1) Fasilitas : lokasi yang berbentuk fisik dalam jaringan supply chain dimana produk
disimpan dan di rakit. Ada 2 tipe mayoritas fasilitas yaitu lokasi produksi dan lokasi
gudang.lokasi,kapasitas dan fleksibiltas dari fasilitas akan menjadi hal yang
signifikan bagi performansi supply chain.
6) harga : menentukan seberapa banyak perusahaan akan menukar barang dan jasa
sehingga bisa tersedia dalam supply chain.harga dapat mempengaruhi prilaku
pembeli sehingga dapat meberikan efek terhadap performansi supply chain.
SCOR (Supply Chain Operations Reference Model) merupakan suatu referensi model yang
digunakan untuk mengukur kinerja dari Supply Chain. SCOR ini di kembangkan oleh Supply
Chain Council (SCC) yakni suatu lembaga nonprofit yang didirikan pada tahun 1996 dan
diprakarsai oleh beberapa organisasi/perusahaan seperti Bayer, Compaq, Procter & Gamble,
Lockheed Martin, Nortel, Rockwell Semiconductor, Texas Instruments, 3M, Cargill, Pittiglio,
Rabin, Todd, & McGrath (PRTM), dan AMR (Advance Manufacturing Research). Pada
awal berdirinya council ini memiliki anggota sebanyak 69 perusahaan, namun saat ini
anggotanya telah mencapai 1000 perusahaan.
Sejak berdirinya SCC, Council ini memiliki tujuan yakni mengembangkan suatu model acuan
standar dari supply chain process yang memungkinkan terjalinnya komunikasi efektif antara
supply chain partner dengan :
1 menggunakan terminology standar untuk komunikasi yang lebih baik dan mempelajari isu-
isu supply chain
2 Menggunakan ukuran standar untuk membandingkan dan mengukur kinerja dari supply
chain.
Adapun langkah – langkah dalam mengukur kinerja, yaitu:
C. Analisa Kinerja
Pada tahap ini akan menghasilkan beberapa metode analisis kinerja untuk pengambilan
keputusan dan perbaikan yakni gap analysis, prioritas ukuran dan analisis sebab akibat.
D. Improvement
Berdasarkan pengukuran dan analisis kinerja, improvement disini dapat dibagi menjadi dua
subdivisi utama. Pertama, dengan menganalisa tingkat kepentingan dan hubungan antara
ukuran-ukuran kinerja. Kedua dengan gap analysis dan process reengineering, dapat
meningkatkan kinerja dari supply chain yang sesungguhnya
SCM merupakan sesuatu yang sangat kompleks sekali, dimana banyak hambatan yang
dihadapi dalam implementasinya, sehingga dalam implementasinya memang membutuhkan
tahapan mulai tahap perancangan sampai tahap evaluasi dan continuous improvement. Selain
itu implementasi SCM membutuhkan dukungan dari berbagai pihak mulai dari internal dalam
hal ini seluruh manajemen puncak dan eksternal, dalam hal ini seluruh partner yang ada.
Berikut ini merupakan hambatan-hambatan yang akan dialami dalam implementasi SCM
yang semakin menguatkan argument bahwa implementasi SCM memang membutuhkan
dukungan berbagai pihak (Chopra & Meindl 2001):
2. Decreasing Product Life Cycles. Menurunnya daur hidup sebuah produk membuat
perusahan semakin kerepotan dalam mengatur strategi pasokan barang, karena untuk
mengatur pasokan barang tertentu maka perusahaan membutuhkan waktu yang
tertentu juga. Daur hidup produk diartikan sebagai umur produk tersebut dipasaran.
4. Fragmentation of Supply Chain Ownership. Hal ini menggambarkan supply chain itu
melibatkan banyak pihak yang mempunyai masing-masing kepentingan, sehingga hal
ini mebuat Supply chain mangement semakin rumit dan kompleks.
5. Globalization. Globalisasi membuat supply chain semakin rumit dan kompleks karena
pihak-pihak yang terlibat dalam supply chain tersebut mencakup pihak-pihak di
berbagai negara yang mungkin mempunyai lokasi diberbagai pelosok dunia.