Anda di halaman 1dari 24

ANATOMI SISTEM ORGAN

Sistem panca indra

a. Mata

b. Hidung

c. Lidah
d. Telinga

1. System peliput
GEJALA PENYAKIT DAN PARAMETER KLINIK
A. SISTEM SARAF

Gejala :

1. Sakit saraf otonom, umumnya berupa berkeringat terlalu banyak, mata dan mulut
kering, sulit buang air besar, disfungsi kandung kemih, dan disfungsi seksual.
2. Sakit saraf motorik, umumnya berupa kelemahan otot, atrofi otot (ukuran otot
mengecil), otot berkedut, dan kelumpuhan.
3. Sakit saraf sensorik, umumnya berupa nyeri, sensitif, kebas atau mati rasa, kesemutan,
perih, dan gangguan kesadaran posisi.

Penyakit :

1. Epilepsi : terjadinya aktivitas yang berlebihan dari sekelompok sel neuron pada otak
sehingga menyebabkan berbagai reaksi pada tubuh manusia muai dari bengong sesaat,
kesemutan, gangguan kesadaran, kejang-kejang dan atau kontraksi otot. Parameter :
2. Depresan : Perubahan mood (Perilaku, Emosi, Energi, Nafsu makan, Tidur, Berat badan).
Parameter :

B. SISTEM LOKOMOTORIUS

Gejala : Kerapuhan dankeropos pada tulang

Penyakit :

1. Osteoporosis : Kerapuhan Tulang.Parameter : Kepadatan tulang

C. PANCA INDRA
Gejala :
1. Mata : Refleks akomodasi, mata tdk reflex dalam melihat. Tidak tajam dalam melihat,
tidak dapat membedakan warna
2. Telingan: Tidak tajam dalam pendengaran
3. Pengecap : Tidak dapat membedakan rasa asam, manis, asin dan pahit
4. Penciuman : tidak tajam dalam merasakan interaksi bau

Parameter :

D. SISTEM KARDIOVASKULAR DAN PEMBULUH DARAH


Gejala :
1. Detak jantung tidak teratur
2. Otot jantung memompa oksigen dengan lemah
3. Tekanan darah : tekanan darah > 120/80 mmHg
4. Waktu koagulasi lama
Penyakit :

1. Aritmia : Ritme jantung tidak teratur, parameter : Ritme jantung teratur


2. Angina pectoris : Nyeri atau rasa tidak nyaman pada dada seperti tekanan atau rasa
berat yang berlangsung kurang dari 10 menit (angina stable) atau lebih dari 30 menit
(angina unstable); Nyeri dada yang menjalar ke lengan, leher, rahang, bahu atau
punggung kiri; Mual; Lemas; Sesak; Berkeringat; Pusing.

Parameter : Ketidak seimbangan Antara suplai dan kebutuhan oksigenn pada otot
jantung. disebabkan karena penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah dalam
tubuh.

3. Hipertensi : Tekanan darah tinggi


• Sakit kepala parah • Kelelahan
• Pusing • Nyeri dada
• Penglihatan buram • Sulit bernapas
• Mual • Darah dalam urin
• Telinga berdenging • Sensasi berdetak di dada, leher,
• Kebingungan atau telinga
• Detak jantung tak teratur

Parameter klinik : tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG).
Tekanan darah normal berkisar di angka 120/80 mmHG.

4. Hiperlipidemia : kadar lemak (kolesterol, trigliserida, ataupun keduanya) dalam darah


meningkat. Ditandai dengan adanya bintil atau benjolan berisi endapan kolesterol di
atas tendon atau di bawah kelopak mata.
Parameter Klinik : dimana kadar kolesterol total di dalam darah melebihi batas normal,
yakni di atas 200 mg/dL.
5. Trombositopenia

Gejala :

 Memar  Perdarahan menstruasi berat


 Mimisan atau perdarahan gusi  Perdarahan dari rektum (anus)
 Perdarahan yang tak kunjung  Terdapat darah pada tinja atau
berhenti, meskipun luka yang kencing
sudah berlangsung lama  Kelelahan
Parameter : kurangnya jumlah platelet atau trombosit yang berperan penting pada proses
pembekuan darah.

6. Gangguan Koagulasi

Gejala :
 Mudah memar tanpa alasan jelas  Perdarahan menstruasi berat
 Sering mimisan  Perdarahan yang merembes ke
 Berdarah terus-terusan dari luka persendian
kecil
Parameter : tergangunya proses pembekuan darah

7. Hemofilia.
Gejala

 perdarahan yang sulit berhenti


 Memar berukuran besar
 Gusi berdarah
 Sering mimisan

Parameter: kekurangan protein yang dibutuhkan dalam proses pembekuan darah jika terjadi
perdarahan

8. Thalassemia
Gejala :
 berat badan yang rendah
 sesak napas
 mudah lelah
 sakit kuning.
Parameter : bentuk sel darah merah yang tidak beraturan. Akibatnya daya ikat terhadap O2
dan CO2 berkurang.

9. Anemia
Gejala
 Selalu merasa mudah marah.  Mengalami masalah sulit
 Tubuh lebih sering merasa lemah berkonsentrasi atau berpikir.
atau lelah atau saat berolahraga.  Pusing ketika berdiri
 Sakit kepala.  Sesak napas
Parameter: kekurangan darah, kekurangan hemoglobin, kekurangan Fe, ataupun kekurangan
sel darah merah pada normalnya

10. Sklerosis

 Pengerasan pada pembuluh darah akibat penimbunan lemak/lipid (aterosklerosis) dan


akibat penimbunan zat kapur (arteriosklerosis).
Gejala
 Gangguan penglihatan  Kelelahan kronis
 Masalah keseimbangan dan sakit  Kesemutan dan mati rasa
kepala  Otot kaku dan kejang
E. SISTEM RESPIRASI

Penyakit :
1. Asthma :
Gejala
 sulit bernafas
 nyeri dada
 batuk-batuk
 Mengi
Parameter : penyempitan dan peradangan saluran nafas sehingga menimbulkan sesak
(sulit bernapas).

2. TBC : Batuk berdahak selama 3 minggu atau lebih, dan dahak yang keluar bercampur
dengan darah. Dada terasa nyeri dan sesak. Demam lebih dari sebulan, dan berkeringat
dimalam hari tanpa melakukan kegiatan. Nafsu makan berkurang, dan berat badan
menurun,
parameter : hasil droplet
3. Pneumonia
Infeksi yang terjadi pada kantung-kantung udara di dalam paru-paru
Gejala :
 Nyeri dada pada saat bernapas  Gangguan pada kesadaran
atau batuk. (terutama pada pengidap yang
 Batuk berdahak. berusia >65 tahun).
 Mudah lelah.  Hipotermia (terutama pada
 Demam dan menggigil. pengidap yang berusia >65 tahun
 Mual dan muntah. dan memiliki gangguan sistem
 Sesak napas. imun).

F. SISTEM EKSKRESI URINARI


Gejala :
1. Warna urin pekat, Bau, ph >6
2. Tidak adannya gula pereduki dan Albumin pada urine
3. Tidak adanya Sel epitel, eritrosit, mikroorganisme atau spermatozoa

Parameter :

G. SISTEM PENCERNAAN
Gejala :
1. pH saliva <8
2. Asam Lambung naik, adanya luka/ tukak pada lambung
3. Konsistensi feses encer, frekwensi defekasi sering, bobot feses banyak

Penyakit :

1. Diare : Konsistensi feses encer, frekwensi defekasi sering, bobot feses banyak.
Parameter : Konsistensi, frekwensi dan bobot feses
2. PUD : Adanya luka pada lambung. Parameter : Kondisi Lambung/: Terdapat luka pada
lambung dan berakibat infeksi bakteri Helicobacter pylori.
3. Magh : nyeri pada perut bagian atas, sakit terasa panas, perut terasa penuh alias cepat
merasa kenyang, mual dan kembung dan sebagainya.
Parameter Klinik Jumlah asam lambung melebihi normal

H. SISTEM ENDOKRIN
Gejala :
1. Hormon insulin tidak dapat di produksi oleh pancreas

Penyakit :

1. Diabetes Melitus : kenaikan kadar gulas darah yang disebabkan oleh tidak ada atau tidak
mencukupinya sekresi insulin dari pankreas.
Gejala :

 Sering merasa haus.  Berat badan turun tanpa sebab


 Sering buang air kecil, terutama yang jelas.
pada malam hari.  Lemas dan merasa lelah.
 Rasa lapar yang terus-menerus.  Pandangan yang kabur.
 Luka yang lama sembuh.

parameter kliniknya : kadar gula darah (glukosa) yang lebih tinggi dan di atas nilai
normal.

 Sebelum makan: sekitar 70-130 mg/dL


 Dua jam setelah makan: kurang dari 140 mg/dL
 Setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya delapan jam: kurang dari 100 mg/dL
 Menjelang tidur: 100 – 140 mg/Dl

MEKANISME KERJA OBAT

I. SISTEM KARDIOVASKULAR (HIPERTENSI)

1. ACE Inhibitor Mekanisme: Memblokade reseptor


Mekanisme: Menghambat Angiotensin sehingga tidak dapat
pembentukan enzim ACE. berikatan dengan Angiotensin II.
Sehingga ACE tidak dapat Candesartan, Losartan, Irbesartan
mengubah Angiotensin I menjadi
Angiotensin II. 3. CCB (Calsium Channel Blocker)
Captopril, Enapril, Lisinopril, Mekanisme: Menghambat influks
Ramipril kalsium pada sel otot polos pembuluh
darah dan miokard
2. ARB (Angiotensin Receptor Verapamil, Diltiazem, Nifedipine,
Blocker) Amlodipin
4. Diuretic 5. β Adrenergik Blocker
Mekanisme: Menurunkan tekanan Mekanisme: Penurunan daya
darah dengan menghancurkan garam pompa jantung.
yang tersimpan di alam tubuh. Propanolol, Metaprolol, Atenolol
Pengaruhnya ada dua tahap yaitu:
Pengurangan dari volume darah total
6. α Adrenergik Blocker
dan curah jantung; yang menyebabkan
Mekanisme:
meningkatnya resistensi pembuluh
Prazosin, Terazosin
darah perifer dan curah jantung
kembali ke ambang normal, resistensi
pembuluh darah perifer juga 7. Central Sympatholytic
berkurang. Mekanisme: Menghambat
aktivitas saraf simpatis
a. Thiazid  HCT Clonidin, Metildopa
(Hydrochlorthiazid,
Chlortalidon) 8. Vasodilator
b. Diuretik Kuat  Furosemid Mekanisme: Bekerja langsung
c. Diuretik Lemah  pada pembulug darah dengan
Spironolakton relaksasi otot
Hydralazine, Minoxidil

II. SISTEM ENDOKRIN (DIABETES MELLITUS)


1. Biguanid  Metformin Mekanisme: Mencegah
Mekanisme: Menurunkan kerusakan enzim DPP4
produksi glukagin di hati
6. Inhibitor α Glukosidase 
2. Sulfonilurea  Glibenklamid, Acarbose
Glimepirid Mekanisme: Memperlambat
Mekanisme: Stimulasi absobsi dan digesti karbohidrat
pelepasan insulin dari pankreas di intestinal

3. Thiazolidinedion  7. Meglitinid  Repaglinid


Pioglitazon, Rosiglitazon Mekanisme: Stimulasi
Mekanisme: Menigkatkan pelepasan insulin pada pankreas
sensitivitas insulin dalam sel
8. Inhibitor Reseptor GLP 1 
4. Inhibitor SGLT2 (Sodium Exenatid
Glucose Cotransfer2)  Mekanisme: Meningkatkan
Canaglifozin. Dapagliflozin prosuksi insulin pada pankreas,
Mekanisme: Memblok menurunkan sekresi glukagon
reasorbsi glukosa pada ginjal
sehingga meningkatkan sekresi 9. Agonis Amilin  Pramlintid
glukosa pada urin Mekanisme: Menurunkan
sekresi glukagon
5. Inhibitor DPP 4  Sitagliptin
III. SISTEM PERNAFASAN (ASMA)
1. β2 Agonis
Mekanisme: Relaksasi otot polos saluran nafas, meningkatkan pembersihan
mucosilier, menurunkan permeabilitas PD, dan memodulasi pelepasan mediator
dari sel mast
a. Short Acting  Albuterol, Terbutalin, Salbutamol
b. Long Acting  Formoterol, Salmeterol

2. Methyl Xanthin  Teofilin, Teobromin, Kafein


Mekanisme: Inhibitor enzim fosfodiasterase yang menyebabkan bronkokontriksi
dan Inhibisi reseptor adenosin pada saluran nafas

3. Antikolinergik  Ipatropium Bromide,


Mekanisme: Memblok efek pelepasan asetilkolinpada jalur nafas

4. Kostikosteroid  Beklometason, Budesonida


Mekanisme: Menghilangkan efek mediator seperti peradangan

5. Stabilisator Sel Mast  Kromolin, Nedrokromil


Mekanisme: Mencegah pelepasan mediator bronkokontriktor dan inflamasi dari
sel mast saluran pernafasan

6. Antagonis Leukotrien  Zafirlucas, Zileuton


Mekanisme: Mencegah terbentuknya ikatan antara LT dengan reseptornya
Menghambat enzim 5-lipooksigenase yang diperlukan untuk sintesis LT

7. Omalizumab
Mekanisme:

IV. SISTEM SARAF (ANASTETIK)


1. Anestesi local  mencegah transmisi impuls saraf (blokade konduksi) dengan
menghambat pengiriman ion natrium melalui gerbang ion natrium selektif pada
membrane saraf. Kegagalan permeabilitas gerbang ion natrium untuk meningkatkan
perlambatan kecepatan depolarisasi seperti ambang batas potensial tidak tercapai
sehingga potensial aksi tidak disebarkan

2. Anastesi Umum
Ditandai dengan analgesia dan amnesia, hilangnya kesadaran, hambatan sensorik,
diikuti dengan hilangnya refleks-refleks, dan relaksasi otot rangka.
Stadium pada Anastesi Umum
1) Analgesia
2) Eksitasi
3) Operasi
4) Depresi Medular
V. ANALGETIK
VI SISTEM PENCERNAAN ( LAMBUNG )
1. Antasida
Mg(OH)2, Al(OH)3

2. Antagonis Reseptor Histamin


Ranitidin, Famotidin, Simetidin

3. PPI (Pompa Proton Inhibitor)


Omeprazole, Lansoprazol

4. Antagonis Reseptor Muskarinik / Kolinergik


Pirenzepin

5. Eradikasi H. Pylori
Amoxicilin, Azithromycin (Antibiotik)

6. Agen untuk meningkatkan pertahanan mukosa


Sukralfat, Misoprostol ( Drug off label: Untuk menggugurkan kandungan)

DIARE

Antisekretorik

Mempunyai khasiat yang berlawanan dengan cAMP dan cGMP yaitu Meningkatkan penyerapan
air dan elektrolit di daerah epitel dan menghambat sekresi air dan elektrolit. Contoh obat : bismut
subsalisilat, klorpromazin dan kolestiramin.

Adsorben

Mengikat atau menyerap toksin, bakteri dan hasil metabolismenya, melapisi permukaan usus
sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus.

Contoh: Kaolin, Pectin

Antikolinergik

Meredakan kejang otot yang mengakibatkan nyeri perut pada diare. Contoh: Atropin, Papaverin
dan Oksifenonium

Diare
Patofisologi
Diare osmotik: Adanya zat yang tidak dapat diserap, seperti gula sintetis, atau peningkatan
jumlah partikel osmotik di usus, meningkatkan tekanan osmotik dan menarik air berlebih ke
usus, sehingga meningkatkan berat dan volume tinja.
Diare sekretori: Patogen atau tumor mengiritasi otot dan lapisan mukosa usus. Konsekuensi
peningkatan motilitas dan sekresi (air, elektrolit, dan lendir) menyebabkan diare.
Diare motilitas: Peradangan, neuropati, atau obstruksi menyebabkan peningkatan refleks
motilitas usus yang dapat mengeluarkan iritasi atau membersihkan obstruksi.
Diare peradangan (atau eksudatif) dihasilkan dari perubahan pada mukosa usus yang merusak
proses penyerapan yang mengarah pada peningkatan protein dan produk lainnya dalam lumen
usus dengan retensi cairan. Kehadiran darah atau leukosit tinja dalam tinja menunjukkan proses
inflamasi. Diare penyakit radang usus sesuai dengan klasifikasi ini.

Obat Obatan :
Loperamide (antimotilitas): golongan opioid- memperlambat motilita usus, memperpanjang
waktu kontak Antara isi usus dan mukosa sehingga meningkatkan absorpsi cairan di dalam usus.
Attapulgite (adsorben) : mengikat asam dan zat beracun pada perut dan saluran pencernaan.
membuat tinja lebih padat
Kaolin(adsorben) : bekerja dengan cara menyerap racun dan zat-zat lain dari usus. Kaolin juga
membantu membentuk atau memadatkan tinja yang cair
Bismuth subsalicylate (BSS) (Antisekretori) : mempengaruhi penyerapan cairan dan elektrolit
di usus, dapat mengurangi radang di usus, dan membunuh organisme penyebab diare.

MK organ : makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare

Diuretik
Patofisiologi : transpor ion terhambat dan menurunkan reabsorbsi Na+ dan ion lain seperti Cl+
memasuki urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam keadaan normal bersama-sama
air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic. Perubahan
Osmotik dimana dalam tubulus menjadi menjadi meningkat karena Natrium lebih banyak dalam
urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus ginjal. Dan produksi urine menjadi lebih
banyak. Dengan demikian diuretic meningkatkan volume urine dan sering mengubah PH-nya
serta komposisi ion didalam urine dan darah
Obat :
 Thiazide. Diuretik thiazide merupakan obat diuretik yang bekerja dengan cara
mengurangi penyerapan natrium dalam ginjal, sehingga meningkatkan produksi urine.
Selain itu, thiazide dapat melebarkan pembuluh darah sehingga lebih efektif dalam
menurunkan tekanan darah. Diuretik jenis thiazide ini merupakan obat yang dianjurkan
sebagai lini pertama dalam mengatasi hipertensi. Contoh obat jenis thiazide antara lain
adalah chlorthalidone, hydrochlorothiazide, dan indapamide, metolazone,
indapamide, loop diuretic
 Diuretik loop: dengan menurunkan penyerapan kalium, klorida, dan natrium sehingga
memaksa ginjal meningkatkan jumlah urine. Dengan produksi urine yang meningkat,
tekanan darah akan turun serta kelebihan cairan yang menumpuk di dalam tubuh dan
paru-paru akan berkurang. Contoh obat jenis diuretik loop, antara lain adalah
bumetanide, torsemide, furosemide, asam ethacrynic
 Diuretik hemat kalium: mencegah tubuh dari penyerapan garam yang terlalu banyak
dan menjaga tubuh dari kekurangan kadar potassium. amiloride, eplerenone,
spironolactone, dan triamterene.
 Penghambat karbonat anhydrase: bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi asam
bikarbonat, natrium, kalium, dan air yang dikeluarkan dari ginjal. Penghambat karbonat
digunakan untuk menurunkan jumlah cairan di dalam bola mata dan terkadang mengatasi
penyakit akibat ketinggian. Salah satu contoh obat ini adalah acetazolamide.
 Diuretik osmotik. Obat jenis ini meningkatkan jumlah cairan tubuh yang disaring keluar
oleh ginjal, sekaligus menghambat penyerapan cairan kembali oleh ginjal. Contoh obat
diuretik jenis ini adalah mannitol.
MK Organ : Proses diuresis dimulai dengan mengalirkan darah ke dalam glomeruli (gumpalan
kapiler), yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja
sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam-garam, dan glukosa.
Ultrafiltrat, yang diperoleh dari filtrasi dan berisi banyak air serta elektrolit, akan ditampung di
wadah yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian
disalurkan ke pipa kecil. Tubuli ini terdiri dari bagian proksimal dan distal, yang letaknya
masing-masing dekat dan jauh dari glomerulus. Kedua bagian ini dihubungkan oleh sebuah
lengkungan (Henle’s loop) (Tjay dan Rahardja, 2002).

Inflamasi
Terjadinya inflamasi adalah reaksi lokal dari jaringan atau sel terhadap suatu rangsangan. Jika
ada cedera, terjadi rangsangan untuk

Obat obatan :

 Asam mefenamat, aspirin, ibuprofen: bekerja dengan cara menghambat kerja enzim
siklooksigenase (COX). Suatu enzim yang berfungsi dalam proses pembentukan
prostaglandin. Prostaglandin terbentuk saat terjadinya luka dan menjadi penyebab rasa
sakit dan peradangan.

Infeksi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan
terlihatbertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosisjuga dapat menjangkau sampai ke
area lain dari paru(lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke
bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas).
Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi
inflamasi.Neutrofil dan makrofag melakukan aksifagositosis (menelan bakteri), sementara
limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan
normal.Infeksiawalbiasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi
antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi
membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas
gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma
selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagiantengah dari massa tersebut

Isoniazid : Aksi utama isoniazid menghambat biosintesis asam mikolat yang mempunyai
konstituen penting dalam dinding sel mikrobakteri

Rifampisin menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis protein, terutama pada tahap
transkripsi.[15] Rifampisin menghalangi pelekatan enzim RNA polimerase dengan berikatan dengan sisi
aktif enzim tersebut

Pyrazinamide diketahui dapat masuk ke sel bakteri M. tuberculosis dimana enzim pirazinamidase
kemudian merubah pirasinamid yang belum aktif menjadi asam pirazinoid. Dalam kondisi asam,
asam pirazinoid ini akan mengganggu sintesis FSA I yang sangat dibutuhkan bakteri untuk
memproduksi asam lemak baru yang dibutuhkan untuk membelah diri. Hal ini lah yang
menyebabkan bakteri tidak dapat berkembang dan akhirnya mati.

Streptomisin akan menghambat sintesis protein dengan berikatan secara permanen pada sub unit
ribosom 30s dan 16s RNA bakteri. Terjadinya ikatan tersebut dapat mengganggu pembentukan
kode asam amino oleh mRNA sehingga urutan asam amino pada polipeptida bakteri tidak sesuai.
Kesalahan urutan asam amino tersebut mengarah pada pembentukan rantai peptida
nonfungsional atau toksik pada sel bakteri

MENGHITUNG DOSIS
MEMAHAMI PRINSIP METODE UJI

 ANALGESIK
Metode pengujian aktivitas analgesik dilakukan dengan menilai kemampuan zat uji unuk
menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diiduksi pada hewan percobaan. Tikus diinduksi
rasa nyeri secara mekanik, termik dan zat kimia Pengujian dengan induksi nyeri secara mekanik
atau termik yaitu dengan perlakuan menggunakan metote plat panas (hot plate) dan metode
jentik ekor. Untuk penginduksi zat kimia dapat enggunakan metode siegmund atau disebut juga
metode geliat. Aktivitas obat analgesik dinilai pada hewan dengan mengukur besarnya
peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sebelum ada respon nyeri atas jangka waktu
katahanan hewan terhadap stimulus nyeri atau juga peranan frekuensi respon nyeri.

 Analgesik : menilai kemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan rasa nyeri yg
diinduksi pada hewan percobaan. Penginduksi nyeri dilakukan secara mekanik, termik,
elekterik, dan kimia. Daya kerja analgesic dinilai pada hewan dengan mengukur besarnya
peningkatan stimulus nyeri yg harus diberikan sebelum ada respon nyeri atas jangka
waktu ketahanan hewan terhadap stimulus nyeri atau juga frekuensi respon nyeri
Metode :
Jentik ekor: Ekor tikus dimasukan ke air panas.
Siegmund : Hewan diinduksi, kemudian amati jumlah gerakan geliat hewan

 ANTIINFLAMASI
Suntikan subkutan karagen pada telapak kaki belakang tikus sehinnga menyebabkan
udem yang dapat diinhibisi oleh obat antiinflamasi yang diberikan sebelumnya. Volume udem
diukur dengan alat plethysmomete dan dibandingkan terhadap udem yang tidak diberikan obat.
Aktivitas obat anti-inflamasi dinilai dari persentasi proteksi yang diberikan terhaap
pembentukan udem.
Inflamasi : suntikan subkutan pada telapak kaki belakang dapat menyebabkan udem
yang dapat diinhibisi oleh obat antiinflamasi yang diberikan. Aktivitas obat antiinflamsi
dinilai dari persentase proteksi yang diberikan terhadap pertumbuhan udem
 Tikus ditimbang, dan diberikan tanda pengenal
 Berikan tanda batas pada kaki
 Ukur volume kaki tikus sebagai volume dasar
 Suntik secara IP. Kontrol diberi gom, pada menit 25 disuntikan larutan karagen
 Ukur volume kaki satu jam kemudian, setiap 30 menit selama 3 jam
 ANTIDIARE
Pengujin aktivitas antidiare dapat dilihat berdasarkan konsistensi feses, bobot feses dan
frekuensi defekasi. Pada aktivtas obat atalpugit dan loferamid yang dapat memperlambat gerak
peristaltik usus sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses
dengan metode proteksi terhadap diare oleh oleum ricini.
Diare : Efek obat dengan menekan peristaltic usus pada keadaan diare
Metode :
 Efek garam garam terhadap retensi air ( mencit dibedah, usus di ikat
menjadi 3 bagian, kemudian tiap segmen diberikan larutan MgSO4 25%,
Nacl 0,9% dan MgSO4 0,2%)
 Efek ol. Ricini ( Hewan di berikan ektrak, kemudian di diamkan 20menit,
kemudian diberikan Ol.ricini)
 Transit intestinal( diberikan obat antidiare (loperamid) kemudian
diberikan tinta cina sebagai indicator motilitas usus, dan kemudian mencit
dibedah dan diukur panjang usus total danpanjang yang dialiri tinta)

 ANTIDIABETES
Pemberian larutan glukosa akan menyebabkan kenaikan kadar gula darah pada hewan,
setelah itu diberikan obat antiiabetes seperti metformin, glibenklamid, dll. Cek kadar gula darah
dengan menggunakan alat glucometer. Aktivitas obat antidibetes diinai dari persen penurunan
kadar gula dalam darah.
Antidiabetes : efek penurunan glukosa darah akibat pemberian obat hiperglikemik
Metode :
 Mencit dibagi dalam4 klpk(positif, negative, uji 2)
 Ambil darah untuk kadar glukosa awal
 Kontrol positif dan klpk uji diberi glukosa(oral)
 Dua klpk uji diberi glibenklamid dan metformin
 Ambil darah dilakukan setiap 30 menit pada 3 jam
 Tentukan kadar dengan strip tes glukosa

 DIURETIK
Pengujian diuretik berdasarkan peningkatan ekskresi volume urin dan peningkatan
konsentrasi elektrolit (Na, K, Ca) di dalam urine. Uji diuritek dilakukan dengan menggunakan
kandang metabolik untuk penampung urine, selanjutnya aquadest diberikan sebelum pengujian
sebagai loading dose. Obat standar yang digunakan adalah furosemide. Volume urin diukur
setiap jam kemudian urine diakumulasikan selama 24 jam serta pemberian obat secara peroral.
Volume urin dibandingkan terhadap kolom pengontrol dan dibandingkan terhadap yang lainnya
tiap jam untuk memastikan efek diuretik.
PRINSIP UJI ANTI INFEKSI

Dibagi menjadi 2 : metode difusi dan dilusi

1. METODE DIFUSI

Terdifusinya antibiotik kedalam media agar dimana mikroba uji yang telah di inokulasikan

Ada 2 cara : cakram kertas dan sumuran

- cakram kertas : kertas yang mengandung antibiotik diletakkan diatas permukaan agar yang telah
ditanam mikroba uji

- sumuran : membuat sumuran dengan diameter tertentu pada media agar yang telah ditanami mikroba
uji kemudian letakkan antibiotik kedalam sumuran ini

Data yang diperoleh mampu melihat KHM (konsentrasi minimum yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba) dan juga KBM (konsentrasi minimum yang dapat membunuh pertumbuhan
mikroba)

Untuk melihat penghambatan pertumbuhan mikroba dilihat zona hambatnya dengan mengukur
diameternya.

>30 mm : bakteri peka terhadap antibiotik

20-30 mm : bakteri agak resisten terhadap antibiotik

<20mm : bakteri resisten terhadap antibiotik

2. METODE DILUSI

Dilusi padat dan dilusi cair

Dilusi cair (menggunakan seri pengenceran). Ada 2 : makrodilusi dan mikrodilusi

- Makrodilusi : volume yang digunakan lebih dari 1 ml, antibiotik hanya 1

Menggunakan 1 seri tabung reaksi yang diisi media cair (NB), mikroba yang diuji dan antibiotik kemudian
masing masing tabung diisi dengan bahan yang telah diencerkan secara serial. Selanjutnya seri tabung
diinkubasi pada suhu 37C selama 18-24jam dan amati terjadinya kekeruhan pada tabung. Bandingkan
dengan kelompok kontrol (bakteri+media saja). Konsentrasi yang rendah pada tabung yang ditunjukkan
dengan hasil yaitu tabung mulai tampak jernih ada penghambatan pertumbuhan baktreri (KHM)

- Mikrodilusi : volume yang digunakan lebih dari 0,05ml - 0,1ml, menggunakan beberapa antibiotik

Selama pengujian mikroplate diisi dengan media cair (NB), bakteri dan beberapa antibiotik dengan
berbagai macam konsentrasi(seri pengenceran) kemudian diinkubasi 37C selama 18-24 jam.

Hasil yang didapat bahwa jika pada mikroplate tsb jernih bahwa ada penghambatan pertumbuhan
mikroba sehingga dapat menentukan KHM dan KBM
Jika untuk menentukan KBM dari hasil yang mikroplate yang jernih tsb selanjutnya dilakukan pengujian
metode difusi agar dengan metode gores dan lihat konsentrasi minimum yang dapat membunuh bakteri
tsb.

FARMAKOTERAPI PENYAKIT

PEPTIC ULCER

1. Seorang wanita dengan usia 25 tahun , berat badan 50 KG, didiagnosis menderita Tukak peptic
yang diakibatkan oleh infeksi bakteri. Bakteri yang menyebabkan tukak peptic adalah :
a. E coli
b. S aureus
c. Heliobacter pylori
d. P aeruginosa
e. Candida albicans

2. Sesuai dengan kasus no 1, maka pasien diberikan antibiotic. Pilihan antibiotika yang diberikan
adalah kombinasi, dimana antibiotika tersebut adalah :
a. Amoksisilin+ kloramfenikol
b. Amoksisilin + Klaritromisin
c. Siprofloksasin+metronidazole
d. Siprofloksasin+ klaritromisin
e. Klaritromisin+ metronidazole

3. Setelah pemberian antibiotic kombinasi yang tepat pada pasien 1 dan dijawab di no 2. Ada
tambahan obat antitukak yang diberikan dalam mengurangi pembentukan asam lambung yang
memiliki mekanisme menghambat pembentukan proton. Obat tersebut adalah :
a. Antasida
b. Pirenzepin
c. Simetidine
d. Omeprazole
e. Sukralfat

4. Seorang pasien wanita berusia 18 tahun, mengeluh kepada apoteker. Pasien mengalami perih
dibagian perut atas, dan sering mengalami kembung. Pasien diberikan obat oleh orangtuanya
adalah antasida. Tak lama kemudian setelah menggunakan 2 kali antasida, pasien mengalami
diare. Senyawa aktif yang ada di antasida dan menimbulkan reaksi efek samping diare adalah :
a. Al (OH)3
b. Mg (OH)2
c. Mg (OH)3
d. Al (OH)2
e. Ca (OH)2
5. Tukak lambung diakibatkan karena ketidak sesuaian antara produksi HCL dan mucus. Mucus
sebagai komponen utama pertahanan lambung. Salah satu obat yang dapat mengurangi produksi
mucus adalah :
a. Asam Mefenamat
b. parasetamol
c. amoksisilin
d. pseudoefedrin
e. asetil sistein

6. Untuk mengurangi terjadinya penurunan mucus lebih lanjut, pasien diberikan obat yang dapat
melapisi mucus, obat tersebut adalah :
a. Antasida
b. Pirenzepin
c. Simetidin
d. Omeprazole
e. Sukralfat

7. Pasien yang mengalami tukak , akan mengalami peradangan pada dinding lambung. Peradanan
ini melepaskan histamine, yang mengakibatkan peningkatan asam menjadi berlebih. Maka pasien
yang menderita tukak lambung, diberikan obat antihistamin yang sensitive pada resptor H2. Obat
tersebut adalah..
a. Antasida
b. Pirenzepin
c. Simetidin
d. Omeprazole
e. Sukralfat

8. Mengurangi sekresi asam dengan cara memblok reseptor histamin dalam sel-sel parietal lambung.
Merupakan mekanisme kerja dari?
a. Analog prostaglandin
b. Antacid
c. H2 Reseptor Antagonis
d. Pompa proton inhibitor
e. M1 reseptor antagonis

9. Seorang Pasien dengan keluhan nyeri ulu hati didiagnosis PUD. Dokter mengkonfirmasi pasien
saat ini rutin menggunakan ibuprofen untuk nyeri lutut. Dokter akan memberikan obat Omeprazol
dan obat pengganti iburofen. Apakah obat pengganti yang akan diberikan oleh dokter ?
a. Asam mefenamat
b. Aspirin
c. Celexocib
d. Indometasin
e. parasetamol

10. Seorang pasien wanita hamil 2 bulan datang ke apotek untuk membeli obat. Pasien menegeluhkan
nyeri di bagian abdomen terutama di jam dini hari. Anda sebagai apoteker menduga pasien
mengalami PUD. Obat manakah dibawah ini yang dikontraindikasikan untuk pasien?
a. antasid
b. ranitidine
c. pirenzepin
d. Misoprostol
e. antasid

HIPERTENSI
1. Pasien JT mengalami hipertensi tipe II ( ≥ 160 / ≥ 100 mmHg), diabetes melitus kadar glukosa
dalam darah mencapai 124 mg/dl di dalam urine ditemukan protein, diduga JK mengalami
kerusakan pada bagian ginjal (glomerulus). Obat pilihan yang tepat untuk Hipertensi pada pasien
tersebut adalah :
a. HCT
b. Captopril
c. Verapamil
d. Klonidin
e. propanolol

2. Seorang pasien datang ke apotek membawa resEp dari dokter spesiali penyakit dalam. Dalam
resep tertulis dua jenis antihipertensi, yaitu Amlodipin dan Hidroklorotiazid. Amlodipin bekerja
mengurangi tekanan darah melalui mekanisme ...
a. Menghambat enzim ACE
b. Meningkatkan ekskresi urin
c. Memblok kanal kalsium
d. Memblok reseptor beta 1`
e. Memblok reseptor adrenalin
3. Seorang pasien berkosultasi dengan apoteker. Memberikan informasi jikalau pasien mengalami
efek samping penggunaan obat antihipertensi. Efek samping tersebut adalah sering mengalami
batuk kering dan tidak sembuh dengan pemberian obat batuk. Obat apakah yang menimbulkan
efek samping seperti di atas.
a. Amlodipine
b. Captopril
c. Propranolol
d. Furosemide
e. Spirinolakton
4. Seorang pasien berkosultasi dengan apoteker. Memberikan informasi jikalau pasien mengalami
efek samping penggunaan obat antihipertensi. Efek samping tersebut adalah sering mengalami
batuk kering dan tidak sembuh dengan pemberian obat batuk. Obat apakah yang menimbulkan
efek samping seperti di atas.
f. Amlodipine
g. Captopril
h. Propranolol
i. Furosemide
j. Spirinolakton

5. Seorang pasien berusia 60 tahun mengeluh sering sakit kepala dan pundak. Dilakukan
pemeriksaan tekanan darah diperoleh hasil 150/90 mmHg. Obat pilihan terapi sebagai ‘first line
theraphy” untuk penderita usia lanjut >60 tahun Bukan kulit hitam adalah
a. Amlodipin
b. Captopril
c. Diazepam
d. Losartan
e. furosemide

6. Pasien hipertensi adalah seorang wanita, umur 30 tahun , sedang hamil 5 bulan. Untuk terapi
hipertensi pada pasien ini adalah dengan memberikan obat ...
a. Nifedipine
b. Klonidine
c. Metil dopa
d. Captopril
e. Propanolol

7. Pasien laki-laki umur 40 tahun mempunyai riwayat Diabetes Tipe 2 saat 1 tahun yang lalu dan
mendapat terapi Metformin dan Glibenclamide. Setelah dilakukan pemeriksaan rutin tekanan
darah pasien 160/90 mmHg kemudian di diagnosa Hipertensi. Golongan obat antihipertensi
manakah yang tepat untuk pasien tersebut?
a. Ace Inhibitor
b. Alpha bloker
c. Vasodilator
d. Calcium chanel bloker
e. Alpha agonist

8. Ketika visite pada pasien, dokter meminta pendapat pada apoteker. Pasien menderita hipertensi
yang diperparah dengan udem juga mengalami aritmia. Dalam pengobatan aritmia dokter akan
meresepkan digoksin. Dokter menanyakan pendapat apoteker, obat yang tepat untuk terapi udem
pada pasien ini menimbang obat diuretic akan meningkatkan resiko toksisitas dari digoksin akibat
penurunan jumlah Kalium . Obat diuretic yang tepat untuk pasien ini adalah :
a. HCT
b. furosemide
c. Spirinolakton
d. mannitol
e. isosorbit di nitrat
9. Saat akan memberikan konseling kepada pasien yang menderita hipertensi, dari hasil wawancara
tahap awal pasien adalah penderita asma. Dalam pemberian obat antihipertensi , ada obat yang
dikontraindikasikan diberikan pada pasien asma, yaitu ..
a. Amlodipine
b. Captopril
c. Propranolol
d. Furosemide
e. spirinolakton

10. Pengaturan tekanan darah dipengaruhi dua factor, yaitu resistensi perifer dan curah jantung. Salah
satu terapi hipertensi adalah dengan menurunkan resistensi perifer. Obat yang dapat menurunkan
resistensi perifer salah satunya adalah captopril. Bagaimanakah mekanisme kerja Captopril
terhadap penurunan resistensi perifer?
a. Mencegah pembentukan angiotensin
b. Mengurangi pembentukan renin
c. Menghambat pembentukan hormone aldosterone
d. Menghambat enzim pengubah angiotensin 1 menjadi angiotensin2
e. Memblok masuknya ion kalsium

DIABETES MELITUS
1. Seorang pria 44 tahun dengan diabetes tipe 1 mulai intensif terapi untuk mencapai kontrol ketat
terhadap diabetesnya. Yang mana dari komplikasi berikut akan menjadi pria paling meningkat
risiko mengalami?
a. Kehilangan penglihatan
b. Hipertensi
c. Nepropati
d. Hypoglycemia
e. Kehilangan berat

2. Seorang anak lelaki berusia 7 tahun dibawa ke ruang gawat darurat oleh orang tuanya karena
mual, muntah, dan sakit perut persisten akibat flu. Riwayat medis dari Pasien itu biasa-biasa saja.
Nilai serum terkait saat masuk adalah glukosa darah puasa 300 mg / dL (70-110 mg / dL),
glikosuria 3+. Manakah dari obat berikut yang sesuai untuk pasien ini?
a. Regular insulin
b. Metformin
c. Pioglitazone
d. Repaglinide
e. Miglitol

3. Seorang wanita gemuk berusia 24 tahun pada minggu ke 26 kehamilannya didiagnosis menderita
diabetes mellitus setelah menjalani tes toleransi glukosa positif. Dia dinyatakan sehat, dan riwayat
medis masa lalunya biasa-biasa saja. Manajemen diet gagal mengendalikan glukosa darah, dan
dokternya memutuskan untuk meresepkan terapi antidiabetes. Manakah dari obat berikut yang
paling sesuai untuk pasien saat ini?
a. Gliburid
b. Metformin
c. Repaglinide
d. Insulin
e. sitagliptin

4. Seorang wanita berusia 55 tahun yang menderita diabetes tipe 2 telah memulai pengobatan
dengan metformin, tetapi obat itu ditoleransi dengan buruk, dan dokternya memutuskan untuk
beralih ke repaglinide. Manakah dari tindakan berikut yang paling mungkin memediasi efek
terapeutik repaglinide pada penyakit pasien?
a. penurunan penyerapan glukosa dari saluran pencernaan
b. menghambat reseptor glucagon
c. menghambat reseptor beta 2 di hati
d. menghambat reseptor somastatin di pancreas
e. Stimulasi pelepasan insulin

5. Seorang pria berusia 78 tahun dibawa ke ruang gawat darurat yang menunjukkan perilaku aneh
dan ide paranoid. Dia mengeluh sakit kepala, kebingungan mental, lemah, pusing, dan pandangan
kabur. Pria itu menderita diabetes tipe 2, yang sedang dirawat dengan obat antidiabetik oral. Nilai
serum yang bersangkutan pada saat masuk adalah kreatinin 1,8 mg / dL (normal 0,6-1,2 mg / dL),
glukosa 50 mg / dL (normal 70-110 mg / dL). Manakah dari obat berikut yang paling mungkin
menyebabkan tanda dan gejala pasien?
a. Metformin
b. Pioglitazone
c. Glyburide
d. Acarbose
e. Exenatide

MEMBERIKAN SEDIAAN IP, ORAL, SC

Oral : cairan obat diberikan dengan mengguaka n sonde oral, sonde oral ditempelkan pada langit
langit sampai esophagus,

SC: kulit didaerah tengkuk diangkat dan ke bagian bawah kulit dimasukan obat dengan
menggunakn alat suntik 1 ml

IP: posisi kepala lebih rendah dari abdomen, jarum disuntikan sudut 10 derajat dari abdomen
pada daerah yg sedikitmenepi dari garis tengah.
TEKNIK ASEPTIK CAKRAM KERTAS, MENGUNAKAN MIKROPIPET UNTUK
PEMBERIAN OBAT (PRAKTEK)

MEMBEDAKAN HEWAN JANTAN DAN BETINA (PRAKTEK)

(Jantan) (betina)

PENOMORAN HEWAN (PRAKTEK)

Anda mungkin juga menyukai