BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Bermain merupakan kebutuhan dasar anak. Bermain merupakan kegiatan gerak dari anak baik pasif
maupun aktif untuk menyalurkan kreasinya dan menghilangkan konflik dari dalam diri anak yang
disardari atau pun yang tidak disadari. Selain sebagai cara penghilang konflik bagi anak, bermain juga
merupakan terapi dalam proses keperawatan. Melalui proses bermain, tanpa disadari semua aspek
perkembangan anak bisa tumbuh dengan optimal sehingga bisa menjadi anak yang cerdas.
Aspek perkembangan anak dapat ditimbulkan secara optimal dan maksimal melalui proses kegiatan
bermain. Mengajak bermain di usia dini/prasekolah dapat membantu perkembangan mental dan
kecerdasan anak. Dalam sub pokok bahasan yang kita angkat padaterapi bermain ini adalah bermain
ular tangga dengan sasaran anak usia prasekolah, dimana dengan bermain ular tangga dapat melatih
kreatifitas dan kesabaran anak.
TUJUAN
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia 6 tahun selama kurang lebih 30 menit
diharapkan anak dapat bermain dan dapat mempertahankan fungsi tumbuh kembang pada anak.
Tujuan Khusus
Dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada permainan ular tangga dan
menghitung titik – titik yang terdapat pada dadu.
A. Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan
diri dengan lingkungan melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara
(Wong, 2000).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan memperoleh
kesenangan (Foster, 1989).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan
anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting
untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser, 2005).
B.Fungsi
Perkembangan Sensori :
Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya mengasimilasinya kedalam persepsi dan
hubungan baru
Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan realita.
Kreativitas
Kesadaran diri
Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat mempengaruhi orang lain
Nilai Teraupetik
Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima dalam bentuk yang
secara sosial dapat diterima
Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang aman.
Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang kebutuhan, rasa takut, dan
keinginan.
C. Tujuan
Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk mencipakan sesuatu seperti
yang ada dalam pikirannya.
Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.
Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktifitas bermain
bisa menjadi stimulus yang efektif :
Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai. Asupan atau
intake yang kurang dapat menurunkan gairah anak. Anak yang sehat memerlukan aktifitas bermain yang
bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif.Pada anak yang sakit keinginan untuk bermain
umumnya menurun karena energi yang ada dugunakan untuk mengatasi penyakitnya.
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal.
Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.
Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak. Orang
tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan
benar dan mempunyai unsur edukatif bagi anak.
Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman, bahkan di ruang tidur.
Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila memungkinkan, di mana ruangan
tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan permainannya.
Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau diberitahu oleh orang
tuanya. Cara yang terahkir adalah yang terbaik karena anak lebih terarah dan berkembang
pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah
mengetahui cara bermain dari alat permainan yang diberikan, umumnya membuat hubungannya
dengan anak cenderung menjadi kurang hangat.
Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang tuanya. Ada saat-saat
tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain yang
dilakukan bersama orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan
kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan untuk
mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam memahami perbedaan.
Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui kondisi anak pada saat sakit dan
jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang
sedang dirawat di RS.
Jenis kelamin
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau
perempuan namun ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah salah satu alat mengenal
identitas dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki
– laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang untuk
bermain.
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak,
disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.
Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
Motorik halus
Kecerdasan/ kognitif
Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.
Bahasa
Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.
Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak, kotak pasir, bola, tali, dll.
E. Klasifikasi Bermain
Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dengan orang lain
(contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum dan tertawa).
Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh: main air dan pasir).
Skiil play
Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak, khususnya motorik kasar dan halus
(misal: naik sepeda, memindahkan benda).
Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainanny. (misal: dokter dan
perawat).
Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan / skor (Contoh : ular
tangga, congklak).
Un occupied behaviour
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang ada disekelilingnya, yang
digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
Onlooker play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisifasi
dalam permainan (Contoh: Congklak/Dakon).
Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan
yang dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan temannya dan tidak ada
kerja sama.
Parallel play
Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi
kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan lainya tidak ada sosialisasi. Biasanya dilakukan
anak usia toddler.
Associative play
Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi,
tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak jelas (Contoh: bermain boneka, masak-masak).
Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, dan punya tujuan serta
pemimpin (Contoh: main sepak bola)
Menurut usia
Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca serta berbicara sendiri.
Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yang diucapkan seperti mama, papa.
Taktil : membiarkan main pada air mengalir.
Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak merasakan angin.
Kinetik : memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik atau didorong, seperti sepeda atau
kereta.
Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering merusak mainan)
Usia sekolah
Cooperative play
Laki-laki : Mechanical
8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama,
sepeda, sepatu roda.
Masa remaja
Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak maupun
orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengeskpresikan perasaan tersebut dan
mampu bekerja sama degan petugas kesehatan selama dalam masa perawatan.
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan memberikan keuntungan sebagai
berikut :
Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai dengan umur perkembangannya
Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai dengan kondisi anak
Deskripsi
Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan
permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah “tangga” atau
“ular” yang menghubungkannya dengan kotak lain. Dalam permainan ular tangga edukatif ini, kelompok
memodifikasi papan ular tangga menjadi kotak – kotak yang berisi gambar – gambar edukatif untuk
membantu pengembangan intelektual anak.
Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) dan secara
bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Bila
pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang
lain. Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang
adalah pemain pertama yang mencapai kotak terakhir.
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat giliran sekali lagi. Bila
tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya.
Jenis Permainan
Jenis permainan ini adalah Games. Games adalah permainan yang menggunakan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan / skor.
BAB III
TEHNIK BERMAIN
Usia : 6 tahun
Tempat
Hari / tanggal
Waktu
pengoganisasian :
DENAH
susunan kegiatan
1 Pembukaan :
2. Memeperkenalkan diri
3. Memperkenalkan fasilitator
4. Memperkenalkan anak satu per satu dan anak saling berkenalan dengan temannya
6. Mempersilahkan leader
5 menit
Menjawab salam
Menyimak
Menyimak
Menyimak
Menyimak
2 Kegiatan bermain :
20 menit
Menyimak
Menjawab pertanyaan
Bermain
Bermain
Bermain
3 Penutup :
4. Memberikan hadiah pada anak yang menang dalam permainan ular tangga
Mengungkapkan perasaan
Menyimak
Senang
Senang
Mengungkapkan perasaan
Menyimak
Menjawab salam
persiapan
Alat
Klien
c.Perawat
2.Proses keluarga
a.keaktifan anak
klien tampak senang dan menikmati permaianan, anak bermain sambil duduk, dan anak tampak
bersemangat
3.waktu bermain
Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah. Diakses Pada Tanggal 11
Desember 2012. http://www.nursingbegin.com