Anda di halaman 1dari 4

Ajeng Gayatri Octorani Putri, Ekploitasi Pekerja Anak

EKPLOITASI PEKERJA ANAK DIBAWAH UMUR SEBAGAI


BENTUK PENYIMPANGAN SOSIAL
(Studi Etnografi Anak-anak Pengumpul Koin Dermaga
Pelabuhan Merak Kota Cilegon)

Ajeng Gayatri Octorani Putri1, Elly Malihah2,


Siti Nurbayani K3
1
SMA IT Raudhatul Jannah
2
Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi
3
Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi

ABSTRAK

Anak dijadikan cara untuk mendapatkan penghasilan dalam keluarga. Hal ini terjadi pada
masyarakat Kamp. Medaksa Pelabuhan Merak yaitu banyaknya anak yang bekerja
menjadi pengumpul koin sebagai akibat sulitnya biaya ekonomi. Faktor yang dikaji yaitu
faktor sosial dan budaya, serta peranan orang tua terhadap aktivitas anak-anak
pengumpul koin. Metode yang digunakan yaitu studi etnografi dengan subjek penelitian
terdiri atas informan kunci dan informan pangkal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anak-anak mengumpulkan koin dari pagi hingga sore hari, faktor sosial yang mendominasi
yaitu keluarga, ekonomi dan teman sepermainan, sedangkan faktor budaya yang
mempengaruhi yaitu tradisi turun temurun dari keluarga terhadap aktivitas pengumpul
koin, dan orang tua yang berperan penting.
Kata kunci : anak pengumpul koin, eksploitas.

PENDAHULUAN (delapan belas) tahun, termasuk anak


Setiap manusia memiliki hak yang yang masih dalam kandungan.” Dengan
sama dihadapan hukum khususnya begitu kriteria anak dibawah umur ini
mengenai perlindungan anak. Namun yaitu anak yang belum menginjak usia 18
pada kenyataannya saat ini begitu tahun, yaitu antara 0 sampai 18 tahun.
banyak pelanggaran terhadap hak anak Masalah eksploitasi anak dan juga
dimana saat ini banyak terlihat hak anak yang terancam maka
dibeberapa pinggiran jalan anak-anak seharusnya sebagai orang tua, keluarga,
yang dieksploitasi oleh keluarganya maupun sebagai masyarakat wajib
sendiri untuk melakukan pekerjaan yang memberikan perlindungan kepada
seharusnya tidak ia lakukan, salah satu mereka sesuai dengan Undang-Undang
pekerjaan yang dilakukannya yaitu Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002
mengumpulkan uang recehan atau koin Pasal 20 menyatakan “ Negara,
di dermaga Pelabuhan Merak, dimana hal pemerintah, masyarakat, keluarga, dan
yang dilakukannya itu memiliki resiko orangtua berkewajiban dan
yang sangat besar. bertanggungjawab terhadap
Undang-Undang No. 23 tahun 2002 penyelenggaraan perlindungan anak.”
tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Ayat Penyelenggaraan perlindungan ini
1 menjelaskan bahwa “ Anak adalah diadakan dengan tujuan agar setiap anak
seseorang yang belum berusia 18 mampu mengembangkan potensinya dan
Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1

tumbuh secara wajar, seperti yang pendidikan itu sangat penting bagi
dikemukakan oleh Gultom (2008: 33). kelangsungan hidup kedepannya. Oleh
karenanya salah satunya hal tersebutlah
PENDAPATAN ANAK PENGUMPUL yang menjadi latar belakang begitu
KOIN banyak anak-anak sekitar Kampung
Pendapatan yang diperoleh dari Medaksa menjadi pengumpul koin.
mengumpulkan koin ini seperti Anak-anak yang yang berada di
pendapatan musiman. Jika musim libur kampung ini memang tidak semuanya
sekolah atau libur perayaan hari-hari mengumpulkan koin, namun rata-rata
besar maka pendapatan yang mereka anak-anak kampung ini sehari-harinya
peroleh cukup besar dalam sehari. berkutat dengan pelabuhan, baik mereka
Namun jika hari-hari biasa mereka hanya yang masih sekolah maupun yang sudah
memperoleh Rp 20.000; – Rp 50.000; putus sekolah sehingga lama-kelamaan
dalam seharinya. mereka menjadi pengumpul koin dengan
Pendapatan ini tidak sebanding berbagai alasan.
dengan resiko yang dihadapi. Kecelakan Keadaan ekonomi keluarga yang
yang banyak terjadi pada kisah anak- rendah dengan mata pencaharian
anak ini mulai dari terbentur dengan sebagai pedang kopi, nelayan, buruh
karang atau badan kapal, bagian badan cuci, dan pembantu rumah tangga
mereka luka karena tergores batu karang, dimana pendapatan yang didapat tidaklah
tidak sengaja menelan uang koin yang seberapa sedangkan kebutuhan hidup
didapatnya, terkena baling-baling kapal yang cukup banyak, oleh karena itu
sampai akhirnya harus meregang nyawa. secara terpaksa akhirnya anak-anak pun
Selain karena terkena baling-baling yang menjadi korbannya. Anak-anak pun
banyak juga yang meninggal karena akhirnya harus putus sekolah sebelum
terjepit antara kapal dengan badan kapal menamatkan pendidikannya. Orangtua
ketika kapal akan bersandar di dermaga. anak-anak pengumpul koin ini
berpandangan, bahwa dengan anak-anak
KEADAAN EKONOMI KAMPUNG tersebut putus sekolah dapat membantu
MEDAKSA untuk ikut menopang biaya hidup
Keadaan ekonomi masyarakat keluarga sehari-harinya dengan cara
Kampung Medaksa ini bisa dibilang tidak memutuskan untuk menjadi pengumpul
semua memiliki ekonomi yang kurang koin.
tetapi memang jika dilihat dari mata Para orang tua awalnya melarang
pencahariannya kebanyakan masyarakat perbuatan anaknya itu yang
kampung ini bermatapencaharian mengumpulkan koin dari lemparan para
sebagai nelayan, pedagang, buruh, penumpang kapal. Namun lambat laun
tukang becak, dan pembantu rumah orang tua pun merasa terbantu dengan
tangga. Dengan latar belakang kegiatan yang dilakukan anak-anak
pendidikan yang memang kurang jadi tersebut hingga akhirnya sudah tidak lagi
untuk mendapatkan penghasil yang melarang anak-anaknya dan mungkin
cukup bagi mereka hal tersebut sangatlah cenderung seperti menyuruh anak-anak
sulit karena pendidikan yang didapatnya tersebut.
pun masih terbilang rendah. Sehingga
pandangan orangtua masyarakat sekitar KONSEP PEKERJA ANAK
menjadi tidak terbuka bahwa sebenarnya
Ajeng Gayatri Octorani Putri, Ekploitasi Pekerja Anak

Maka dalam sebuah konsep pekerja Dalam hal ini selaras dengan
anak dapat dibedakan antara anak pendapat Roucek dan Warren
bekerja dengan pekerja anak. Anak (Dhohiri,dkk, 2005, hlm. 108) mengenai
bekerja akan melakukan sebuah faktor pembentukan kepribadian
pekerjaan yang ringan dimana dalam seseorang bahwa,
pekerjaannya itu masih menghargai
haknya sebagai anak dan hanya bekerja Faktor sosiologis atau lingkungan
sewaktu-waktu saja kemudian legal. merupakan pembentuk kepribadian,
Sedangkan pekerja anak biasanya dimana faktor sosiologi atau
melakukan pekerjaan yang berat dan lingkungan mengandung pengertian
berbahaya sehingga cenderung sebagai faktor yang membentuk
menimbulkan eksploitatif dimana dalam kepribadian seseorang menjadi
pekerjaannya itu sudah tidak lagi sesuai dengan perilaku atau
memperdulikan haknya sebagai anak kepribadian kelompok atau
mulai dari hak pendidikan sampai lingkungan masyarakatnya.
kesehatannya dan dengan waktu bekerja
yang relatif lama sifatnya tetap dan ilegal. Terlihat bahwa faktor interaksi sosial
Anak-anak pengumpul koin ini termasuk yang terjadi antara anak-anak tersebut di
ke dalam pekerja anak. Berdasarkan lingkungan keluarga. Kondisi keluarga
Undang-Undang No. 20 tahun 1999 dari anak-anak tersebut mampu
tentang pengesahan ILO No. 138 memengaruhi aktivitas yang dilakukan
mengenai Usia Minimum untuk oleh anak-anak tersebut dimana menurut
Diperbolehkan Bekerja (Waluyo, 2011, penuturan mereka bahwa keluarga
hlm. 75) adalah merupakan salah satu alasan yang
mengharuskan mereka melakukan hal itu
Kegiatan atau pekerjaan apapun untuk menopang kelangsungan
yang menurut sifat dan jenisnya, kehidupan mereka dan keluarga.
mempunyai atau dapat Anak-anak pengumpul koin yang
menimbulkan dampak yang usianya rata-rata masih dibawah 18
merugikan terhadap keselamatan, tahun ini tetap merupakan seorang anak
kesehatan fisik ataupun mental, bagian dalam keluarga dan memiliki
atau perkembangan moral anak- hubungan yang sangat erat dalam
anak. bahaya juga dapat keluarga. Sesuai dengan pendapat
ditimbulkan oleh beban kerja yang Richard Dewey dan W.J. Humber
berlebihan, kondisi fisik pekerjaan, (1966, hlm. 105) yang menyebutkan
dan/atau intensitas kerja dalam hal sebuah istilah yaitu “Affective Others”.
durasi jam kerja walaupun kegiatan Dalam hal ini “Affective Others “ yang
atau pekerjaan itu sendiri diketahui dimaksud yaitu seseorang yang memiliki
tidak berbahaya atau aman. ikatan emosional dengan anak-anak
pengumpul koin ini yaitu orang tua,
Faktor penyebab anak-anak saudara-saudara baik itu kakak maupun
mengumpulkan koin di dermaga adik, dan orang-orang yang tinggal
Pelabuhan Merak yaitu adanya faktor serumah dengan anak-anak pengumpul
eksternal dari diri anak pengumpul koin koin tersebut. Terbukti bahwa ada salah
tersebut. satu anak pengumpul koin yang sudah 9
sampai 10 tahun mengumpulkan koin,
Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1

terhitung semenjak mereka masih usia 7 Eksploitasi pekerja anak dibawah


tahun. Bahkan ada juga salah satu umur yang terjadi di sekitar daerah
keluarga anak tersebut hampir semua pelabuhan merak yaitu terjadi pada anak-
anggota keluarganya merupakan anak pengumpul koin. Faktor sosial
pengumpul koin. penyebab anak-anak mengumpulkan koin
Orang tua dalam keluarga di Dermaga pelabuhan Merak mulai dari
merupakan pemegang kontrol dalam faktor yaitu keluarga, faktor ekonomi, dan
kehidupan keluarga. Tumbuh kembang faktor teman sepermainan. Faktor budaya
anak akan dilihat dari peranan orang tua yang mendorong anak-anak tersebut
dalam mengatur kehidupan anaknya. menjadi pengumpul koin di Dermaga
Orang tua yang memiliki pandangan pelabuhan Merak yaitu faktor budaya
bahwa pendidikan tidak begitu penting yang dibawa oleh keluarga atau orang
bagi anak mereka sampai akhirnya anak- tua anak-anak pengumpul koin itu sendiri.
anak mereka pun menjadi pengumpul Peranan orang tua dalam kegiatan
koin. Pendidikan anak tidak selesai pengumpul koin yaitu sebagai tempat
karena alasan biaya pendidikan yang dimana anak-anak tersebut memberikan
mahal membuat orang tua berpandangan sebagian hasil uang hari ini kepada orang
untuk apa melanjutkan sekolah. tuanya dan untuk kehidupan anak-anak
Orang tua yang membebaskan pengumpul koin di luar lingkungan
segala bentuk kegiatan ananya dilur keluarga orang tua tidak terlalu
lingkungan keluarganya tanpa adanya memperdulikannya. Orang tua menjadi
pengawasan merupakan suatu bentuk pasif dengan segala kehidupan anaknya
pilihan cara untuk mengasuh anaknya. baik didalam lingkungan keluarga
Ada tiga pola asuh yang dikemukakan maupun diluar lingkungan keluarga.
oleh Hurlock (1999,hlm. 93) menurutnya
dalam pengasuhan di lingkungan DAFTAR PUSTAKA
keluarga terdapat tiga cara antara lain Gultom, Maidin. 2008. Perlindungan
Hukum Terhadap Anak dalam Sistem
otoriter, laissez faire, dan demokratis.
Peradilan Pidana Anak di Indonesia.
Namun dalam hal ini justru pola asuh Bandung : PT. Refika Aditama
yang dilakukan oleh kebanyakan orang Dewey, R. Dan Humber, W.J. 1966. An
tua anak-anak pengumpul koin ini yaitu Introduction to Social Psychology
laissez faire. Disini para orang tua anak- London: Collier-Macmillan.
anak pengumpul koin kebanyakan Dhohiri, T.R., dkk. 2005. Sosiologi 1
membebaskan anak-anaknya untuk SMA. Jakarta: Yudhistira.
Hurlock, B. Elizabeth (Alih Bahasa:
bertindak sesuai dengan keinginannya Meitasari Tjandrasa). 1999.
dan terkesan cuek. Tidak terlalu Perkembangan
memperdulikan dengan siapa anaknya Anak. Jakarta: Erlangga.
bermain, apa yang dilakukan anaknya Waluyo, Bambang. 2011, Viktimologi :
diluaran sana, dan bagaimana jika terjadi Perlindungan Korban dan Saksi,
sesuatu terhadap anaknaya. Orang tua Jakarta : Sinar Grafika.
Undang-Undang No 23 Tahun 2002
anak-anak pengumpul koin ini seperti
Tentang Perlindungan Anak
kurang mendidik dan mengontrol setiap
perkembangan untuk anak-anaknya.

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai