Anda di halaman 1dari 7

BAB 4

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH
Tulisan ini merupakan bentuk refleksi terhadap dinamika keumatan Muhammadiyah.
Nilai normatif kemuhammadiyah di harapkan mampu terinternalisasi dalam diri, sehingga
benar-benar menjadi bagian dari kepribadian anggota persyarikatan tersebut. Artinya,
kepribadian Muhammadiyah yang sejak berdirinya telah menjadi kerangka dan nilai dasar
dalam keorganisasian. Oleh sebab itu, kepribadian Muhammadiyah dapat dipandang sebagai
idealitas gerakan Muhammadiyah sebagai perayarikatan yang berciri gerakan islam, berdasar
pada Al-Qur’an dan sunnah menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang
diridlai Allah dan diharapkan mampu teraplikasikan pada perilaku dan perbuatan anggota
Muhammadiyah.
A. Sejarah Perumusan Kepribadian Muhammadiyah
Term “kepribadian Muhammadiyah” ini timbul pada waktu persyarikatan
Muhammadiyah dipimpin oleh Kolonel M. Yunus Anis pada periode 1959-1962. Namun,
sejak semula term ini berasal dari uraian KH. Faqih Usman, sewaktu memberikan uraian
dalam suatu latihan yang diadakan Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Pada saat itu beliau menjelaskan bahasan yang berjudul: “Apa sih Muhammadiyah itu?”.
Kemudian oleh Pimpinan Pusat (PP) dimusyawarahkan bersama-sama pimpinan
Muhammadiyah Wilayah (PMW) Jawa Timur (M. Saleh Ibrahim), Jawa Tengah (R.
Darsono), dan Jawa Barat (Adang Afandi). Kemudian disempurnakan oleh suatu tim yang
terdiri dari: KH. Moh. Wardan, KH. Farid Ma’ruf, M. Djarnawi Hadikusuma, M. Djindar
Tamimy; Kasman Singodimejo disamping pembawa prakarsa sendiri KH. Faqih Usman.
Setelah urusan itu agak sempurna, maka diketengahkan dalam Sidang Tanwir
menjelang Muktamar ke-35 di Jakarta Tahun 1962. Di Muktamar ke-35 itulah,
“Kepribadian Muhammadiyah” disahkan setelah mengalami usul-usul penyempurnaan.
Dengan demikian, secara yuridis telah disahkan pada muktamar tersebut.
1. Apakah Kepribadian Muhammadiyah itu
Menurut ilmu jiwa pengertian kepribadian itu umum dimaksudkan sebagai nilai-
nilai karakteristik, watak, sikap dan sifat serta keyakinan dan cita-cita hidup dari
seseorang atau suatu persyarikatan. Secara ilustrif, unsur-unsur atau anatomi
kepribadian tersebut dapat dilihat pada sifat, karakteristik, watak dan sikap, keyakinan
dan cita-cita. Sesungguhnya kepribadian Muhammadiyah merupakan ungkapan dari
kepribadian yang memang sudah ada pada Muhammadiyah sejak lama berdiri. KH.
Faqih Usman hanyalah mengkonstantir –meng-idhar-kan apaa yang telah ada; jadi
bukan merupakan hal-hal yang baru dalam Muhammadiyah.
KH. Faqih Usman benar-benar merasakan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan
islam, berdasar islam, menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang
diridlai Allah. Muhammadiyah dalam mewujudkan idealitas tersebut bukan dengan
jalan politik dan ketatanegaraan, melainkan dengan melalui pembentukan masyarakat,
tanpa mengerdilan bagaimana struktur politik yang menguasainya. Walau demikian,
Muhammadiyah tidak buta politik, tidak takut politik, tetapi ia bukan organisasi
politik.
Sejak partai politik islam Masyumi dibubarkan oleh presiden Sukarno, warga
Muhammadiyah yang selama ini berjuang dalam medan politik praktis masuk kembali
dalam Muhammadiyah. Namun karena sudah terbiasa dengan perjuangan cara politik,
mereka masih membawa cara dan nada politik dalam berjuang dan beramal di
Muhammadiyah.
Muhammadiyah telah mempunyai cara perjuangan yang khas; dimana ia bergerak
bukan untuk dirinya sebagai golongan, melainkan untuk tegaknya islam, untuk
kemenangan kalimah Allah, terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang
diridlai Allah. Hanya saja, islam yang digerakkan oleh Muhammadiyah adalah islam
yang lugas (apa adanya), yang menurut Al-Qur’an dan as-Sunnah Rasulullah; dan
menjalankannya dengan menggunakan akal pikiran yang sesuai dengan ruh islam.
2. Dasar dan Amal Usaha Muhammadiyah
Dalam perjuangan melaksanakan usaha menuju tujuan terwujudnya
masyarakat islam yang sebenar-benarnya, dimana kesejahteraan dan kebaikan serta
kebahagiaan luas-merata, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal
usahanya pada prinsip-prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimahn Anggaran Dasar,
yaitu:
1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah.
2. Hidup manusia bermasyarakat.
3. Mematuhi ajaran-ajaran agama islam dengan berkeyakinan bahwa ajaran islam itu
satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan
dunia akhirat.
4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah
kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada kemanusiaan.
5. Ittiba’ pada langkah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.
6. Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban organisasi.
B. Memahami Kepribadian Muhammadiyah
Memahami kepribadian Muhammadiyah berarti memahami varian-varian esensial
dari Persyarikatan Muhammadiyah. Artinya, dengan memahami Kepribadian
Muhammadiyah kita sebenarnya telah memahami persyarikatan, Muhammadiyah secara
holistik. Pada konteks ini ketika memahami kepribadian Muhammadiyah, maka :
1. Ia telah memahami apa sebenarnya Muhammadiyah. Disinilah urgensi kepribadian
Muhammadiyah, agar seluruh warga Muhammadiyah memahami Muhammadiyah
dengan sebenar-benarnya, bukan hanya memahami “aspek organisasinya”, melainkan
juga Muhammadiyah dalam ideology dan cita-citanya.
2. Karena Muhammadiyah sebagai organisasi, sebagai suatu persyarikatan yang
beraqidah islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan as-Sunnah, maka perlu pula
dipahami, islam yang bagaimanakah yang hendak ditegakkan dan dijunjung tinggi itu
mengingat telah banyak kekaburan dalam islam di Indonesia ini.
3. Kemudian dengan sifat-sifat dan cara-cara yang kita contoh atau kita ambil dari
bagaimana sejarah dakwah Rasulullah yang mula-mula dilaksanakan.
C. Sifat Kepribadian Muhammadiyah
Beberapa aspek dari sifat dasar kepribadian, antara lain: a). Apakah Muhammadiyah itu;
b). Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah; dan c). pedoman amal Usaha dan
perjuangan Muhammadiyah, maka Muhammadiyah dalam kehidupannya memiliki sifat-
sifat sebagai berikut:
1. Beramal dan Berjuang Untuk Perdamaian dan Kesejahteraan
Dengan sifat ini, Muhammadiyah tidak boleh mencela dan mendengki golongan
lain. Sebaliknya, Muhammadiyah harus tabah menghadapi celaan dan kedengkian
golongan lain tanpa mengabaikan hak untuk membela diri kalau perlu, dan itu pun
harus dilakukan secara baik tanpa dipengaruhi perasaan aneh. Allah berfirman dalam
surat al-Anbiya’ ayat 107 yang artinya: “Dan Tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Qs.al-Anbiya’:107)
Muhammadiyah hadir untuk menjadi penyebar kasih saying dan menolak
kekerasan, menyebarkan kedamaian bukan kerusuhan. Kalau sosialisme selalu
mewacanakan kesejahteraan merata yang sebatas duniawi, Muhammadiyah
mewujudkan kesejahteraan berdasarkan tauhid sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-Nuur ayat 55. Kita pernah membaca bagaimana kesejahteraan yang diraih oleh
Umar bin Abdul Aziz, ketika warganya tidak ada yang miskin, semua mampu
berzakat bahkan kedamaian terwujud luar biasa, sampai-sampai binatang buas pun
tidak buas lagi, dan bersahabat dengan manusia.
2. Memperbanyak Kawan dan Mengamalkan Ukhuwah Islamiyah
Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah islamiyah yaitu ketika ada
ceramah atau kegiatan dakwah lainnya yang dilancarkan oleh dai-dai Muhammadiyah
dengan gaya “sejuk penuh senyum”, bukan dakwah yang agitatif menebar kebencian
kesana kemari. Di kalangan Muhammadiyah di Surakarta terkenal semboyan “Jiniwit
Katut”. Jiniwit artinya dijiwit (dicubit), tetapi justru lama-lama orang yang njiwit
akan katut atau terpikat oleh Muhammadiyah yang selalu bertingkah simpatik kepada
siapa pun.
Fungsi dakwah yakni mengajak manusia sebanyak-banyaknya untuk taat
kepada Allah SWT. Kalaupun berbeda fikrah atau pandangan, itu adalah sebuah
kewajaran, ketika tetap berada pada koridor Islam, Allah SWT. Demikianlah, pribadi
Muhammadiyah mengakui bahwa saudaranya seiman adalah saudaranya sendiri, yang
haram untuk disakiti apalagi ditumpahkan darahnya.
Seorang pemimpin Muhammadiyah akan selalu menjaga silaturrahim kepada
rakyatnya. Jika kita selalu membantu saudaranya yang dalam kesulitan seperti
kesulitan menyekolahkan anak, hutang, atau apapun, kemudian kita membantunya,
maka Allah SWT akan membantu kita. Dan bahkan kepeda musuh pun, kita
hendaknya berlaku baik.
3. Lapang Dada, Luas Pandang dan Memegang Teguh Ajaran Islam
Lapang dada atau toleransi adalah satu keharusan bagi siapa pun yang hidup
dalam masyarakat, apalagi hidup dalam masyarakat yang majemuk seperti masyarakat
Indonesia. Tanpa sikap lapang dada, kehidupan akan goncang, dan prinsip
“Memperbanyak Kawan” tentu berubah menjadi “Memperbanyak Musuh”. Pribadi
peradaban yang ketiga adalah memiliki kelapangan dada. Ini adalah tingkatan
ukhuwah paling dasar, yang akan mengantarkan kepada tingkatan tertinggi yaitu itsar
(mementingkan kepentingan orang lain, melebihi dari kepentingan dirinya sendiri).
Kelapangan dada ini akan muncul ketika kita mampu membuka cakrawala
berfikir kita dengan seluas-luasnya: membaca buku sebanyak-banyaknya, mengkaji
Islam sedalam-dalamnya. Buya Hamka pernah menyampaikan, ketika kita ingin
menjadi orang yang bijak, bacalah buku minimal 500 judul buku. Oleh sebab itu,
semakin banyak ilmu yang kita miliki, semakin luas pandangan kita dan akan menjadi
orang yang bijak dan lapang dada untuk menerima segala perbedaan. Namun, tetap
ada kaidah “lana a’maluna walakum a’malukum untuk meminimalisasi konflik yang
berkepanjangan.
4. Bersifat Keagamaan dan Kemasyarakatan
Sifat “keagamaan dan kemasyarakatan” sudah merupakan sifat
Muhammadiyah sejak lahir. Sifat ini tidak mungkin terlepas dari jiwa dan raga
Muhammadiyah, karena Muhammadiyah sejak lahir mengemban misi agama, sedang
agama diturunkan oleh Allah melalui para nabinya juga untuk masyarakat, yakni
untuk memperbaiki masyarakat. Masyarakat adalah “lahan” bagi segala aktivitas
perjuangan Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah gerakan kedua-duanya, yaitu
gerakan keagamaan dan kemasyarakatan.
Tetapi, Muhammadiyah juga bukan gerakan politik. Sebab kalau
Muhammadiyah gerakan politik, intrik-intriknya niscaya cermin dalam berbagai amal
usaha yang telah berkembang selama ini. Pribadi peradaban yang keempat ini sesuai
dengan teori keseimbangan yang Allah SWT.
Dalam ayat Al-Qur’an, cara untuk menghindari kehinaan adalah berpegang
pada tali Allah SWT (hubungan vertikal) dan juga pada tali manusia (horizontal;
kemasyarakatan). Muhammadiyah akan berada pada puncak peradaban ketika mampu
berbuat seimbang antara hubungan vertikal ilahian dengan hubungan kemasyarakatan
horizontal. Oleh sebab itu, berpecah belah adalah salah satu tindakan untuk memutus
tali manusia, atau sering disebut memutus silaturrahim.
Bercerai-berai adalah sifat jahiliah, bukan sifat Muhammadiyah sebagai
pribadi peradaban. Muhammadiyah bukan gerakan ekslusif (tertutup), tetapi juga
tidak inklusif (berlebihan). Muhammadiyah selalu bergaul dalam urusan-urusan
sosial, dan amal usahanya untuk seluruh masyarakat.
5. Mengindahkan Segala Hukum, Undang-undang dan Falsafah Negara yang Sah
Muhammadiyah sebagai satu organisasi mempunyai sejumlah anggota. Anggotanya
adalah warga negara dari suatu negara hukum. Hukum negara mempunyai kekuatan megikat
bagi segenap warga negaranya. Pribadi peradaban taat kepada Allah SWT, kepada Rasul-Nya
dan kepada pemimpinnya selama tidak mengarahkan kepada kemungkaran. Mengindahkan
UU dan segala peraturan pemerintah adalah sebuah kewajiban, selama untuk kemaslahatan
manusia.
6. Amar Maruf Nahi Munkar dalam Segala Lapangan Serta Menjadi Contoh Teladan yang
Baik
Pribadi peradaban yang ke enam adalah selalu beramar ma'ruf nahi munkar dalam
setiap aspek kehidupan. Bahkan juga mampu menjadi teladan (uswah hasanah) bagi semua
masyarakat. Salah satu kewajiban setiap muslim ialah beramar ma'ruf dan bernahi munkar,
yakni menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran. Yang dimaksud kemunkaran
ialah semua kejahatan yang merusak dan menjijikkan dalam kehidupan manusia.
Muhammadiyah menetapkan amar makruf kedalam segala bidang, dalam bidang agama,
ekonomi, politik budaya dan sosial.
7. Aktif dalam Perkembangan Masyarakat dengan Maksud Islah dan Pembangunan sesuai
dengan Ajaran Islam
Kapanpun dan dimana pun, pribadi peradaban utama Muhammadiyah memang harus
selalu aktif dalam perkembangan masyarakat. Tetapi keaktifan Muhammadiyah dalam
perkembangan dalam masyarakat tidak berarti sekadar ikut arus perkembangan masyarakat,
Muhammadiyah adalah kekuatan islah dan Pembangunan sesuai dengan ajaran. Warga
persyarikatan hendaknya menjadi orang-orang yang mempelopori segala aktivitas islah dan
pembangunan di masyarakat.
8. Kerjasama dengan Golongan Lain Mana Pun, dalam Usaha Menyiarkan dan
Mengamalkan Ajaran Islam serta Membela Kepentingannya
Menyiarkan Islam, Mengamalkan dan membela kepentingan Islam bukan hanya tugas
Muhammadiyah, tetapi juga tugas semua umat islam. Karena itu, Muhammadiyah perlu
menjalin kerjasama dengan semua golongan umat islam. Tanpa kerjasama, tidak mudah kita
melaksanakan tugas yang berat ini.
9. Membantu Pemerintah serta Kerjasama dengan Golongan Lain dalam Memelihara
Negara dan Membangunnya untuk Mencapai Masyarakat yang Adil dan Makmur yang
Diridhai
Pribadi Peradaban utama adalah selalu membantu pemerintah dalam rangka
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah. Mereka tidak hanya menuntut
bentuan pemerintah, tetapi juga berkontribusi kepada bangsa ini. Spirit Islam itu selalu
memberi:
‫اَ ْليَ ُد ْاد ْالع ُْليا َ َخ ْي ٌر ِمنَ ْاليَ ِد ا ُّس ْف َل فا َ ْاليَ ُد ْالع ُْليا َ ِه َي ْال ُم ْنفِقَةُ َوال ُّس ْف َل ِه َي السَّاءلَ ِة‬
Artinya: “ Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah, maka tangan diatas adalah
pemberi infaq dan tangan dibawah adalah yang meminta”. (Q. S al-Bukhari Muslim)
Muhammadiyah berjuang untuk kemakmuran masyarakat ini secara menyeluruh,
sebab kemakmuran mempersubur iman dan takwa, sedangkan kemelaratan mempersubur
kriminalitas sosial dan kekufuran. Bukaynlah telah disabdakan oleh Nabi kita (meskipun
dhaif), “kada al-faqru ayyakuna kufran” (kekafiran itu dapat menyebabkan kekufuran).
Kaum Muslim itu seperti barisan perang yang kokoh. Apabila tidak dapat bersatu, kita
akan dicerai beraikan musuh, sebagaimana Allah SWT berfirman:
ٌ‫ص ٓفا ً َكا َ نَّهُ ْم بُ ْنيَ ٌن َم ًرصُوص‬،‫اِ َّن هَللْا ٓ يُ ِحبُّ الَّ ِذ ْينَ يُ ٰقَتِلُوْ نَ فِي َسبِ ْيلٌ ِه‬
Artinya: “ Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan
yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang terusun kokoh”. (QS. Al-Shaff:
4)
10. Bersifat Adil serta Korektif ke dalam dan keluar dengan Bijaksana
Pribadi utama adalah pribadi yang mampu berbuat adil. Adil adalah mampu
meletakkan sesuatu pada tempat dan waktunya. Allah SWT sangat banyak memberikan
perintah untuk selalu berbuat adil, bahkan dalam berbagai kata dan bentuk kalimatnya dalam
segala aspek kehidupan. Muhammadiyah tidak mengharapkan warganya bersifat ta'ashub
(fanatik) pada organisasinya, yang pada akhirnya akan berlaku tidak adil dengan tidak mau
mengakui kesalahan yang terjadi pada organisasinya, sehingga tidak memperbaiki kesalahan
tersebut. Muhammadiyah juga melarang bersikap apatis terhadap gerakan lain, yang pada
akhirnya tidak ada komunikasi dengan satu sama lainnya. Dengan sifat adil dan korektif,
Muhammadiyah tidak senang melihat sesuatu yang tidak semestinya. Muhammadiyah tidak
tinggal diam saja dan taqlid. Tetapi, koreksi pada diri sendiri dan oada orang lain tidak boleh
dilakukan dengan sembarangan, melainkan dengan adil dan bijaksana.
D. Matan Kepribadian Muhammadiyah
1. Apakah Muhammadiyah itu?
Muhammadiyah merupakan gerakan islam; maksud geraknya adalah dakwah amar
makruf nahi munkar, organisasi massa dan kemasyarakatan, bukan organisasi politik.
Dakwah Muhammadiyah ditujukan untuk perorangan dan masyarakat. Dalam konteks
dakwah ini, ini disebut dakwah fardiyah dan dakwah jamaah. Dakwah fardiyah adalah
dakwah dari pintu ke pintu, menemui perorangan, sedangkan dakwah jamaah adalah dakwah
secara publik. Sementara itu, pada aspek spesifiknya, dakwah ditujukan pada perorangan
yang telah bersifat tajdid, dan yang belum Islam bersifat seruan, ajakan untuk memeluk
Islam. Dakwah bagi orang yang belum Islam adalah dengan mengajaknya masuk Islam, perlu
diketahui dalam dakwah ini adalah kaidah “tidak ada paksaan dalam agama”.
Tujuan utama gerakan Muhammadiyah pada masyarakat adalah pola yang bersifat
perbaikan, bimbingan dan peringatan. Masyarakat ini meliputi state, partai politik dan civil
society. Artinya dakwah kepada masyarakat bersifat perbaikan: memperbaiki segala sesuatu
yang kurang tepat, aqidah atau ibadahnya yang bersifat taqlid, muamalah nya yang masih
bercampur dengan ribawi, akhlaknya yang masih primitif dan seterusnya. Persyarikatan
Muhammadiyah mempunyai dasar fan amal usaha, antara lain:
a. Hidup manusia harus berdasarkan tauhid (mengesakan) Allah, bertuhan, beribadah serta
tunduk dan taat hanya kepada Allah.
b. Hidup manusia itu bermasyarakat.
c. Hanya hukum Allah yang sebenar-benarnya dapat dijadikan sendi untuk membentuk
pribadi yang utama dan mengatur ketertiban hidup bersama (masyarakat) menuju hidup
bahagia dan sejahtera yang Hakiki di dunia dan akhirat.
d. Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah wajib sebagai ibadah kepada Allah dan
berbuat Ihsan dan Islam kepada sesama manusia atau masyarakat.
e. Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya hanya akan berhasil bila dilakukan dengan
mengikuti jejak (ittiba') perjuangan para nabi terutama perjuangan Nabi Muhammad.
f. Perjuangan mewujudkan pokok-pokok pikiran tersebut akan dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya dengan cara berorganisasi. Organisasi adalah satu satu alat atau cara
perjuangan yang sebaik-baiknya.
2. Cara Memberikan atau Menuntunkan
Tidak ada cara lain dalam memberikan atau menuntunkan kepribadian Muhammadiyah
ini kecuali harus dengan teori dan praktik penanaman pengertian dan pelaksanaan. Pada
ranah ini ada beberapa hal yang menjadi acuan dalam proses tersebut antara lain:
a. Penandasan atau pendalaman pengertian tentang dakwah atau tabligh
Pemantapan dan pendalaman fiqh dakwah sangat penting untuk diberikan kepada Da’i
dan mubaligh Muhammadiyah, sehingga dalam dakwah akan seimbang (tawazun) antara
fiqh Ahkam (hukum/ fiqh). Fiqh dakwah dan fiqh sirah. Dakwah yang seperti ini akan
sangat membantu masuknya Islam dalam masyarakat.
b. Menggembirakan dan memantapkan tugas berdakwah tidak merasa rendah diri (minder/
wardig) dalam menjalankan dakwah; namun tidak memandang rendah orang lain yang
bertugas dalam lapangan lainnya (politik, ekonomi, seni budaya dan lain-lain).
c. Para warga hendaklah diberi tugas yang serius dan penuh tanggung jawab bukan hanya
dengan sukarela. Bila perlu penugasan ini dilakukan dengan suatu ikatan, misalnya
dengan perjanjian, dengan baiat dan lain-lain.
d. Sesuai dengan masa itu, perlu dilakukan dengan musyawarah yang sifatnya mengevaluasi
tugas-tugas itu. Sesuai dengan suasana sekarang, perlu pula dilakukan dengan formalitas
yang menarik, yang tidak melanggar hukum-hukum agama dan juga dengan memberikan
bantuan logistik.
e. Pimpinan cabang dan ranting bersama-sama dengan anggota-anggotanya
memusyawarahkan sasaran-sasaran yang dituju. Materi dakwah yang dibawakan dan
pembagian petugas-petugas disesuaikan dengan kemampuan dan sasarannya.
f. Pada saat musyawarah dan evaluasi sekaligus dapat ditambahkan bahan-bahan atau bekal
yang diperlukan, yang akan dibagikan kepada para warga selaku muballigh dan
muballighot.
Kepribadian Muhammadiyah harus dipahami oleh seluruh warga persyarikatan,
sehingga kepribadian Muhammadiyah menjadi karakter bagi seluruh warga persyarikatan.
Implementasinya dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara menyebabkan
Muhammadiyah menjadi teladan dalam kehidupan. Akan tetapi, ketika nilai dasar
ideologis ini hanya tertuang dalam tulisan, tanpa membumi dalam kehidupan, manusia
tidak akan berpengaruh bagi kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai