Anda di halaman 1dari 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Reservoir sebagai salah satu bagian unit sistem penyediaan air minum (SPAM)
mempunyai fungsi sebagai pengendali sistem suplai pelayanan distribusi dimana
mempunyai fluktuasi selama 24 jam. Reservoir dibuat karena aliran air yang terjadi
tidaklah statis (Oktora dan Kawet 2013). Ketika jam tertentu aliran air yang
dibutuhkan lebih kecil dari debit rata-rata akan tetapi kadang pada jam sibuk aliran air
yang dibutuhkan lebih besar dari debit kebutuhan rata-rata. Umumnya pemakaian
minimum terjadi saat malam hari dan tengah hari sedangkan pada pagi hari dan sore
hari terjadi pemakaian maksimum (Robert J 2002). Oleh karena itu dibutuhkan
reservoir penampung agar menanggulangi aliran air yang tidak statis ini. Air yang
ditampung pada reservoir tersebut akan dialirkan ke tempat-tempat yang
membutuhkan air. Hal – hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan jalur
transmisi yaitu mencari jalur terpendek sehingga dapat menekan biaya. Kemudian
menghindari hambatan sehingga tidak diperlukan pembuatan jembatan pipa, tunnel,
pompa, cut and cover, dan crossing dengan infrastruktur lain (Sariwati 2010).
Berikutnya mencari lokasi yang mudah untuk melakukan pengontrolan karena hal ini
penting di dalam operasi dan pemeliharaan saluran transmisi. Selanjutnya,
mempermudah perletakan infrastruktur sistem transmisi misal untuk sistem transmisi
yang menggunakan pipa, blow off (Sinar Tirta Bening 2010).
Penentuan dari dimensi pipa serta panjang dan percabangannya sangat penting
diperhitungkan agar air yang disalurkan dapat mengalir dengan kecepatan dan
memenuhi kebutuhan baik berdasarakan jumlah volumenya maupun berdasarkan
kecepatan dan ketepatan waktunya. Parameter-parameter yang dibutuhkan ditentukan
berdasarkan pendekatan headloss yang digunakan. headloss dibagi menjadi dua yaitu
headloss mayor dan headloss minor. Metode yang digunakan dalam pendekatan kali
ini adalah metode Hardy Cross dan Hazen William. Pendekatan ini akan
mendapatkan nilai diameter dan panjang pipa yang disesuaikan dengan panjang pipa
pasaran dan semuanya itu diperkirakan akan mengakomodasi aliran dalam pipa
secara efektif dan efisien. Perpipaan transmisi sebaiknya dipasang dibawah tanah.
Kedalaman pipa transmisi tergantung dari kondisi lapangan, biasanya minimum 50
cm dihitung dari permukaan tanah sampai bagian atas pipa transmisi. Apabila pipa
transmisi berada dibawah jalan raya, minimum sekitar 100 s/d 120 cm. Bila kondisi
lapangan tidak memungkinkan untuk memasang pipa transmisi di bawah tanah, pipa
transmisi dapat dipasang di atas permukaan tanah. Pipa transmisi yang dipasang di
atas tanah digunakan pipa besi/Steel/GIP, sedangkan pipa trasmisi yang dipasang di
dalam tanah bisa menggunakan pipa PVC. Faktor lain yang menentukan jenis pipa
yang akan dipakai adalah kemudahan untuk mendapatkan pipa, diameter pipa yang
digunakan, ketahanan pipa dan juga faktor harga pipa (Sariwati 2010).
Jaringan pipa Transmisi ini menghubungkan tampungan air bersih ke reservoir,
jaringan distribusi, atau tempat pengolahan air. Sedangkan Jaringan pipa distribusi
mengalirkan air dari reservoir ke Demanding Place yang tergolong dari beberapa
jenis tempat. Di wilayah dengan topografi curam, air dalam jaringan transmisi
mengalir secara gravitasi dengan kecepatan tergantung dengan kemiringan tanah.
Semakin terjal maka kecepatan air akan semakin tinggi dan tekanannya juga semakin
kuat, sehingga perlu dilengkapi dengan katup pelepas tekanan dan bak kontrol untuk
mengurangi kecepatan dan tekanan dalam pipa.
Sistem distribusi merupakan sistem yang berfungsi untuk mendistribusikan air
yang telah memenuhi syarat penyediaan air bersih ke seluruh daerah pelayanan.
Sistem ini merupakan sistem yang berhubungan langsung dengan pelanggan sehingga
harus optimal dalam pengoperasiannya. Sistem perpipaan merupakan rangkaian pipa
yang menghubungkan reservoir dengan pelanggan. Berdasarkan banyaknya jumlah
air yang dialirkan, pipa pada sistem distribusi dibagi menjadi pipa primer, pipa
sekunder dan pipa tersier. Pipa primer digunakan untuk mendistribusikan air bersih
dari outlet reservoir ke daerah pelayanan melalui titik-titik penyadapan (tapping)
sambungan sekunder. Pipa sekunder digunakan untuk menyalurkan air dari pipa
utama sampai ke pipa tersier, dan pipa tersier digunakan untuk menyalurkan air
sampai ke pelanggan (Enri 1989).
Dalam sistem distribusi air terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu
luas daerah pelayanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani, kebutuhan air,
topografi daerah pelayanan, dan jenis sambungan jaringan pipa distribusi. Jaringan
perpipaan merupakan faktor penting dalam sistem distribusi air bersih. Jaringan ini,
pipa-pipa saling dihubungkan sehingga dapat mengalirkan air dari beberapa
rangkaian menuju keluaran tertentu.
Metode penyaluran air yang digunakan dalam sistem distribusi air bersih
tergantung pada kondisi topografi wilayah pelayanan. Menurut Dharmasetiawan
(2004), sistem pengaliran yang dipakai adalah metode gravitasi, metode pemompaan
dan metode gabungan. Metode gravitasi digunakan apabila perbedaan elevasi sumber
air cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan sehingga tekanan yang diperlukan
dapatdipertahankan. Metode ini sangat ekonomis dan biasanya menghasilkan tekanan
yang besar sehingga perlu adanya alat untuk mengurangi tekanan. Wilayah yang
landai jaringan biasanya dilengkapi dengan pompa yang disebut stasiun pompa
booster. Fungsinya untuk meningkatkan kecepatan dan tekanan sehingga air bisa
mengalir sampai di daerah pengguna/penampung air yang paling hilir (Muliyani
2009). Pompa atau booster juga digunakan untuk memompa air apabila terjadi
perbedaan ketinggian, dimana reservoir atau penampung air berada lebih tinggi
daripada aliran atau mata air. Metode pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan
yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir ke pelanggan. Metode
gabungan digunakaan saat metode gravitasi tidak bisa lagi mencukupi penyaluran air
ke tempat yang membutuhkan. Metode gabungan digunakan agar air yang dialirkan
memiliki tekanan yang besar sehingga diharapkan dapat mengalirkan air secara
merata keseluruh pelanggan pada pemakaian tinggi. Pada pemakaian normal atau
kapasitas debit rata-rata distribusi air menggunakan pompa.

Sariwati E. 2010. Analisis Beban Pencemaran Sungai Cihideung Sebagai Bahan


Baku Pengolahan Air Di Kampus IPB Darmaga[tesis]. Bogor (ID):Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai