Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
anti inflamasi non steroid, dan anti malaria serta material kedokteran gigi.
diidentifikasi pasti. Hal ini dapat terjadi baik karena penggunaan obat. ORL
dikenal sebagai penyakit yang sulit didiagnosis karena kemiripannya dengan oral
lichenplanus (OLP).
obat yang menyebabkan lesi karena reaksi lichenoid, lesi lichenoid karena Grave
Versus Host Diseases, dan lesi dengan bentuk mirip lichenplanus. ORL karena
klinis tampak striae berwarna putih, papula, plak dengan eritema atau erosi pada
mukosa mulut. Tingkat keparahan gejala bervariasi dari sensasi terbakar, rasa
etiologi yang tidak dapat diidentifikasi dengan pasti. Adanya kemiripan OLP dan
Perlu dilakukan diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaaan klinis yang baik dan
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bagian IPM,
selain itu dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
hypersensitivity). Kondisi ini berkaitan dengan imunitas sel terhadap antigen yang
terdapat pada obat-obatan, bahan perasa makanan, dan bahan restorasi di bidang
kedokteran gigi seperti tambalan amalgam, logam mulia, komposit, ataupun glass
ionomer. Secara klinis OLR terlihat sebagai garis-garis plak berwarna putih yang
permukaan lesi sedikit timbul, tipis, dan umumnya terletak di mukosa bukal dekat
terhadap material restorasi dental, karena obat-obatan, atau manifestasi oral dari
Secara patogenesis ORL terjadi oleh karena diperantarai sel disregulasi imun.
Ada data terbaru yang menunjukkan bahwa OLP adalah penyakit autoimun dimediasi
oleh sel T yang auto-sitotoksik CD8+ sel T merangsang apoptosis cells. Pada ORL,
ekspresi antigen keratinosit mungkin disebabkan oleh obat sistemik (erupsi obat
aktivasi sel-sel oleh antigen yang terkait dengan major histocompatibility complex
(MHC) kelas I di basal keratinocytes. Tampak adanya autoantibodi dan sel plasma.
Jika ada efek langsung pada limfosit B, ini juga terjadi dalam darah perifer dan getah
bening regional nodes. Banyak obat yang menyebabkan degranulasi sel mast. TNF-α
dan sitokin lain menyebabkan perkembangan lesi dan menetap. Proses ini
menunjukkan eksaserbasi reaksi lichenoid dari OLP. Hubungan antara OLP dan OLR
terhadap unsure yang berasal dari dental material. Sebagian besar pasien, saat
dilakukan tes alergi, menunjukkan hasil positif terhadap merkuri, yang mendukung
bahwa reaksi lichenoid ini adalah reaksi alergi. Selain merkuri, unsure amalgam lain
Merkuri tidak dapat dikenali oleh system imun ( sel T reseptor), yang
sangat reaktif dan akan mengikat self-protein di epitel oral, yang akan
Sinyal kedua terdiri dari interaksi selular lebih lanjut. Ketika mukosa oral dari
mukosa oral yang terkana merkuri, dan pada akhirnya juga menyebabkan
Gambaran Klinis
Secara klinis menunjukkan pola reaksi yang sama dengan lichen planus, yaitu
reticulum, papula, plak, eritema, dan ulcer. Perbedaan lichen planus dengan
reaksi lichenoid karena kontak adalah pada perluasan lesi. Kebanyakan reaksi
lichenoid ini terdapat pada area yang berkontak dengan dental material seperti
mukosa bukal dan tepi lidah. Lesi sangat jarang ada di gingival, palatum,
dasar mulut, atau dorsal lidah. Kebanyakan reaksi lichenoid ini asimtomatik,
tapi ketika ada lesi eritema dan ulcer, pasien merasakan ketidaknyamanan dari
makanan panas dan pedas. Reaksi lichenoid yang berkontak dengan komposit
juga telah dilihat pada sisi mukosa bibir atas dan bawah. Kebanyakan tipe
bahwa obat dan metabolitnya dengan kapasitas untuk berperan sebagai hapten
memicu reaksi lichenoid. Penisilin, emas, dan sulfonamide adalah contoh obat
yang berhubungan dengan perkembangan DILR. Penisilin dan emas dapat
mengikat langsung self-protein, yang akan dikenalkan oleh APC dan dikanali
langsung, melalui formasi metabolit raktif, yang kan mengikat protein yang
ada di mukosa oral. Telah disimpulkan bahwasanya DILR dapat terjadi karena
metabolisme obat yang rendah karena variasi genetic sitokrom mayor enzim
P-450. 2
Gambaran Klinis
DILR biasanya unilateral dan tampak pola reaksi ulser. Karakteristik ini tidak
konsisten dan tidak berguna dalam membedakan lichen planus atau DILR
Penyebab utama reaksi lichenoid karena penyakit graft versus host (GVHD)
autologus juga dapat menyebabkan GVHD. Pada donor yang kurang cocok,
sel yang dicangkok akan mengetahui bahwa mereka tidak berada pada
lingkungan asal mereka. Saat itu terjadi, sel ini mulai melawan apa yang
disangka mereka benda asing. Hasil dari perlawanan ini adalah terjadinya
Gambaran Klinis
Terdapat pola lesi yang sama seperti pada pasien lichen planus, yaitu
Lesi pada kulit dan mukosa mulut yang memberikan gambaran klinis
menyerupai keadaan liken planus dikenal sebagai reaksi likenoid. Faktor yang
membedakan liken planus dan reaksi liken noid adalah terjadinya resolusi lesi
likenoid bila penggunaan obat pemicu dihentikan serta dilakukan perawatan pada
planus oral menjadi 6 sub tipe yaitu tipe retikular, plak, papula, atropi, erosif, dan
bula. Secara klinis, lesi likenoid umumnya sulit dibedakan dari tampilan klasik lesi
liken planus, dan dapat tampak gambaran atipikal berupa likenifikasi ringan pada
beberapa kasus.4
Serupa dengan lesi lichen planus oral, manifestasi klinis lesi likenoid dapat
bervariasi, ada yang berupa daerah kemerahan dengan papul papul putih atau
membentuk konfigurasi seperti garis, lingkaran atau plak. Pada lesi terlihat tanda
menggambarkan susunan papul. Lesi likenoid oral dapat berupa lesi bula dan lesi
erosif. Lesi paling sering dijumpai pada mukosa bukal posterior (80%). Kemudian
sel epidermal basal, disertai kematian sel-sel melalui proses apoptosis. Akibatnya
terbentuk Civite bodies pada lapisan di antara epidermis dan subepidermis, disertai
dermis (badan koloid). Proses kematian sel terjadi melalui proses insiasi imunitas
seluler oleh sel T sitotoksik dengan sel basal epidermis sebagai target.4
Reaksi likenoid umumnya dikaitkan dengan penyakit sisstemi dan
penggunaan obat-obatan tertentu seperti anti hipertensi golongan ACE inhibitor , anti
inflamasi non steroid, dan anti malaria serta materi kedokteran gigi. 4
kortikosteroid topikal, gel, kumur atau spray. Pemakaian obat -obatan tertentu
2.4 Perawatan
akan menyembuhkan 90% kasus. Kebanyakan lesi sembuh dalam 1-2 bulan.
Tidak perlu mengganti restorasi yang tidak berkontak langsung dengan reaksi
lichenoid ini. Penyembuhan tidak bergantung pada tipe dental material yang
kedepannya. 2
mengurangi prevalensi penyakit ini. Jika GVHD tetap terjadi, dokter dapat
meningkatkan dosis obat tersebut. Untuk ulcer oral focal dapat diberikan
steroid topical. Jika terdapat keluhan tidak nyaman dari pasien, dapat
Obat penyebab ORL tidak sering terjadi pada bagian kulit. Lesi ORL
dapat terjadi dalam rongga mulut dalam jangka waktu yang cukup lama,
apabila obat tidak dihentikan. Terapi pada kasus ORL ini adalah pemberian
memperparah penyakitnya. 3
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
hypersensitivity). Kondisi ini berkaitan dengan imunitas sel terhadap antigen yang
terdapat pada obat-obatan, bahan perasa makanan, dan bahan restorasi di bidang
kedokteran gigi seperti tambalan amalgam, logam mulia, komposit, ataupun glass
ionomer. Secara klinis OLR terlihat sebagai garis-garis plak berwarna putih yang
permukaan lesi sedikit timbul, tipis, dan umumnya terletak di mukosa bukal dekat
terhadap material restorasi dental, karena obat-obatan, atau manifestasi oral dari
penyakit graft versus host. Perawatannya terdiri atas menghilangkan agen penyebab.
DAFTAR PUSTAKA
1.G. Laskaris. Pocket Atlas of Oral Disease. 2nd Ed. New York : Thieme. 2006. P.8
P.685-7
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM (B). JITEKGI 2018,
14(2) : 75-80