Anda di halaman 1dari 35

PENERAPAN ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIEN Ny”N” DENGAN

KATARAK

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Tn.P Dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori Katarakdi
Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi
maupun cara penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini.   

Medan,  Mei 2016

                                                                                                           Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan - lahan.
Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat dua
kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan
merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap
negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)
memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan
mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan
meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi
usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan
mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di
negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia
Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr
Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan
hidup orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan
proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak
pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak (0,8%),
glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata yang
terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam keadaan normal jernih dan tembus
cahaya.Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua.Karena itu, penyakit
ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen
Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena
katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka
tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses
degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih
dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang
berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).
1.2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untukmemberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan pada Tn.P
dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk melakukan pengkajian Pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi
Sensori : Katarak
2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem
Persepsi Sensori : Katarak
3. Untuk menyusun rencana tindakan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi
Sensori : Katarak
4. Untuk melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan
Sistem Persepsi Sensori : Katarak
5. Untuk mengevaluasi hasiltindakan keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan
Sistem Persepsi Sensori : Katarak

1.3. Manfaat Penulisan


1. Bagi Rumah Sakit diharapkan laporan kasus ini sebagai bahan masukan dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi
Sensori : Katarak
2. Bagi pasien diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan masukan
dalam  menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P Gangguan
Sistem Persepsi Sensori : Katarak
3. Bagi institusi diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan bacaan
dengan kegiatan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan
Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak
4. Manfaat bagi penulis diharapkan hasil penulisan laporan ini sebagai Matahari
pengalaman langsung dan masukan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan
Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1. Katarak
2.1.1. Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
akibat keduanya (Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau
kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina.
Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap
(Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses
penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
(Muttaqin, 2008).
2.1.2. Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5
cm, yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa
lapisan. Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan
mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan proteksi terhadap
bangunan - bangunan halus dibawahnya.
Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1. Lapisan luar, yang terdiri dari :
- Sclera
- Kornea
2. Lapisan tengah, yang terdiri dari :
- Koroid
- Badan (korpus) siliare
- Iris
3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :
- Retina
- Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreu
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat
memutar bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan
mata.Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat
diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing - masing
mata untuk menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran berfokus
dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks
serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu
gambaran (Istiqomah, 2003).

2.1.3. Etiologi Katarak


Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia (Tamsuri, 2008)
2.1.4. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1
tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul
maupun tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu
mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena
radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan
kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena
penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.
3. Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.
Selai itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti
uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata
lainnya.
Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih
berbentuk bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,
menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik
mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi
kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks
lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks
lensa (Tamsuri, 2008).
PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(misalnya
DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier
Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi prosedur tindakan
lensa
pembedahan

Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status
mengabutkan pandangan
organ indera

Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive


influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan
persepsi sensori-
perseptual Degenerasi pd lensa
penglihatan
KATARAK Nyeri

Post op
2.1.5. Manifestasi Klinis Katarak
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada
retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau
putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika
katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan
mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
2.1.6. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
penyakit katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan
uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata
sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth,
2001).
6. Darah putih: dibawah 10.000 normal
2.1.8. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan
pembedahan laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai
kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan
lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka
penanganan biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap
kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari -
hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting
untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing
penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi
tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih
buruk lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering
dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan
operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang
dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk
mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan
katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi
bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal
pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi
diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika
(Suddarth, 2001).
2.2. Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien(Nursalam, 2001)
Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a) Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/
hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b) Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c) Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak
jelas),sinar terang menyebabkan silau  dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa
di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak
lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan
perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu Tampak
kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit
ddan merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma
darurat),danPeningkatan air mata.
d) Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata
berair (glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau
tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala  (glaukoma akut).
e) Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga
glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi,
gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), dan
ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma).
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari
individu atau kelompok. Dimana perawat secara kontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan , menurunkan,membatasi,  mencegah dan merubah (Nursalam,
2001)
Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada
pasien dengan  penyakit katarak adalah:
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan
intraokuler, kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan
katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d
menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons
biasanya terhadap rangsang.
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis,
pengobatan b/d  tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.

Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Hambatan Hambatan NOC: NIC: Fall


berjalan berjalan prevention 1. Mengetahui
Fall prevention
(00088) akan dapat kebiasaan-
behaviour 1. Identifikasi
berhubungan dikontrol kebiasaan
kebiasaan dan
dengan oleh klien Indikator: klien yang
faktor-faktor
adanya setelah berpotensi
a. Penggunaan yang
gangguan diberikan mengakibatka
alat bantu mengakibatka
penglihatan intervensi n jatuh pada
dengan n risiko jatuh
(katarak) keperawatan klien
benar 2. Kaji riwayat
selama 1x24 2. Mengetahui
b. Tidak ada jatuh pada
jam penyebab
penggunaan klien dan
jatuh klien
karpet keluarga
agar untuk
c. Hindari
selanjutnya
barang- 3. Identifikasi
dapat
barang karakteristik
dihindari
berserakan lingkungan
3. Memodifikasi
di lantai yang dapat
meningkatkan lingkungan
terjadinya yang berisiko
risiko jatuh menyebabkan
(lantai licin) jatuh klien
4. Sediakan alat
bantu
(tongkat, 4. Membantu
walker) klien untuk
berjalan, agar
5. Ajarkan cara dapat
penggunaan menghindari
alat bantu benda yang
(tongkat atau menghalangi
walker) klien ketika
6. Instruksikan berjalan
pada klien 5. Agar klien
untuk dapat
meminta menggunakan
bantuan alat bantu
ketika dengan tepat
melakukan 6. Bantuan
perpindahan, dibutuhkan
joka klien untuk
diperlukan melakukan
7. Ajarkan pada mobilitas
keluarga karena
untuk terganggunya
menyediakan penglihatan
lantai rumah klien karena
yang tidak katarak
licin 7. Lantai rumah
8. Ajarkan pada yang licin
keluarga dapat
untuk mengakibatka
meminimalka n klien
n risiko tergelincir dan
terjadinya jatuh
jatuh pada 8. Keluarga juga
pasien harus berperan
serta dalam
meminimalka
n risiko
terjadinya
jatuh pada
klien
2. Ansietas Ansietas NIC: Anxiety NIC: Anxiety
berhubungan klien self control reduction 1. Agar klien
dengan berkurang dapat
Indikator: 1. Berikan
stress setelah memperoleh
informasi
situasional dilakukan 1. mencari informasi yang
faktual
akibat perawatan informasi sesuai fakta
meliputi
prosedur 1x24 jam untuk
dignosa,
medis mengurangi 2. Pendampingan
prognosis,
ansietas bertujuan agar
dan terapi
2. menggunaka klien tidak
sesuai kondisi
n koping merasa sendiri
klien
yang efektif sehingga
2. Dampingi
3. mengontrol menimbulkan
klien untuk
respon ketakutan
mengurangi
ansietas 3. Respon
ketakutan
4. menggunaka kecemasan
klien
n teknik digunakan
relaksasi untuk
3. Kaji respon
untuk mengetahui
kecemasan
mengurani adanya
verbal
ansietas perubahan
maupun non
emosi pada
verbal klien
klien
4. Komunikasi
4. Gunakan terapeutik
komunikasi untuk
terapeutik dan membina
pendekatan hubungan
yang baik saling percaya
pada klien dan
mengurangi
5. Berikan terapi kecemasan
nonfarmakolo klien akan
gis untuk terapi
mengurangi 5. Terapi non
ansietas klien farmakologis
digunakan
6. Kolaborasi untuk
dengan tim membuat klien
medis terkait nyaman
pemberian sekaligus
obat untuk mengurangi
menurunkan kecemasan
kecemasan yang dialami
klien klien
6. Obat-obatan
digunakan jika
kecemasan
klien
meningkat dan
mengganggu
kehidupan
klien.
BAB III
STUDI KASUS

3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. Riwayat klien / Data Biologis
Nama                                               :Tn.P
Alamat                                             :
Telp                                                 :-
Tempat, Tanggal lahir/Umur            :Tanjung keliling,4 maret 1932          
Jenis kelamin                                   :Laki – Laki
Suku                                                 :Jawa
Agama                                              :Islam
Status perkawinan                             :Duda
Pendidikan                                        :-
Alamat                                               :Binjai
Orang yang paling dekat di hubungi   :Anak Kandung
3.2.1. Riwayat Keluarga
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian menantunya
mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P
dirumah.Anak perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga
kurang memperhatikan Tn,P istrinya  sudah meninggal dunia dikarenakan
kelumpuhan. Setelah tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang
mana mereka bertemu dipanti sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di
wisma Matahari, tetapi Tn.P mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S
hanya sekitar 5 tahun. Karena Tn.P keluarga telah meninggal dunia pada umur 100
tahun akibat kelumpuhan dan serangan jantung dan Tn,P keluargadikebumikan di
kawasan panti sosial tersebut.
3.1.2. Riwayat Pekerjaan
Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja
sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi
kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup
untuk bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.
3.1.3. Riwayat Lingkungan Hidup
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat dari
bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam rumah
terdapat dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.P tersebut adalah
11 orang, yang mana 8 orang adalah cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan
menantu dari An.S sendiri. Tetangga terdekat Tn.P adalah Ny. A yang selalu
membantu dikala Tn.P mengalami kesulitan.
3.1.4. Riwayat Rekreasi
Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.P hidup dengan rukun bersama anak -
anaknya, Dalam keluarga Tn.P tidak mempunyai kegiatan rekreasi.
3.1.5. Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan
Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal jauh.   
3.1.6. Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur)
Sebelum tiggal dipanti, Tn,P tidak mempunyai kegiatan atau kebiasaan
waktu tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,P tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya
Tn.P menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau waktu
makan saja.
3.1.7. Status kesehatan saat ini
Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada.Tn.
Pmengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa dia
terus mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.p berobat di
klinik baru Tn.Ptahu kalau Tn.P sakit hipertensi.Biasanya Tn.P mengonsumsi
captopril 12, 5 mg 2x1 dan kalau sakit dadanya kumat Tn.P mengkonsumsi neo
napacin tablet 1x dalam sehari.
Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi, baik alergi
terhadap obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn. P
mempunyai berat badan : 50 kg, Tn.P tidak punya masalah dalam mengkonsumsi
makanan.
3.1.8. Status kesehatan masa lalu
Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah di
rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P mengatakan kalau Tn.P pernah mengalami
trauma yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.P terkena batang padi, sehingga
menyebabkan Tn.P tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.P juga mengatakan
sewaktu terjadinya kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada waktu
itu menurut keteranganTn.P belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di
obati dengan obat kampung saja.
3.1.9. Riwayat keluarga
Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn.Ptelah
meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi. Dan ayah
dari Tn.P sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.P 13 tahun. Sedangkan
ibunya meninggal karna kelumpuhan di waktu usia Tn.P 35 tahun.
3.1.10. Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign
       TD    :190/100 Mmhg
       RR    :         28 x/i
       Pols   :         84 x/i
       Temp:          36 c
b. Pemeriksaan lain
 Kepala
Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak -
acakan dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau
yang khas.Dan Tn.P juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada
kulit kepala.
 Mata
Tn.Pmengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan
mata Tn.P hanya satu yang bisa melihat.Hal itu dikarenakan adanya
trauma yang terjadi pada Tn.P sehingga mengakibatkan mata kanannya
tidak lagi berfungsi.Tn.Ptidak menggunakan kacamata, sehingga dengan
begitu Tn.Ptidak terlalu bisa melihat dengan baik.
Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada
mata sebelah kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan
baik dikarenakan usia lanjut.
 Telinga
Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa
mendengar detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal.Di dalam
telinga Tn.P tidak ada keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga
tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa
mendengar dengan baik dikarenakan usia Tn.P yang semakin bertambah.
 Hidung
Tn.P dapat mencium dengan baik.Didalam hidung tidak terdapat polip dan
tidak ada obstruksi didalam hidung.Dan didalam hidung Tn.P juga tidak
ditemukan adanya pendarahan maupun peradangan.
Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan baik.
 Mulut
Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat.Gigi Tn.P hanya tinggal 3
batang itu pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak
kotor dan pucat.Tn.P mengalami perubahan suara.Suara sesak, dan Tn.P
mengalami kesulitan menelan.
Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah
dikarenakan gigi yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya
karies pada gigi Tn.P
 Leher
Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid.Nyeri
tidak ada, dan pada leher Tn.P juga tidak ditemukan benjolan.
 Payudara
Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya
kelainan pada payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak
ditemukan adanya benjolan dan pembengkakan serta tidak ada keluar
cairan dari putting susu.
 Pernapasan
Inspeksi : simetris kedua lapangan paru
Perkusi  : sonor kedua lapangan paru
Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru
Auskultasi :vesikuler kedua lapangan paru
 Kardiovaskuler
Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering
mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum neo
napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi dapat
berjalan dengan baik, Tn.P berjalan bungkuk dan terdapat perubahan
warna kaki pada Tn.P
 Gastrointestinal
Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.dan
Tn.Pjuga mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati.
Tetapi walaupun Tn.Pmengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat
mencerna makanan dengan baik, walaupun sedikit demi sedikit.
 Musculoskeletal
Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.P tidak
mempunyai masalah dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan
sendiri tanpa menggunakan alat bantu seperti tongkat.
 Sistem saraf pusat
Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan
kalau dirinya belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung.
Karena semakin meningkatnya usia maka Tn.P mengalami masalah pada
memorinya, sehingga Tn.P tidak mampu mengingat semua masa lalunya.
 Sistem endokrin
Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali
jika diberi respon, dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut,
rambut Tn.P  putih dengan uban.
 Integument
Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu
dikarenakan karena Tn.P tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan
dirinya, sehingga kulitnya sering mengalami gatal - gatal.
 Psikososial
Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga
mengaku kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya.
Dan Tn.P juga mengatakan kalau dia sering mengalami kesulitan dalam
berkonsentrasi.

3.2. Analisa Data


No                      Data            Etiologi      Masalah
1.  Ds : Klien mengatakan
pandangan tidak jelas, Penurunan tajam Penurunan
pandangan berkabut. penglihatan persepsi sensori :
 Do :visus berkurang, penurunan Penglihatan
ketajaman penglihatan, dan
terdapat kekeruhan pada lensa
mata.

2.  Ds : Pasien mengatakan cemas


dan takut. Kurang pengetahuan Ansietas
 Do : Nadi meningkat, tekanan tentang proses penyakit
darah meningkat, wajah tampak
gelisah, wajah murung dan
sering melamun.
3.  Ds : Klien mengatakan tidak bisa
melihat dengan jelas, pandangan
kabur. Penurunan fungsi Gangguan
 Do : Klien tidak dapat banyak penglihatan perawatan diri
bergerak, kondisi tubuh
tidakrapidan tampak acak -
acakan.
4.  Ds : Klien mengatakan pedih di
daerah mata. Luka dimata Nyeri
 Do: Wajah meringis menahan
sakit, klien berusaha memegang
daerah mata

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan
d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan
pada lensa mata
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering
melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat
banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.
4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha
memegang daerah mata.
3.4 Catatan Perkembangan

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan


              3 April 2012 Penurunan persepsi sensori S:   pasien mengatakan pandangan
Penglihatan b/d penurunan masih tak jelas
ketajaman penglihatan d/d O:masih terdapat penurunan
visus berkurang, ketajaman penglihatan dan
penurunan ketajaman visus berkurang
penglihatan, dan terdapat A: masalah belum teratasi
kekeruhan pada lensa P : intervensi dilanjutkan
mata.
I:
a.Kaji ketajaman penglihatan
klien
b. Identifikasikan alternatif
untuk optimalisasi sumber
rangsangan
c.Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
d. Orientasikan klien terhadap
ruangan
e.Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
f. Berikan pencahayaan cukup
g. Letakkan alat ditempat yang
tetap
h. Hindari cahaya yang
menyilaukan
i. Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan
yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
E : masalah belum teratasi
R : R/T dilanjutkan

Ansietas b/d kurang S:pasien mengatakan sedikit


pengetahuan tentang tenang
proses penyakit d/d nadi O : pasien sudah  tenang
meningkat, tekanan darah A : masalah sedikit teratasi
meningkat, wajah tampak P : intervensi dilanjutkan
gelisah, wajah murung dan I:
sering melamun. j. Kaji adanya tanda dan gejala
ansietas.
k. Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang dan
meyakinkan klien.
l. Jelaskan mengenai penyakit
yang dialami oleh klien, dan
berikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
m. Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur dan
berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
n. Ingatkan pasien untuk
minum obat tepat waktu.
E : masalah sedikit teratasi
R : R/T dilanjutkan.

Gangguan perawatan diri S : klien mengatakan pandangan


b/d Penurunan fungsi masih kabur
penglihatan d/d Klien tidak O : klien tidak bisa bergerak
dapat banyak bergerak, banyak
kondisi tubuh tidak rapi A : masalah belum teratasi
dan tampak acak - acakan. P : intervensi dilanjutkan.
I:
o. Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan diri
pada klien
p. Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya,
mis : ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
q. Secara bertahap libatkan
klien dalam memenuhi
kebutuhan diri.
E : masalah belum teratasi
R : intervensi dilakukan

Nyeri b/d luka dimata d/d S : pasien mengatakan pedih


Wajah meringis menahan daerah mata
sakit, klien berusaha O : pasien meringis menahan sakit
memegang daerah mata. A : masalah sedikit teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
r. Kaji skala nyeri setiap hari
s. Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak
t. Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba - tiba
yang dapat memprovokasi
nyeri
u. Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien
v. Lakukan tindakan
kolaboratif untuk pemberian
analgesic topical/sistemik.
E : masalah sedikit teratasi
R : intervensi dilanjutkan

              4 April 2012 Penurunan persepsi sensori S:   pasien mengatakan pandangan
Penglihatan b/d penurunan masih tak jelas
ketajaman penglihatan d/d O:masih terdapat penurunan
visus berkurang, ketajaman penglihatan dan
penurunan ketajaman visus berkurang
penglihatan, dan terdapat A : masalah belum teratasi
kekeruhan pada lensa P : intervensi dilanjutkan
mata. I:
w. Kaji ketajaman penglihatan
klien
x. Identifikasikan alternatif
untuk optimalisasi sumber
rangsangan
y. Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
z.Orientasikan klien terhadap
ruangan
aa. Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
bb. Berikan pencahayaan cukup
cc. Letakkan alat ditempat yang
tetap
dd. Hindari cahaya yang
menyilaukan
ee. Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan
yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
E : masalah belum teratasi
R : R/T dilanjutkan
Ansietas b/d kurang S : pasien mengatakan sedikit
pengetahuan tentang tenang
proses penyakit d/d nadi O : pasien sudah  tenang
meningkat, tekanan darah A : masalah sedikit teratasi
meningkat, wajah tampak P : intervensi dilanjutkan
gelisah, wajah murung dan I:
sering melamun. ff. Kaji adanya tanda dan gejala
ansietas.
gg. Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang dan
meyakinkan klien.
hh. Jelaskan mengenai penyakit
yang dialami oleh klien, dan
berikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
ii. Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur dan
berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
jj. Ingatkan pasien untuk
minum obat tepat waktu.
E : masalah sedikit teratasi
R : R/T dilanjutkan.

Gangguan perawatan diri S : klien mengatakan pandangan


b/d Penurunan fungsi masih kabur
penglihatan d/d Klien tidak O : klien tidak bisa bergerak
dapat banyak bergerak, banyak
kondisi tubuh tidak rapi A : masalah belum teratasi
dan tampak acak - acakan. P : intervensi dilanjutkan.
I:
kk. Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan diri
pada klien
ll. Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya,
mis : ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
mm. Secara bertahap
libatkan klien dalam
memenuhi kebutuhan diri.
E : masalah belum teratasi
R : intervensi dilakukan

Nyeri b/d luka dimata d/d S : pasien mengatakan pedih


Wajah meringis menahan daerah mata
sakit, klien berusaha O : pasien meringis menahan sakit
memegang daerah mata. A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
I:
nn. Kaji skala nyeri setiap hari
oo. Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak
pp. Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba - tiba
yang dapat memprovokasi
nyeri
qq. Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien
rr. Lakukan tindakan
kolaboratif untuk pemberian
analgesic topical/sistemik.
E : masalah sedikit teratasi
R : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan – kesenangan yang penulis
jumpai antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus pada Asuhan Keperawatan Pada
Tn.P Dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak diWisma Matahari UPT
Pelayanan Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan. Selanjutnya penulis akan
memaparkan hambatan dan dukungan dalam melakukan asuhan keperawatan yang
meliputi : pengkajian, diagnosakeperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1  Pengkajian
Selama pengkajian penulis tidak ada mengalami kesulitan/ hambatan dalam
mengumpulkan data atau informasi, mengenai status kesehatan pasien ataupun data
lain tentang penulisan, di perlukan dalam penyusunan studi kasus ini penulis
mendapat bantuan penuh dari pasien, perawat, dan dokter yang merawat pasien atau
tim terkait.

4.2  Diagnosa keperawatan


        Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang  jelas tentang
masalah kesehatan pasien yang dapat disertai dengan tindakan keperawatan.
Berdasarkan kepustakaan yang ada penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan pada
kasus dengan gangguan sistem penglihatan katarak ini.
Adapun diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis ini adalah :
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
3. Gangguan sensori–perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya
ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan
b/d  tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif.
Sedangkan diagnosa keperawatan dalam tinjauan kasus adalah :
1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan
d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan
pada lensa mata
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering
melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat
banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.

4.3 Perencanaan
              Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan keperawatan
yang teritik tolak pada perrmasalahan yang terjadi setelah msalah keperawatan di
tetapkan sesuai dengan prioritas masalah maka langkah selanjutnya adalah
merumuskan tinjauan berdasarkan hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang di yang
dilakukan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tindaakan ini.
              Pada tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan
kesulitan di karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan
orang -orang disekitar klien.

4.4.       Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan yang direncanakan oleh
perawat untuk dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung
adalah pasien mau bekerja sama dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat
oleh perawat.
Dalam hal ini penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan
berpartisipasi aktif bersama pasien, selama penulis melakukan tindakan keperawatan
penulis juga melanjutkan pengkajian data-data untuk melihat perkembangan pasien
selanjutnya.

4.5  Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan keperawatan
dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap keberhasilan
dalam menggunakan proses keperawatan dalam  pelaksanaan tindakan. Dalam tahap
ini penulis tidak menemukan hambatan karna hasil yang diharapkan dapat d lihat
dengan jelas semua tindakan keperawatan yang penulis laksanakan dapat berhasil
dengan baik.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan
Keperawatan pada Tn.P dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak Di Wisma
Matahari UPT Pelayananan sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan hambatan
dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis. Hal ini
dikarenakan adanya kerjasama yang baik dari klien, orang terdekat dan tim medis
lainnya.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah
kesehatan pasien yang di sertai dengan tindakan keperawatan.dalam tinjauan
teoritis penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan, sedangkan dalam tinjauan
kasus penulis hanya mengangkat 4 diagnosa keperawatan.Karena selama tahap
pengkajian penulis tidak menemukan semua persamaan antara diagnosa dari
tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis.Karena itu tidak dialami sepenuhnya oleh
pasien yang di kaji oleh penulis.
3. Intervensi
Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan yang sesuai
dengan masalah - masalah yang dihadapi oleh pasien. Dalam melakukan 
perencanaan ini penulis  tidak  menemukan hambatan dan kesulitan dikarenakan
semua rencana tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang telah
disesuaikan. Dan perencanaan ini dibuat berdasarkan keadaan dan kondisi pasien.
4. Implementasi
Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian penulis melanjutkan
kepada tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang disesuaikan
dengan perencanaan yang berarti.Karena rencana tindakan yang dibuat dapat
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat terlaksana dengan baik
dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara perawat, orang terdekat klien, dan
tim medis lainnya. Di samping itu juga didukung oleh sarana dan prasarana yang
ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam tahap ini
penulis mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan mendapat respon
dari orang - orang disekitar pasien.Pasien terhadap tindakan keperawatan yang di
berikan.Meskipun tidak semua masalah dapat teratasi namun asuhan keperawatan
yang diberikan telah banyak membantu dalam mengatasi masalah pasien.

5.2.   Saran
1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan dirinya. Dan
kepada penanggung jawab panti jompo khususnya di wisma sakura disarankan
untuk terus memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya, pola
istirahatnya, dan sebagainya.
2. Kepada perawat  yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita
Wilayah Binjai - Medan. Disarankan untuk lebih teliti dan lebih memperhatikan
kondisi pasien. Serta selalu memantau kondisi pasien. Terutama dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan diharapkan adanya kecermatan dan ketelitian
terhadap tindakan yang akan dilakukan.
3. Kepada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan
diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan dan memenuhi segala perawatan yang dibutuhkan oleh pasien.
4. Kepada institusi, di harapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah referensi buku - buku terbaru tentang askep katarak.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta


Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta
Ilyas, 2008.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses, dan Aplikasi.
Salemba Medika ; Jakarta
Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta
Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal
Bedah.EGC : Jakarta
http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html

Anda mungkin juga menyukai