Anda di halaman 1dari 2

PERHITUNGAN KEBUTUHAN KREDIT

Terkadang seringkali nasabah mengajukan kredit dengan jumlah tertentu yang tidak
sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya. Tidak jarang pula bank menolak memberikan jumlah
yang diinginkan oleh nasabah dengan alasan memang jumlah yang diminta melebihi dari yang
dibutuhkan. Namun, terkadang tidak jarang bank juga menawarkan kepada nasabah untuk
menambah jumlah kredit di atas jumlah yang diminta. Hal ini disebabkan karena memang jumlah
yang dibutuhkan masih kurang dari yang diminta. Oleh karena itu, persetujuan untuk kredit
termasuk jumlah kredit yang dibutuhkan ditentukan oleh perbankan. Untuk itu, dalam hal
memutuskan kredit pihak perbankan memerlukan suatu perhitungan agar kebutuhan yang
diinginkan sesuai dengan kebutuhan pokok persoalan yang sering timbul adalah terkadang
nasabah dalam mengajukan kredit memang sengaja melebihi dari yang diinginkan. Alasannya
adalah mereka tahu bahwa bank pasti tidak akan menyetujui jumlah pinjaman yang mereka
inginkan. Oleh karena itu, plafon kredit mereka naikkan diatas dari yang diinginkan. Padahal
kalau memang kebutuhan mereka sama dengan yang diinginkan, tentu bank tidak akan
mengurangi jumlah tersebut, justru bank merasa senang apabila ternyata jumiah permohonan
hampir sama dengan jumlah kebutuhan kredit perhitungan bank sehingga tidak ada yang merasa
dikecewakan.

Untuk menentukan jumlah yang kredit yang sesungguhnya, dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu sebagai berikut (Kasmir, 2010:281-283):

1. Nilai jaminan, artinya jaminan yang diberikan nasabah untuk memperoleh kredit,
misalnya jaminan berupa tanah dan rumah yang ditunjukkan dari sertifikat tanah
tersebut. Pihak bank dapat menghitung nilai rumah tersebut dari Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP). Kemudian, bank akan memberikan sekian persen dari NJOP tersebut.
Misalnya, 60% dari NJOP rumah. Begitu pula jika yang dijaminkan kendaraan
bermotor, tergantung kondisi motor, tahun pembuatan, atau pemakaian. Bank dapat
menghitung dari NJOP, baru kemudian ditentukan persentase jumlah kredit yang
dibutuhkan, namun semua ini tergantung dari kebijakan bank yang bersangkutan.
2. Penghasilan nasabah (gaji), artinya khusus bagi para karyawan yang mengajukan
kredit, kredit yang diberikan dinilai dari angsuran yang menjadi beban nasabah.
Angsuran yang dibebankan tidak boleh lebih dari 30% dari gaji nasabah per bulan,
namun semua ini tergantung dari kebijakan bank yang bersangkutan.
3. Jumlah biaya yang dikeluarkan nasabah untuk pembiayaan usahanya tersebut juga
dapat menentukan yang akan dibiayai oleh nasabah yang dan bank. Hal ini penting
agar nasabah juga merasa bertanggungjawab terhadap kegiatan tersebut. Nasabah
juga akan termotivasi untuk mengerjakan secara sungguh-sungguh karena ada
uangnya yang ikut tertanam dalam kegiatan serta untuk mengembalikan modal bank.
4. Studi kelayakan, artinya bank terlebih dulu menilai jumlah yang dibutuhkan sesuai
dengan kelayakan usahanya (kebutuhan modalnya). Penilaian dilakukan dari sisi
aspek keuangannya. Misalnya untuk mendirikan pabrik, dibutuhkan lahan, bahan
bangunan, tenaga kerja, dan lainnya. Atau untuk kebutuhan modal kerja, dapat dinilai
kebutuhan akan bahan mentah, tenaga kerja, dan kebutuhan lainnya.
5. Analisis rasio, artinya persetujuan jumlah kredit yang diputuskan dengan
mempertimbangkan berdasarkan dengan rasio keuangan nasabah yang terlihat dari
laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) yang diajukan. Misalnya rasio
likuiditas, rasio modal kerja yang dimiliki, rasio kas, rasio modal dengan utang, rasio
perputaran piutang, dan rasio keuangan lainnya. Dengan perhitungan rasio yang
dimiliki akan terlihat kebutuhan, kewajiban, dan kemampuan nasabah sehingga dapat
dijadikan patokan bagi bank untuk memberikan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai