau detail tentang asesmen. dibidang koginitif dan sikap.
kehidupan anak (W1.GK2d.28032019.34-45)
Guru kelas VI
Kalo asesmennya ya itu, kognisi, sikap. Baru sampe di situ.
(W2.GK6d.02042019.54-55)
Kepala sekolah
Akademik aja mbak. (W4.KSd.12042019.32)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
100
Keterangan
Dokumen Deskripsi
Ada Tidak
Informasi perkembangan Informasi perkembangan anak berupa buku
anak penghubung. Buku ini berisi catatan-catatan
perilaku siswa di kelas. satu buku untuk satu
anak di kelas. Buku ini juga diberikan kepada
orang tua murid. Tujuannya agar orang tua
murid mengetahui perilaku anak di sekolah.
Selain berisi catatan-catatan, buku ini nanti
ditandatangani oleh orang tua murid.
Informasi latar belakang Buku ini berisi data-data orang tua murid
orangtua/wali anak berupa formulir saat pendaftaran penerimaan
siswa baru.
Alat identifikasi anak Sekolah tidak memakai alat identifikasi
berkesulitan belajar khusus. Sekolah hanya menggunakan
observasi untuk mengidentifikasi siswa.
Daftar anak yang berindikasi Untuk kelas 4, guru hanya melingkari siswa-
kesulitan belajar/bermasalah siswa yang dirasa memiliki kebutuhan khusus.
Catatan kemajuan anak Catatan kemajuan anak berupa hasil ulangan-
ulangan yang diadakan guru.
Nilai rapot Rapot yang dibuat untuk siswa berkebutuhan
khusus sama dengan rapot siswa lainnya.
Hasil asesmen Hasil asesmen ini didapatkan dari puskesmas
terdekat, tempat anak untuk melakukan
asesmen. Hasil asesmen ini ada dari berbagai
macam tingkatan kelas siswa karena asesmen
ini diadakan bagi siswa yang belum pernah
asesmen.Hasil asesmen yang dikeluarkan
berisi identitas siswa, tujuan pemeriksaan,
hasil pemeriksaan, dan kesimpulan dan saran.
Pada bagian hasil pemeriksaan, akan
dijelaskan keadaan siswa mulai dari
kemampuan kognitif hingga kemampuan
visual dan motorik. Pada bagian kesimpulan
dan saran akan diberikan saran kepada guru
dan orang tua untuk membimbing siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
102
mengundang pakar.
Sekolah juga
memantau kemajuan
dan perkembangan
siswa.
Melakukan Guru Diagnosa yang Untuk mendiagnosis Sekolah
diagnosis mendiagnosa dilakukan oleh siswa yang ABK, mendiagnosa
siswa guru dilihat sekolah siswa dengan
berkebutuhan berdasarkan menggunakan cara mengamati
khusus melalui hasil belajar identifikasi atau siswa dari
observasi. siswa dan pengamatan kepada perilku,
Terkadang juga melalui anak. Baik saat di berbicara, dan
meminta pengamatan kelas maupun di luar pengerjaan soal.
pertimbangan sikap siswa. kelas. Guru juga Kegiatan ini
dari GPK terkait Setelah itu melihat ada kriteria- dilakukan
anak tersebut. biasanya guru kriteria yang sebagai bagian
meminta sekiranya kalau dari langkah- -
pertimbangan anak itu langkah
dari GPK untuk berkebutuhan asesmen. Ketika
lebih jelasnya. khusus. Kesalahan sudah
dalam diagnosis mendapatkan
yang dilakukan guru data, sekolah
sebatas melabeli akan membawa
siswa dengan siswa ke ULD
kebutuhan khusus (Unit Layanan
nyatanya siswa itu Difabilitas)
normal. untuk segera
diasesmen.
Melakukan Program yang Sekolah belum Program yang Sekolah tidak -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
104
105
106
107
BIOGRAFI PENULIS