Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH MODAL KERJA,PERPUTARAN PIUTANG DAN

LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT.TRISULA


INTERNATIONAL

Tugas Metode Penelitian

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh :

SRI WULANDARI

NIM. 01117060

SEKOLAH TINGGI INDONESIA MEMBANGUN

(STIE INABA)

2017

Jl. Soekarno Hatta No.448, Batununggal, Bandung Kidul, Kota


Bandung, Jawa Barat 40254
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : SRI WULANDARI

NIM : 01117060

Jurusan/Program study : Akuntansi

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH

MODAL KERJA,PERPUTARAN PIUTANG DAN LIKUIDITAS


TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT.TRISULA INTERNATIONAL”

Adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi
tanda sitasi dan di tunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh atas skripsi tersebut.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 tahun Latar Belakang

Pada era globalisasi ini semakin banyak perusahaan-perusahaan yang tumbuh dan
berkembang seiring semakin pesatnya perkembangan ekonomi di Indonesia. Hal itu terlihat
dengan adanya persaingan yang ketat dalam dunia usaha, baik perdagangan mau pun
perindustrian. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan perusahaan untuk mengelola semua
sumber daya yang dimiliki seoptimal mungkin. Perusahaan dituntut untuk selalu selangkah lebih
maju dari para pesaingnya agar dapat mencapai tujuan perusahaan, yaitu menghasilkan laba
sebesar-besarnya demi mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan memperbesar skala
usahanya. Agar perusahaan bertambah besar, maka perusahaan harus berkembang untuk dapat
mengikuti dan memenuhi kebutuhan pasar yang berubah. Modal kerja merupakan dana yang
selalu berputur, dimana pada awalnya dikeluarkan untuk membiayai aktivitas operasional sehari-
hari agar proses produksi dapat berjalan. Hasil produksi kemudian dijual, dan dari penjualan
tersebut perusahaan akan memperoleh laba yang diharapkan selalu meningkat. Sebagian dari
laba yang telah dihasilkan tersebut akan masuk kembali sebagai modal kerja perusahaan.
Perputaran modal kerja ini akan terus terjadi selama perusahaan masih berjalan sehingga
perusahaan wajib bersaing pula dalam mengelola modal kerjanya. Rasio profitabilitaskan
memberikan jawaban akhir tentang efektifitas manajemen perusahaan, rasio ini membetikan
gambaran tentang aktifitas pengelolaan perusahaan.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba, semakin besar tingkat


keuntungan/laba, semakin baik pula manajemen dalam mengelola perusahaan (Sutrisno, 2003).
Teori Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu
penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien.
Efisiensi sebuah usaha baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh dengan
aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan, total
aktiva, maupun hutang jangka panjang (Syamsudin, 2000). Profitabilitas atau kemampuan laba
merupakan kemampuan perusahaan didalam menghasilkan laba. Profitabilitas mencerminkan
keuntungan dari investasi keuangan. Myers dan Majluf (1984) berpendapat bahwa manajer
keuangan yang menggunakan packing order theory dengan laba ditahan sebagai pilihan pertama
dalam pemenuhan kebutuhan dana dan hutang sebagai pilihan kedua serta penerbitan saham
sebagai pilihan ketiga, akan selalu memperbesar profitabilitas untuk meningkatkan laba.
Profitability ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Agus Sartono, 2008).
Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon investor maupun pemegang saham karena berkaitan
dengan harga saham serta dividen yang akan diterima. Profitabilitas sebagai tolak ukur dalam
menentukan alternatif pembiayaan, namun cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan
adalah bermacam-macam dan sangat tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan
dibandingkan dari laba yang berasal dari opersai perusahaan atau laba netto sesudah pajak
dengan modal sendiri. Dengan adanya berbagai cara dalam penelitian profitabilitas suatu
perusahaan tidak mengherankan bila ada beberapa perusahaan yang mempunyai perbedaan
dalam menentukan suatu alternatif untuk menghitung profitabilitas. Hal ini bukan keharusan
tetapi yang paling penting adalah profitabilitas mana yang akan digunakan, tujuannya adalah
semata-mata sebagai alat mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam perusahaan yang
bersangkutan.

Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan
perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik, karna kemakmuran pemilik
perusahaan meningkat dengan semakin tingginya profitabilitas. Ada bermacam cara untuk
mengukur profitabitas, yaitu: 1. Gross Profit Margin (GPM). Rasio gross profit margin atau
margin keuntungan kotor berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap
barang yang dijual. Gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila
harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun, begitu pula
sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efesiensi pengendalian harga pokok atau biaya
produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. 2. Net
Profit Margin (NPM), menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada
setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak
terhadap penjualan 3. Return On Investment (ROI) atau return on assets menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahiu
rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam
kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas
profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva
untuk memperoleh pendapatan. Analisa Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan
mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat
menyeluruh/komprehensif. Analisa Return On Investment (ROI) ini sudah merupakan teknik
analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektifitas dari
keseluruhan operasi perusahaan. Return On Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu
bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi
perusahaan untuk menghasilakan keuntungan. Dengan demikian Return On Investment (ROI)
menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income)
dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan operasi tersebut (Net
Operating Assets). Sebutan lain untuk ROI adalah Net Operating Profit Rate Of Return atau
Operating Earning Power (Munawir, 2004). 4. Return On Equity (ROE) atau return on net worth
mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham
perusahaan atau untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk
setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan,
apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. 5. Return on Asset
(ROA) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rasio profitabilitas ini sekaligus
menggambarkan efisiensi kinerja bank yang bersangkutan. Return on Asset (ROA) sangat
penting, karena rasio ini mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset
produktif yang dananya sebagian besar berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Semakin besar
Return on Asset (ROA) suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut, dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Tujuan
analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. ROA menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva yang tersedia untuk mendapatkan net income. Semakin
tinggi return semakin baik, berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai
retained earning juga semakin besar (Kuncoro, 2002). Rasio profitabilitas dapat diukur dari dua
pendekatan yakni pendekatan penjualan dan pendekatan investasi. Ukuran yang banyak
digunakan adalah return on asset (ROA) dan return on equity (ROE), rasio profitabilitas yang
diukur dari ROA dan ROE mencerminkan daya tarik bisnis (bussines attractive). Return on asset
(ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaaan secara keseluruhan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.
ROA digunakan untuk melihat tingkat efisiensi operasi perusahaan secara keseluruhan. Semakin
tinggi rasio ini, semakin baik suatu perusahaan. Salah satu ukuran rasio 16 profitabilitas yang
sering juga digunakan adalah return on equity (ROE) yang merupakan tolak ukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan total modal sendiri yang digunakan. Rasio ini
menunjukkan tingkat efisiensi investasi yang nampak pada efektivitas pengelolaan modal
sendiri.

Sawir (2005) menyatakan, ―Modal kerja pada dasarnya adalah keseluruhan aset lancar yang
dimiliki oleh perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk
membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari‖. Modal kerja dapat dianggap sebagai
modal perusahaan selama masa antara pembelian bahan baku hingga penjualan barang jadi‖
(Dong dan Su, 2010). Dalam melaksanakan kegiatan operasional harian perusahaan maka
diperlukan modal kerja yang mencukupi sebagai pendukung. Keputusan mengenai modal kerja
menjadi salah satu perhatian manajemen perusahaan. Wild dan Halsey (2005) menyatakan‖
likuiditas banyak digunakan untuk mengukur modal kerja‖. Sedangkan, menurut Kashmir (2012)
bahwa ―yang dimaksud dengan modal kerja adalah modal yang digunakan untuk melakukan
kegiatan operasi perusahaan‖. 2 Modal kerja diartikan sebagai aset lancar atau aset jangka
pendek. Instrumen dimaksud adalah kas, bank, surat berharga,piutang, persediaan. Modal kerja
menjadi perhatian bagi Perusahaan. Jeng-Ren et al (2006) menyatakan modal kerja yang
seimbang meningkatkan penilaian perusahaan di pasar untuk perihal likuiditas, pada saat yang
sama mempercepat tumbuhnya nilai shareholder. Selama keseimbangan tersebut terjaga dengan
baik maka modal kerja perusahaan tersebut dapat dibilang baik. Menurut Ramlall (2009),
struktur modal diukur melalui leverage, dimana leverage sendiri terdiri dipengaruhi oleh factor
seperti ukuran, aset tangible,profitabilitas, likuiditas, non-debt tax shield, usia, dan investasi.
Untuk mencari tahu perhitungan dari modal kerja sendiri perusahaan akan membandingkan dari
akun modal lancar dan utang lancar. Perusahaan membutuhkan keahlian untuk mengatur aset
yang dimilikinya baik yang berjangka panjang maupun jangka pendek. Manajemen modal kerja
merupakan pengelolaan keuangaan untuk perusahaan sehari-hari. Terdapat kecenderungan oleh
pihak perusahaan untuk hanya berfokus keuntungan jangka panjang. Sedangkan modal kerja
yang bersifat jangka pendek menjadi sering dilupakan. Selain itu perusahaan juga harus ahli
mengolah utang-utangnya. Modal kerja bersifat fleksibel hingga akun ini dapat disesuaikan
dengan kebutuhan perusahaan. Penentuan modal kerja harus terukur dan tidak sembarang hingga
menjadi terlalu besar maupun terlalu kecil. Modal kerja yang terlalu kecil dapat mengganggu
kelancaran kegiatan operasional perusahaan akibat 3 tersendatnya kegiatan. Modal kerja yang
terlalu besar dapat membuat perusahaan melakukan investasi berlebihan pada aset tetap hingga
pada akhirny mencapai kondisi dimana pengeluaran tidak mampu lagi ditutup oleh penjualan
Singhania, (Mehta, 2017). Tingkat efisiensi modal kerja dijadikan indicator manajemen modal
kerja yang baik. Indikator yang dapat digunakan untuk pengecekan adalah perputaran modal
kerja, piutang dan persediaan. Perputaran modal kerja adalah proses perputaran kas hingga
kembali menjadi kas. Semakin pendek perputarannya maka akan semakin baik pula.

Salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yaitu melalui
penjualan. Penjualan dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Penjualan secara kredit
dilakukan oleh perusahaan dalam rangka merangsang minat para pelanggan. Sehingga
diharapkan dengan melakukan penjualan kredit ini, perusahaan dapat memperbesar hasil
penjualan. Transaksi penjualan secara kredit akan menimbulkan piutang. Makin besar volume
penjualan kredit setiap tahunnya, berarti perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih
besar lagi dalam piutang. Piutang timbul ketika perusahaan menjual barang dan jasa secara
kredit, piutang meliputi semua tagihan dalam bentuk utang kepada perorangan badan usaha atau
pihak tertagih lainnya, dalam hal ini semakin besar piutang semakin besar pula kebutuhan dana
yang ditanamkan pada piutang dan semakin besar piutang maka semakin besar pula resiko yang
akan timbul, disamping akan memperbesar profitabilitas. Selain besarnya jumlah piutang yang
dimiliki, kecepatan kembalinya piutang menjadi kas sangat menentukan besarnya profitabilitas
perusahaan. Hal ini menunjukkan perusahaan dengan segala kebijakannya terhadap piutang akan
dapat meningkatkan pendapatan dan laba karena resiko bad debt dapat diatasi sehingga
profitabilitas perusahaan akan meningkat. Standar akuntansi intrumen keuangan PSAK 55,
menyebutkan salah satu klasifikasi aset keuangan adalah pinjaman yang Arfan Ikhsan, Dkk,
Analisis Laporan Keuangan, ( Medan: Madenatera , 2016), h 81 4 Piter Tiong “Pengaruh
Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Mitra Phanastika Mustika Tbk”
dalam Jurnal Of Manajemen & Business, 2017), h.2 diberikan dan piutang. Piutang merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi laba bersih. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang
menandakan laba bersih yang baik. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui
piutang dapat dilihat dari perputaran piutangnya, jika perputaran piutang menurun maka akan
berpengaruh pada kemampuan perusahaan mengembalikan investasi dalam piutang. Ketika
perusahaan tidak mampu mengembalikan investasi dalam piutang menjadi kas, hal ini
menunjukkan penjualan yang dilakukan secara kredit tersebut tidak memberi keuntungan bagi
perusahaan, sehingga profitabilitas perusahaan pun akan menurun. Perputaran piutang
(receivable turnover) menunjukkan berapa kali suatu perusahaan melakukan tagihan atas
piutangnya pada suatu periode tertentu. Kebijakan dalam pengumpulan piutang akan
berhubungan dengan tingkat perputaran piutang. Semakin tinggi perputaran piutang
menunjukkan masuknya kas kepada perusahaan berjalan lancar, maka dana tersebut dapat
dimanfaatkan untuk aktivitas lain yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.

PT Trisula International Tbk (selanjutnya disebut “Trisula”, “Perusahaan” dan


“Perseroan”) adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan pakaian jadi (garmen) dan
industri garmen. Grup Trisula berawal dari industri tekstil yang didirikan oleh Alm. Tirta
Suherlan pada 1968. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar domestik maka grup Trisula
membentuk divisi ritel pada 1995 untuk menyediakan produkproduk berkualitas dengan bentuk
“formal pants” bermerek JOBB.Produk-produk Perseroan telah diterima dengan baik oleh
konsumen dan menjadikan Perseroan dipercaya sebagai pemegang lisensi merek dari Amerika
Serikat (AS) bernama Jack Nicklaus bagi pasar Indonesia. Agar penanganan ritel atas kedua
merek ini menjadi lebih fokus, maka dibentuk Perseroan bernama PT Transindo Global Fashion
pada 2004. Agar bisnis pakaian Perusahaan semakin luas dengan menargetkan pelanggan yang
berbeda, Trisula kembali membuat dua merek baru pada 2010 dan 2011 bernama UniAsia dan
Man Club. Penambahan merek tersebut bersamaan dengan pergantian nama Perusahaan dari PT
Transindo Global Fashion menjadi PT Trisula International.Bersamaan dengan itu, Trisula
mengakuisisi dua anak perusahaan garmen yaitu PT Trisula Garmindo Manufacturing dan PT
Trimas Sarana Garment Industry, dimana kegiatan usaha dua perusahaan tersebut berorientasi
pada pasar garmen internasional. Pada tahun 2012 Trisula mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia (BEI) kemudian mengakuisisi satu anak perusahaan garmen bernama PT Trisco
Tailored Apparel Manufacturing yang memfokuskan sector produksi pakaian seragam berskala
internasional.
Beberapa penelitian sebelumnya telah melakukan penelitian tentang profitabilitas. Salah
satunya penelitian yang dilakukan oleh Hera Rezeki (2018) tentang Pengaruh Perputaran
Piutang terhadap Profitabilitas pada BMT Masyarakat Madani Sumatera Utara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perputaran piutang berpengaruh signifikan secara simultan dalam
meningkatkan profitabilitas pada BMT Masyarakat Madani.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ignatius Leonard Lubis ,Bonar M Sinaga Hendro
Sosangko (2017) tentang Pengaruh Profitabilitas ,Sruktur Modal dan Likuiditas terhadap Nilai
Perusahaan. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa return on equity (ROE) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap PBV (Nilai Perusahaan) sehingga perusahaan perlu memperhatikan dan
terus meningkatkan ROE dengan cara mengambangkan prospek kegiatan dalam rangka untuk
peningkatan laba. Nilai probabilitas terbesar adalah ROE jika dibandingkan dengan variabel
independen lainnya. Oleh karena itu ROE dapat dipakai sebagai prediktor dalam memprediksi
tentang nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan dan penelitian-penelitian


terdahulu, maka penelitian ini akan dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh modal
kerja,perpuratan piutan dan likuiditas dalam mempengaruhi profitabilitas dengan judul:
“Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Piutang dan Likuiditas terhadap Profitabilitas pada
PT.Trisula International”.

Tabel 1.1 Modal Kerja, Piutang, Likuiditas dan Profit (Dalam Jutaan Rupiah)

Tahun Modal Kerja Piutang Likuiditas Profit


2016 88.543.233.204 141.677.797.230 281.765.921.952 21.860.573.613
2017 37.944.675.013 106.631.854.696 185.606.885.071 19.758.354.732
2018 50.259.521.063 117.691.504.914 273.186.011.900 21.574.041.228
2019 54.313.116.864 104.738.956.308 230.604.523.449 16.494.635.683
Sumber Bursa Efek Indonesia

Dari table diatas dapat di artikan pada tahun 2016 ke tahun 2017 terjadi penurunan modal
kerja, dan pada tahun 2018-2019 modal kerja meningkat,piutang dari tahun ke tahun mengalami
penurunan,pada likuiditas dan profitabilitas mengalami naik turun dari tahun ke

Anda mungkin juga menyukai