Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu produsen kakao terbesar ketiga di dunia

hingga saat ini. Tahun 2009 produksi biji kakao mencapai 849.875 ton per tahun.

Produsen terbesar kakao di dunia ditempati Pantai Gading sebesar 1,3 juta ton

sementara Ghana sebanyak 750.000 ton. Produksi ini dihasilkan dari perkebunan

rakyat, perkebunan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perkebunan

swasta, serta perkebunan rakyat. Luas perkebunan kakao yang dimiliki

masyarakat sekitar 92,7 persen dari luas total perkebunan kakao di Indonesia pada

tahun 2009 yang mencapai 1.592.982 Ha (Anonimous a, 2012).

Permintaan kakao ke Indonesia khususnya Sumatera Utara pada tahun 2012

masih tetap tinggi di tengah harga jual di pasar internasional yang tren melemah

atau sekitar Rp21.000 per kilogram. Padahal di 2011, harga kakao cukup mahal di

kisaran Rp27.000 Rp28.000 per kg mengikuti mahalnya harga ekspor. Tetapi

meski permintaan dari pasar internasioanl tetap kuat, eksportir kesulitan

memenuhi permintaan karena pasokan dari petani semakin kecil. Pasokan ketat

dari petani merupakan dampak produksi yang tidak banyak akibat faktor cuaca

yang masih juga tidak menentu (Waspada, 2012).

Produksi perkebunan kakao rakyat Sumatera Utara masih menunjukkan

peluang pengembangan yang baik. Meskipun dari 23 kabupaten/kota yang

memiliki lahan perkebunan kakao, Deli Serdang merupakan kabupaten dengan

lahan paling luas, yakni mencapai 7.840,5 ha dengan produksi sebesar 6.459,16

10

Universitas Sumatera Utara


ton, disusul Nias Utara 6.239,5 ha dengan produksi 2.116,3 ton, Simalungun

5.705,26 ha dengan produksi 5.508,80 ton dan Nias Selatan 3.654,5 ha dan

produksi 1.904 ton. Sementara itu, untuk produksi kakao perkebunan swasta dari

7 kabupaten di Sumut, yakni Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Tapanuli

Selatan, Asahan, Mandailing Natal dan Serdang Bedagai di tahun 2009, sebesar

6.419 ton dan persentase peningkatan sebesar 4,25 %, sedangkan produksi

perkebunan PTPN, di tahun 2009 di 7 kabupaten yang sama sebanyak 20.340 ton

dengan presentase peningkatan sebesar 0,09 %. Tapi khusus untuk Kabupaten

Langkat pertumbuhannya masih sangat rendah (anonimous b, 2012).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2010), produktivitas rata-rata kakao

dari Kabupaten Langkat hanya 0,66 ton per hektar. Angka ini masih belum

mencapai produktivitas 1 ton per hektar. Padahal produktivitas kakao per hektar

per tahun mencapai 1,75 ton per hektar. Di bawah ini terdapat data luas dan

produksi tanaman kakao di kabupaten Langkat

Tabel 1. Luas dan Produksi Tanaman Kakao Menurut per Kecamatan di


Kabupaten Langkat
Luas Areal Produksi Produktivitas
No. Kecamatan
(Ha) (Ton) Ton/Ha
1. Bahorok 116 83 0,716
2. Serapil 122 87 0.713
3. Salapian 179 143 0,799
4. Kutambaru 113 87 0,770
5. Sei Bingei 306 216 0,706
6. Kuala 110 79 0,718
7. Selesai 171 114 0,667
8. Binjai 57 44 0,772
9. Stabat 175 133 0,760
10. Wampu 145 101 0,697
11. Batang 105 58 0,552
12. Serangan 81 42 0,519
13. Sawit 74 43 0,606
14. Seberang 40 15 0,375
15. Padang tualang 230 169 0,735
16. Hinai 176 117 0,665

11

Universitas Sumatera Utara


17. Secanggang 59 36 0,610
18. Tanjung Pura 11 6 0,545
19. Gebang 46 33 0,717
20. Babalan 38 24 0,632
21. Sei Lepan 164 110 0,671
22. Berandan 86 62 0,721
23. Barat 62 40.3 0,650
Besitang
Pangkalan
Susu
Pematang jaya
Jumlah 2.666 1.842,30 0,69
Sumber :BPS Kabupaten Langkat dalam Angka 2012

Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang strategi peningkatan

produktivitas kakao dengan mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal

serta faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kakao di daerah penelitian.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah penelitian ini dapat

diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat produktivitas dari usahatani kakao di daerah penelitian

selama 5 tahun terahir (2008-2012)?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani kakao di

daerah penelitian?

3. Bagaimana strategi untuk meningkatkan produksi kakao di daerah

penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penellitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis tingkat produktivitas usahatani kakao di daerah

penelitian selama 5 tahun (2008-2012)

12

Universitas Sumatera Utara


2. Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi

usahatani kakao di daerah penelitian

3. Untuk menentukan strategi peningkatkan produksi kakao di daerah

penelitian

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi petani dan pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

3. Bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

13

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai