Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

KEPEREWATAN KOMUNITAS II

OLEH :
KELOMPOK 1 (A12-A)

1. Agus Triana Putra (18.321.2828)


2. I Made Sujana Yasa (18.321.2835)
3. Kadek Sri Wahyuni (18.321.2840)
4. Ni Luh Putu Sinta Dewi Puspa .A.P (18.321.2842)
5. Ni Made Candra Dewi Sudana (18.321.2844)
6. Ni Putu Ary Manilawati (18.321.2853)
7. Ni Putu Gintan Diah Pratiwi (18.321.2854)
8. Ni Wayan Eka Subpremagni (18.321.2859)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Atas wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) yang
telah memberikan rahmat dan anugrah-Nya sehingga makalah kami yang berjudul
“Makalah Promosi Kesehatan” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini kami
susun dalam rangka memenuhi tugas akademis dalam menempuh mata kuliah Keperawatan
Komunitas II.
Cukup banyak hambatan dan kesulitan yang kami alami dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
dalam tulis-menulis. Namun demikian berkat kerja keras dan adanya bantuan dari berbagai
pihak, akhirnya terwujudlah makalah ini. Oleh karena itu terima kasih yang setulus-
tulusnya kami haturkan kepada:
1. Teman-teman kelompok yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
2. Teman-teman PJMK yang sudah menjelaskan tugas.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, sehingga perlu kritik
dan saran. Oleh karena itu, segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi
sempurnanya tulisan ini. Semoga ada manfaatnya.

Om Santih, Santih, Santih, Om.

Denpasar, 21 November 2020

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 1
1.3 Tujuan..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep promosi kesehatan........................................................ 2
2.2 Kebijakan pemerintah tentang promosi kesehatan.................... 12
2.3 Peran perawat dalam promosi kesehatan.................................. 13
2.4 Program promkes sesuai dengan kebijakan promkes................ 14
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan................................................................................. 18
3.2 Saran....................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu
dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut
pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan
adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku kesehatan dari sasaran. Promosi kesehatan memiliki visi, misi, dan strategi yang
jelas. Dalam mewujudkan promosi kesehatan perlu adanya pelaksana promosi kesehatan.
Sebelum kita mempraktekkan bagaimana promosi kesehatan kita harus mengetahui
bagaimana konsep serta prinsip-prinsip yang ada di dalamnya. Maka dari itu kita
membahas tentang konsep promosi kesehatan serta program promosi kesehatan sesuai
dengan kebijakan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dari promosi kesehatan?
2. Bagaimana program promosi kesehatan sesuai dengan kebijakan pemerintah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dari promosi kesehatan?
2. Untuk mengetahui program promosi kesehatan sesuai dengan kebijakan
pemerintah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Promosi Kesehatan


2.1.1 Pengertian Promosi Kesehatan
Secara konsep pengertian promosi kesehatan dapat dipahami sesuai perkembangan
promosi kesehatan itu sendiri. Ada beberapa definisi promosi kesehatan dalam
perkembangannya yaitu:
Menurut WHO (1984), promosi kesehatan tidak hanya untuk perubahan perilaku
tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Menurut
Lawrence Green (1984), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan
kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang
dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan.
Promosi kesehatan berarti juga sebagai upaya yang bersifat promotif (peningkatan)
sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan
rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komperhensif. Disamping
itu promosi kesehatan juga sebagai upaya untuk menjajakan, memasarkan atau menjual
yang bersifat persuasif, karena sesungguhnya kesehatan merupakan sesuatu yang sangat
layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan oeh setiap masyarakat (Depkes RI, 1997).
Promosi kesehatan menurut Departemen Kesehatan RI (2004) adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan public yang berwawasan kesehatan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan
adalah suatu upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku beresiko tinggi
dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau paling tidak beresiko rendah.

2
Promosi kesehatan merupakan tingkat pertama dalam pelayanan kesehatan dengan tujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2.1.2 Perkembangan promosi kesehatan
Promosi kesehatan berkembang dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
bertujuan untuk mengembangkan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat agar
berperilaku hidup sehat. Dari semula pendidikan kesehatan yang konotasinya hanya
mengubah perilaku saja, direvitalisasi menjadi promosi kesehatan yang tidak hanya
melakukan perubahan perilaku, tetapi juga perubahan determinan perilaku yang lain, yaitu
lingkungan (fisik, sosial, ekonomi, kebijakan, dan sebagainya). Oleh sebab itu, dalam kurun
waktu sekitar seperempat abad (1984-kini) konsep dan prinsip tentang promosi kesehatan
dikembangkan dan disosialisasikan, diantaranya:
2.1.2.1 Tahun 1984
Pada 1984 berkembang konsep bahwa aktivitas promosi kesehatan dilakukan
dengan memandang populasi sebagai suatu kesatuan, dilakukannya tindakan kongkrit
terhadap determinan kesehatan, mengkombinasikan beragam pendekatan, mengarahkan
kegiatan pada upaya meningkatkan peran serta masyarakat, dan meningkatkan peran tenaga
kesehatan dalam memberdayakan masyarakat.
2.1.2.2 Tahun 1986
Pada 1986 piagam Ottawa menyatakan bahwa promosi kesehatan diselenggarakan
dengan membangun kebijakan publik yang berwawasan kesehatan, menciptakan
lingkungan yang mendukung, memperkuat aksi masyarakat mengembangkan keterampilan
personal, dan reorientasi pelayanan kesehatan. Konferensi internasional promosi kesehatan
selanjutnya menyatakan tentang perlunya:
1. Kebijakan berwawasan kesehatan.
2. Lingkungan yang mendukung kesehatan.
3. Aliansi dan kemitraan.
2.1.2.3 Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia (1988),
konferensi ini menenkankan 4 bidang prioritas, yaitu:
1. Mendukung kesehatan wanita.

3
2. Makanan dan gizi.
3. Rokok dan alkohol.
4. Menciptakan lingkungan sehat.
2.1.2.4 Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia (1991),
konferensi ini mengemukakan 4 strategi kunci, yakni:
1. Memperkuat advokasi diseluruh lapisan masyarakat.
2. Memberdayakan masyarakat dan individu agar mampu menjaga kesehatan
dan pemberdayaan.
3. Membangun aliansi.
4. Menjadi penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah
masyarakat.
2.1.2.5 Konferensi Internasional Promosi Kesehatan IV di Jakarta, Indonesia (Jakarta
Declaration on Health Promotion, 1997).
2.1.2.6 Promosi kesehatan pada abad ke 21 mempunyai dasar tujuan yaitu:
1. Meningkatkan tanggung jawab sosial dalam kesehatan.
2. Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan.
3. Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan.
4. Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan masyarakat.
5. Mengembangkan infrastruktur promosi kesehatan.

2.1.3 Batasan promosi kesehatan


Sejalan dengan berkembangnya promosi kesehatan, maka batasan promosi
kesehatan juga mengalami berbagi ragam perkembangan, yaitu:
1. Pada 1986 Konferensi Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada mengeluarkan piagam
Ottawa (Ottawa Charter). Dalam Ottawa Charter merumuskan batasan Promosi
Kesehatan yang lebih luas dan padat yaitu “Health Promotion is the process of
enabling people to increase control over, and to improve their health.” (Promosi
Kesehatan adalah suatu proses untuk membuat orang atau masyarakat mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya).

4
2. Yayasan Kesehatan dari Victoria Australia (Vic Health, 1996) merumuskan definisi
yang lebih tegas, jelas, dan komprehensif, yaitu “Health Promotion is a program are
design to bring about chane within people, organization, communities, and their
environment”. (Promosi Kesehatan adalah suatu proses untuk melakukan perubahan
perilaku, organisasi, komunitas, dan lingkungannya).
3. Promosi kesehatan terus berkembang, yang menyebabkan WHO harus merumuskan
kembali batasan Promosi Kesehatan, sebagai berikut: “Health promotion is the process
of enabling individuals and communities to increase control over the determinants of
health and thereby improve their health”.
Batasan ini lebih luas lagi, dimana promosi kesehatan tidak hanya berurusan dengan
perilaku sebagai salah satu determinan kesehatan, tetapi berkepentingan terhadap semua
determinan kesehatan dalam rangka peningkatan kesehatan individu dan masyarakat.

2.1.4 Visi dan Misi promosi kesehatan


Visi umum promosi kesehatn menurut WHO yaitu “Meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan
sosialmya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.” (Notoatmojo, 2007).
Promosi kesehatan di Indonesia mempunyai visi, misi dan strageti yang jelas tertuang
dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1193/2004 tentang
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan.
2.1.4.1 Visi Promosi Kesehatan
Visi promosi kesehatan adalah “PHBS 2010”, yang mengindikasikan tentang
terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat.
2.1.4.2 Misi promosi kesehatan yang sudah ditetapkan adalah
1. Memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat untuk hidup lebih sehat.
2. Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya PHBS di
masyarakat.
3. Melakukan advokasi kepada para pengambil keputusan dan penentu kebijakan.

5
Misi promosi kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi 3 inti menurut
Notoarmodjo (2007), yaitu:
1. Advokat (advocate)
Advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar para oembuat keputusan atau
penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program
kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan politik.
2. Menjembatani (mediate)
Dalam melaksanakan program-program kesehatan perlu kerja sama dengan
program lain di lingkungan kesehatan, maupun sektor lain yang terkait.
3. Memampukan (enable)
Masyarakat diberikan kemampuan atau keterampilan agar mereka mandiri di
bidang kesehatan, termasuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.
Misalnya pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan keterampilan
cara-cara bertani, berternak, bertanam obat-obatan tradisional, koperasi, dan
sebagainya dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan ekonomi
keluarga yang meningkat maka kemampuan dalam pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan keluarga meningkat.

2.1.5 Pendekatan pencegahan dalam promosi kesehatan


Menurut Leavel dan Clark pencegahan dalam promosi kesehatan dibagi menjadi 2
yaitu prepathogenesis phase dan pathogenesis phase.
2.1.5.1 Prepathogenesis (Primary Prevation/ Pencegahan Primer)
Prepathogenesis adalah suatu kejadian atau masalah kesehatan. Primary prevention
adalah suatu usaha agar masyarakat yang berada dalam stage of optimum health tidak jatuh
ke dalam stage yang lebih buruk.
Primary prevention dilakukan dengan 2 cara:
1. Health Promotion
Yaitu peningkatan status kesehatan masyarakat melalui: health education, growth and
development monitoring, marriage counseling, sex education, pengendalian

6
lingkungan/ P2M, askep prenatal, stimulasi dan bimbingan dini, perlindungan gizi, dan
penyuluhan untuk pencegahan keracunan.

2. General and Specific protection


Imunisasi, personal hygiene, accidental safety, kesehatan kerja perlindungan diri dari
bahan kimia/ toxin, pengendalian sumber pencemaran.

2.1.5.2 Pathogenesis Phase/ Secondary prevention (pencegahan sekunder)


Secondary prevention adalah pencegahan terhadap masyarakat yang masih sedang
sakit, dengan 2 kegiatan yaitu:
1. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera/ adekuat),
melalui: penemuan kasus secara dini, pemeriksaan umum lengkap, penanganan kasus
survei terhadap kontak, dan lain-lain.
2. Disability limitation (pembatasan kecacatan), melalui: penyempurnaan dan identifikasi
terapi tujuan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, serta penurunan
beban sosial penderita.
2.1.5.3 Tertiary prevention (pencegahan tersier)
Tertiary prevention adalah usaha pencegahan terhadap masyarakat yang setelah
sembuh dari sakit dan mengalami kecacatan, seperti: pendidikan kesehatan lanjutan, terapi
kerja, perkampungan rehabilitasi sosial, penyadaran masyarakat, lembaga rehabilitasi, dan
lain-lain.

2.1.6 Ruang lingkup dan sasaran promosi kesehatan


2.1.6.1 Ruang lingkup promosi kesehatan
Adapun ruang lingkup promosi kesehatan yaitu:
1. Mengembangkan kebijaksanaan pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung.
3. Memperkuat kegiatan masyarakat.
4. Meningkatkan keterampilan perorangan.
5. Mengarahkan pelayanan kesehatan yang lebih memberdayakan masyarakat.

7
2.1.6.2 Sasaran promosi kesehatan
Adapun sasaran dalam promosi kesehatan yaitu:
1. Sasaran primer
Sasaran primer adalah kelompok masyarakat yang akan diubah perilakunya.
Dalam praktik promosi kesehatan, sasaran primer ini dikeompokkan menjadi
kelompok kepala keluarga, ibu hamil, ibu menyusui, ibu dan anak balita, anak
sekolah, remaja, pekerja ditempat kerja, masyarakat di tempat-tempat umum,
dan sebagainya.
2. Sasaran sekunder
Tokoh masyarakat setempat (formal maupun informal) dapat digunakan sebagai
jembatan untuk mengefektifkan pelaksanaan promosi kesehatan terhadap
masyarakat (sasaran primer). Tokoh masyarakat merupakan tokoh panutan bagi
masyarakatnya. Tokoh masyarakat
3. Sasaran tersier
Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa masyarakat memerlukan faktor
pemungkin (enabling) untuk berperilaku sehat, yaitu sarana dan prasarana untuk
terwujudnya perilaku tersebut. Terkadang untuk pengadaan sarana dan
prasarana untuk berperilaku hidup sehat ini sering kali masyarakat sendiri tidak
mampu. Maka dari itu perlu adanya dukungan dari penentu atau pembuat
keputusan di tingkat lokal (lurah, camat, bupati atau pejabat pemerintah
setempat). Misalnya di daerah yang sangat kekurangan air bersih, padahal
masyarakatnya tidak mampu mengadakan sarana air bersih tersebut. Oleh sebab
itu, kegiatan promosi kesehatan dapat menjadikan para pejabat setempat ini
sebagi sarana tersier. Caranya seperti bupati atau camat dapat menganggarkan
melalui APBD untuk pembangunan sarana air bersih tersebut.

2.1.7 Strategi promosi kesehatan


Ada 4 stategi promosi kesehatan yaitu:
1. Pemberdayaan

8
Pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dan
dikatakan sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah proses pemberian
informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses
membantu klien, agar klien berubah darintidak tahu menjadi sadar, dari tahu
menjadi mau.
2. Bina suasana
Bina suasana adalah upaya mencipkatakan lingkungan sosial yang mendorong
individu anggita masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan. Terdapat 3 kategori proses bina suasana yaitu:
1) Bina suasana individu
Bina suasana individu dilakukan oleh individu-individu tokoh masyarakat.
Tokoh-tokoh masyarakat menjadi individu-individu panutan dalam
perilaku yang sedang diperkenalkan.
2) Bina suasana kelompok
Bina suasana kelompok oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat,
seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), organisasi
profesi, organisai wanita, organisasi siswa/ mahasiswa, organisasi pemuda,
dan sebagainya
3) Bina suasana publik
Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui
pengembangan kemitraan dan pemanfaatan media-media komunikasi,
seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain sehingga
dapat tercipta pendapat umum.
3. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(stakeholders).
Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu:

9
1) Mengetahui atau menyadari adanya masalah.
2) Tertarik untuk ikut mengatasi masalah.
3) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai
alternatif pemecahan masalah.
4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif
pemecahan masalah.
5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

Advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat. Bahan-bahan


advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:

1) Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi.


2) Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah.
3) Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah.
4) Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based.
5) Dikemas secara menarik dan jelas.
6) Sesuai dengan waktu yang tersedia.
4. Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka memberdayakan maupun bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapat dukungan.
Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat
atau instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor),
pemuka atau tokoh masyarakat, media massa, dan lain-lain. Kemitraan harus
berlandasan pada tiga prinsip dasar, yaitu kesetaraan, keterbukaan, dan saling
menguntungkan.

2.1.8 Pelaksanaan promosi kesehatan


Terdapat 2 kategori pelaksanaan promosi kesehatan yaitu:
1. Setiap petugas kesehatan

10
Setiap petugas kesehatan yang melayani pasien ataupun individu sehat
(misalnya dokter, perawat, bidan, tenaga gizi, petugas laboratorium, dan lain-
lain) wajib melaksanakan promosi kesehatan. Tidak semua strategi promosi
kesehatan yang menjadi tugas utamanya, melainkan hanya pemberdayaan.
Pemberdayaan adalah upaya membantu atau memfasilitasi pasien/klien
sehingga memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk dapat mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya.
2. Petugas khusus promosi kesehatan
Petugas khusus promosi kesehatan diharapkan dapat membantu para petugas
kesehatan lain dalam melaksanakan pemberdayaan, yaitu dengan:
1) Menyediakan alat bantu/ alat peraga atau media komunikasi guna
memudahkan petugas kesehatan dalam melaksanakan pemberdayaan.
Menyelenggarakan bina suasana baik secara mandiri atau melalui
kemitraan dengan pihak-pihak lain.
2) Menyelenggarakan advokasi dalam rangka kemitraan bina suasana dan
dalam mengupayakan dukungan dari pembuat kebijakan dan pihak-pihak
lain (sasaran tersier).
Dalam keterbatasan sumber daya manusia sehingga belum dimungkinkan
adanya petugas khusus promosi kesehatan disetiap Puskesmas.

2.1.9 Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan adakah program-program kesehatan yang dirancang untuk
membawa perubahan baik di masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan
lingkungannya. Ada beberapa prinsip dalam promosi kesehatan yang perlu dipahami yaitu:
1. Definisi Promosi Kesehatan (Health Promotion), adalah proses pemberdayaan
masyarakay untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatan (the process
of enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari pendidikan
atau penyuluhan kesehatan.

11
2. Promosi kesehatan adalah upaya perubahan atau perbaikan perilaku di bidang
kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang
sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
3. Promosi kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai
perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif
(pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.
4. Promosi kesehatan, selain tetap menenkankan pentingnya pendekatan edukatif yang
selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu dibarengi dengan
upaya advokasi dan bina suasana (social support).
5. Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5 tatanan, yaitu
di rumah atau tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat
kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything),
dan di sasaran kesehatan (where we get health services).
6. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lenih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh
kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy), dan saling memberi manfaat (mutual
benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk
swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas
sektor.
7. Promosi kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan
tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah
untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu
dan masyarakat. Dimana yang lebih sesuai untuk diukur yaitu mutu dan frekuensi
kegiatan (advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat).

2.2 Kebijakan Pemerintah tentang Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan harus didukung oleh kebiajakn dan peraturan perundang-
undangan, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, JKN, subsidi, dan lain
sebagainya.
Kebijakan tersebut mencakup:

12
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 585/MENKES/SK/2007
tentang Pedoman Promosi Kesehatan di Puskesmas.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 4 tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan di Rumah Sakit.
3. Kepmenkes No.128/MENKES/SK/II/2004 menyatakan bahwa Puskesmas adalah Unit
Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Sebagai UPT dari dinas kesehatan kabupaten/kota (UPTD), Puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagai tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota
dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia. Pembangunan kesehatan adalah penyelenggarakan upaya
kesehatan oleh bangsa Indonesia, untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujudnya derajat kesehatan
masyaraka yang setinggi-tingginya.
Upaya kesehatan dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Upaya kesehatan wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional, dan global, serta mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya wajib yang dilakukan puskesmas adalah:
1) Promosi kesehatan.
2) Kesehatan lingkungan.
3) Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana.
4) Perbaikan Gizi Masyarakat.
5) Pencegahan dan pengembangan penyakit menular.
6) Pengobatan.
2. Upaya kesehatan pengembangan

13
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta
disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.

2.3 Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan


Adapun peran perawat dalam promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan pada
individu dan keluarga adalah:
1. Edukator
Peran perawat sebagai edukator adalah perawat memberikan pendidikan kesehatan
melalui penyuluhan kesehatan. Misalnya sebagai perawat komunitas akan secara
berkala melakukan kunjungan rumah pada individu atau keluarga yang mengalami
penyakit TBC. Keeluarga atau individu akan diberikan pendidikan kesehatan mengenai
rumah sehat, PMO, dan cara penularan.
2. Role model
Peran perawat sebagai role model adalah perawat akan memberikan contoh tentang
cara mempertahankan kesehatan. Peran ini sejalan dengan peran sebagai edukator.
Misalnya seorang perawat keluarga melakukan kunjungan rumah pada keluarga yang
salah satu anggota keluarganya mengalami TBC. Pada kunjungan tersebut perawat
akan memberikan penyuluhan sekaligus contoh misalnya tentang tata cara batuk
efektif. Dalam hal ini perawat akan memberikan demonstrasi cara batuk efektif.
3. Fasilisator
Peran perawat sebagai fasilisator adalah perawat akan membantu memberikan jalan
keluar dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi individu atau keluarga.
Misalnya dalam kunjungan keluarga perawat menemukan masalah kesehatan pada
anggota keluarga tersebut. Perawat akan membantu keluarga memecahkan masalah
tersebut dengan melibatkan keikutsertakan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.

14
Peran perawat dalam promosi kesehatan pada individu atau keluarga pada dasarnya
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, kemauan, dan pengetahuan individu atau
keluarga dalam upaya peningkatan derajat kesehatan.

2.4 Program Promosi Kesehatan Sesuai Dengan Kebijakan Promkes


2.4.1 Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Rumah Tangga
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang,
keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil
Riskesdas 2007 dapat diketahui, bahwa rumah tangga yang telah mempraktikkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baru mencapai 38,7%, sedangkan target yang harus
dicapai oleh Kementerian Kesehatan yaitu sebesar 70% rumah tangga sudah
mempraktikkan PHBS pada tahun 2014.
Tingkat pencapaian pembinaan PHBS di Rumah Tangga dapat diukur melalui 10
indikator sebagai berikut:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
2. Memberi bayi ASI Ekslusif.
3. Menimbang balita setiap bulan.
4. Menggunakan air bersih.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
6. Menggunakan jamban sehat.
7. Memberantas jentik di rumah seminggu sekali.
8. Makan sayur dan buah setiap hari.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10. Tidak merokok di dalam rumah.
Dalam melakukan pembinaan PHBS di DTPK, petugas kesehatan dapat bekerja
sama dengan Tim Penggerak PKK setempat, baik di tingkat kecamatan maupun tingkat
desa/kelurahan.

15
2.4.2 Pembinaan Kesehatan Ibu
Ibu hamil, bersalin dan nifas merupakan kelompok yang rawan terhadap gangguan
kesehatan, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius dan pelakuan khusus. Hal-hal
yang harus dilakukan petugas kesehatan dalam meningkatkan kesehatan ibu hamil, bersalin
dan nifas:
1. Tanda dan bahaya kehamilan.
2. Pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin kepada Bidan
3. Poskesdes minimal 4 kali selama hamil.
4. Pendampingan suami dalam pemeriksaan dan persalinan.
5. Tanda bahaya dan penyakit pada masa nifas antara lain perdarahan lewat jalan lahir,
demam, wajah, tangan atau kaki bengkak, nyeri/panas di daerah tungkai, payudara
bengkak, berwarna kemerahan, sakit dan lain- lain.
6. Inisiasi Menyusu Dini.
7. Cara merawat bayi baru lahir dan cara menyusui yang benar serta cara menyimpan ASI
khususnya bagi ibu bayi yang bekerja.
8. Pemberian ASI eksklusif bagi bayi usia 0- 6 bulan, yaitu bayi hanya diberikan ASI saja
sebagai makanan dan minuman utama.

2.4.3 Pembinaan Kesehatan Anak


Hal-hal yang perlu diketahui dan harus dilakukan oleh petugas kesehatan di bidang
kesehatan anak:
1. Pelayanan Posyandu, terutama yang menyangkut pelayanan kesehatan tentang bayi
baru lahir dan balita.
2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif.
3. Imunisasi dasar lengkap dan lanjutan.
4. Gizi balita.
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
6. Penyakit yang sering menyerang anak.

16
2.4.4 Pencegahan Dan Penanggulangan Berbagai Jenis Penyakit Dan Masalah Kesehatan
Adapun penyakit dan masalah kesehatan yang harus dicegah dan ditanggulangi
adalah:
1. Diare
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
3. Penyakit gigi dan mulut
4. Malaria
5. Demam Berdarah Dengue (DBD)
6. Cacingan
7. Kaki Gajah (Filariasis)
8. Flu Burung (Avian Influenza)
9. HIV/AIDS

2.4.5 Penyehatan Lingkungan


Aspek penyehatan lingkungan merupakan salah satu dari 24 indikator kesehatan
penentu IPKM. Komponen yang dinilai secara umum terkait dengan masalah sanitasi dasar
dan hygiene perorangan, seperti akses terhadap air besih dan jamban serta perilaku cuci
tangan yang benar.
Hal-hal yang perlu diketahui dan dilakukan oleh petugas kesehatan di DTPK
meliputi:
1. Keterkaitan antara penyediaan sarana sanitasi dasar dengan penyakit menular yang
disebarkan melalui air dan tinja manusia.
2. Persyaratan kualitas air bersih dan jamban.
3. Metode perbaikan kualitas air.
4. Perilaku cuci tangan memakai sabun dan air bersih. Sanitasi makanan dan minuman.
5. Pengelolaan sampah dan air limbah rumah tangga.

17
18
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Promosi kesehatan merupakan tingkat pertama dalam pelayanan kesehatan dengan
memiliki tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dimana promosi
kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku
kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memeperbaiki lingkungan (fisik dan non
fisik) dalam rangka memelihara dan memingkatkan kesehatan masyarakatnya. Berbagai
upaya program promosi kesehatan sudah dilakukan oleh pemerintah agar terciptanya
masyarakat yang sehat dan sejahtera.

3.2 Saran
Sebagai perawat professional mempelajari promosi kesehatan dapat menambah
pengetahuan bahwa ksehatan itu sangat berpengaruh pada lingkungan masyarakat. Kami
menyadari makalah kami kurang sempurna sehingga memerlukan masukan dari pihak lain.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kholid, Ahmad. (2012). Promosi Kesehatan: dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media,
dan Aplikasinya. Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.

Notoatmojo, S. 2010. Promosi Kesehatan: Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sulistyowati, dr. Lily S. (2011). “Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan”.


(www.depkes.go.id). Jakarta. Diakses pada tanggal 21 November 2020 pukul 20.32 wita.

Setiawan, Herry. 2014. “Analisa Kebijakan-Kebijakan Terkait Promosi Kesehatan di


Indonesia”. Semarang.
http://www.academia.edu/8888585/Analisis_Kebijakan_Kebiajakan_Terkait_Promosi_Kes
ehatan_di_Indonesia) Diakses pada tanggal 21 Npvember 2020 pukul 20.32 wita.

Setiawan, Herry. 2014. “Analisa Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan”. Semarang.
http://www.academia.edu/8888530/Analisis_Peran_Perawat_dalam_Promosi_Kesehatan.
Diakses pada tanggal 21 November 2020 pukul 20.32 wita.

20

Anda mungkin juga menyukai