Anda di halaman 1dari 7

FENOMENA : Psikis pasien gagal ginjal kronik bagi pasien yang menjalani hemodialisa

LATAR BELAKANG

Jurnal 1: ( https://doi.org/10.1016/j.transproceed.2015.04.032 )

Gangguan kognitif, kecemasan dan depresi adalah masalah penting bagi pasien dengan gagal ginjal
kronis. Gangguan kognitif, kecemasan, dan depresi mungkin terkait dengan berbagai faktor, seperti
komplikasi hemodialisis / dialisis peritoneal, ensefalopati uremi, beban psikososial penyakit, dan berbagai
penyakit penyerta pada pasien dengan gagal ginjal kronis

Metode melalui pengambilan sampel sebanyak 181 pasien dengan gagal ginjal kronis dipelajari: 54 saat
menjalani hemodialisis, 58 pada dialisis peritoneal, dan 69 dengan kidney tranplantasi. Dilakukan
Januari-Mei 2014 di Ataturk University Department of Nephrology, Turkey. Semua peserta diberikan
formulir sosiodemografi terperinci, termasuk data tentang penyebab awal terkena gagal ginjal, lamanya
pengobatan (hemodialisis, dialisis peritoneum, dan transpalansi ginjal), dan penyakit penyerta. Peserta
dievaluasi dengan menggunakan Skala Kecemasan dan Depresi Rumah Sakit (HADS) untuk
mengevaluasi gejala depresi dan kecemasan dan Pemeriksaan Kognitif Singkat (BCSE) untuk mendeteksi
kemungkinan gangguan kognitif.

Hasil : Pasien dengan transpalansi ginjal memiliki tingkat kecemasan dan gejala depresi yang lebih
rendah daripada pasien dengan hemodialisis dan dialisis peritoneal. Kelompok transpalansi ginjal
mendapat skor lebih baik, daripada kelompok hemodialisis dan dialisis peritoneal. Kelompok dialisis
peritoneal mendapat skor lebih tinggi pada BCSE daripada kelompok hemodialisis. Kelompok
hemodialisis mendapat skor lebih tinggi pada HADS daripada kelompok dialisis peritoneal.

Kesimpulan: Dalam studi ini ditemukan bahwa pasien Kidney Transpalansi (KT) memiliki hasil
pengaturan kognitif dan suasana hati yang lebih baik daripada pasien hemodialisis dan dialisis peritoneal
dengan gagal ginjal kronis. Bahwa pasien dengan gagal ginjal harus memiliki fungsi kognitif dan
keadaaan mood yang lebih baik.
Jurnal 2 : ( https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2017.09.015 )

Penyakit ginjal tahap akhir (ESKD) ditandai dengan beban fisik dan psikologis yang tinggi, dan oleh
karena itu, diperlukan lebih banyak pengetahuan tentang perawatan paliatif yang diberikan menjelang
kematian.

Tujuannya untuk menggambarkan prevalensi gejala, bantuan, dan manajemen selama minggu terakhir
kehidupan, serta komunikasi akhir kehidupan, pada pasien dengan ESKD.

Metode pada penelitian ini data analysis descriptive statistics, didasarkan pada data dari Swedia Daftar
Perawatan Paliatif. Pasien berusia 18 atau lebih yang meninggal karena penyakit ginjal kronis, dengan
atau tanpa pengobatan dialisis, Swedia, selama 2011- 2012.

Hasil yang diperoleh sekitar 472 pasien yang dilibatkan. Dari enam gejala yang telah ditentukan, nyeri
adalah yang paling umum (69%), diikuti oleh sekresi pernapasan (46%), kecemasan (41%), kebingungan
(30%), sesak napas (22%), dan mual (17%) . Dari pasien dengan rasa sakit dan / atau kecemasan, masing-
masing 32% dan 44%, hanya sebagian lega atau tidak sama sekali. Dari pasien dengan gejala lain,
sebagian besar (55% -84%) sebagian lega dan tidak. Diskusi akhir hidup dilaporkan pada 41% pasien dan
71% keluarga. Sebagian kecil meninggal dalam perawatan paliatif khusus: 8% di rumah sakit paliatif /
rawat inap dan 5% di rumah perawatan paliatif. Dari semua pasien, 19% meninggal sendirian. Dukacita
terjadi pada 38% keluarga.

Kesimpulan : Bahkan jika kematian terjadi, kebanyakan pasien yang meninggal dengan ESKD memiliki
kebutuhan perawatan paliatif yang tidak terpenuhi mengenai manajemen gejala, perencanaan perawatan
lanjut, dan kurangnya dukungan.
Jurnal 3 : (https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2018.10.008 )

Pasien yang mengalami hemodialisis mengalami kecemasan dan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk
menyelidiki efek terbimbing pada kecemasan, depresi, dan tanda-tanda vital pada pasien pada
hemodialisis.

Metode menggunakan uji klinis acak terkontrol dengan desain pra-intervensi-pasca-intervensi ini
dilakukan dari Desember 2015 hingga Mei 2016, Pusat hemodialisis, Iran.

Pengambilan sampel dilakukan pada 80 pasien yang menjalani hemodialisis. Dilakukan hemodialisis
tiga kali seminggu, usia 35 sampai dengan 65 tahun. Subjek secara acak dibagi menjadi dua kelompok:
kelompok intervensi terbimbing dan kelompok kontrol. Kecemasan dan depresi diukur menggunakan
Skala Kecemasan dan Depresi Rumah Sakit.

Hasil : Setelah intervensi, tingkat kecemasan dan depresi secara signifikan lebih rendah pada kelompok
intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol (p = 0,030, p = 0,001, masing-masing). Penurunan
signifikan secara statistik pada laju pernapasan dan denyut jantung dilaporkan pada kelompok intervensi
(p <0,05).

Kesimpulan : Perawat disarankan untuk menggunakan pedoman bersama dengan intervensi lain untuk
pengelolaan kecemasan dan depresi. Ini dapat mengurangi respon psikologis yang merugikan pada pasien
yang menjalani hemodialisis.
Jurnal 4 : e-ISSN : 2581-1975

Stres pada pasien GGK dapat dicetus juga oleh karena harus menjalani HD seumur hidup, belum lagi
harus menghadapi masalah komplikasi dari penyakit GGK itu sendiri seperti gangguan sistem jantung
dan pembuluh darah, anemia, hipertensi, gangguan kesuburan baik pria maupun wanita.

Metode penelitian ini observasional analitik dengan menggunakan rancangan Cross sectional. Teknik
pengambilan sampel dengan cara Accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang kebetulan bertemu
pada saat melakukan penelitian dengan kriteria sampel pasien yang bersedia menjadi responden, besar
sampel yang diperoleh adalah 67 orang pasien, Instalasi Hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Kota Bengkulu
Tahun 2016.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi hemodialisis
terhadap tingkat stres pada pasien gagal ginjal kronik, hampir seluruh responden sering menjalani
hemodialisis di instalasi hemodialisa RS. dr. M.Yunus Kota Bengkulu.

Kesimpulan dari penelitian ini hampir seluruh responden sering menjalani hemodialisis dan sebagian
responden menglami tingkat stres sedang, ada hubungan signifikan antara prekuensi HD dengan tingkat
stress pada pasien CKD.
PERBEDAAN DENGAN PENELITIAN YANG LAIN :

Analisa Penelitian terkait Penelitian Peneliti

Jumlah Responden Jurnal 1 : 181 pasien dengan


gagal ginjal kronis

Jurnal 2 : Pasien perawatan


paliatif GGK.

Jurnal 3 : 80 pasien yang


menjalani hemodialisis

Jurnal 4 : 67 orang pasien

Variabel Jurnal 1 : Fungsi kognitif,


kecemasan, depresi pada gagal
ginjal kronik.

Jurnal 2 : jenis kelamin, usia,


tempat kematian, dan jumlah hari
perawatan.

Jurnal 3 : Kecemasan, depresi,


dan tanda-tanda vital menjalani
HD.

Jurbal 4 : variabel independent


(frekuensi HD) dan variabel
dependent (tingkat stres)

Jenis Penelitian Jurnal 1 : Analisis statistik

Jurnal 2 : Data Analysis


Descriptive statistics

Jurnal 3 : Uji klinis acak


terkontrol

Jurnal 4 : Deskriptive analitik


Tempat Penelitian Jurnal 1 :Turkey

Jurnal 2 : Swedia

Jurnal 3 : Iran

Jurnal 4 : Bengkulu
Waktu Penelitian Jurnal 1 : Januari-Mei 2014
Jurnal 2 : 2011-2012

Jurnal 3 : Desember 2015 – Mei


2016

Jurnal 4 : 2015 - 2016

Design penelititian Jurnal 1 : A cross sectional


multidimensional instrument

Jurnal 2 : Studi literatur

Jurnal 3 : Uji klinis acak


terkontrol pra-intervensi pasca-
intervensi

Jurnal 4 : Cross sectional

Alat Pengumpulan Data Jurnal 1 : Wawancara tatap


muka

Jurnal 2 : Literatur

Jurnal 3 : Observasi

Jurnal 4 : Data primer dan


sekunder

Analisa Data Jurnal 1 : Kualitatif

Jurnal 2 : Studi literature

Jurnal 3 : Kuantitatif

Jurnal 4 : Kualitatif

Metode pengambilan sampel Jurnal 1 : Form demografi


terperinci

Jurnal 2 : Sampel literature

Jurnal 3 : intervention group and


a control group

Jurnal 4 : Accidental sampling


Termasuk dalam penelitian jiwa dalam penelitian saya yaitu mengenai tingkat kecemasan pada pasien
hemodialisa. Tingkat kecemasan mempengaruhi psikologis seseorang yang dapat menimbulkan depresi
mau stress.

Anda mungkin juga menyukai