Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MINGGUAN

GEOLOGI STRUKTUR
ACARA 1
STRUKTUR BIDANG

DISUSUN OLEH :

NAMA : ELISYA NUR FADILLA

NIM : 1909056023

PRODI : TEKNIK PERTAMBANGAN

ASISTEN : HILMAN FADLLUR RAHMAN

NIM : 1809085001

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEI


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geologi Struktur merupakan studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan
permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya. Geologi
struktur mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi geomorfologi,
metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga dimensi batuan
dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan geologi
pada masa lampau dan kejadian deformasinya.

Geologi struktur sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Umumnya geologi struktur
diperlukan untuk eksplorasi bumi dan meneliti lapisan struktur bumi serta bagaimana
struktur geologi dalam suatu batuan terbentuk, khususnya struktur dan proses
terbentuknya lipatan dan patahan. Dengan mengetahui jenis struktur yang ada, seperti
struktur bidang, struktur garis, lipatan atau sesar, kita dapat mengetahui keadaan bentuk
muka bumi dengan lebih baik.

Adanya praktikum geologi struktur ini untuk mengetahui bentuk dan struktur geologi
khususnya struktur patahan dan lipatan dipermukaan bumi secara nyata, proses
terbentuk dan faktor-faktor yang memengaruhinya sehingga mahasiswa tidak hanya
membayangkan bagaimana proses terbentuknya patahan dan lipatan dipermukaan bumi,
adanya singkapan dan karakteristik suatu batuan, serta proses terjadinya di alam bebas.
Tetapi dapat melihat langsung fenomena pembentukan patahan, lipatan, batuan, dan lain
sebagainya secara nyata.

Oleh karena itu, dengan adanya laporan ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahui
dan memahami materi tentang struktur bidang, struktur garis, sesar, kekar dan juga
lipatan dalam istilah geologi struktur.
1.2. Tujuan

Pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:


a. Untuk mengetahui nilai kedalaman (d) pada struktur bidang
b. Untuk mengetahui nilai dari kemiringan sebenarnya pada struktur bidang
c. Untuk mengetahui cara mencari nilai dip
BAB II
DASAR TEORI

Struktur geologi adalah deformasi yang terjadi pada kerak atau batuan yang ada di bumi
dan bisa kita amati sekarang. Struktur ini adalah jenis fenomena yang telah terjadi
selama beratus-ratus tahun lalu. Stuktur geologi pada umumnya terbagi menjadi dua
jenis yaitu struktur sekunder dan struktur primer. Struktur primer adalah stuktur yang
terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan dan mencerminkan kondisi lokal dari
genesa terbentuknya batuan tersebut, contoh dari stuktur ini adalah gradded-bedding,
cross-bedding, vesikuler dan kekar kolom. Sedangkan, struktur sekunder adalah struktur
yang tercipta pada batuan akibat gaya (force) setelah batuan tersebut terbentuk (Sapiie,
2011).

Struktur geologi dibangun oleh prinsip geometri yang ada pada suatu tubuh batuan yang
terstrukturkan, prinsip geometri suatu bidang atau garis ini adalah unsur yang
mempunyai kedudukan atau orientasi yang pasti di dalam ruang dan hubungan antara
satu dan lainnya dapat dideskripsikan. Suatu bidang atau garis harus mempunyai
komponen kedudukan (attitude), yang umumnya dinyatakan dalam koordinat grafis,
arah dan besaran kecondongan (inklinasi). Unsur struktur geologi berdasarkan geometri
dibedakan: struktur bidang (planar) misalnya: bidang perlapisan, bidang foliasi, bidang
rekahan, bidang sesar, bidang belahan (cleavage) dan struktur garis (linear) misalnya
lineasi, sumbu lipatan, gores-garis dan sebagainya. (Sukartono, 2013).

2.1 Struktur Bidang

Struktur bidang adalah struktur batuan yang membentuk geometri bidang. Kedudukan
awal struktur bidang perlapisan pada umumnya membentuk kedudukan horizontal, dan
dapat berubah menjadi miring jika mengalami deformasi atau pada kondisi tertentu,
misalnya pada tepi cekungan atau pada lereng gunung api. Pada kondisi ini, kedudukan
miringnya disebut initial dip (Kudwadi, 2018).
Struktur bidang terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Kedudukan (attitude) adalah batasan umum untuk orientasi dari bidang atau garis
di dalam ruang umumnya dihubungkan dengan koordinat geografi dan bidang
horizontal, dan terdiri komponen arah dan kemiringan.
b. Arah (trend) adalah arah dari suatu bidang horizontal, umumnya dinyatakan
dengan azimuth atau besaran sudut horizontal dengan garis tertentu (Bearing).
c. Kecondongan (inclination) adalah sudut vertikal yang diukur kearah bawah dari
bidang horizontal ke suatu bidang atau garis dan apabila diukur pada bidang yang
tidak tegak lurus strike disebut kemiringan semu (Apperent dip).
d. Jurus (Strike) adalah arah garis horizontal yang terletak pada bidang miring.
e. Kemiringan (Dip) adalah sudut terbesar dari suatu bidang miring, yang diukur
tegak lurus jurus. (Sukartono, 2013).

Gambar 2.1 Kedudukan bidang dan garis di dalam ruang

Jurus dan Kemiringan adalah besaran untuk menyatakan kedudukan semua struktur
bidang, misalnya perlapisan, foliasi, kekar, sesar dan sebagainya. Contoh penulisan
kedudukan bidang:
Kemiringan & Arah Kemiringan : 30°, N 215° E (Sukartono, 2013).

Tabel 2.1 Contoh strike dan dip


Azimuth Kwadran
N 145° E/30° S 35° E/30° SW
N 35° E/30° SW
Pengukuran bidang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Pengukuran jurus dan kemiringan (strike/dip)
 Pengukuran strike dilakukan dengan menempelkan sisi “E” kompas pada bidang
yang diukur dalam posisi kompas horizontal (gelembung berada pada pusat
lingkaran nivo mata sapi). Angka azimuth yang ditunjuk oleh jarum “N”
merupakan arah strike yang diukur (jangan lupa untuk menandai garis strike
yang akan dipakai untuk pengukuran dip).
 Pengukuran dip dilakukan dengan menempelkan sisi “W” kompas pada bidang
yang diukur dalam posisi kompas tegak lurus garis strike (posisi nivo tabung
berada di atas). Putar klinometer sampai gelembung berada pada pusat nivo
tabung.

b. Pengukuran “kemiringan dan arah kemiringan” (dip, dip direction)


 Pengukuran arah kemiringan dilakukan dengan menempelkan sisi “S” kompas
pada bidang yang diukur dalam posisi kompas horizontal (gelembung berada
pada pusat lingkaran nivo mata sapi). Angka azimuth yang ditunjuk oleh jarum
“N” merupakanarah kemiringan yang diukur.
 Pengukuran dip dilakukan dengan cara sama seperti yang dijelaskan sebelumnya
(Kudwadi,2018).

Gambar 2.2 Pengukuran kedudukan struktur bidang

Di alam kadang-kadang kemiringan sebenarnya (true dip) sulit didapatkan, terutama


pada kondisi bawah permukaan dimana data kemiringan hanya diperoleh dari data
pemboran. Sehingga untuk mengetahui kedudukan sebenarnya digunakan metode
grafis. aplikasi metoda grafis untuk struktur bidang antara lain :
a. Menentukan Kemiringan Semu.
b. Menentukan Kedudukan Bidang dari Dua Kemiringan Semu pada Ketinggian
yang sama.
c. Menentukan Kedudukan Bidang dari Dua Kemiringan Semu pada Ketinggian
yang berbeda.
d. Menentukan Kedudukan Bidang Berdasarkan Problem Tiga Titik (Three Point
Problems).
e. Melakukan ploting simbol struktur bidang pada peta topografi.
(Sapiie, 2011).

Penggambaran simbol struktur bidang di peta dilakukan dengan cara :


1) Memplot garis jurus, tepat sesuai arah pengukuran pembacaan kompas di titik
lokasi dimana struktur bidang tersebut diukur.
2) Membuat tanda kemiringan (dip) digambarkan pada tengahnya dan tegak lurus,
searah jarum jam, dimana panjang tanda kemiringan (dip) sepertiga panjang
garis jurus.
3) Tulis besar kemiringan pada ujung tanda kemiringan.
(Sapiie, 2011)

Gambar 2.3 Penggambaran kedudukan batuan pada peta lokasi


ditunjukkan oleh lokasi 12, 13, dan 14
2.2 Struktur Garis

Struktur garis adalah struktur batuan yang membentuk geometri garis, antara lain gores
garis, sumbu lipatan, dan perpotongan dua bidang. Struktur garis dapat dibedakan
menjadi stuktur garis riil dan struktur garis semu. Struktur garis riil adalah struktur garis
yang arah dan kedudukannya dapat diamati dan diukur langsung di lapangan, contoh:
gores garis yang terdapat pada bidang sesar. Sedangkan struktur garis semu adalah
semua struktur garis yang arah atau kedudukannya ditafsirkan dari orientasi unsur-unsur
struktur yang membentuk kelurusan atau liniasi. Garis adalah unsur geometri yang
merupakan kumpulan dari titik-titik, dapat berbentuk lurus maupun lengkung.
Sedangkan struktur garis merupakan struktur yang memiliki geometri yang linear.
Contohnya gores garis,lineasi mineral,kekar kolom,sumbu lipatan dan lain-lain.
(Kudwadi, 2018).

Berdasarkan saat pembentukannya, struktur garis dapat dibedakan menjadi struktur


garis primer yang meliputi: liniasi atau penjajaran mineral-mineral pada batuan beku
tertentu, dan arah liniasi struktur sedimen. Struktur garis sekunder yang meliputi: gores-
garis, liniasi memanjang fragmen breksi sesar, garis poros lipatan, kelurusan-kelurusan
dari topografi, sungai dan sebagainya. Dalam pengertian geologi, suatu struktur garis
dapat berdiri sendiri, misalnya struktur garis berupa arah butiran mineral dan arah
memanjangnya suatu tubuh batuan. Pada umumnya struktur garis berada pada suatu
struktur bidang, misalnya sumbu perlipatan pada bidang perlapisan, gores-garis pada
bidang sesar, lineasi mineral pada bidang foliasi, dan perpotongan dua buah bidang
(Kudwadi, 2018).

Gambar 2.4 Kenampakan struktur garis di lapangan


Kedudukan struktur garis adalah diketahuinya arah, plunge dan rake sebuah garis dari
suatu bidang dengan metode grafis.
Contoh: Bidang ABCD dengan kedudukan N 0° E/45° terletak garis AL dengan arah
penumjaman N 135° E, tentukan plunge dan Rake garis AL.
 Buat proyeksi bidang ABCD dengan kedalaman d.
 Buat arah garis N 135° E dari tititk A sehingga memotong jurus di titik K.
 Buat garis dari K tegak lurus sepanjang d di L, maka plunge adalah sudut KAL.
 Putar bidang ABCD ke posisi horizontal dengan poros AB (posisi A-D menjadi
A – Dr dari pusat putar di A).
 Buat jurus dari Dr sedalam d (garis sejajar AB).
 Buat garis tegak lurus dari K memotong CD rebah di Lr.
 Hubungkan Lr dengan A, maka sudut BALr adalah Rake (ukur dengan busur
derajat dan Rake < 90°). (Sukartono, 2013)

Gambar 2.5 Kedudukan garis

Cara pengukuran struktur dibagi menjadi dua jenis pengukuran yaitu:


a. Cara pengukuran struktur garis yang mempunyai arah penunjaman
1) Cara pengukuran arah penunjaman (trend)
 Menempelkan alat bantu (buku lapangan atau clipboard) pada posisi tegak dan
sejajar dengan arah yakni struktur garis yang diukur.
 Menempelkan sisi “W” atau “E” kompas pada posisi kanan atau kiri alat bantu
dengan visir kompas (sigthing arm) mengarah pada penunjaman struktur garis
tersebut.
 Menghorizontalkan kompas (nivo mata sapi dalam keadaan
horizontal/gelembung berada di tengah nivo), maka harga yang ditunjuk oleh
jarum utara kompas adalah harga arah penunjamannya (trend).
2) Cara pengukuran sudut penunjaman (plunge)
 Menempelkan sisi “W” kompas pada sisi atas alat bantu yang masih dalam
keaadan vertikal.
 Memutar klinometer hingga gelembung pada nivo tabung berada di tengah
nivo dan besar sudut penunjaman (plunge) merupakan besaran sudut vertikal
yang ditunjukkan oleh penunjuk pada skala klinometer.

Gambar 2.6 Teknik mengukur trend dan plunge suatu struktur garis

3) Cara pengukuran rake/pitch


 Membuat garis horizontal pada bidang dimana struktur garis tesebut terdapat
(garis horizontal sama dengan jurus dari bidang tersebut) yang memotong
struktur garis.
 Mengukur besar dari sudut lancip yang dibentuk oleh garis horizontal (dengan
menggunakan busur derajat).

4) Cara pengukuran arah kelurusan (bearing)


 Arah kompas sejajar dengan unsur-unsur kelurusan struktur garis yang akan
diukur, misalnya sumbu terpanjang pada fragmen breksi sesar.
 Menghorizontalkan kompas (gelembung nivo mata sapi berada di tengah nivo),
dengan catatan, posisi kompas masih seperti no.1 tersebut di atas, maka harga
yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah harga arah bearing-nya.

b. Cara pengukuran struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman


Adapun yang termasuk struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman
(trend) umumnya berupa arah-arah kelurusan, misalnya: arah liniasi fragmen breksi
sesar, arah kelurusan sungai dan arah kelurusan gawir sesar (Kudwadi, 2018).
2.3 Kekar (Joint)

Kekar didefinisikan sebagai rekahan atau pecahan batuan yang tidak mengalami
pergeseran, hanya peregangan (ekstension) dengan bidang planar dan licin yang
memotong batuan (Sapiie, 2011).

Kekar terbentuk akibat tegasan utama dan merupakan gaya yang diterima oleh batuan
dengan sumber gaya yang berasal dari gaya tektonik. Kebanyakan kekar merupakan
hasil dari pembubungan kerak, kompresi, tarikan (tension) yang berkaitan dengan sesar
atau lipatan. Kekar terbagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Kekar Tension
Kekar ini adalah kekar yang diakibatkan oleh pelepasan beban atau pemuaian
batuan. Kekar ini juga disebabkan akibat adanya regangan oleh stress tektonik
dan temperatur sehingga membentuk rekahan yang lurus, planar dan tidak
terjadi pergeseran.
b. Kekar Berpasangan (Shear Joint)
Mekanisme terbentuknya kekar berpasangan adalah ketika arah tegasan utama
atau disimbolkan dengan 1‫ ס‬yang merupakan gaya terkuat, 2‫ ס‬dengan kekuatan
tegasan lebih kecil daripada tegasan utama dan merupakan pelepasan gaya dari
1‫ ס‬, serta 3‫ ס‬dengan tegasan yang paling kecil hasil pelepasan dari gaya 2‫ ס‬,
mengenai suatu tubuh batuan dan dari ketiga gaya tersebut batuan akan
menunjukan struktur kekar tension dan juga kekar berpasangan (shear joint)
(Sapiie, 2014).

Kekar memiliki kenampakan orientasi struktur bidang yang terbentuk akibat gaya
kompres pada suatu batuan. Dalam pengukuran kekar biasanya data yang diukur berupa
shear joint (kekar berpasangan) yang memiliki sudut 30°-45°. Cara mengukurnya
seperti pengukuran pada struktur bidang, sebelumnya tentukan terlebih dahulu mana
yang kekar berpasangan lalu lihat orientasi arah kekar, kemudian ukur shear 1 dan
shear 2 dengan cara yang sama letakkan penggaris pada kekar tersebut lalu letakkan
clipboard dan ukur arah jurus kekarnya kemudian ukur dip kekar seperti mengukur
struktur bidang. Lalu baca dan catat hasil nilainya misal N 34° E/60°. Data yang
diperlukan dalam penentuan arah tegasan utama ini semakin banyak pengukuran
semakin bagus datanya dan nilai dip kekar yang lebih dari 80° analisisnya
menggunakan diagram kipas (Nugraha, 2018).

2.4 Lipatan (Fold)

Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu batuan yang ditunjukkan
sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis bidang di dalam
batuan tersebut. Pembentukan lipatan dapat terjadi melalui proses buckling yang
merupakan proses penekanan lateral dari suatu bidang planar dan proses pelengkungan
ini terjadi pada kedua sisi selama terjadi penekanan, serta proses bending yang
diakibatkan oleh pengaruh gerakan vertikal pada suatu lapisan, misalnya penurunan
lapisan, pergeseran pada jalur gerus, atau pelengseran suatu massa batuan pada bidang
yang tidak rata. Lipatan juga dapat terbentuk akibat proses atau pengaruh dari tektonik,
gaya berat (pelengseran), akibat pengaruh-pengaruh setempat, kompaksi, intrusi batuan
beku dalam dan injeksi garam (Sapiie, 2011).

Unsur-unsur Lipatan dapat ditunjukkan pada suatu penampang lipatan. Beberapa titik
pada profil permukaan dideskripksikan antara lain:
 Hinge point adalah titik maksimun pelengkungan pada lapisan yang terlipat.
 Crest adalah titik tertinggi pada pelengkungan
 Trough adalah titik terendah pada pelengkungan
 Inflection point adalah titik batas dari dua pelengkungan yang berlawanan
 Fold axis (sumbu lipatan/hinge line) adalah garis maksimum pelengkungan pada
suatu permukaan bidang yang terlipat.
 Axial plane (bidang sumbu) adalah bidang yang dibentuk melalui garis-garis sumbu
pada suatu lipatan. Bidang ini tidak selalu berupa bidang lurus (planar), tetapi dapat
melengkung yang umum disebut sebagai axial surface.
 Fold limb (sayap lipatan) adalah sisi-sisi dari bidang yang terlipat yang berada
diantara daerah pelengkungan (hinge zone) dan batas pelengkungan (inflection line)
(Sapiie, 2014).
2.5 Sesar (Fault)

Sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran
melalui bidang rekahnya. Sesar merupakan patahan/rekahan tunggal atau suatu zona
pecahan pada kerak bumi bersamaan dengan terjadinya pergerakan yang cukup besar,
pararel dengan rekahan atau zona pecahan. Sesar terdiri dari dua bidang bagian (definisi
ini berlaku pada sesar normal) yaitu hangingwall yang merupakan blok yang terletak
diatas bidang sesar dan relatif yang melakukan pergerakan, serta footwall merupakan
blok yang terletak di bawah dan relatif diam terhadap hangingwall. Geometri bidang
sesar secara tiga dimensi dapat sangat bervariasi antara lain:
 Planar, sesar dengan geometri bidang lurus.
 Listric, sesar dengan geometri bidang cekung ke atas (kemiringan bidang sesar
makin dalam makin berkurang).
 Steepening downward, sesar dengan geometri bidang cembung ke atas
(kemiringan bidang sesar makin dalam makin besar).
 Anastomising, sesar dengan bidang bercabang-cabang yang tidak beraturan.
 Tipline, adalah dimana pergeseran sesar menjadi nol, ini adalah garis yang
memisahkan batuan yang bergeser dan yang tidak, atau ujung dari rekahan.
 Branch line, adalah garis dimana sesar berpotongan atau bercabang menjadi
sesar lain.
 Surface trace, adalah garis berpotongan sesar dengan permukaan bumi
( Sapiie, 2011).

Sedangkan, secara umum unsur geometri sesar dapat dibedakan menjadi:


 Bidang sesar – bidang rekahan tempat terjadinya pergeseran, yang
kedudukannya dinyatakan dengan jurus dan kemiringan.
 Hangingwall – bagian terpatahkan yang berada di atas bidang sesar.
 Footwall – bagian terpatahkan yang berada di bawah bidang sesar.
 Throw – besaran pergeseran vertikal pada sesar.
 Heave – besaran pergeseran horizontal pada sesar.
 Slip – pergeseran relatif sebenarnya
( Sapiie, 2011).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai beikut:

3.1.1. Alat

a Penggaris
b Busur derajat
c Jangka
d Alat tulis

3.1.2. Bahan

a Kertas milimeter block

3.2 . Prosedur Percobaan

a. Digambarkan rebahan masing-masing bidang yang memuat kemiringan semu


sesuai dengan arahnya di titik O dengan kedalaman d sehingga menghasilkan
bidang OCF dan ODE.
b. Hubungkan titik D dan C. Garis DC merupakan proyeksi horisontal jurus bidang
ABFE: N Z0 E.
c. Dibuat garis tegaklurus DC melalui O sehingga memotong di L.
d. Diukur LK sepanjang d pada garis DC. Sudut LOK merupakan kemiringan
sebenarnya dari bidang ABFE.
e. Jadi kedudukan bidang tersebut adalah N Z0 E/a0.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari lokasi O diukur dua kemiringan semu. Masing-masing pada arah N 65°E sebesar
20° dan pada arah N 140°E sebesar 15°.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pada praktikum kali ini disimpulkan bahwa :


a. Nilai dari kedalaman (d), yaitu sebesar 0,6 cm
b. Kemiringan sebenarnya diperoleh dengan mengukur besar ∠LOK. Sehingga
diperoleh nilainya, yaitu sebesar 18°.
c. Pengukuran dip dilakukan dengan menempelkan sisi W (west) badan kompas ke
bidang batuan dengan lengan kompas tegak lurus dengan strike. Kemudian
mengatur level tabung klinometer hingga tepat di tengah dengan kuas yang
berada di badan kompas. Setelah itu membaca derajat yang ditunjukkan di
klinometer.

5.2. Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya praktikan lebih memahami materi dari berbagai
sumber lain yang lebih bervariasi agar praktikan menguasai materi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Kudwadi, B., Mardiani. 2018. Modul 4 Pengukuran Geologi Struktur. Bandung:


Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Nugraha, D. 2018. Panduan Dasar Pemetaan Geologi. Yogyakarta:Institut Sains dan


Teknologi Yogyakarta Press.
Sapiie, B. 2011. Prinsip Dasar Geologi Struktur. Bandung: ITB Press.

Sapiie, B., Magetsari A. N., H. H. A., A. I. C. 2014. Geologi Dasar. Bandung: ITB
Press.
Sukartono. 2013. Buku Panduan Praktikum Geologi Struktur. Yogyakarta:
Laboratorium Geologi Dinamis STTNAS.

Anda mungkin juga menyukai