ANESTHESIA
ANESTHESIA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan teknik regional anestesi masih menjadi pilihan untuk bedah sesar,
operasi daerah abdomen, dan ekstremitas bagian bawah karena teknik ini membuat
pasien tetap dalam keadaan sadar sehingga masa pulih lebih cepat dan dapat
dimobilisasi lebih cepat (Marwoto dan Primatika, 2013). Regional anestesi
menghasilkan blok simpatis, relaksasi otot, dan blok sensoris terhadap reseptor suhu
perifer sehingga menghambat respon kompensasi terhadap suhu. Anestesi epidural
dan spinal menurunkan batas pemicu vasokonstriksi dan menggigil sekitar 0.6 0C
(English, 2005). Oleh karena itu, dampak yang timbul pasca tindakan generall
anestesi maupun regionalll anestesi yang sering terjadi adalah shivering
(Koeshardiandi dan Renatta, 2011).
Angka kejadian Post Anesthetic Shivering (PAS) pada pasien yang menjalani
spinal anestesi sekitar 33-56 % (Sarrim dan Budiono, 2011). Kejadian menggigil
pasca anestesi bisa terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah terpapar dengan
suhu lingkungan yang dingin, status fisik ASA, umur, status gizi dan indeks massa
tubuh yang rendah, jenis kelamin, dan lamanya operasi. durasi pembedahan yang
lama, secara spontan menyebabkan tindakan anestesi semakin lama pula. Hal ini akan
menambah waktu terpaparnya tubuh dengan suhu dingin serta menimbulkan efek
akumulasi obat dan agen anestesi didalam tubuh semakin banyak sebagai hasil
pemanjangan penggunaan obat atau agen anestesi di dalam tubuh (Latief et al., 2009)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
C. Tujuan