Mashur Abadi
Abstract
The distortions of Islamic history has been begun in the formative period of classical Islam and it
was done deliberately to win the interests of conflicting groups among the ummah. This article try
to uncover this kind of distortion; and in doing so it must be based on the main source texts of
classical Islam history. The case of Ibnu Abbas, in dealing with the public trassure of Basrah, will
give a light how such distortions could be done easily by hiding a certain data of main source texts.
It can be said that corruption of historical knowledge was aimed to wrapt corruptions in other
aspects of Islamic history.
Kata-kata kunci
teks sumber, accepted history, baitul maal, korupsi.
sejarah yang telah lama lewat waktunya. Di sinilah faktor yang menyebabkan kesalahan dalam penulisan
urgensi Tarikh At Thabary sebagai sumber tertua bagi sejarah di antaranya ketidaktahuan terhadap fenomena
kita untuk mensejarahkan zaman klasik Islam tersebut. zaman, maka faktor kepemihakan sejarawan kepada
2
Abdullah Vs Ali ra. dalam Penyimpangan Baitul Maal
M. Masyhur Abadi
3
KARSA, Vol. XVII No. 1 April 2010
tiga sifat utama episteme, yaitu pertama, bukanlah suatu medium yang transparan,
episteme menentukan bagaimana melihat bukanlah pencerminan dari kenyataan.
dan mengalami kenyataan. Artinya cara Bahasa adalah alat yang dipergunakan
mengalami kenyataan menentukan episteme guna mengatur dan menyusun
bagaimana melihat kenyataan, struktur kenyataan sesuai dengan tabiat episteme
mana yang diterapkan pada kenyataan, itu sendiri. Dari abad ke abad manusia
dan benda-benda mana yang dilihat menciptakan suatu lingkungan sosial
dalam kenyataan. Hal ini juga berarti sesuai dengan konsep-konsep dan
bahwa episteme pada suatu periode episteme-episteme yang merupakan sarana
tertentu untuk manusia yang hidup pada untuk mencakup kenyataan dalam
waktu itu, tidak disadari. Seketika konsep-konsep. Pemakaian bahasa tidak
episteme disadari, maka menjadi sadar menuju diberlakukannya kekuasaan,
bahwa melihat (bagian dari) kenyataan melainkan sama dengan diberlakukannya
dengan cara tertentu dan dengan kekuasaan9
demikian terbuka jalan bagi pengalaman
kenyataan yang lain. Episteme yang telah Kasus Ibnu Abbas
disadari kehilangan kesegarannya yang Tokoh ini amat terkenal di
semula dan menjadi dibuat-buat7 kalangan kaum muslimin sebagai seorang
Kedua, sifat episteme yang kedua sahabat Nabi SAW yang memiliki lautan
berkaitan dengan larangan, penyang- ilmu yang luas. Ibnu Abbas terkenal
kalan, dan pengesampingan. Penalaran sebagai mufasir di kalangan sahabat dan
dan episteme mengatur dan mengontrol dipandang sebagai bapak tafsir Alquran.
pengetahuan mengenai kenyataan, Ketika Ali bin Abi Thalib menjadi
benda-benda yang ada di dalam kenyata- khalifah dia diangkat sebagai gubernur
an melalui tiga macam pengecualian, Basrah10 Kasus Ibnu Abbas dalam
yaitu tabu, kegilaan dan ketidakbenaran. kaitannya dengan Baitul Maal Basrah
Identitas penalaran dan episteme tidak sungguh di luar dugaan semua orang.
disebabkan oleh apa yang terkandung di Tetapi teks-teks sumber menyebutkan
dalamnya, melainkan oleh apa yang bahwa Baitul Maal Basrah telah
dikucilkan (larangan itu tidak disadari digunakan oleh Ibnu Abbas secara tidak
sama seperti episteme sendiri tidak benar dari tolok ukur zamannya maupun
disadari). Artinya setiap jaman ada kaca takaran universal. Deskripsi kasus ini
matanya sendiri dengan warna tertentu. sebagai berikut:
Bila ingin menyususn kemabali sebuah Bendahara Baitul Maal Basrah Abu
episteme, kita selalu harus bertindak dari Aswad Ad Dualy (ketika itu Ibnu Abbas
luar ke dalam, dari bidang yang tabu ke menjabat sebagai gubernur Basrah)
intinya yang positif8 mengirim surat kepada Ali bin Abi Thalib
Ketiga, sifat ketiga dari episteme yang tengah menjabat khalifah mela-
adalah berkaitan dengan bagaimana porkan tindakan korupsi yang dilakukan
diungkapkan suatu hubungan tertentu gubernurnya. Bunyi surat tersebut adalah
antara bahasa dan kenyataan. Bahasa “Amma ba’du sesungguhnya Allah telah
menjadikanmu penguasa yang dipercaya
7F.R. Ankersmit, Refleksi tentang Sejarah, Pendapat-
pendapat Modern tentang Filsafat Sejarah, terj. (Jakarta: 9Ibid.,
hlm., 311-412
Gramedia, 1987) hlm. 310. 10At Thabary, Tarikh Arrusul wal Muluk, Juz 3
8Ibid., hlm. 311. h.144,Maktabah Asyaamilah.
4
Abdullah Vs Ali ra. dalam Penyimpangan Baitul Maal
M. Masyhur Abadi
5
KARSA, Vol. XVII No. 1 April 2010
penyerahan kekuasaan antara Hasan bin ambil dan dari mana engkau
Ali kepada Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. dapatkan? Dan untuk apa engkau
Tetapi sebagian besar ahli sejarah, tutur pergunakan?” sebenarnya adalah
At Thabary, mengatakan bahwa Ibnu suatu perintah pertanggungjawaban
Abbas pindah ke Mekkah semasa Ali bawahan kepada atasan (gubernur
masih hidup. Dan yang menyaksikan kepada khalifah). Tetapi dengan
perdamaian antara Hasan bin Ali dengan jawaban tersebut dapat dipahami
Mua’wiyyah adalah Ubaidillah ibnu bahwa accountibility dan responsibility
Abbas dan bukan Abdullah bin Abbas16 sebuah laporan keuangan belum
Di atas disebutkan bahwa jawaban terumuskan secara baik sehingga Ibnu
Ibnu Abbas kepada Ali adalah bahwa dia Abbas merasa hal itu bukan menjadi
lebih berhak atas kekayaan Basrah dari kewajibannya.
pada Ali bin Abi Thalib. Jawaban ini 3. Jawaban Ibnu Abbas tersebut
menarik karena menimbulkan banyak memperlihatkan bahwa batasan public
asumsi, di antaranya; property atau public treassure (maal al
1. Dengan jawaban itu Ibnu Abbas tidak ummah) dengan private property dalam
merasa melakukan tindakan yang kaitannya dengan penguasa tidaklah
salah karena kekayaan Basrah jelas.
merupakan haknya. Persoalan hukum 4. Ibnu Abbas tahu bahwa yang dia
muncul terkait dengan batas hak lakukan adalah salah tetapi mencoba
kekuasaan seorang kepala daerah mencari pembenaran dengan berdasar
(gubernur) atas Baitul Maal, baik hak pada nasabnya sebagai putera Abbas
dalam pengelolaannya maupun paman Nabi SAW melalui kata-
seberapa besar jumlah kekayaan yang katanya “Aku lebih berhak atasmu.”
dapat dia gunakan untuk keperluan Seperti diketahui Abbas bin Abdul
pribadinya. Preseden yang ada dalam Muthalib masuk Islam sementara Abu
persolan ini bersifat etis seperti pada Thalib, ayahnya Ali, tetap dalam
praksis Umar bin Khatab tetapi belum kekufurannya sehingga ini menjadi
menjadi suatu ketetapan hukum yang exuse Ibnu Abbas bahwa dia lebih
dapat dirujuk oleh para pemimpin berhak dibanding Ali. Asumsi pada
sesudahnya. Asumsi pada point point keempat ini memperlihatkan,
kesatu ini memperlihatkan betapa bahwa di satu sisi betapa nilai dan
lembaga-lembaga kenegaraan dan ajaran Islam tentang egalitarianisme
pemerintahan merupakan kreasi anak masih bercampur dengan tradisi lokal
zamannya dan karenanya Arab yang mengedepankan kedekatan
berdialektika dengan perkembangan darah. Sedangkan di sisi yang lain,
zamannya. Tentu saja hal ini menjadi seperti terbukti dalam tindakan Ibnu
pekerjaan rumah bagi kalangan ahli Abbas yang memanggil semua
fiqh untuk merumuskan ketetapan- kerabatnya untuk diberi bekal dari
ketetapan hukum dalam fiqh siyasah. Baitul Maal sebelum pindah ke
2. Dalam konteks permintaan Ali Mekkah17, betapa batasan hak publik
kepada Ibnu Abbas yang berbunyi dengan hak pribadi penguasa sama
“Berapa besar jizyah yang engkau sekali belum terumuskan. Artinya
16At Thabary, Tarikh Arrusul wal Muluk, Juz 3, h.146 17At Thabary, Tarikh Arrusul Wal Muluk, juz.3 h.146.
6
Abdullah Vs Ali ra. dalam Penyimpangan Baitul Maal
M. Masyhur Abadi
dapat dipahami bahwa tindakan Ibnu Rasulullah SAW. Dengan pernyataan ini
Abbas memberikan harta Baitul Maal diperlukan suatu pembacaan baru yang
Basrah kepada sanak kerabatnya jujur sekaligus kritis menyangkut
adalah suatu praktek yang biasa pada ucapan-ucapan yang dinisbahkan kepada
masa itu dengan mengingat nilai Nabi SAW mengenai sifat dan
komunal yang masih kuat melekat kedudukan para sahabatnya. Bagaimana
pada masyarakat Arab. kita memahami puluhan dan bahkan
5. Bahwa apa yang dilakukan Ibnu ratusan ribu darah sesama kaum
Abbas adalah salah atas dasar dan muslimin tumpah dan di dalamnya para
tolok ukur apapun terlebih jika sahabat Nabi SAW saling berhadapan
dibandingkan dengan praktek Umar sebagai musuh, sementara diyakini
bin Khatab yang sangat berhati-hati bahwa semua sahabat adalah ‘uduul.
dalam berhadapan dengan harta Begitu juga pernyataan-pernyataan lain
kaum muslimin semasa menjabat yang dinisbahkan pada ucapan Nabi
sebagai khalifah. Asumsi keempat ini SAW seperti “Para sahabatku seperti
lebih mendekati kebenaran dengan bintang”, atau sebuah ucapan yang
melihat gaya hidup Ibnu Abbas yang sangat terkenal yang diyakini sebagai
sangat mewah setelah dia pindah ke hadist, “Wajib atas kalian mengikuti
Mekkah.18 Asumsi kelima ini sunnahku dan sunnah para khalifah
selayaknya dibaca sebagai sesuatu rasyiidah sesudahku”. Pembacaan kritis
yang manusiawi, bahwa betapa dengan menggunakan kesadaran dan
godaan harta merupakan pit fall anak pendekatan kesejarahan bahwa teks
Adam, siapapun dia kecuali para Nabi seharusnya tidak dilepaskan dari ruang
dan Rasul yang telah dijamin ke- dan waktu kesejarahannya.
ma’shum-annya. Terlebih jika hal itu Ini merupakan signifikansi utama
dilakukan dalam konteks suatu masa tulisan ini, bahwa betapa sikap dan
di mana belum ada batasan dan pernyataan ideologis dapat menyesatkan
aturan yang tegas tentang hak akal sehat dengan cara memanipulasi
penguasa dalam kaitannya dengan sejarah dalam bentuk generalisasi kondisi
harta negara. suatu periode sejarah. Pernyataan bahwa
Akhirnya mungkin muncul masa khulafaurrasyidin merupakan sejarah
pertanyaan untuk apa membuka luka emas dan diyakini bahwa pada masa ini
lama terlebih menyangkut seorang tokoh nilai dan ajaran Islam teraktualisasikan
sekaliber Ibnu Abbas19. Jawabannya secara sempurna, dan atau bahwa bentuk
paling tidak pertama, menyentuh pemerintahan kekhilafahan merupakan
persoalan kejujuran ilmiah sebagai hal bagian tak terpisahkan dari Islam sebagai
mutlak agar ilmu dapat menjadi kaca agama adalah tidak benar secara
benggala bahwa yang ma’shum hanyalah kesejarahan melalui data-data sejarah
yang selama ini dengan sengaja ditutup-
18Disebutkan bahwa dia menghabiskan 3000 dinar tutupi. Senyatanya kekhilafahan adalah
untuk membeli tiga jariyyah. Lihat Faraj Faudah, Al suatu bentuk ijtihad para sahabat untuk
Haqiqah Al Ghaaibah,h.60.
19Dalam sebuah hadist riwayat Bukhary disebutkan
menjawab persoalan zamannya
bahwa Nabi SAW pernah merangkul Ibnu Abbas dan menyangkut cara pengelolaan kekuasaan.
mendoakannya agar memiliki hikmah.Lihat Shahih Sebagai sebuah ijtihad, ia bisa jadi benar
Bukhary , Kitab Manaaqib, Hadist No.3473, dalam Al
Maktabah Asyaamilah.
dan juga bisa salah. Dan yang lebih
7
KARSA, Vol. XVII No. 1 April 2010
8
Abdullah Vs Ali ra. dalam Penyimpangan Baitul Maal
M. Masyhur Abadi
9
KARSA, Vol. XVII No. 1 April 2010
96