Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Merawat Cinta Kasih dalam Keluarga”

DI SUSUN

OLEH

KELOMPOK 3

1. Nursafitri (105731108317)
2. Farhanah Khaerunnisa (105731105617)
3. Nurfadillah Kurnianingsih (105731108817)

MATA KULIAH AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN V

DOSEN PENGAMPU; Dr. DAHLAN LAMA BAWA S.Ag, M.Ag.

KELAS AKUNTANSI 17 C

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT ,karena dengan


limpahan rahmat dan hidayahNya akhirnya makalah ini dapat kami
selesaikan dengan baik makalah ini membahas tentang ”Merawat Cinta Kasih
dalam Keluarga”.

Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,


penyusunan makalah ini tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu ,kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini


masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan pada masa yang
akan datang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis


khususnya dan pembaca pada umumnya.

Makassar, 21 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2

1. Memperkokoh Kasih Sayang ................................................................ 3


2. Mempererat Hubungan dalam Keluarga................................................ 3
3. Membentengi Keluargal......................................................................... 3
4. Menguatkan Agama............................................................................... 4
5. Saling Nasehat-Menasehati dalam Kebaikan dan Takwa...................... 5
6. Saling Mengenal (Ta’aruf), Memahami (Tafahum), Menolong (Ta’awun),
& Menjamin (Takaaful)...................................................................................
5

BAB III PENUTUP............................................................................................ 8

A. Kesimpulan............................................................................................ 8
B. Saran ...................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang perlu cinta dan kasih sayang dalam
menjalani kehidupannya. Hidup tanpa cinta sama saja hidup dengan rasa dahaga. Rasa
saling mencintai sesama manusia adalah hal yang luar biasa yang diberikah tuhan kepada
kita. Dimana suatu kebahagiaan dalam sebuah keluarga pasti didasarkan oleh rasa cinta
dari masing-masing anggota keluarga. Serta dalam sebuah keluarga, cinta pun terbentuk
oleh berbagai macam hal yang mempengaruhi cinta dalam sebuah keluarga dan sangat
penting dalam merawat cinta dan kasih sayang dalam keluarga.

Dan dalam sebuah keluarga pasti ada masalah yang harus diselesaikan oleh para
anggota keluarga. Masalah- masalah ini juga sebenarnya dapat membuat suatu keluarga
tersebut lebih baik. Sebuah keluarga yang mendasarkan rasa cinta dan kasih sayang serta
dapat merawatnya dapat membawa kebahagiaan bagi keluarga tersebut dan dapat
mengatasi berbagai masalah dalam keluarga dengan baik , sehingga terbentuklah keluarga
yang harmonis, bahagia, dan sejahtera

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Memperkokoh Kasih Sayang
2. Bagaimana Mempererat Hubungan dalam Keluarga
3. Bagaimana Membentengi Keluarga
4. Bagaimana Menguatkan Agama
5. Bagaimana Saling Nasehat-Menasehi dalam Kebaikan dan Taqwa
6. Bagaimana Saling Mengenal (Ta’aruf), Memahami (Tafahum), Menolong
(Ta’awun), & Menjamin (Takaaful)
C. Tujuan
1. Dapat Mengetahui Bagaimana Memperkokoh Kasih Sayang
2. Dapat Mengetahui Mempererat Hubungan dalam Keluarga
3. Dapat Mengetahui Bagaimana Membentengi Keluarga
4. Dapat mengetahui Bagaimana Menguatkan Agama
5. Dapat Mengetahui Bagaimana Saling Nasehat-Menasehi dalam Kebaikan dan
Taqwa
6. Dapat Mengetahui Saling Mengenal (Ta’aruf), Memahami (Tafahum),
Menolong (Ta’awun), & Menjamin (Takaaful)

1
BAB II

PEMBAHASAN

MERAWAT CINTA KASIH DALAM KELUARGA

‫ْض َو بِما أَ ْنفَقُوا ِم ْن أَ ْموالِ ِه ْم‬ ٍ ‫ضهُ ْم عَلى بَع‬ َ ‫الرِّ جا ُل قَ َّوا ُمونَ َعلَى النِّسا ِء بِما فَض ََّل هللاُ بَ ْع‬
‫وه َُّن َو‬mmُ‫ب بِما َحفِظَ هللاُ َو الالَّتي تَخافُونَ نُ ُشوزَ ه َُّن فَ ِعظ‬ ِ ‫ظات لِ ْل َغ ْي‬
ٌ ِ‫تات حاف‬
ٌ ِ‫حات قان‬ mُ ِ‫فَالصَّال‬
َ‫ان‬mm‫بيالً إِ َّن هللاَ ك‬m‫وا َعلَ ْي ِه َّن َس‬mm‫إِ ْن أَطَ ْعنَ ُك ْم فَال تَ ْب ُغ‬mَ‫ضاج ِع َو اضْ ِربُوه َُّن ف‬
ِ ‫ا ْه ُجرُوه َُّن فِي ْال َم‬
ً‫َعلِيًّا َكبيرا‬

“Kaum laki-laki itu adalah pengayom bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu,
maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara rahasia dan
hak-hak suami ketika suaminya tidak ada, lantaran hak-hak yang telah Allah
tetapkan bagi mereka. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuz-nya, maka
nasihatilah mereka, berpisahlah dengan mereka di tempat tidur, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
(QS. An-Nisa : 34)

ً‫ ة‬m‫و َّدةً َو َرحْ َم‬m َ m‫ق لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْنفُ ِس ُك ْم أَ ْزواجا ً لِتَ ْس ُكنُوا إِلَيْها َو َج َع‬
َ m‫ل بَ ْينَ ُك ْم َم‬m َ َ‫َو ِم ْن آياتِ ِه أَ ْن َخل‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬
ٍ ‫ك آَل يا‬
َ ِ‫إِ َّن في ذل‬

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-


istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Ar-
Ruum: 21)

Allah telah memfirmankan bagi manusia untuk mencintai keluarganya. Ketika


cinta itu bersemi dan mekar sempurna dalam naungan ridha Allah, maka akan turun
keberkahan dan ketentraman dalam keluar-ga tersebut.

‫ب َو‬ ِ َ‫ َّذه‬mm‫ر ِة ِمنَ ال‬mm


َ ‫ط‬ َ ‫اطير ْال ُمقَ ْن‬mm‫ن‬
ِ َ‫نينَ َو ْالق‬mmَ‫ا ِء َو ْالب‬mm‫ت ِمنَ النِّس‬ ِ ‫هَوا‬mm‫الش‬ َّ ُّ‫اس حُب‬ ِ َّ‫ُزيِّنَ لِلن‬
ْ ‫ َدهُ ح‬m‫ ُّد ْنيا َو هللاُ ِع ْن‬m‫ا ِة ال‬mm‫ع ْال َحي‬
ُ‫ن‬m‫ُس‬ ُ ‫ا‬mm‫ك َمت‬َ ِ‫ث ذل‬ ِ ْ‫عام َو ْال َحر‬
ِ ‫ض ِة َو ْالخَ ي ِْل ْال ُم َس َّو َم ِة َو اأْل َ ْن‬
َّ ِ‫ْالف‬
ِ ‫ْال َمآ‬
‫ب‬

2
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali-Imran : 14)

Cinta yang mekar didalam sebuah keluarga yang diridhai Allah akan membawa
banyak sekali manfaat, diantaranya adalah;

1. Memperkokoh Kasih Sayang

Semakin kuat perasaan cinta dan saling memiliki dalam sebuah keluarga,
akan membawa kepada kokohnya keluarga tersebut. Keluarga Nabi – ‘alaihis
shalawatu wa salam – sebagai contohnya. Semakin besar rasa cinta dalam sebuah
keluarga semakin besar pula rasa kasih sayang didalamnya.

2. Mempererat Hubungan dalam Keluarga

Apabila dalam keluarga telah terbina rasa cinta dan kasih sayang yang
kokoh, tentu hubungan dalam keluarga tersebut menjadi kuat dan harmonis.
Sehingga mereka biasa mengucapkan “baitii janatii”, rumahku adalah surgaku.
Sungguh ucapan yang diinginkan oleh setiap orang.

Bila cinta sudah melekat


Bagaikan besi bertemu kurat
Merona warna menebar aroma
Menyajikan hijau pesona surga
Menarik dan memikat jiwa
Hingga enggan bila tak bersua.

3. Membentengi Keluarga

َ ‫ا النَّاسُ و ْال ِح‬mَ‫اراً َوقُو ُده‬m‫ ُك ْم َو أَ ْهلي ُك ْم ن‬m‫وا أَ ْنفُ َس‬mُ‫﴿يا أَيُّهَا الَّذينَ آ َمنُوا ق‬
ٌ‫ ة‬m‫ا َمالئِ َك‬m‫ارةُ َعلَيْه‬m‫ج‬
﴾ َ‫ِغالظٌ ِشدا ٌد ال يَ ْعصُونَ هللاَ ما أَ َم َرهُ ْم َو يَ ْف َعلُونَ ما ي ُْؤ َمرُون‬

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
Dia perintahkan kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(At-Tahrim : 6)

Dengan perasaan cinta, maka setiap anggota keluarga akan saling menjaga
dan melindungi. Mustahil hal ini terjadi bila tidak ada perasaan cinta. Setiap

3
anggota keluarga juga akan saling mengingatkan antara satu dengan yang lain agar
terhindar dari perbuatan dosa dan ancaman api neraka.

Sebuas-buasnya harimau tidak akan memakan anaknya sendiri

Begitulah kira-kira keluarga yang saling mencintai tidak akan membiarkan


keluarga yang dicintainya celaka atau terjatuh ke jurang makisiat dan kesesatan.

Apakah kau lihat gembala kecil disana,


Dengan tangan mungil dan sebatang ranting menghalau domba,
Dengan harap menuju hijauan padang gembala,
Dan terjatuh dari tajam gigi-gigi serigala.

4. Menguatkan Agama

ِ ‫ْديل لِ َخ ْل‬
ُ‫دِّين‬m‫كَ ال‬mِ‫ق هللاِ ذل‬m َ َّ‫ط َرةَ هللاِ الَّتي فَطَ َر الن‬
َ ‫اس َعلَيْها ال تَب‬ ْ ِ‫فَأَقِ ْم َوجْ هَكَ لِلدِّي ِن َحنيفا ً ف‬
َ‫اس ال يَ ْعلَ ُمون‬ِ َّ‫ْالقَيِّ ُم َو ل ِك َّن أَ ْكثَ َر الن‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), sebagai fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (Ar-Ruum: 30)

Sesungguhnya manusia itu dilahirkan dalam keadaan islam, sebagaimana


Rasulullah – ‘alaihi shalawatu wa salam- pernah bersabda, “semua yang
dilahirkan itu dalam keadaan fitrah (islam), hanya saja orang tuanya yang
menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi.”

Dalam sebuah keluarga yang beriman dan saling menyayangi tentu setiap
diri akan menjaga agar anggota keluarganya tetap berjalan sesuai fitrah dalam
islam. Sebab keluar dari fitrah agama sangat dilarang dan mendapatkan hukuman
yang berat dari Allah. Allah berfirman:

‫هُ أَ ِذلَّ ٍة‬mَ‫وْ ٍم ي ُِحبُّهُ ْم َو ي ُِحبُّون‬mَ‫أْتِي هللاُ بِق‬mَ‫يا أَيُّهَا الَّذينَ آ َمنُوا َم ْن يَرْ تَ َّد ِم ْن ُك ْم ع َْن دينِ ِه فَ َسوْ فَ ي‬
َ‫ك‬mmِ‫ ةَ الئِ ٍم ذل‬m‫افُونَ لَوْ َم‬mm‫بي ِل هللاِ َوال يَخ‬m‫َعلَى ْال ُم ْؤ ِمنينَ أَ ِع َّز ٍة َعلَى ْالكافِرينَ يُجا ِه ُدونَ في َس‬
‫فَضْ ُل هللاِ ي ُْؤتي ِه َم ْن يَشا ُء َو هللاُ وا ِس ٌع عَلي ٌم‬

“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka

4
mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Ma’idah:54)

5. Saling Nasehat-Menasehati dalam Kebaikan dan Takwa

Dalam keluarga ini juga akan saling nasehat-menasehati dalam jalan


agama yang benar ini.

﴾‫واص ْوا بِالْ َم ْرمَحَِة‬ َّ ِ‫واص ْوا ب‬


َ َ‫الصرْبِ َو ت‬ َ َ‫ذين َآمنُوا َو ت‬َّ ِ
َ ‫﴿مُثَّ كا َن م َن ال‬
“Dan ia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar
dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” (Al-Balad : 17)

َّ ِ‫واص ْوا ب‬ ِ ‫﴿إِالَّ الَّذين آمنُوا و ع ِملُوا َّ حِل‬


﴾ ِ‫الصرْب‬ َ َ‫واص ْوا بِاحْلَ ِّق َو ت‬
َ َ‫الصا ات َو ت‬ َ َ َ َ
“Kecuali  orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, saling nasihat-
menasihati supaya menaati kebenaran, dan saling nasihat-menasihati supaya
menetapi kesabaran.” (Al’Ashr :3)

“Dari Abu Ruqayyah Tamiim Bin Aus Ad-Daari – radhiallahu’anhu-,


“sesungguhnya Rasulullah telah bersabda : Agama itu adalah Nasehat, Kami
bertanya : Untuk Siapa? Beliau bersabda : Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya,
Para pemimpin umat islam, dan bagi seluruh kaum muslim.”

)َ ‫اج َع ْلنا لِْل ُمت‬


ً‫َّقني إِماما‬ ِ ِ ِ
ْ ‫ب لَنا م ْن أ َْزواجنا َو ذُِّريَّاتنا ُقَّرةَ أ َْعنُي ٍ َو‬
ْ ‫ذين َي ُقولُو َ)ن َربَّنا َه‬َّ
َ ‫َو ال‬
“Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami
istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah
kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Furqaan- 74)

6. Saling Mengenal (Ta’aruf), Memahami (Tafahum), Menolong (Ta’awun), &


Menjamin (Takaaful)

Keluarga sakinah mawaddah warahmah adalahid aman seluruh keluarga


muslim. Itu pula tujuan pernikahan yang disebutkan Allah dalam SuratAr -Rum
ayat 21. Bagaimana membangun keluarga sakinah mawaddah warahmah? Rumus
4-Ta ini insya Allah bias kita terapkan bersama.

1. Ta’aruf (saling mengenal)


Ta’aruf artinya adalah saling mengenal. Untuk membangun keluarga
sakinah mawaddah warahmah, suami istri perlu saling mengenal satu sama
lain. Ta’aruf (nadhar) menjelang pernikahan adalah bagian dari proses ini.

5
Namun, ta’aruf itu belum cukup. Sering kali suami istri baru dapat mengenal
lebih dalam setelah sekian lama menjalani kehidupan berkeluarga.
Ta’aruf di sini bukan hanya mengenal bahwa istri kita berasal dari
kota A, berpendidikan B, memiliki latar belakang C. Tetapi juga sampai pada
mengenal karakternya, sifat-sifatnya, apa yang disukai dan apa yang tidak
disukainya. Dalam sesi “quis keluarga romantis” saya menemukan, tidak
semua suami mengenal istrinya dengan baik. Mulai dari ukuran sepatu, warna
baju favorit, hingga makanan favorit. Bahkan, ada pula suami yang tidak tahu
ukuran baju istrinya, meskipun pilihannya hanya S, M, L dan XL.
Mengenal dengan baik adalah modal awal untuk langkah berikutnya.
Pernah terjadi dalam keluarga, suami membelikan hadiah baju kepada istrinya.
Niatnya baik, tetapi ukurannya keliru, motifnya tidak disuka. Istrinya tidak
maumakai dan minta baju itu ditukar. Sang suami marah, lalu terjadilah
pertengkaran. Dan sering kali, pertengkaran dalam rumah tangga karena hal-
hal kecil akibat kurangnya ta’aruf seperti ini.

2. Tafahum (saling memahami)


Setelah saling mengenal, maka suami istri perlu saling memahami;
tafahum. Karena ia tahu suaminya tidak suka pedas, maka istri tidak
memasakkan makanan pedas. Atau ia memasak dalam dua versi; yang pedas
untuknya, yang tidak pedas untuk suaminya. Karena mengenal dengan baik
bahwa istrinya tidak suka suami menyebut-nyebut masa lalunya, maka suami
tidak melakukannya.
Tafahum membuat kehidupan suami istri menjadi lebih dekat dengan
sakinah (ketenangan, kedamaian, kebahagiaan). Istri yang mengenal baik
suaminya, memahaminya, ia tidak menuntuts esuatu di luar kemampuan
suaminya. Ia bersyukur atas karunia Allah yang dianugerahkan kepada
mereka. Pun suami, ia memahami istrinya ia tidak akan marah kepada istri
atas kesalahan kecil yang dilakukannya, mengingat begitu banyaknya
perannya sebagai istri dan sebagai ibu.
Ada suami yang kadang tidak memahami bahwa istrinya suatu saat
juga bias lelah karena seharian membersamai anak-anak, belum ditambah aktif
dalam dakwah, lalu memaksa istri untuk masak. Suami tidak mau makan

6
kecuali masakan istri. Ini sungguh memberatkan. Padahal kalau satu dua kali
tidak masak dan makan di luar atau bel imakanan sebenarnya tidak masalah.

3. Ta’awun (saling menolong)


Untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah, ta’awun
adalah keniscayaan. Suami istri harus saling menolong. Saling menolong agar
semakin kokoh dalam kebaikan, semakin kokoh dalam ketaatan. Jika suami
belum bangun di akhir malam, istri yang membangunkannya. Jika istri suka
marah, suami yang mengingatkannya.
Dalam pekerjaan sehari-hari, ta’awun juga mutlak diperlukan. Sebuah
keluarga yang tidak memiliki khadimat (pembantu), suami istri perlu berbagi
tugas. Mungkin istri yang menyapu, suami yang mengepel. Istri yang
memasak, suami yang memandikan anak. Dan seterusnya.
Dengan ta’awun, suami istri laksana burung yang terbang dengan dua
sayap. Kemanapun mereka bisa. Setinggi apa pun mereka mampu, insya
Allah. Maka kita lihat betapa banyak keluarga yang bertumbuh pesat baik
dalam cinta, finansial, dan pendidikan karena suami istri mengedepankan
ta’awun dalam rumah tangga.

4. Takaful (saling menjamin)


Takaful (saling menanggung beban) adalah rumus berikutnya untuk
membangun sakinah mawaddah warahmah. Kita sadar, setiap keluarga pasti
memiliki tantangan dan memiliki beban. Beban itu berat jika dipikul sendiri,
tetapi terasa ringan jika dipikul bersama.
Implementasi takaful dalam kehidupan suami istri diawali dengan
keterbukaan untuk menyampaikan persoalan. Istri sharing, suami
mendengarkan. Suami menceritakan masalah yang dihadapinya, istri
menyimaknya. Lalu mereka saling memberikan penguatan, memotivasi, dan
mengambil tindakan untuk meringankan beban kekasihnya sekaligus
mendoakannya. Ungkapan khas dari takaful adalah “Sayang, apa yang perlua
kulakukan untuk meringankan masalah ini.” Jadi fokusnya adalah solusi,
bukan masalah. Apapun masalah yang dihadapi, yakin ada solusi. Sebesar
apapun masalah datang, yakin ada pertolongan Allah yang Maha Besar.

BAB III

7
PENUTUP

A. Kesimpulan

Di dalam islam, Allah telah memfirmankan bagi manusia untuk mencintai


keluarganya. Ketika cinta itu bersemi dan mekar sempurna dalam naungan ridha Allah,
maka akan turun keberkahan dan ketentraman dalam keluar-ga tersebut.

Dalam merawat cinta kasih dalam keluarga yaitu dengan saling menyayangi dan
mencintai, saling menasehati dan menepati janji, saling mengenal, memahami, menolong
dan menjamin, serta saling menguatkan untuk membentengi agama. Dengan begitu akan
memperkokoh kasih sayang, mempererat hubungan keluarga, membentengi keluarga,
menguatkan agama dan saling menasehati dalam kebaikan dan takwa maka terciptalah
keluarga yang Sakinah Mawa’dah dan Warahmah

B. Saran

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga mungkin penjelasan dalam makalah ini masih ada yang kurang, maka
kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah ini
dengan sumber- sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

8
DAFTAR PUSTAKA

 Bawa, Dahlan Lama. dkk. 2013. Meniti Di Atas Sunnah;Menggapai Keluarga


Sakinah. Makassar: LSQ Makassar bekerja sama dengan Majelis Tbaligh PW.
MuhammadiyahSulsel.

Anda mungkin juga menyukai