Anda di halaman 1dari 21

Disusun oleh:

Alifuddin C0217554
Muhajiru C0217526
Hamrana Dewi C0217524

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan,

tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah

Tuhan seru sekalian Alam atas segala Berkat, Rahmat, Taufik, serta

Hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat

menyelesaikan Makalah yang berjudul ” BIG PUSH THEORY,

PERTUMBUHAN BERIMBANG DAN TIDAK BERIMBANG”.

Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari

berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan Terima Kasih yang

sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar

kami yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang

begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua

ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah

yang lebih baik lagi.

Akhir kata saya berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua

pembaca.

Majene, 10 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................2

1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................3

1.3 Tujuan...............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori Dorongan Kuat (Big Push)................................................................4

2.2 Teori Pembangunan Seimbang (Balanced Development).............................8

2.3 Teori Pembangunan Tidak Seimbang (Unbalanced Development)..................13

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN...............................................................................................18

3.2 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu teori ekonomi pembangunan yang sampai sekarang masih

digunakan adalah teori Tabungan dan Investasi oleh Harrod-Domar. Dalam teori

ini mencapai kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya

tabungan dan investasi. Kalau tabungan dan investasi rendah maka pertumbuhan

ekonomi suatu Negara juga akan rendah. Masalah pembangunan pada dasarnya

merupakan masalah menambahkan investasi modal, masalah keterbelakangan

adalah masalah kekurangan modal. Kalau ada modal dan modal itu diinvestasikan

hasilnya adalah pembangunan ekonomi.

Dewasa ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang

bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal

ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula

kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang

dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa. Menurut

Husnan (1996:5) menyatakan bahwa “proyek investasi merupakan suatu rencana

untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek raksasa ataupun

proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.”

Suatu rencana investasi perlu dianalisis secara seksama. Analisis rencana

investasi pada dasarmya merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu

proyek (baik besar atau kecil) dapat dilaksanakan dengan berhasil, atau suatu
metode penjajakkan dari suatu gagasan usaha/bisnis tentang kemungkinan layak

atau tidaknya gagasan usaha/bisnis tersebut dilaksanakan.Suatu proyek investasi

umumnya memerlukan dana yang besar dan akan mempengaruhi perusahaan

dalam jangka panjang. Oleh karena itu dilakukan perencanaan investasi yang lebih

teliti agar tidak terlanjur menanamkan investasi pada proyek yang tidak

menguntungkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Teori apa saja yang mempengaruhi besar kecilnya investasi ?

2. Bagaimana pembangunan seimbang dan tidak seimbang itu?

3. Manakah lebih baik investasi sector pertanian dan sector industry?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teori apa saja yang mempengaruhi besar kecilnya

investasi.

2. Untuk mengetahui pembangunan seimbang dan tidak seimbang itu.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Teori Dorongan Kuat (Big Push)

Teori big push ini didasarkan pada pemikiran Rosenstein-Rodan. Menurut

tesis teori ini untuk menanggulangi hambatan pembangunan ekonomi di Negara

berkembang dan untuk mendorong ekonomi tersebut kearah kemajuan diperlukan

suatu “dorongan kuat” dari investasi atau suatu program besar-besaran yang

menyeluruh dalam bentuk suatu jumlah minimum investasi tertentu.

Teori ini menyatakan bahwa cara kerja atau kegiatan investasi “sedikit

demi sedikit” tidak akan dapat mendorong ekonomi dengan berhasil pada lintasan

pembangunan, tetapi suatu jumlah minimum investasi yang besar-besaran

merupakan syarat mutlak dalam hal ini. Ia memerlukan terciptanya atau

tercapainya ekonomi eksternal, yang timbul pada pembangunan secara serentak

atas industry-industri yang secara teknik saling berkaitan satu sama lainnya.

Dengan demikian syarat mutlak seperti itu dan terciptanya ekonomi eksternal

yang dihasilkan dari sejumlah minimum investasi tertentu tersebut merupakan

prasyarat untuk melancarkan pembangunan ekonomi dengan berhasil.

Menurut Rosenstein-Rodan pembangunan industry secara serentak dan

besar-besaran ini akan menciptakan tiga macam ekonomi eksternal, yaitu: (a)

yang diakibatkan oleh perluasan pasar, (b) karena industry yang sama letaknya

dan (c) karena adanya industry lain dalam perekonomian tersebut. Namun

demikian, menurut Rosenstein-Rodan ekonomi eksternal yang pertama adalah

yang paling penting dibandingkan yang lainnya dalam mendukung pembangunan

tersebut.
Di samping itu, Rosenstein-Rodan membedakan di antara tiga macam sifat

skala dan ekonomi eksternal tersebut yaitu: (a) sifat skala besar di dalam fungsi

produksi, terutama dalam hal suplai overhead capital, (b) sifat skala besar dalam

kaitan dengan permintaan berupa terciptanya permintaan yang komplementer dan

(c) sifat skala besar dalam suplai tabungan.

a. Sifat Skala Besar Dalam Fungsi Produksi

Menurut Rosenstein-Rodan, skala besar dalam input, output atau proses produksi

akan membawa kepada penghasilan yang makin meningkat. Ia menganggap

overhead capital sebagai contoh paling penting dari sifat skala besar dan dari

ekonomi eksternal pada sisi penawaran.

Jasa dari overhead capital yang terdiri dari industry dan modal dasar

seperti prasarana tenaga listrik, transport dan komunikasi adalah secara tidak

langsung bersifat produktif dan mmpunyai masa persiapan dan baru memberikan

hasil dalam jangka yang lama. Instalasinya tidak dapat diimpor. Pembangunannya

membutuhkan investasi dengan modal awal yang besar. Dengan demikian

kelebihan kapasitas mungkin akan terjadi selama beberapa waktu yang cukup

panjang. Investasi ini juga mencakup paket investasi minimal untuk berbagai

bidang pekerjaan umum sedemikian rupa sehingga suatu Negara berkembang

harus melakukan investasi pada bidang-bidang ini sebesar 30-40 persen dari total

investasinya. Oleh karena itu, investasi pada overhead capital ini harus

mendahului investasi-investasi produktif yang secara langsung cepat

menghasilkan produksi
b. Sifat Skala Besar Dalam Kaitan Dengan Permintaan

Skala besar dari permintaan atau saling melengkapi permintaan di Negara-

negara berkembang membutuhkan pendirian secara serentak industry-industri

yang saling berkaitan. Maksud pemikiran utamanya adalah karena proyek-proyek

investasi secara sendiri-sendiri mempunyai risiko tinggi akibat dari ketidakpastian

mengenai apakah produknya akan mendapatkan pasar. Maka keputusan tentang

berbagai investasi harus bersifat saling berkaitan dan melengkapi satu dengan

lainnya.

Dengan demikian produksi-produksi baru yang dihasilkan itu akan saling

menjadi langganan satu dengan lain, sehingga dapat tercipta pasar antarsesamanya

bagi barang-barang yang dihasilkan mereka. Saling lengkap-melengkapi dalam

permintaan mengurangi risiko dalam mendapatkan pasar dan meningkatkan

rangsangan untuk investasi. Dengan kata lain sifat skala besar dan saling

melengkapi pada permintaan inilah memerlukan adanya suatu minimum investasi

yang besar jumlahnya dalam industry yang saling berkaitan untuk mengatasi

kecilnya pasar dan rendahnya dorongan berinvestasi di Negara berkembang

tersebut.

c. Sifat Skala Besar Pada Suplai Tabungan

Elastisitas pendapatan yang tinggi dalam hal menabung merupakan sifat

skala besar ketiga dari teori Rosenstein-Rodan. Suatu jumlah minimum yang

besar dari investasi memerlukan jumlah tabungan yang besar pula. Ini sangat sulit
untuk dicapai di Negara-negara berkembang yang miskin karena sangat rendahnya

tingkat pendapatan yang berakibat kecilnya tabungan dalam masyarakat.

Untuk mengatasi hal tersebut, jika pendapatan meningkat sebagai akibat dari

peningkatan investasi, maka tingkat tabungan marjinal harus jauh lebih besar dari

pada tingkat rata-rata tabungan nasional, hal mana mungkin sekali tidak dapat

dicapai di Negara-negara berkembang.

Beberapa Kelemahan Teori “Big Push” Di samping terdapatnya logika dan

argumentasi yang dapat membenarkannya, maka terdapat pula berbagai

kelemahan teori “dorongan kuat” tersebut, yang penting di antaranya adalah

sebagai berikut:

a. Teori itu mengabaikan investasi di bidang ekspor dan impor pengganti

Dalam hal ini, ekonomi eksternal dari overhead capital relative tidak

seberapa pengaruhnya pada bidang ekspor dan impor pengganti yang

besar peranannya dalam proses pembangunan.

b. Mengabaikan ekonomis yang terjadi dari investasi yang mengurangi

biaya produksi

Dalam hubungan ini investasi pada bidang-bidang yang cukup inelastic

lebih bersifat mengurangi biaya ketimbang yang memperluas output,

padahal ini cukup penting.

c. Mengabaikan atau mengurangi perhatian atas investasi di sector

pertanian.
Karena penekanan pada sejumlah minimal investasi bidang pertanian dan

sector primer sering kali terabaikan pada pendekatan teori ini.

d. Menyebabkan timbulnya tekanan inflasioner dan inflasi

Investasi besar di bidang overhead capital dan berbagai bidang industry

tertentu sering kali tidak tertampung dengan peningkatan produksi secara

proporsional, yang berakibat timbulnya inflasi.

e. Menyebabkan timbulnya kesulitan administrative dan institusional

Kelengkapan administrative dan kelembagaan untuk menunjang investasi

besar-besaran dan saling melengkapi itu sering kali lemah di Negara-

negara berkembang.

2.2 Teori Pembangunan Seimbang (Balanced Development)

Dalam teori keseimbangan (teori ekonomi konvensional), eksternalitas

ekonomi diartikan sebagai penghematan atau perbaikan efisiensi yang terjadi pada

suatu industry sebagai akibat dari perbaikan teknologi dan kemajuan pada

industry lain. Ekternalitas ekonomi seperti ini disebut eksternalitas ekonomi

dalam kaitan teknologis (technological external economics).

Di samping itu hubungan kesalingtergantungan antara sebagai industry

bisa pula menciptakan eksternalitas ekonomi yang berkaitan dengan keuangan

(pecuniary external economies) yaitu ekonomis atau keuntungan keuangan yang

diperoleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh tindakan perusahaan lain yang

berdampak positif. Dengan kata lain keuntungan suatu perusahaan bukan saja

tergantung pada efisiensi penggunaan factor-faktor produksi dan tingkat produksi

pada perusahaan itu semata, tetapi juga tergantung kepada penggunaan factor-
faktor produksi dan tingkat produksi pada perusahaan-perusahaan lainnya

terutama perusahaan-perusahaan yang erat kaitannya dengan perusahaan yang

pertama tadi.

Mekanisme terciptanya eksternalitas ekonomi keuangan tersebut

dijelaskan oleh Scitovsky dengan contoh berikut. Jika investasi baru dilakukan

untuk suatu industry, maka kapasitasnya akan bertambah. Hal ini bisa

menurunkan biaya produksi industry tersebut dan akan menaikkan harga input

yang digunakan. Penurunan biaya produksi industry-industri tersebut akan

menurunkan harga jual produknya dan ini berarti akan menguntungkan industry-

industri lain yang menggunakan produk yang dihasilkan industry tersebut.

Sedangkan kenaikan harga inputnya akan menguntungkan industry yang

menghasilkan input yang dihasilkannya itu.

Sementara itu analisi Lewis menunjukkan perlunya pembangunan

seimbang yang ditekankan pada keuntungan yang akan diperoleh dari adanya

kesalingtergantungan yang efisien antara berbagai sector, yaitu antara sector

pertanian dan sector industry, serta antara sector dalam negeri dan sector luar

negeri. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan antara berbagai sector tersebut

akan menimbulkan adanya ketidakstabilan dan gangguan terhadap kelancaran

perekonomian sehingga proses pembangunan akan terhambat.

Lewis menunjukkan pentingnya upaya pembangunan yang menjamin

adanya keseimbangan antara sector industry dan sector pertanian. Misalkan di

sector pertanian terjadi inovasi-inovasi dalam teknologi produksi bahan pangan

untuk memenuhi kebutuhan domestic, maka akan timbul: (a) surplus di sector
pertanian yang dapat dijual ke sector nonpertanian atau (b) produksi tidak

bertambah berarti tenaga kerja yang digunakan bertambah sedikit dan jumlah

pengangguran bertambah tinggi.

Jika sector industry mengalami perkembangan yang pesat maka sector

tersebut akan dapat menyerap kelebihan produksi bahan pangan maupun

kelebihan tenaga kerja dari sector pertanian. Tetapi tanpa adanya perkembangan

di sector pertanian maka nilai tukar perdagangan (terms of trade) sector pertanian

akan memburuk sebagai akibat dari kelebihan produksi dan tenaga kerja, dan ini

akan menimbulkan akibat yang depresif terhadap pendapatan di sekitar pertanian

oleh karena itu di sector pertanian tidak terdapat lagi perangsang untuk

mengadakan investasi baru dan melakukan inovasi.

Dengan demikian jika sector pertanian tidak berkembang, maka sector

industry juga tidak akan berkembang, dan keuntungan sector industry hanya

merupakan bagian yang kecil saja dari pembentukan pendapatan nasional. Oleh

karenanya tabungan maupun investasi tingkatnya akan tetap saja rendah.

Berdasarkan pada permasalahan dan kelemahan yang mungkin akan timbul jika

pembangunan hanya ditekankan pada salah satu sector saja yaitu pertanian atau

industry, maka lewis menyimpulkan bahwa, pembangunan haruslah dilakukan

secara serentak dan berbarengan di kedua sector tersebut.

Lewis menunjukkan pula tentang pentingnya pembangunan yang

seimbangan antara sector produksi barang-barang untuk kebutuhan domestic dan

untuk kebutuhan luar negeri (ekspor). Peranan sector ekspor dalam pembangunan
dapat ditunjukkan dengan melihat implikasi dari adanya perkembangan yang tidak

seimbang antara sector luar negeri dan sector domestic. Untuk menggambarkan

keadaan tersebut, perekonomian dibedakan menjadi 3 sektor yaitu sector pertanian

(P), sector industry (I), dan sector ekspor (X).

Selanjutnya dikemukakan jika I berkembang, permintaan akan barang-

barang P akan meningkat jika kenaikan produksi I merupakan substitusi impor

maka devisa yang dihemat akan dapat digunakan untuk mengimpor barang-barang

P. tetapi kalau bukan barang subsitusi impor, sementara itu sector P tidak

berkembang, maka harga P akan naik atau impor akan naik, sehingga terjadi

deficit dalam neraca pembayaran.

Tetapi kalau sector X berkembang, defisit tersebut dapat dihindarkan

karena adanya kenaikan impor akan diimbangi oleh pertambahan dalam ekspor.

Dengan demikian perkembangan sector I tanpa diikuti oleh perkembangan sektor

P akan berlangsung hanya apabila sector X juga mengalami perkembangan.

Dengan cara yang sama dapat pula ditunjukkan bahwa perkembangan

sector P tanpa diikuti perkembangan sector I akan terus berlangsung hanya jika

sector X berkembang. Satu-satunya yang dapat berkembang tanpa bantuan

perkembangan sector lain adalah sector X. perluasan sector X memungkinkan

suatu Negara untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkannya, jika barang-

barang tersebut tidak dapat dihasilkan atau disediakan oleh sector dalam negeri.

Disamping hal diatas, perkembangan ekspor akan merangsang

perkembangan sector domestic, karena ia akan menciptakan permintaan akan

barang-barang yang dihasilkan oleh sector domestic tersebut. Perkembangan


ekspor ini akan mendorong perkembangan sector domestic juga karena: (a)

berbagai fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan ekspor (seperti

system komunikasi, transportasi, dan sebagainya) dapat digunakan pula oleh

sector domestic, dan (b) dengan menarik tenaga kerja dari sector domestic, maka

sector ekspor akan mendorong sector domestic untuk menciptakan inovasi yang

bertujuan untuk meningkatkan produktivitas.

Kelemahan Teori Pembangunan Seimbang

Beberapa kelemahan atau kekurangan teori Pembangunan Seimbang di

antaranya adalah sebagai berikut:

a. Penerapan teori ini melebihi kemampuan Negara berkembang utnuk

melaksanakan karena keterbatasan kemungkinan penyediaan sumber

dana serta tenaga ahli dan terampil untuk dapat merealisasikannya.

b. Membangun secara serempak berbagai macam industry akan dapat

meningkatkan biaya dan biaya riil dalam berproduksi, sehingga ini dapat

mengakibatkan inefisiensi dan kurang menguntungkan.

c. Dengan mendirikan industry dan perusahaan baru dalam rangka

kegiatan skala besar akan dapat menyebabkan berkurangnya permintaan

dan kemunduran pada industry atau perusahaan yang ada sebelumnya.

d. Tidaklah selalu perlu dilakukan skala besar investasi dalam prose

pembangunan, karena banyak pula produksi barang dan jasa dapat

dihasilakn secara efisien oleh investasi berskala kecil dalam jumlah

banyak.
e. Konsep pembangunan seimbang terutama berkaitan dengan sector

swasta yang kurang membutuhkan perencanaan nasional secara

menyeluruh bagi mereka, yang mengharapkan lebih banyak agar kegiatan

ekonomi diserahkan saja pada mekanisme pasar. Sedangkan investasi

serentak pada semua sector memerlukan perencanaan, pengarahan dan

koordinat secara menyeluruh oleh pemerintah.

2.3 Teori Pembangunan Tidak Seimbang (Unbalanced Development)

Teori pembanguan tidak seimbang ini dikemukakan oleh Hirschman dan

Streeten. Menurut mereka, pembangunan tidak seimbang adalah pola dengan

system pembangunan yang lebih cocok untuk mempercepat proses pembangunan

di Negara-negara berkembang.

Pola pembangunan tidak seimbang, menurut Hirschman, adalah

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan: (a) secara historis pembangunan

ekonomi yang terjadi coraknya memang tidak seimbang, (b) untuk mempertinggi

terciptanya efisiensi penggunaan sumber-sumber daya yang tersedia, dan (c)

pembangunan tidak seimbang akan menimbulkan kemacetan-kemacetan atau

gangguan-gangguan dalam proses pembangunan namun akan dapat mejadi

pendorong (tantangan) bagi pembangunan tahap selanjutnya.

Pembangunan tidak seimbang ini juga dianggap lebih sesuai untuk

dilaksanakan di Negara berkembang karena Negara-negara tersebut mengahadapi

masalah kekurangan sumber dana dan daya. Dengan melaksanakan program

pembangunan tidak seimbang maka usaha pembangunan pada suatu periode

waktu tertentu dipusatkan pada beberapa sector yang akan mendorong penanaman
modal yang terpengaruh (induced investment) di berbagai sector pada period

waktu berikutnya. Oleh karena itu, sumber-sumber dana dan daya yang sangat

langka itu akan dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien pada setiap tahap

pembangunan.

Strategi yang digunakan dalam system pembangunan tidak seimbang

adalah bagaimana caranya untuk menentukan proyek yang harus didahulukan atau

diprioritaskan pembangunannya, di mana proyek-proyek tersebut memerlukan

modal dan sumber daya lainnya melebihi modal serta sumber dana dan daya yang

tersedia agar penggunaan berbagai sumber dana dan daya yang tersedia tersebut

bisa lebih efisien dan menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal.

Cara pengalokasian sumber dana dan daya tersebut dibedakan menjadi

dua, yaitu cara pilihan pengganti (substitution choices) dan cara pilihan

penundaan (postponement choices). Cara yang pertama merupakan suatu cara

pemilihan proyek yang bertujuan untuk menentukan apakah proyek A atau diganti

dengan proyek B yang harus diprogramkan dan harus dilaksanakan. Sedangkan

cara yang kedua merupakan suatu cara pemilihan yang menentukan urutan proyek

yang akan dilaksanakan yaitu menentukan apakah proyek A ataukah proyek B

yang harus didahulukan.

Menurut Hirschman, dalam sector produktif mekanisme dorongan

pembangunan (inducement mechanism) yang tercipta sebagai akibat dari adanya

hubungan antara berbagai industry dalam menyediakan barang-barang yang

digunakan sebagai bahan mentah dalam industry lainnya dibedakan menjadi dua

macam yaitu pengaruh keterkaitan ke belakang (backward linkage effects) dan


pengaruh keterkaitan ke depan (forward linkage effect). Pengaruh keterkaitan ke

belakang maksudnya adalah tingkat rangsangan yang diciptakan oleh

pembangunan suatu industry terhadap perkembangan industry-industri yang

menyediakan input (bahan baku) bagi industry tersebut. Sedangkan pengaruh

keterkaitan ke depan adalah tingkat rangsangan yang diciptakan oleh

pembangunan suatu industry tertentu terhadap perkembangan industry-industri

yang menggunakan produk industry yang pertama sebagai input (bahan baku)

bagi mereka.

Berdasarkan kepada besarnya tingkat keterkaitan antarindustri, berbagai

industry dikelompokkan oleh Hirschman ke dalam dua golongan yaitu industry

satelit (satellite industry) dan industry non-satelit (non-satellite industry).

Contoh industry satelit adalah industry ban mobil dan industry karoseri

yang merupakan industry satelit dari industry mobil. Sedangkan industry

nonsatelit adalah industry mobil dalam kaitannya dengan industry minuman

ringan.Karateristik industry satelit adalah:

a. Lokasinya berdekatan dengan industry induk (utama) sehingga akan

mempertinggi efisiensi kegiatannya.

b. Industry-industri tersebut menggunakan input utamanya berasal dari

produk industry induk (utama) atau industry tersebut menghasilkan

barang yang merupakan input dari industry induk tetapi bukan

merupakan input utama.

c. Besarnya skala industry tersebut tidak melebihi industry induknya.


Kedua golongan industry tersebut bisa dirangsang perkembangannya karena

adanya keterkaitan ke belakang atau ke depan yang disebabkan oleh

pengembangan suatu industri utama. Sebagai ilustrasi, apabila pembangunan

industry mobil mendorong perkembangan industry ban mobil, hal ini merupakan

pengaruh keterkaitan ke belakang. Sedangkan jika industry mobil mendorong

perkembangan industry karoseri maka ini merupakan pengaruh keterkaitan ke

depan.

Pembangunan suatu industry induk akan menciptakan dorongan bagi

perkembangan industry satelit maupun industry nonsatelit. Tetapi yang paling

banyak memperoleh dorongan adalah industry satelit. Pertumbuhan suatu industry

utama pasti akan mendorong perkembangan industry-industri satelitnya.

Sedangkan industry non-satelit baru akan terdorong perkembangannya jika

beberapa industry yang menggunakan produknya berkembang secara bersama-

sama atau berbarengan sehingga menciptakan pasar yang cukup besar untuk hasil

industry nonsatelit tersebut.

Kelemahan Teori Pembangunan Tidak Seimbang

Beberapa kelemahan atau kekurangan teori Pembangunan Tidak Seimbang di

antaranya adalah sebagai berikut:

a. Teori ini kurang perhatiannya pada komposisi, arah dan saat berjalannya

pembangunan tidak seimbang, yang akan dapat mencapai

ketidakseimbangan yang optimum dalam perekonomian keseluruhannya.


b. Mengabaikan kemungkinan perlawanan atau reaksi dari berbagai

kelembagaan masyarakat dan pelaku bisnis yang medapat perlakuan yang

dianggap mereka merugikan.

c. Kekurangan mobilitas berbagai factor dan sumber internal di Negara

berkembang dalam menunjang pembangunan, karena dalam

pemindahannya sering kali ditemukan hambatan-hambatan structural,

prasarana dan social-budaya.

d. Dampak keterkaitan yang diperkirakan sering kali kurang di dasarkan

pada fakta yang terdapat di Negara berkembang, karena penyediaan

prasarana ekonomi dan social yang tersedia (terbatas) tidak mampu

mendukung program/proyek pembangunan yang dilakukan.

e. Teori ini terlalu banyak menekankan kepada keputusan investasi semata

sedangkan di Negara-negara berkembang, keputusan-keputusan

administrative, manajemen dan kebijakan sering kali banyak pula

menentukan keberhasilan pembangunan.


BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pembahasan teori pembangunan dalam kaitan dengan investasi dibatasi

disini pada teori-teori utama, yaitu:

1. Teori dorongan kuat (Big Push)

Teori ini menyatakan bahwa cara kerja atau kegiatan investasi “sedikit

demi sedikit” tidak akan dapat mendorong ekonomi dengan berhasil pada

lintasan pembangunan, tetapi suatu jumlah minimum investasi yang

besar-besaran merupakan syarat mutlak dalam hal ini.

2. Teori Pembangunan Seimbang (Balanced Development)

Dalam teori keseimbangan, eksternalitas ekonomi diartikan sebagai

penghematan atau perbaikan efisiensi yang terjadi pada suatu industry

sebagai akibat dari perbaikan teknologi dan kemajuan pada industry lain.

3. Teori Pembangunan Tidak Seimbang (Unbalanced Development)

Teori pembangunan tidak seimbang ini dikemukan oleh Hirschman,

menurut mereka, pembangunan tidak seimbang adalah pola dengan

system pembangunan yang lebih cocok untuk mempercepat proses

pembangunan di Negara-negara berkembang. Pembangunan tidak

seimbang ini juga dianggap lebih sesuai untuk dilaksanakan Negara

berkembang karena Negara-negara tersebut menghadapi masalah

kekurangan sumber dana dan daya.


3.2 DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincoln, Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Penerbit STIE-

YKPN, 1992.

Jbingan, M.L., Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan (terjemahan).

Jakarta: Rajawali, 1992.

Kamaluddin, Rustian, Ekonomi Pembangunan (Diktat Kuliah). Padang:

Kantor Pusat Universitas Andalas, 1976.

Sukirno, Sadono, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar

Kebijaksanaan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 1985.

Anda mungkin juga menyukai