Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

I. Kasus (Masalah Utama)


A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
di sekitarnya (Damaiyanti, 2008)
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam dalam hubungan sosial
(Depkes RI, 2000)
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida, 2012)
Isolasi Sosial adalah suatu usaha untuk menghindari interaksi dengan orang
lain dan kemudian menghindari berhubungan, ini merupakan pertahanan terhadap
stresor dan ansietas !ang berhubungan dengan suatu stresor atau ancaman.
(Menurut Carpenito 2001)

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya isolasi sosial adalah Kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan
orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan
dan meresa tertekan.
Didalam faktor PREDISPOSIS memiliki 4 faktor yaitu : faktor
perkembangan, faktor biologis, faktor sosial budaya, faktor komunikasi dalam
keluarga. Didalam faktor perkembangan seseorang individu memiliki tugas
yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Faktor biologis yaitu faktor genetik dalam peran respon
sosial maladaptif. Dalam faktor sosial budaya merupakan faktor utama dalam
gangguan berhubungan. Dan pada faktor komunikasi dalam keluarga dapat
mengantarkan seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya

1
menginformasikan hal-hal yang negative dan mendorong anak dalam
mengembangkan harga diri rendah.

B. Faktor Presipitasi
Sedangkan faktor presipitasi dari isolasi sosial yaitu faktor sosio-
cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal
dan faktor psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga
sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari
lingkungan
Stresor presipitasi terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal dan faktor eksternal meliputi : stressor sosial budaya dapat memicu
kesulitan dalam berhubungan seperti perceraian berpisah dengan orang yang
dicinta. Dan stressor psikologi dimana tingkat kecemasan yang berat akan
menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan
orang lain.

C. Jenis Jenis Isolasi Sosial


1. Kerusakan sosial adalah suatu keadaan seseorang berpartisipasi dalam
pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif(Towsend,
1998). Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan
dalam berinteraksi dengan orang lain yang salah satunya mengarah pada
perilaku menarik diri.
2. Kerusakan interaksi sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel, tingkah maladaptif dan mengganggu fungsi individu dalam
hubungan sosialnya.
D. Tanda dan Gejala
1. Menyendiri dalam ruangan
2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
3. Sedih, afek datar
4. Perhatian dan tindakan tidak sesuai dengan usia
5. Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain
6. Menggunakan kata – kata simbolik
7. Menggunakan kata – kata yag tidak berarti

2
8. Kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara
9. Apatis
10. Ekspresi sedih
11. Afek Tumpul
12. Menghindar dari orang lain ( menyendiri )
13. Komunikasi kurang/tidak ada
14. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat
15. Tidak ada kontak mata
16. Klien sering menunduk

E. Rentan Respon Sosial


Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif.
Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.
respon adaptif respon maladaptif

Menyendiri kesepian manipulasi

Otonomi menarik diri impulsif

Bekerja sama ketergantungan narcisme

Interpenden

1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian
masalah yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan budaya lingkungannya yang umum berlaku dan lazim
dilakukan oleh semua orang respon ini meliputi:
a. Solitude (menyendiri) adalah respon yang dibutuhkan
seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di
lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.

3
b. Otonomi adalah kemampuan individu dalam menentukan
dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam berhubungan
sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama) adalah suatu kondisi dalam
hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk saling
memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan) adalah suatu hubungan
saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
rangka membina hubungan interpersonal.
2. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya
lingkungannya yang umum berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh
semua orang. Respon ini meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri
dan terasing dari lingkungannya, merasa takut dan cemas.
b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam
membina hubungan dengan orang lain.
c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila
individu gagal mengembangkan rasa percaya diri akan
kemampuannya. Pada gangguan hubungan sosial jenis ini
orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat
pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan
pada orang lain.
d. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain
sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi
pada diri sendiri.
e. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan
sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat
diandalkan.
f. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang
rapuh selalu berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan

4
pujian yang terus menerus, sikapnya egosentris,
pencemburu, dan marah jika orang lain tidak
mendukungnya.

F. Mekanisme Koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme
yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi.
(Damaiyanti, 2012: 84)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat
diterimasecara sadar dibendung supaya jangan tiba dikesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1. Perilaku curiga : regresi, represi
2. Perilaku dependen: regresi
3. Perilaku manipulatif: regresi, represi
4. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi

5
III. A. POHON MASALAH

Resiko Gangguan
Halusinasi

Isolasi
Sosial

Harga Diri
Rendah

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji Pada Isolasi Sosial

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


Klien mengatakan malas berteman dengan Klien duduk Tampak Sendiri
yang lain.
Klien mengatakan lebih baik sendiri saja Klien tampak tidur seperti posisi janin
semenjak sakit
Klien merasa orang lain tidak selevel Klien tidak mau bercakap cakap dengan orang
lain
Klien mengatakan orang orang jahat kepada Klien tampak mengurungkan diri
dirinya

C. Diagnosa keperawatan Isolasi Sosial


Isolasi Sosial
D. Rencana Tindakan
Terlampir

DAFTAR PUSTAKA

6
Anna Budi Keliat, SKp. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Fitria, Nita.2010.Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan keperawatan ( LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika

Keliat A,Budi Akemat. 2009. Model Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika

Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta:
Salemba Medika

Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Yosep Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

7
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari Pada Pasien Isolasi Sosial
Nama Klien : Jenis Kelamin :perempuan
Ruangan :Melat i No. RM :111610011
Pertemuan : pertama SP :
Tanggal :15/03/18 Nama Perawat :Putri

A. Proses Keperwatan
1. Kondisi Klien
Klien Mengatakan bahwa malas berteman dengan yang lainnya, Klien juga
mengatakan bahwa lebih baik sendiri saja semenjak sakit, Klien merasa orang lain
tidak selevel, dan Klien juga mengatakan orang orang jahat kepada dirinya
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
c. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
d. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
e. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
f. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
g. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan :
1. Beri salam setiap berinteraksi
2. Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
6. Buat kontrak interaksi yang jelas

8
7. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
b. Tanyakan pada klien tentang :
1. Orang yang tinggal serumah/teman sekamar klien
2. Orang yang paling dekat dengan klien dirumah/diruang perawatan
3. Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut
4. Orang yang tidak dekat dengan klien dirumah/diruang perawatan
5. Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut
6. Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
c. Tanyakan pada klien tentang :
1. Manfaat hubungan social
2. Kerugian menarik diri
d. Observasi perilaku klien saat berhubungan sosial
Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan/berkomunikasi dengan :
1. Perawat lain
2. Klien lain
3. Kelompok
Libatkan klien dengan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
klien bersosialisasi
Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat
Beri pujian terhadap kemampuan klein memperluas pergaulannya melalui
aktivitas yang dilaksanakan
e. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya berhubungan social dengan :
1. Orang lain
2. Kelompok
Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

f. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi


perilaku menarik diri

9
Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku menarik
diri
Jelaskan pada keluarga tentang :
1. Pengertian menarik diri
2. Tanda dan gejala menarik diri
3. Penyebab dan akibat menarik diri
4. Cara merawat klien menarik diri
Latih keluarga cara merawat klien menarik diri
Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilakukan
Beri motivasi keluaraga agar membantu klien untuk bersosialisasi
Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di rumah sakit

g. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, warna,
dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat.
h. Pantau klien saat penggunaan obat.
Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
Ajurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan
B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
1. Orientasi
"Selamat pagi ka, perkenalkan nama saya Nada, Nama Kaka siapa ? kaka suka
dipanggil apa ? Baik ka, di sini saya akan menemani kaka dari jam 07:00 Pagi sampai
jam 14:00 siang. Bila kaka ingin bercerita saya siap mendengarkan."
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan kaka hari ini?. Bagaimana ka tidurnya semalam ? Nyenyak atau
tidak bu?’
3. Kontrak
a. Topik
“ Senang ya bisa berkenalan dengan kaka hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal.

10
b. Waktu
“ Berapa lama kaka dapat berbincang - bincang dengan saya ? Bagaimana kalau
15 menit saja?
c. Tempat
“ kaka kita mau bicara dimana? . bagaimana ditaman ?.
d. Tujuan
“Tujuannya bu agar kaka dengan saya dapat saling mengenal.”
4. Kerja (Langkah –Langkah tindakan Keperawatan)
“kaka sudah berapa lama dirawar disini ? apa yang kaka rasakan selama dirawat
disini ? Waktu dibawa kesini apa yang terjadi dirumah ka ?. mengapa kaka takut
berinteraksi dengan orang lain ka ?. siapa orang yang paling dekat dengan kaka ?
Menurut kaka apa keuntungan kalau kita punya teman? Benar kaa, selain ada teman
bercakap cakap apa lagi ka ?. Nah kalau kerugian tidak punya teman ?.
Kalau begitu apakah kaka ingin belajar berinteraksi dengan orang lain ? Bagus.
Bagaimana sekarang kita belajar cara berkenalan. Saya contohkan ya ka. Siapa kah
nama kaka ? nama saya tika. Kaka senang dipanggil apa ? saya senang dipanggil tika.
Kaka asalnya dari mana ? saya berasal dari tangerang. Kaka dapat mempraktekkan
apa yang saya ajarkan tadi.
5. Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien berharap tindakan keperawatan
1. Evaluasi Klien ( Subjektif )
“Bagaimana perasaan kaka setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2. Evaluasi Perawat ( Objektif dan rainforcement )
“Coba kaka ulangi bagaimana cara berkenalan dengan orang lain.
b. Rencana tindakan Lanjut (Apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan
yang telah dilakukan)
“Tadi saya sudah menjelaskan cara berkenalan yang benar dengan orang lain.
Bagaiman kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain di masukkan kedalam
jadwal kegiatan harian?. Jika nanti kaka berkenalan dengan orang lain kaka bisa
bilang kepada suster jika kaka sudah berkenalan dengan orang lain
c. Kontrak Topik yang akan datang:

11
1. Topik
“Baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini ka. Besok kita akan
berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan
mempraktekkan berkenalan dengan orang lain”
2. Waktu
“Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok?
Bagaimana kalau 15 menit saja?”
3. Tempat
“Di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah...
bagaimana kalau besok kita melakukannya di teras depan saja?...

12

Anda mungkin juga menyukai