Anda di halaman 1dari 29

TELAAH JURNAL

PENGARUH PEMBERIAN DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP


SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN PPOK

KELOMPOK A:

Ade Ariani Fauzi, S.Kep

Annazhifa A Boestari, S.Kep

Clarissa Pramestya, S.Kep

Rania Suilia, S.Kep

Yoga Gustiva, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

UNIVERSITAS ANDALAS
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan telaah jurnal
dalam memenuhi tugas Keperawatan Dasar Klinik.

Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing yang sudah


membimbing dalam penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih tak lupa kami
sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah
ini baik secara moril maupun materil.

Besar harapan kami makalah ini dapat memberi kontribusi dalam


pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang bisa bermanfaat
nantinya.Sebagai penyusun kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak kami
harapkan.Atas segala masukan tersebut penulis mengucapkan terimakasih.

Padang, September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................5

A. Latar Belakang ............................................................................................. 5


B. Tujuan .......................................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................9

A. Konsep Kebutuhan Oksigenasi .................................................................... 9


B. Konsep PPOK ............................................................................................ 15
C. Teknik Relaksasi Napas Dalam ................................................................. 19
BAB III ANALISA JURNAL..............................................................................23

A. Judul Jurnal ................................................................................................ 23


B. Kelebihan Jurnal......................................................................................... 23
C. Abstrak ....................................................................................................... 23
D. Pendahuluan ............................................................................................... 24
E. Pernyataan masalah : .................................................................................. 25
F. Tujuan penelitian ........................................................................................ 26
G. Tinjauan pustaka ........................................................................................ 26
H. Kerangka konsep dan hipotesa ................................................................... 26
I. Metodologi ................................................................................................. 26
J. Sampel dan instrument ............................................................................... 26
K. Hasil penelitian........................................................................................... 26
L. Pembahasan ................................................................................................ 27
M. Kesimpulan ............................................................................................. 27
N. Inplikasi dan hasil ...................................................................................... 27
O. Daftar pustaka ............................................................................................ 27
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................28

3
A. Kesimpulan ................................................................................................ 28
B. Saran ........................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................29

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

Pulmonary Disease (COPD) merupakan penyakit respirasi kronis yang dapat

dicegah dan dapat diobati yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara

yang resistendan biasanya bersifat progresif serta berhubungan dengan

peningkatan respon inflamasi kronis saluran napas yang disebebkan oleh gas atau

partikel iritan tertentu. PPOK adalah sekelompok penyakit paru yang ditandai

dengan peningkatan resistensi saluran napas bawah, pada saat resistensi saluran

napas meningkatmaka harus diciptakan gradien tekanan yang lebih besar untuk

mempetahankan kecepatan aliran udara yang normal. (Sherwood, 2016)

peningkatan penyakit PPOK adalah merokok, kebiasaan merokok yang masih

tinggi yaitu pada laki-laki di atas 15 tahun sebanyak 60-70%. Perilaku merokok

penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan dari tahun 2007 sampai

tahun 2013, cenderung meningkat dari 34,2 % pada tahun 2007 menjadi 36,3 %

pada tahun 2013 yang terdiri dari 64,9% laki-laki dan 2,1 % perempuan masih

menghisap rokok tahun 2013. Sedangkan rerata jumlah batang rokok yang dihisap

adalah sekitar 12,3 batang. (Riskesdas, 2013)

The Global Burden of Disease Study memproyeksikan bahwa PPOK yang

menempati urutan ke-6 sebagai penyebab kematian pada tahun 1990 akan menjadi

penyebab utama kematian ke-3 di dunia pada tahun 2020). Berdasarkan data Riset

5
Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2013, prevalensi penyakit PPOK di Indonesia

mencapai 3,7 %.

PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan dari

keduanya.Bronkitris kronis adalah suatu kondisi peradangan jangka panjang

saluran napas bawah , umumnya dipicu oleh pajanan berulang asap rokok, polutan

udara, atau alergen. Sebagai respon terhadap iritasi pada bronkitis kronis terjadi

pembentukan mokus berlebih yang menyebabkan salurannapas menyempit.

Sedangkan pada emfisema, terjadi kolapsnya saluran napas halus dan kerusakan

pada dinding alveolus yang menyebabkan paru-paru kehilangan

keelastisitasnya.Luas permukaan paru- paru juga berkurang sehingga area

permukaan yang kontak dengan kapiler paru secara kontinu berkurang. Hal ini

yang menyebabkan terjadinya penurunan difusi oksigen sehingga akan terjadi

penurunan pada saturasi oksigen. (Smeltzer, 2002)

Saturasi oksigen adalah jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis

sebagai persentasi total oksigen yang terikat pada hemoglobin. Nilai normal

saturasi oksigen yang diukur menggunakan oksimetri nadi berkisar antara 95-

100%.Saturasi oksigen pasien PPOK bisa mengalami penurunan hingga nilainya

85 % yang menyebahkan pasien mengalami hipoksemia, sianosis, penurunan

konsentrasi dan perubahan mood.Hal ini di buktikan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Budiono yang berjudul “The Effect of Pursed Lips Breathing in

Increasing Oxygen Saturation in Patients With Chronic Obstructive Pulmonary

Disease” menyatakan bahwa dari 24 pasien PPOK, sebesar 58% mengalami

penurunan saturasi oksigen di bawah normal (<95%) dan mengalami peningkatan


6
saturasi oksigen dengan nilai normal (>95%) setelah diberikan intervesi berupa

pursed lips breathing. (Budiono dkk, 2017)

Sebagian besar pasien PPOK mengalami hipoksemia yaitu penurunan kadar

oksigen dalam darah dan penurunan saturasi oksigen darah arteri, kejadian

hipoksemia pada pasien PPOK menyebabkan penurunan kualitas hidup,

berkurangnya toleransi terhadap latihan, mengurangi fungsi otot rangka, dan

akhirnya meningkatkan risiko kematian.Hipoksemia jika tidak ditangani akan

bertambah buruk dan akan mengakibatkan hipoksia. Hipoksia merupakan

penurunan tekanan oksigen di sel dan jaringan. Tergantung pada dampak dari

beratringannya hipoksia, sel dapat mengalami adaptasi, cedera atau kematian.

(Price, 2006)

Penanganan pasien dengan PPOK yang datang kerumah sakit yaitu

mendapatkan terapi untuk mengurangi obstruksi jalan napas dengan memberikan

hidrasi yang memadai untuk mengencerkan sekret bronkus dengan memberikan

ekspektoran dan bronkodilator untuk meredakan spasme otot polos. Namun

bronkodilator masih belum optimal dalam peningkatan saturasi pada pasien

PPOK. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Wardana (2000) dalam Gustiawan

dkk (2015) menyatakan obat- obat ini hanya mengurangi bronkospasme otot-otot

polos sedangkan hipoksemia akibat ketidakseimbangan rasio ventilasi yang terjadi

pada pasien PPOK belum tertangani. (Gustiawan, 2015)

Peningkatan saturasi oksigen dapat di pengaruhi oleh kemampuan proses

difusi. Kemampuan proses difusi ini dipengaruhi oleh peningkatan kapasitas

7
vital.Kapasitas vital paru dipengaruhi oleh ventilasi paru, saat terjadinya

gangguan pada ventilasi paru maka pengembangan paru tidak optimal dan

terjadinya penurunan kapasitas vital paru. Sehingga dibutuhkan upaya untuk

meningkatkan ventilasi paru agar kapasitas vital paru meningkat dengan melatih

otot pernapasan. Salah satu latihan otot pernapasan yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kapasitas vital sehingga dapat memaksimalkan proses difusi adalah

deep breathing exercise.Deep Breathing Exercise yaitu dilatih bernapas tipe

abdominal dan bernapas dengan pursed lips.Latihan pernapasan ini dapat

meningkatkan efisiensi pernapasan dengan mengurangi udara yang terperangkap

dan mengurangi kerja pernapasan. (Potter, 2006)

B. Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan telaah jurnal tentang Pengaruh Pemberian

Deep Breathing Exercise Terhadap Saturasi Oksigen Pada Pasien PPOK.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebutuhan Oksigenasi

1. Definisi Oksigenasi

a. Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan

jaringan tubuh karna oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh

secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses

bernapas. Di Atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida

(CO2), nitrogen (N2), dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium (Tarwoto

dan Wartonah, 2010).

b. Keberadaan oksigen merupakan salah satu kompnen gas dan unsur vital dalam

proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh

sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2

setiap kali bernapas dari Atmosfer. Oksigen (O2) untuk kemudian diedarkan

keseluruh jaringan tubuh (Sulistyo Andarmoyo, 2012).

2. Proses oksigenasi

Proses respirasi dapat dibagi menjadi empat proses peristiwa fungsional utama

yaitu ventilasi paru-paru, difusi oksigen dan karbondioksida di antara alveolus dan

darah, transport oksigen dan karbondioksida di dalam darah dan cairan tubuh ke

dan dari sel, serta pengaturan (regulasi) pernafasan oleh mekanisme kontrol tubuh

berkenaan dengen frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan (Asmadi 2009).

a. Ventilasi

9
Ventilasi paru-paru merupakan masuk dan keluarnya udara pernapasan antara

Atmosfer dan paru-paru. Proses ventilasi ini melibatkan beberapa organ tubuh

yang sangat penting dalam pernapasan (Asmadi 2009).

b. Difusi gas

Setelah proses ventilasi, maka langkah selanjutnya dalam proses respirasi

adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah dan difusi karbondioksida

dari pembuluh darah ke alveolus.

c. Transportasi gas

Apabila oksigen telah berdifusi dari alveolus ke dalam darah paru, maka

oksigen ditranspor dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin ke kapier

jaringan, dimana oksigen dilepaskan untuk digunakan di sel (Asmadi 2009).

3. Sistem yang berperan dalam proses oksigenasi

Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi terdiri dari

sistem pernapasan dan sistem kardiovaskuler. Sistem pernapasan terdiri dari

saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.

a. Sistem pernapasan

Sistem pernapasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan

oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas.

b. Respirasi

Respirasi adalah proses pertukaran gas oksigen dan karbondioksida baik yang

terjadi di paru-paru, maupun di jaringan. Proses respirasi dibagi menjadi dua yaitu

respirasi eksternal dan internal.

c. Respirasi eksternal

10
Merupakan proses pertukaran gas oksigen dan karbondioksida di paru-paru dan

kapiler pulmonal dengan lingkungan luar.

d. Respirasi internal

Merupakan proses pemanfaatan oksigen dalam sel yang terjadi di mitokondria

untuk metabolisme dan produksi karbondioksida.

e. Mekanisme pernapasan

Tekanan yang berperan dalam proses bernapas adalah tekanan Atmosfer,

tekanan intrapulmonal atau intraalveoli, dan tekanan intrapleura.

1) Tekanan Atmosfer, yaitu tekanan udara luar besarnya sekitar 760mmHg.

2) Tekanan intrapulmonal atau intraalveoli, yaitu tekanan yang terjadi dalam

alveoli paru-paru.

3) Tekanan intrapleura adalah tekanan yang terjadi pada rongga pleura yaitu

ruang antara pleura parietalis dan viseralis.

f. Sistem kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler juga berperan dalam proses oksigenasi ke jaringan

tubuh, yaitu berperan dalam proses transportasi oksigen. Oksigen

ditransportasikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Aliran darah yang

adekuat hanya dapat terjadi apabila fungsi jantung normal. Dengan demikian,

kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat ditentukan oleh adekuatnya fungsi

jantung. Fungsi jantung yang adekuat dapat dilihat dari kemampuan jantung

memompa darah dan perubahan tekanan darah.

4. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi

11
a. Lingkungan

b. Latihan

c. Emosi

d. Gaya hidup

e. Status kesehatan

5. Masalah yang terjadi pada oksigenasi

Jika oksigen dalam tubuh berkurang, maka ada beberapa istilah yang dipakai

sebagai manifestasi kekurangan oksigen tubuh, yaitu hipoksemia, hipoksia, dan

gagal napas. Status oksigenasi tubuh dapat diketahui dengan melakukan

pemeriksaan Analisis Gas Darah (AGD) dan oksimetri (Tarwoto & Wartonah,

2015).

a. Hipoksemia

Hipoksemia merupakan keadaan yang disebabkan oleh gangguan ventilasi,

perfusi, dan difusi atau berada pada tempat yang kurang oksigen.

b. Hipoksia

Hipoksia merupakan suatu kondisi ketidakcukupan oksigen ditempat manapun

di dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan.

c. Gagal napas

Gagal napas merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi

kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat

sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbondioksida dan oksigen (Kozier,

2011).

d. Perubahan pola napas

12
Perubahan pola napas dapat berupa hal-hal sebagai berikut.

1) Dyspnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.

2) Apnea, yaitu tidak bernapas atau berhenti bernapas.

3) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih

dari 24 kali per menit.

4) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi

kurang dari 16 kali per menit.

5) Kussmaul, yaitu pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama,

misalnya pada pasien koma dengan penyakit diabetes mellitus dan uremia.

6) Cheyne stokes merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian

berangsur-angsur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang. Misalnya

pada keracunan obat bius, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.

7) Biot adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan

periode yang tidak teratur, misalnya pada meningitis (Tarwoto & Wartonah,

2015).

6. Metode pemenuhan kebutuhan oksigenasi

Menurut (Asmadi, 2009) kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan beberapa

metode, antara lain inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisioterapi dada, napas

dalam dan batuk efektif, serta penghisapan lendir (suctioning).

a. Inhalasi oksigen (pemberian oksigen)

Terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem

aliran tinggi.

1) Sistem aliran rendah

13
Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen dan masih

mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal.

a) Nasal kanula

Dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6 lt/menit dan konsentrasi

oksigen sebesar 24%-44%.

b) Sungkup muka sederhana

Aliran oksigen yang diberikan melalui alat ini sekitar 5-8 lt/menit dengan

konsentrasi 40-60%.

c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing

Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari sungkup muka

sederhana yaitu 60-80% dengan aliran oksigen 8-12 lt/menit.

d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing

Memberikan konsentrasi oksigen sampai 99% dengan aliran yang sama

pada kantong rebreathing.

2) Sistem aliran tinggi (high flow oxygen system)

Penggunaan teknik ini menjadikan konsentrasi oksigen lebih stabil dan tidak

dipengaruhi tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen lebih

cepat. Misalnya melalui sungkup muka dengan ventury. Tujuan utama inhalasi

dengan sistem aliran tinggi ini adalah untuk mengoreksi hipoksia dan asidema.

Hipoksemia, hiperkapnia, dan hipotensi. Hal tersebut menyebabkan perlunya

koreksi dengan segera untuk menghindari kerusakan otak irreversible atau

kematian.

a. Fisioterapi dada

14
b. Napas dalam

c. Batuk efektif

d. Suctioning (pengisapan lendir)

B. Konsep PPOK

1. Definisi PPOK

Penyakit paru obstruksi kronik merupakan sejumlah gangguan yang

mempengaruhi pergerakan udara dari dan ke luar paru. Gangguan yang penting

adalah bronchitis obstruktif, emfisema, dan asma bronchial. Bronchitis kronis

adalah gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang

berlebihan dalam bronchus dan dimanifestasikan dalam bentuk batuk kronis serta

membentuk sputum selama tiga bulan dalam setahun, minimal dua tahun berturut-

turut. Emfisema merupakan perubahan anatomi parenkim paru ditandai dengan

pelebaran dinding alveolus, ductus alveolar, dan destruksi dinding alveolar,

sedangkan asma bronchial adalah suatu penyakit yang ditandai dengan tanggapan

reaksi yang meningkat dari trachea dan bronchus terhadap berbagai macam

rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernapas yang disebabkan oleh

penyempitan menyeluruh dari saluran pernapasan (Muttaqin, 2012).

2. Etiologi

Menurut ikawati, 2016 ada beberapa faktor risiko utama berkembangnya

penyakit ini, yang dibedakan menjadi faktor paparan lingkungan dan faktor host.

Beberapa faktor paparan lingkungan antara lain adalah :Merokok, Pekerjaan,

Polusi udara, Infeksi. Sedangkan faktor risiko yang berasal dari host atau

15
pasiennya antara lain adalah : Usia, Jenis kelamin, Adanya gangguan fungsi paru

yang sudah terjadi, Predisposisi genetik, yaitu defisiensi α2 antritipsin (AAT)

3. Patofisiologi

Obstruksi jalan napas menyebabkan reduksi aliran udara yang beragam

bergantung pada penyakit. Pada bronchitis kronis dan bronchiolitis, terjadi

penumpukan lendir dan sekresi yang sangat banyak sehingga menyumbat jalan

napas. Pada emfisema, obstruksi pada pertukaran oksigen dan karbondioksida

terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh overekstensi ruang

udara dalam paru. pada asma, jalan napas bronchial menyempit dan membatasi

jumlah udara yang mengalir ke dalam paru. PPOK dianggap sebagai penyakit

yang berhubungan dengan interaksi genetic dengan lingkungan. Merokok, polusi

udara, dan paparan di tempat kerja merupakan faktor risiko penting yang

menunjang terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih

dari 20-30 tahun. PPOK juga ditemukan terjadi pada individu yang tidak

mempunyai enzim yang normal untuk mencegah penghancuran jaringan paru oleh

enzim tertentu. PPOK merupakan kelainan dengan kemajuan lambat yang

membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menunjukkan serangan gejala

klinisnya seperti kerusakan fungsi paru. PPOK sering menjadi simptomatik

selama bertahun-tahun usia baya, tetapi insidennya meningkat sejalan dengan

peningkatan usia (Muttaqin, 2012).

4. Tanda dan gejala

Menurut Ikawati, 2016 diagnosa PPOK ditegakkan berdasarkan adanya gejala-

gejala meliputi :

16
a. Batuk kronis : terjadi berselang atau setiap hari, dan seringkali terjadi

sepanjang hari (tidak seperti asma yang terdapat gejala batuk malam

hari).

b. Produksi sputum secara kronis : semua pola produksi sputum dapat

mengidentifikasi adanya PPOK.

c. Bronkhitis akut : terjadi secara berulang

d. Sesak napas (dyspnea) : bersifat progresif sepanjang waktu, terjadi

setiap hari, memburuk jika berolahraga, dan memburuk jika terkena

infeksi pernapasan.

e. Riwayat paparan terhadap faktor risiko : merokok, partikel dan senyawa

kimia, asap dapur.

f. Smoker’s cough, biasanya hanya diawali sepanjang pagi yang dingin,

kemudian berkembang sepanjang tahun.

g. Sputum, biasanya banyak dan lengket, berwarna kuning, hijau atau

kekuningan bila terjadi infeksi.

h. Dyspnea, terjadi kesulitan ekspirasi pada saluran pernapasan.

i. Lelah dan lesu

j. Penurunan toleransi terhadap gerakan fisik (cepat lelah dan terengah-

engah). Pada gejala berat, dapat terjadi :

1) Sianosis, terjadi kegagalan respirasi

2) Gagal jantung dan oedema perifer

17
5. Penatalaksanaan PPOK

Intervensi medis bertujuan untuk :

1) Memelihara kepatenan jalan napas dengan menurunkan

2) spasme bronkus dan membersihkan sekret yang berlebihan

3) Memelihara keefektifan pertukaran gas

4) Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernapasan

5) Meningkatkan toleransi latihan

6) Mencegah adanya komplikasi (gagal napas akut)

7) Mencegah allergen/iritasi jalan napas

Manajemen medis yang diberikan berupa :

1) Pengobatan farmakologi

a) Anti inflamasi (kortikosteroid, natrium kromolin, dan lainlain)

b) Bronkodilator Adrenergic : efedrin, epineprin, dan beta adrenergic

agosis selektif Non adrenergic : aminofilin, teofilin

c) Antihistamin

d) Steroid

e) Antibiotic

f) Ekspetoran Oksigen digunakan 3l/menit dengan nasal kanul

2) Hygiene paru

Cara ini bertujuan untuk membersihkan sekresi paru, meningkatkan kerja silia,

dan menurunkan risiko infeksi. Dilaksanakan dengan nebulizer, fisioterapi dada,

dan postural drainase.

18
3) Menghindari bahan iritan

Penyebab iritan jalan napas yang harus dihindari di antaranya asap rokok dan

perlu juga mencegah adanya allergen yang masuk tubuh.

C. Teknik Relaksasi Napas Dalam

1. Pengertian teknik relaksasi napasdalam

Teknik relaksasi merupakan salah satu terapi nonfarmakologis yang

digunakan dalam penatalaksanaan nyeri (Tamsuri, 2007). Relaksasi merupakan

suatu tindakan untuk membebaskan mental maupun fisik dari ketegangan dan

stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Andarmoyo, 2013).

Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi

yang lambat dan berirama (Smeltzer &Bare, 2002). Latihan napas dalam yaitu

bentuk latihan napas yang terdiri dari pernapasan abdominal (diafragma) dan

pursed lip breathing (Lusianah, Indaryani, & Suratun,2012).

2. Tujuan teknik relaksasi napas dalam

Tujuan dari teknik relaksasi napas dalam yaitu untuk meningkatkan

ventilasi alveoli, meningkatkan efisiensi batuk, memelihara pertukaran gas,

mencegah atelektasi paru, dan mengurangi tingkat stres baik itu stres fisik

maupun emosional sehingga dapat menurunkan intesitas nyeri yang

dirasakan oleh individu (Smeltzer & Bare,2002).

Selain tujuan tersebut, terdapat beberapa tujuan dari teknik napas dalam

menurut Lusianah, Indaryani and Suratun (2012), yaitu antara lain untuk

mengatur frekuensi pola napas, memperbaiki fungsi diafragma, menurunkan

kecemasan, meningkatkan relaksasi otot, mengurangi udara yang

19
terperangkap, meningkatkan inflasi alveolar, memperbaiki kekuatan otot-otot

pernapasan, dan memperbaiki mobilitas dada dan vertebra thorakalis.

3. Efek teknik relaksasi napas dalam

Menurut Potter and Perry (2006) teknik relaksasi napas dalam yang baik

dan benar akan memberikan efek yang penting bagi tubuh, efek tersebut

antara lain sebagai berikut:

a. Penurunan nadi, tekanan darah, dan pernapasan

b. Penurunan konsumsi oksigen

c. Penurunan keteganganotot

d. Penurunan kecepatan metabolisme

e. Peningkatan kesadaran global

f. Kurang perhatian terhadap stimulus lingkungan

g. Tidak ada perubahan posisi yang volunter

h. Perasaan damai dan sejahtera

i. Periode kewaspadaan yang santai, terjaga, dandalam

4. Prosedur teknik relaksasi napasdalam

Berikut ini adalah langkah-langkah tindakan dalam melakukan teknik

relaksasi napas dalam menurut Lusianah, Indaryani and Suratun (2012) :

a. Mengecek program terapi medik klien.

b. Mengucapkan salam terapeutik pada klien.

c. Melakukan evaluasi atau validasi.

d. Melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik) dengan klien.

e. Menjelaskan langkah-langkah tindakan atau prosedur pada klien.

20
f. Mempersiapkan alat : satu bantal

g. Memasang sampiran.

h. Mencuci tangan.

i. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien dengan posisi setengah duduk di

tempat tidur atau di kursi atau dengan posisi lying position (posisi berbaring) di

tempat tidur atau di kursi dengan satu bantal.

j. Memfleksikan (membengkokkan) lutut klien untuk merilekskan otot

abdomen.

k. Menempatkan satu atau dua tangan klien pada abdomen yaitu tepat

dibawah tulang iga

l. Meminta klien untuk menarik napas dalam melalui hidung, menjaga mulut

tetap tertutup. Hitunglah sampai 3 selama inspirasi.

m. Meminta klien untuk berkonsentrasi dan merasakan gerakan naiknya

abdomen sejauh mungkin, tetap dalam kondisi rileks dan cegah lengkung pada

punggung. Jika ada kesulitan menaikkan abdomen, tarik napas dengan cepat,

lalu napas kuat melalui hidung.

n. Meminta klien untuk menghembuskan udara melalui bibir, seperti meniup

dan ekspirasikan secara perlahan dan kuat sehingga terbentuk suara hembusan

tanpa mengembungkan pipi, teknik pursed lip breathing ini menyebabkan

resistensi pada pengeluaran udara paru, meningkatkan tekanan di bronkus

(jalan napas utama) dan meminimalkan kolapsnya jalan napas yang sempit.

o. Meminta klien untuk berkonsentrasi dan merasakan turunnya abdomen

ketika ekspirasi. Hitunglah sampai 7 selama ekspirasi.

21
p. Menganjurkan klien untuk menggunakan latihan ini dan meningkatkannya

secara bertahap 5-10 menit. Latihan ini dapat dilakukan dalam posisi tegap,

berdiri, dan berjalan.

q. Merapikan lingkungan dan kembalikan klien pada posisi semula.

r. Membereskan alat.

s. Mencuci tangan.

t. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan memantau respon

klien.

22
BAB III
ANALISA JURNAL

A. Judul Jurnal

Setiap jurlah harus memiliki judul yang jelas dengan membaca judul akan

memudahkan pembaca mengetahui inti jurnal tanpa harus membaca keseluruhan

dari jurnal tersebut. Judul tidak boleh memiliki makna ganda. Pada judul jurnal

sudah terdapat variabel independen dan dependen, yaitu:

Independen : Pengaruh Pemberian Deep Breathing Exercise

Dependen : Saturasi Oksigen Pada Pasien PPOK

B. Kelebihan Jurnal

a. Judul jurnal Pengaruh Pemberian Deep Breathing Exercise pada Saturasi

Oksigen pada Pasien PPOK. Dari judul jurnal kita sudah mengetahui jurnal ini

menjelaskan bagaimana pengaruh Pengaruh Pemberian Deep Breathing Exercise

pada Saturasi Oksigen pada Pasien PPOK

b. Pada jurnal ini nama penulis sudah ditulis dengan benar, tanpa menggunakan

gelar I Made Mertha , Putu Jana Yanti Putri , I Ketut Suardana

C. Abstrak

Abstrak sebuat jurnal berfungsi untuk menjelaskan secara singkat tentang

keseluruhan isi jurnal. Penulisan sebuat abstark terdiri sari sekitar 250 kata yang

berisi tentang latar belakang, tujuan, metode, bahan, hasil dan kesimpulan isi

23
jurnal. Terdapat kata kunci juga yang menonjolkan dari judul jurnal tersebut,

sehingga memudahkan dalam penelusuran literature secara cepat dan tepat.

Kelebihan :

1. Jurnal ini memiliki abstrak dengan rincian dan menjelaskan secara singkat isi

jurnal.

2. Asbtrak pada jumlah ini sudah baik dan berurutan yang terdiri dari latar

belakang sampai hasil kesimpulan penelitian serta kata kunci

3. Abstrak ini memiliki kata yang tidak berlebih dari seharusnya yaitu 245 kata.

Kelemahan :

Tulisan pada judul abstrak tidak menjelaskan itu bagian abstrak sehingga saat

membaca pertama kali tidak tau bahwa bagian itu adalah abstrak.

D. Pendahuluan

Pendahuluan jurnal terdiri dari latar belakang penelitian, tujuan, penelitian

sejenis yang mendukung dan manfaat penelitian. Pendahulian terdiri dari 4-5

paragraf, dimana dalam setiap paragraph terdiri dari 4-5 kalimat.

Kelebihan :

1. Pada jurnal ini sudah terdapat penelitian lain yang sejenis mendukung

penelitian jurnal

2. Pada jurnal ini fenomena yang dibahas adalah bagaimana saturasi oksigen

dapat di pengaruhi oleh kemampuan proses difusi dan latihan pernafasan ini

dapat meningkatkan efisiensi pernafasan pada pasien ppok

24
Kelemahan :

Peneliti tidak melakukan studi pendahuluan untuk memastikan apakah fenomena

tersebut terjadi pada saat akan meneliti. Peneliti hanya berpatokan pada

pengalamannya sat berpratik di rumah sakit dan tidak disebutkan waktu praktik

tersebut

E. Pernyataan masalah :

Dalam jurnal ini terdapat pernyataan masalah yang jelas yaitu manfaat

pemberian deep breathing exercise pada saturasi oksigen pada pasien PPOK yang

mana hasil riset menunjukkan bahwa peningkatan saturasi oksigen dapat di

pengaruhi oleh kemampuan proses difusi. Kemampuan proses difusi ini

dipengaruhi oleh peningkatan kapasitas vital . Kapasitas vital paru dipengaruhi

oleh ventilasi paru, saat terjadinya gangguan pada ventilasi paru maka

pengembangan paru tidak optimal dan terjadinya penurunan kapasitas vital paru.

Sehingga dibutuhkan upaya untuk meningkatkan ventilasi paru agar kapasitas

vital paru meningkat dengan melatih otot pernapasan. Salah satu latihan otot

pernapasan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas vital sehingga

dapat memaksimalkan proses difusi adalah deep breathing exercise. Deep

Breathing Exercise yaitu dilatih bernapas tipe abdominal dan bernapas dengan

pursed lips. Latihan pernapasan ini dapat meningkatkan efisiensi pernapasan

dengan mengurangi udara yang terperangkap dan mengurangi kerja pernapasan

25
F. Tujuan penelitian

Dalam jurnal ini belum dipaparkan tujuan dari penelitiannya.

G. Tinjauan pustaka

Jurnal ini sudah mencantumkan tinjauan kepustakaan sebagai acuan konsep

H. Kerangka konsep dan hipotesa

Dalam penulisan ini tidak tercantum kerangka konsep dan hipotesa

I. Metodologi

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy

experiment dengan rancangan pre and post test with control group menggunakan

metode purposive sampling

J. Sampel dan instrument

Kepada 20 responden dan dibagi menjadi dua kelompok, 10 responden

kelompok perlakuan dan 10 responden kontrol.

Kelemahan :

Dalam penelitian ini tidak dijelaskan instrument yang digunakan.

K. Hasil penelitian

Hasil dari penelitian ini sudah jelas dilengkapi dengan tabel sebelum dan

sesudah diberikan deep breathing exercise

26
L. Pembahasan

Jurnal ini sudah menampilkan hasil penelitian yang didapat, pendapat peneliti

serta didukung oleh teori – teori yang mendasari atau mendukung penulisannya.

Dalam penelitian ini peneliti membuktikan bahwa deep breathing exercise dapat

mengalami peningkatan saturasi oksigen

M. Kesimpulan

Kesimpulan yang disampaikan ringkas dan berisi informasi penting dari

penelitian. Penelitian ini memberikan bukti bahwa bahwa deep breathing exercise

dapat mengalami peningkatan saturasi oksigen

N. Inplikasi dan hasil

Jurnal ini dapat dijadikan panduan atau acuan bagi perawat rumah sakit untuk

intervensi dalam mengatasi masalah oksigenasi pada pasien PPOK

O. Daftar pustaka

Daftar pustaka yang dijadikan referensi pada penelitian ini sebanyak 23

referensi dan ada beberapa yang menggunakan referensi lebih dari 5 tahun

terakhir yaitu tahun 2006.

27
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagian besar pasien PPOK mengalami hipoksemia yaitu penurunan kadar

oksigen dalam darah dan penurunan saturasi oksigen darah arteri. peningkatan

saturasi oksigen dapat di pengaruhi oleh kemampuan proses difusi. Kemampuan

proses difusi ini dipengaruhi oleh peningkatan kapasitas vital .

Kapasitas vital paru dipengaruhi oleh ventilasi paru, saat terjadinya gangguan

pada ventilasi paru maka pengembangan paru tidak optimal dan terjadinya

penurunan kapasitas vital paru. Sehingga dibutuhkan upaya untuk meningkatkan

ventilasi paru agar kapasitas vital paru meningkat dengan melatih otot pernapasan.

Salah satu latihan otot pernapasan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kapasitas vital sehingga dapat memaksimalkan proses difusi adalah deep

breathing exercise. Deep Breathing Exercise yaitu dilatih bernapas tipe abdominal

dan bernapas dengan pursed lips. Latihan pernapasan ini dapat meningkatkan

efisiensi pernapasan dengan mengurangi udara yang terperangkap dan

mengurangi kerja pernapasan

B. Saran

Bagi perawat dapat mengajarkan dan menggunakan Deep Breathing

Exercise pada pasien ppok untu meningkatkan saturasi oksigen

28
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar. Profil kesehatan kabupaten Gianyar tahun

2016. 2017;

Septia N, Wungouw H, Doda V. Hubungan merokok dengan saturasi oksigen

pada pegawai di fakultas kedokteran universitas Sam Ratulangi Manado. J

e-Biomedik [Internet]. 2016;4(2):2–7. Available from:

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php /ebiomedik/article/view/14611/14179

Somantri I. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. 2nd ed. Jakarta: Salemba Medika; 2012

Budiono, Mustayah, Aindrianingsih. the Effect of Pursed Lips Breathing in

Increasing Oxygen Saturation in Patients With Chronic Obstructive

Pulmonary Disease. 2017;3(3):117– 23.

Sinambela AH, Dkk. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Saturasi Oksigen pada

Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil. 2015;35(3).

GOLD. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease Global Strategy

For The Diagnosis, Management, And Prevention Of Chronic Obstructive

Pulmonary Disease Updated 2016.

Mertha M, Dkk. Pengaruh Pemberian Deep Breathing Exercise Terhadap Saturasi

Oksigen Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik. 2016.

29

Anda mungkin juga menyukai